Brakk!Suara dobrakan pintu, membuat semua orang yang sedang bersantai di ruang tamu merasa terkejut.“Siapa kalian!” geram Alex terkejut, saat melihat 5 orang pria bertopeng menyerang rumah mereka dengan membawa senjata tajam.“Siapa kalian sebenarnya!” teriak Sintha, istri Alex yang terbangun dari tidurnya.Mereka menangkap Alex dan menahan kedua tangannya agar tidak bergerak untuk melepaskan diri. Mereka membawa keluar Alex dan Shinta ke ruang tamu begitu juga dengan Sena, Ricardo dