Share

Hanya Satu Nama

Penulis: Friska.S
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

1 TAHUN KEMUDIAN...

Matahari menyengat dunia dengan sinarnya. Musim kemarau sedang melanda Indonesia. Orang berlalu lalang di sisi kemacetan jalan. Di sana, di teras kafe pinggir trotoar. Seorang gadis sedang menatap sekitar, memperhatikan setiap sisi kehidupan kota yang dia tempati. Secangkir kopi di depannya mengepulkan asap ke udara, kopi hitam hasil racikan barista kafe yang ternama di sudut kota.

Pakaiannya masih rapi dengan kemeja putih dibalut jas warna krem yang sangat pas di tubuh langsingnya. Celana panjang warna serupa juga terasa pas menutupi kakinya yang beralaskan flat shoes warna hitam. Dari style-nya saja, jelas terlihat bahwa dia adalah wanita karier.

Dia menyeruput kopi panas itu, merasakan setiap inci kepahitan yang mengigit lidahnya. Rambutnya yang curly memanjang hingga batas pertengahan punggung sesekali melambai-lambai tertiup angin..

"Mbak, Tata!" Sahutan dari arah belakang mengganggu ketenagannya. Dia menengok, mendapati seorang gadis tengah berlari-lari menghampirinya. Terlihat kesusahan dengan hells tujuh sentu yang dia kenakan. Ketika sampai di depannya, gadis itu terengah-engah dan menepuk-nepuk dada.

"Ada apa, Rita?" Ampe segitunya?" tanyanya sambil menggeser kursi agar gadis yang dia panggil 'Rita' bisa duduk dan tenang.

"Gini, tadi Pak Ahmad titip pesen ke saya. Katanya, kalo Mbak Tata mau pulang biar dianterin ama dia. Terus Santo titip salam ke saya untuk Mbak Tata," jelasnya.

"Udah?" tanya Shinta sambil menatap Rita. Gadis itu mengangguk, dan mengibas-ibas wajahnya dengan tangan. "Ini mah lo gak perlu lari-larian kayak tadi kali, Ri."

"Aku takut lupa, soalnya sekarang aku mau izin ke rumah sakit sebentar. Tar kalau nggak disampein, dosa," katanya berhenti sejenak, lalu melanjutkan, "Susah sih punya atasan cantik macam Mbak Tata."

"Heleh..." Shinta memutar bola mata malas. Kalau sudah menyangkut masalah pria-pria yang mendekatinya, pasti tak akan pernah habis. Apa arti dari sederet nama kalau hatinya hanya menyimpan satu nama.

"Lagian, Mbak kenapa sih gak respon salah satu? Tinggal pilih aja kok Mba, apalagi Mbak umurnya udah cukup banget." Rita mengoceh tapi Shinta tidak menghiraukannya. Sedikit terkejut dia rasakan saat gadis yang bersamanya itu menyinggung soal umurnya. Dia menghela napas berat. "Lo gak tau berapa usia gue sekarang. Gue masih 17 tahun," ketusnya.

"Serius, Mbak? Mbak Tata tidak bohong 'kan?" Ucapnya kembali menanyakan sebuah kalimat yang langsung membuat pikirannya tidak menentu.

"Iya."

"Cukup buat apa?"

"Buat... itu..." Rita menggerak-gerakkan kedua telunjuknya.

"Lo aja duluan," jawab Shinta mengerti.

Jangan tanya berapa pria yang mendekatinya, tapi tidak ada satupun yang direspon oleh Shinta. Dia selalu bersikap profesional, jika rekan kerja ya cukup tekan kerja. Kalau ada rasa lebih, itu beda cerita, dan tidak ada yang melarangnya. Tapi kalau Shinta tertarik kepada semuanya, apa mau dikata? Hati tidak pernah bohong, mungkin karena dia masih menetapkan satu nama Shinta sedang bersabar dalam masa penantian.

"Gak enak ah ngelangkahin atasan, hehe." Kekehan Rita membuat Shinta ikut tertawa.

"Makasih, ya," ujarnya yang dibalas anggukan oleh Rita.

"Kalau gitu, saya pamit duluan ya, Mba," pamit Rita seraya bangkit dari duduk.

"Ati-ati, salam buat kakak lo di rumah sakit." Shinta ikut bangkit dan menepuk pundak Rita. Mereka bersalaman. Rita berlalu meninggalkan Shinta kembali sendiri. Dia duduk lagi, akhirnya larut dalam lamunannya.

Ponselnya bergetar dari dalam tas, dia mengacak-acak isi tasnya dan cepat meraih ponsel itu saat ada panggilan masuk terus terpampang di layar.

"Halo? Apa? Gak jadi?! Yah, gue sudah nunggu loh di kafe ini. Duh, gimana sih, Mba! Kenapa gak bilang dari tadi. Ya sudah. Terserah. Bye!" Shinta mematikan ponselnya dengan kasar.

Dia kesal lantaran rekan kerjanya membatalkan janji yang sudah dibuat. Kerjaan Shinta kan banyak, lain pasiennya di rumah sakit, lain yang ada di klinik prakteknya sendiri, dia rela-rela menyisihkan waktunya buat ketemuan tapi malah si orang membatalkannya begitu saja. Benar-benar tidak profesional dalam janji. Mood-nya jatuh seketika.

"Misi Mbak." Seorang pelayan menghampirinya.

Shinta mendongak. "Apa?" tanyanya ketus.

"Mbak namanya Shinta Ex Chipto?" tanya pelayan itu sopan. Shinta mengangguk singkat. "Ini ada sesuatu untuk, Mbak." Pelayan kafe itu memberikan secarik kertas berwarna pink muda. Shinta menerimanya dengan ragu sekaligus bingung.

"Dari siapa?"

"Gak tahu, Mbak. Saya permisi." Sebelum Shinta bertanya lebih jauh, pelayan itu langsung pergi.

"Sok misterius deh, palingan orangnya sia-sia lagi," gerutu Shinta yang langsung meletakkan surat itu tanpa membukanya terlebih dahulu.

Emang gue bocah apa dikasih gini-ginian, batinnya.

Tapi sebersit rasa ingin tahu menggelitik hatinya. Dia pun mengetuk-ngetuk jarinya ke meja, terus memandangi sambil berpikir. Tidak bisa lagi ditahan, dia langsung membuka amplop pink muda dan mengeluarkan isinya. Secarik kertas usang yang bertuliskan dengan pena.

"Gak ingat ini hari apa?" Dia membaca tulisannya dengan berbisik. Otaknya kembali dipenuhi pertanyaan yang mulai berputar.

"Hari Rabu lah. Kok aneh?" Gumam Shinta menjawab sendiri.

Dia membuka ponsel untuk memastikan kalau hari ini memang Hari Rabu. Setelah dilihat, benar kok hari Rabu.

Eitss, batin Shinta menemukan poin yang lain. Matanya mendelik melihat tanggal yang tertera. Cepat-cepat dia menutup mulutnya yang menganga. Ketika Shinta bangkit, dia sudah menemukan seorang pria yang berdiri menjulang di belakangnya.

Mata Shinta mendelik tidak percaya. Hatinya kembali merasakan serpihannya yang telah lama pergi. Shinta sudah berteriak senang tapi tidak dia keluarkan, justru dia hanya diam memaku. Penantiannya telah kembali.

"Lo ngapa bengong, Ta?" Pria itu menyadarkannya dari kecamuk pikiran.

Shinta mengerjap cepat. "Tris—Trisno?!" Dia masih tidak percaya.

"Mana kado gue?" Datang-datang sudah nodong, mentang-mentang ini hari ulang tahunnya.

Apa dia sudah lupa dengan satu tahun yang lalu? Saat dia mengatakan gue tolol? Dan sekarang tanpa dosa dia datang lagi untuk mendekatiku. Di mana pacarnya itu?

"Trisno yang mana?" gumam Shinta tidak berkedip.

"Shinta miliknya Trino Sugeng." Saking gemasnya melihat reaksi Shinta, tangan Trisno mencubit pipi Shinta agar dia sadar kalau dia sedang ada di dunia nyata.

"Lo... Ingat gue?" Shinta masih syok. Dia menyingkirkan tangan Trisno dari pipinya.

"Ingatlah. Lo Shinta Ex Chipto, yang setahun lalu buat janji sama gue. Gue sempat pikir lo ninggalin gue sengaja waktu itu. Tapi ternyata, gue salah. Lo masih lupa sama gue? Apa Lo masih ingat dengan kata-kata tolol yang keluar dari mulut gue ini?"

"Iya, gue ingat." Shinya menjelaskan dengan pelan-pelan. Supaya Trisno percaya, kalau ingatannya kembali.

"Semuanya?" Trisno girang.

"Enggak, sebagian besar aja. Semuanya sudah tidak buram. Pengobatannya berhasil."

Trisno menjadi seorang pria paling bahagia saat ini. Meskipun tidak semua ingatan Shinta kembali, tapi Shinta pasti ingat kalau Trisno masih pacarnya.

"Shinta!!" Trisno memeluk Shinta meluapkan kegembiraannya. Shinta memeluk Trisno kembali, meskipun ada rasa enggak untuk memeluknya.

"Pergi dari sini yukz orangtua kita sudah menunggu di rumah lo." Trisno menggenggam tangan Shinta. Ada sebuah makna besar di balik ajakan Trisno yang santai.

"Ha?! Ngapain?!" Shinta terkejut.

Mereka mulai berjalan meninggalkan kafe yang sepi.

"Nikahin lo," jawab Trisno tenang.

"WHAT?!" Jantung Shinta berhenti saat itu juga. Dia mematung, ledakan dari dalam dirinya menahan dua melangkah lebih jauh.

"Kenapa?" Trisno ikut menghentikan langkahnya. Dai berbalik badan, menengok ke Shinta mukanya syok habis.

"G—gue... i—itu... A—nu... Apa Mama izinkan orang tua lo datang ke rumah?" Shinta gelagapan. Ingin rasanya menampar bibirnya sendiri agar cepat bereaksi.

"Iya. Siapa yang bilang gak mau digantungn Mulu? Siapa yang bilang kalau cewek lebih suka dikasih kepastian? Sekarang gua akan bertanggung jawab atas semua penantian lo. Ya, setuju atau enggak, itu sih urusan lo." Trisno mengedikkan bahu cuek. Dia melangkah lagi, membiarkan Shinta berdiri di tempatnya.

Shinta sibuk dengan pikirannya sendiri, berusaha menurunkan hati yang sedang melayang menembus langit. Apa-apaan pria yang tadi bicara dengannya, benar saja itu seorang Trisno Sugeng.

Tidak ada yang asing. Cara bicara yang datar, caranya memandang Shinta, bahkan gerak-gerik tubuhnya yang begitu khas lagi melekat di pikiran Shinta.

Gue harus apa? Batinnya seorang diri sembari terus memikirkan kata-kata yang baru saja keluar dari mulut Trisno Sugeng. Itu adalah hal di luar jangkauannya yang tidak pernah terpikirkan sama sekali oleh hatinya.

Dulu dia pernah berharap, tapi sekarang, dia sudah membuang jauh-jauh pikiran itu, semenjak pria itu sudah memiliki pacar. Lalu, kenapa sekarang dia datang lagi, setelah manaruh luka yang dalam di hatinya. Apa secepat itu juga waktu berlalu dan secepat itukah dia ingin meminta maaf sama gue? Dan gue sekarang harus apa?

Bab terkait

  • JANGAN PAKSA AKU MENIKAH, AKU MASIH MUDA   Awal Pernikahan

    "Trisno. Ayo kita pulang!" Ajak Pak Sugeng marah setelah Trisno dan Sintha datang.Trisno dan Sintha yang mulai bingung dengan suara keras Pak Sugeng. Ntah apa yang membuat pria yang berumur 50 tahun itu mengeraskan suaranya di depan banyak orang. Sintha melangkah pelan-pelan menuju kedua orangtuanya. Ingin menanyakan langsung kepada kedua orangtuanya mengapa rumahnya dipenuhi dengan keramaian."Pa, ini kenapa banyak orang yang datang ke rumah kita?" tanya gadis itu dengan polos."Ini bukan urusanmu! Cepat masuk ke kamar!" Perintah Tuan Anugrah Ex Chipto.Sintha menunduk. Baru kali ini dia dibentak oleh Papanya sendiri. Kenapa bisa Papanya semarah itu. Dia tidak bisa menolak perintah Papanya, tanpa berbalik, dia terus melanjutkan langkahnya dengan menapaki anak tangga menuju kamarnya.Atas apa yang membuat kedua orangtua Trisno marah-marah setelah mereka datang. Dan begitu anehnya, di saat Trisno dan Sintha datang, Ayahnya langsung mengajak pria itu pulang."Ayah. Ada apa? Kenapa kita

  • JANGAN PAKSA AKU MENIKAH, AKU MASIH MUDA   Sampah!

    Setelah pernikahan antara Sintha Ex Chipto dan juga Alex Chandra Syailendra sudah selesai, Shinta lebih dulu masuk ke dalam kamar. Ini kali pertama Sintha menginjakkan kakinya di rumah orang. Apalagi perannya bukan sebagai tamu tetapi sebagai istri.Sintha disuruh naik ke atas ranjang kamar yang sudah dihiasi dengan taburan bunga mawar yang disusun rapi dan dekorasi lainnya yang dihiasi serba merah putih. Semua terlihat indah. Bahkan, tidak ada satupun yang boleh tertinggal hiasannya, karena ini adalah pernikahan seorang CEO, CEO terkenal di seluruh pelosok-pelosok dunia sekalipun.Sintha mulai gemetaran saat pintu terbuka. Itu pasti Alex Chandra Syailendra. Pria yang sudah menjadi suaminya sekarang. Dia sangat kebingungan dicampur aduk dengan perasaan gelisah dan takut.Dia menutup mata saat pria itu mulai mendekat. Pria itu langsung naik ke atas ranjang. Dan mulai menindih tubuh gadis itu. Sintha merasa keenakan di saat pria itu mulai membuka mulutnya dan mulai mencium bibirnya yang

  • JANGAN PAKSA AKU MENIKAH, AKU MASIH MUDA   Mendua

    "Lepaskan gue! Lepaskan gue!" ucap Sintha. Dia menangis pilu saat sang suami tidak mau melepaskan tangannya dari rambutnya. Terasa sakit apabila ditarik kuat. Ntah mengapa hanya dengan pertanyaan itu sang suami langsung memberinya hukuman sebesar itu."Apa? Kamu ingin dilepaskan? Tidak. Aku tidak akan melepaskankanmu sebelum aku puas menyiksamu!" tukas Alex sembari tersenyum miring.Sang suami yang tega menyakiti perasaan dan melakukan kekerasan terhadap Sintha sungguh itu jauh di luar nalar pikiran Sintha. Meskipun sebenarnya sang suami terkenal kejam sebelum menikah dengannya, tapi dia tidak pernah mengira kalau sikap pria itu memang sangat kejam. Tidak melihat rupa ataupun status, jika pria itu tidak menyukainya, maka dia akan memberinya hukuman selayaknya."Lepaskan gue... Hiks... Hiks..." Sintha yang menangis sesenggukan pun pria itu tidak hiraukan. Benar-benar tidak ada pengertian sama sekali dengannya. Sudah banyak rambut Sintha yang berhasil rontok karena jambakannya yang terla

  • JANGAN PAKSA AKU MENIKAH, AKU MASIH MUDA   Jangan Sentuh Milikku!

    Pulang kerja dari kantor, Alex langsung pulang ke rumah, tidak mampir dulu ke Apartemen milik kekasih simpanannya itu. Sesampainya dia di rumah dengan langkah cepat namun masih menampilkan tubuhnya yang kekar dan tegap sungguh membuat naluri setiap insan ingin memilikinya. Tepat pukul 19:00, malam. "Buka pintu ya!" perintah Alex dari luar. Tidak ada sahutan dari dalam membuat emosi pria itu semakin memuncak. Sudah 5 menit dia menunggu pintu agar segera dibuka ternyata masih tetap tertutup seperti awalnya dia datangAlex berdesis tidak karuan. Sambil menghela napasnya dia mengibaskan kerah bajunya sedikit melonggarkan agar udara bisa masuk berhembus di lehernya. "Shinta!" Dia mengeraskan suaranya. Tidak sabar menunggu gadis itu membuka pintu, Alex pun mendobrak pintu dengan sekali percobaan. "Dimana kau?" tanyanya sambil matanya mencari keberadaan sosok gadis itu. Dimana gadis itu? Kenapa dia tidak ada di kamar jam segini..., apa jangan-jangan dia melakukan hal yang tidak-tidak

  • JANGAN PAKSA AKU MENIKAH, AKU MASIH MUDA   Penyusup masuk

    Brakk!Suara dobrakan pintu, membuat semua orang yang sedang bersantai di ruang tamu merasa terkejut.“Siapa kalian!” geram Alex terkejut, saat melihat 5 orang pria bertopeng menyerang rumah mereka dengan membawa senjata tajam.“Siapa kalian sebenarnya!” teriak Sintha, istri Alex yang terbangun dari tidurnya.Mereka menangkap Alex dan menahan kedua tangannya agar tidak bergerak untuk melepaskan diri. Mereka membawa keluar Alex dan Shinta ke ruang tamu begitu juga dengan Sena, Ricardo dan Nyonya Anita. Mereka diikat dengan erat sehingga tak bisa melawan. “Pah, siapa mereka?” tanya Sena, putri bungsu Tuan Ricardo.“Entahlah, Papa juga tidak tahu,” jawab Tuan Ricardo yang memang tidak mengetahui kelompok berbaju pria bertopeng tersebut.Dorr! Dorr! Dorr!Tiga tembakan dari arah luar, melesat mengenai dada kiri sang putri, Sena. Shinta histeris saat melihat adik iparnya ditembak hingga jatuh tak sadarkan diri. Darah mengalir deras keluar dari dadanya yang tertembak.“Sena! Bangun Nak! B

  • JANGAN PAKSA AKU MENIKAH, AKU MASIH MUDA   Apartemen Baru

    Alex menatap Shinta yang masih saja berdiri dengan mata yang terus menyisir setiap sudut ruangan apartemen miliknya.Alex menautkan kedua alisnya. "Apa di rumahmu tidak ada yang seperti ini?" tanya Alex sambil menatap wajah Shinta.Shinta hanya menoleh sekilas ke arah Alex, tanpa menjawab pertanyaan dari sang suami."Ya sudah aku mau istirahat, kamu boleh sepuasnya memandangi semua barang yang ada di sini," imbuh Alex seraya beranjak dari duduknya dan mulai berjalan menuju kamarnya.Shinta mendelik kesal karena secara tidak langsung Alex telah menghina tempat tinggalnya yang tidak sebagus seperti miliknya.Dia banyak berubah, batinnya.Saat menyadari banyak perubahan yang terjadi pada pria itu setelah kejadian beberapa waktu yang lalu, membuat Shinta kagum dengan sendirinya. Meskipun tidak sedekat pasangan lain, tapi setidaknya dirinya sudah bisa dekat dengan suaminya tanpa larangan dari pria itu. Shinta mulai melihat-lihat ke arah dapur apartemen itu. Lagi-lagi matanya di buat segar

  • JANGAN PAKSA AKU MENIKAH, AKU MASIH MUDA   Dijadikan Sebagai Tumbal

    “Saya nggak main-main ya, Pak … sekarang juga saya telpon suami saya, Alex nih,” ancam Shinta menepis jemari Mikhail yang begitu lancang menyentuh bibirnya, Alex saja tidak berani berulah dan sembarangan padanya. Jelas saja Shinta naik darah kala dihadapkan dengan pria gila macam Mikhail.Teman rekan kerjanya di Rumah Sakit Medika Sehat terkenal di Indonesia. Sesama dokter yang bekerja di Rumah Sakit itu tentunya sudah tahu etika dokter yang profesional dalam bekerja. Tidak boleh bersentuhan, tidak boleh berpasangan saat bekerja, tidak boleh pencemaran nama baik sesama sejawat, tidak boleh menyudutkan dan berbagai macam peraturan yang harus ditaati. Meskipun Mikhail adalah anak dari pemilik Rumah Sakit Medika Sehat tidak menutup kemungkinan dia bisa bertindak semena-mena pada staf/pegawai yang bekerja di tempat itu. Bukannya panik, Mikhail hanya menarik sudut bibir kala mata tajam Shinta tertuju padanya. Jika ditanya bagaimana perasaannya, jelas saja saat ini Shinta merasa takut bahk

  • JANGAN PAKSA AKU MENIKAH, AKU MASIH MUDA   Sebelum Terlambat

    "Nona, sudah seharusnya Anda pulang. Tuan Alex pasti sudah menunggu kepulangan Nona," beritahu Petir sembari menatap kedua bola mata Shinta yang sayu. Dia tahu persis bagaimana sikap Shinta mengatasi masalah yang terjadi akhir-akhir ini. Ditambah pikirannya yang masih kacau karena derita yang dia tanggung sendiri oleh karena suaminya mau menjualnya ke orang yang sama sekali dia tidak suka."Apa Tuanmu yang menyuruhmu ke sini? Menyuruh untuk memata-matai aku?" tanya Shinta dengan menghembuskan napas dalam-dalam seraya itu dilakukan untuk menstabilkan pikirannya yang kacau. "Iya, Nona. Nona harus cepat pulang. Karena sejak tadi Tuan Alex sudah menunggu di markas tempat biasa Tuan Alex memecahkan masalahnya," jawab Petir. Dia melakukan semua tugasnya sesuai perintah dari Bosnya, tanpa pikir ulang. "Apa dia pernah memikirkan perasaanku sehingga tega menyakiti jiwa ragaku sepenuhnya? Dia tega menjual ku, dia tega... hiks...," Dia menangis terisak-isak. Dia merasa kalau dirinya tidak be

Bab terbaru

  • JANGAN PAKSA AKU MENIKAH, AKU MASIH MUDA   Perubahan Alex

    Terdengar suara yang biasa di lakukan oleh pasangan suami istri dibalik ruangan kamar pasangan muda bernama Shinta dan Alex.Karena keduanya merasa kelelahan, mereka pun terbaring dan saling menatap."Aku mencintaimu ..." ujar Shinta pada Alex."Aku juga mencintaimu." jawab Alex sembari mendekatkan bibirnya pada Shinta dan menciumnya hingga membuat keduanya saling tertidur.Mereka berdua adalah pasangan suami istri muda yang berlatar belakang dari keluarga miskin, dan hanya tinggal di tempat yang kumuh di tengah-tengah perkotaan.Shinta dan Alex adalah pasangan yang sangat berambisius untuk menjadi orang kaya, dan mereka rela melakukan apapun demi mewujudkanya.Keesokan paginya, terlihat Alex sedang berolahraga di salah satu ruangan rumahnya untuk membentuk tubuhnya agar menjadi lebih sispack namun tiba-tiba Shinta memangilnya."Sayang ..." teriak Shinta."Iyah, kenapa," jawab Alex menghampiri Shinta."Yang, hari ini kita makan apa?" tanya Shinta."Memangya uang yang aku kasih kemarin

  • JANGAN PAKSA AKU MENIKAH, AKU MASIH MUDA   Tak ingin pulang

    Brakk!Suara dobrakan pintu, membuat semua orang yang sedang bersantai di ruang tamu merasa terkejut.“Siapa kalian!” geram Mikhail terkejut, saat melihat banyak pria bertubuh kekar menyerang rumah mereka dengan membawa senjata tajam.“Siapa kalian sebenarnya!” teriak Bryan, sekretaris pribadinya yang terbangun dari tidurnya.Mereka menangkap Mikhail dan menahan kedua tangannya agar tidak bergerak untuk melepaskan diri. Mereka membawa keluar Mikhail dan Shinta ke ruang tamu depan. Mereka diikat dengan erat sehingga tak bisa melawan. "Siapa kalian?" tanya Mikhail ketakutan. Dia melihat seluruh ruangan sudah tergeletak para pasukannya di lantai berlumuran darah."Siapa yang menyuruh kalian ke sini?!" pekiknya. Emosinya bertambah saat salah satu dari mereka tak menjawab. Tiba-tiba ada yang menyalakan tv, dan Mikhail dipertontonkan dengan filmnya sendiri saat bersama Kayla. Dia kembali mengingat masa itu. Hatinya teriris bagaikan buah yang siap dimakan. Dia tak menyangka orang itu ma

  • JANGAN PAKSA AKU MENIKAH, AKU MASIH MUDA   Jangan memerintahku!

    "Sayang?" ~ Astuti. Wanita yang selalu mengganggu hubungan Alex dan Shinta itu terus saja melanjutkan keinginannya. Dia bahkan selalu menghubungi Alex di saat-saat tertentu. "Iya, ada apa Sayang?" jawab Alex dengan senyum kecil. "Kamu sekarang ada dimana? Aku sangat merindukanmu,""Aku juga sangat merindukanmu. Tapi, aku masih punya banyak pekerjaan, aku sibuk. Jangan dulu ganggu aku di saat-saat seperti ini.""Oke, Sayang. Aku mengerti. Jangan pernah berpaling dariku. Ingat itu. Kau hanyalah milikku seorang.""Iya, Sayang. Aku akan selalu ingat dirimu, kapanpun itu. Kau adalah bunga yang selalu mekar di hatiku, tak ada yang lain yang bisa mengisi atau menggantikanmu di sisiku," janji Alex. Dia menutup telepon saat menyadari kedatangan Petir. Merasa tidak dihormati, Alex marah. Seharusnya pria yang menjadi sekretaris pribadinya tahu sisi disaat bekerja. Itu bukanlah tata krama, kesopanan pun di dalam tidak ada, sehingga pria yang berdiri tegak itu memandang lurus ke arah Petir. T

  • JANGAN PAKSA AKU MENIKAH, AKU MASIH MUDA   Kamu jahat!

    Mereka masuk ke suatu rumah yang mewah dihiasi dengan lampu kelap-kelip seperti di club-club yang mampu membuat orang mengakui bahwa rumah itu memang sangat indah dipandang mata.Shinta menatap rumah itu dengan kedua bola matanya terus mengelilingi setiap sudut rumah. Dia tak menyangka ini kalinya dia harus berpisah dengan suami yang belum pernah menyentuhnya. "Apa ini rumahnya?" tanya Shinta dengan mata sembab. Dia beranikan diri untuk menatap bola mata tajam pria itu. Dia harus mengakui bahwa pria itu memang kejam. Dari sorot matanya yang tajam menggambarkan ekspresi wajahnya yang datar tanpa garis lekukan seraya tersenyum. "Anda tak menjawab pertanyaan saya?" tanya Shinta kedua kalinya. Biar gimanapun dia harus tahu apa maksud dari perbuatan suaminya, yang merelakan dirinya sebagai tumbal untuk diberikan kepada pria yang bukan suaminya. "Apa saya harus menjawab pertanyaan bodohmu?" Alex menatap bola mata Shinta semakin tajam. Dia terganggu dengan kebisingan Shinta yang berjala

  • JANGAN PAKSA AKU MENIKAH, AKU MASIH MUDA   Sebelum Terlambat

    "Nona, sudah seharusnya Anda pulang. Tuan Alex pasti sudah menunggu kepulangan Nona," beritahu Petir sembari menatap kedua bola mata Shinta yang sayu. Dia tahu persis bagaimana sikap Shinta mengatasi masalah yang terjadi akhir-akhir ini. Ditambah pikirannya yang masih kacau karena derita yang dia tanggung sendiri oleh karena suaminya mau menjualnya ke orang yang sama sekali dia tidak suka."Apa Tuanmu yang menyuruhmu ke sini? Menyuruh untuk memata-matai aku?" tanya Shinta dengan menghembuskan napas dalam-dalam seraya itu dilakukan untuk menstabilkan pikirannya yang kacau. "Iya, Nona. Nona harus cepat pulang. Karena sejak tadi Tuan Alex sudah menunggu di markas tempat biasa Tuan Alex memecahkan masalahnya," jawab Petir. Dia melakukan semua tugasnya sesuai perintah dari Bosnya, tanpa pikir ulang. "Apa dia pernah memikirkan perasaanku sehingga tega menyakiti jiwa ragaku sepenuhnya? Dia tega menjual ku, dia tega... hiks...," Dia menangis terisak-isak. Dia merasa kalau dirinya tidak be

  • JANGAN PAKSA AKU MENIKAH, AKU MASIH MUDA   Dijadikan Sebagai Tumbal

    “Saya nggak main-main ya, Pak … sekarang juga saya telpon suami saya, Alex nih,” ancam Shinta menepis jemari Mikhail yang begitu lancang menyentuh bibirnya, Alex saja tidak berani berulah dan sembarangan padanya. Jelas saja Shinta naik darah kala dihadapkan dengan pria gila macam Mikhail.Teman rekan kerjanya di Rumah Sakit Medika Sehat terkenal di Indonesia. Sesama dokter yang bekerja di Rumah Sakit itu tentunya sudah tahu etika dokter yang profesional dalam bekerja. Tidak boleh bersentuhan, tidak boleh berpasangan saat bekerja, tidak boleh pencemaran nama baik sesama sejawat, tidak boleh menyudutkan dan berbagai macam peraturan yang harus ditaati. Meskipun Mikhail adalah anak dari pemilik Rumah Sakit Medika Sehat tidak menutup kemungkinan dia bisa bertindak semena-mena pada staf/pegawai yang bekerja di tempat itu. Bukannya panik, Mikhail hanya menarik sudut bibir kala mata tajam Shinta tertuju padanya. Jika ditanya bagaimana perasaannya, jelas saja saat ini Shinta merasa takut bahk

  • JANGAN PAKSA AKU MENIKAH, AKU MASIH MUDA   Apartemen Baru

    Alex menatap Shinta yang masih saja berdiri dengan mata yang terus menyisir setiap sudut ruangan apartemen miliknya.Alex menautkan kedua alisnya. "Apa di rumahmu tidak ada yang seperti ini?" tanya Alex sambil menatap wajah Shinta.Shinta hanya menoleh sekilas ke arah Alex, tanpa menjawab pertanyaan dari sang suami."Ya sudah aku mau istirahat, kamu boleh sepuasnya memandangi semua barang yang ada di sini," imbuh Alex seraya beranjak dari duduknya dan mulai berjalan menuju kamarnya.Shinta mendelik kesal karena secara tidak langsung Alex telah menghina tempat tinggalnya yang tidak sebagus seperti miliknya.Dia banyak berubah, batinnya.Saat menyadari banyak perubahan yang terjadi pada pria itu setelah kejadian beberapa waktu yang lalu, membuat Shinta kagum dengan sendirinya. Meskipun tidak sedekat pasangan lain, tapi setidaknya dirinya sudah bisa dekat dengan suaminya tanpa larangan dari pria itu. Shinta mulai melihat-lihat ke arah dapur apartemen itu. Lagi-lagi matanya di buat segar

  • JANGAN PAKSA AKU MENIKAH, AKU MASIH MUDA   Penyusup masuk

    Brakk!Suara dobrakan pintu, membuat semua orang yang sedang bersantai di ruang tamu merasa terkejut.“Siapa kalian!” geram Alex terkejut, saat melihat 5 orang pria bertopeng menyerang rumah mereka dengan membawa senjata tajam.“Siapa kalian sebenarnya!” teriak Sintha, istri Alex yang terbangun dari tidurnya.Mereka menangkap Alex dan menahan kedua tangannya agar tidak bergerak untuk melepaskan diri. Mereka membawa keluar Alex dan Shinta ke ruang tamu begitu juga dengan Sena, Ricardo dan Nyonya Anita. Mereka diikat dengan erat sehingga tak bisa melawan. “Pah, siapa mereka?” tanya Sena, putri bungsu Tuan Ricardo.“Entahlah, Papa juga tidak tahu,” jawab Tuan Ricardo yang memang tidak mengetahui kelompok berbaju pria bertopeng tersebut.Dorr! Dorr! Dorr!Tiga tembakan dari arah luar, melesat mengenai dada kiri sang putri, Sena. Shinta histeris saat melihat adik iparnya ditembak hingga jatuh tak sadarkan diri. Darah mengalir deras keluar dari dadanya yang tertembak.“Sena! Bangun Nak! B

  • JANGAN PAKSA AKU MENIKAH, AKU MASIH MUDA   Jangan Sentuh Milikku!

    Pulang kerja dari kantor, Alex langsung pulang ke rumah, tidak mampir dulu ke Apartemen milik kekasih simpanannya itu. Sesampainya dia di rumah dengan langkah cepat namun masih menampilkan tubuhnya yang kekar dan tegap sungguh membuat naluri setiap insan ingin memilikinya. Tepat pukul 19:00, malam. "Buka pintu ya!" perintah Alex dari luar. Tidak ada sahutan dari dalam membuat emosi pria itu semakin memuncak. Sudah 5 menit dia menunggu pintu agar segera dibuka ternyata masih tetap tertutup seperti awalnya dia datangAlex berdesis tidak karuan. Sambil menghela napasnya dia mengibaskan kerah bajunya sedikit melonggarkan agar udara bisa masuk berhembus di lehernya. "Shinta!" Dia mengeraskan suaranya. Tidak sabar menunggu gadis itu membuka pintu, Alex pun mendobrak pintu dengan sekali percobaan. "Dimana kau?" tanyanya sambil matanya mencari keberadaan sosok gadis itu. Dimana gadis itu? Kenapa dia tidak ada di kamar jam segini..., apa jangan-jangan dia melakukan hal yang tidak-tidak

DMCA.com Protection Status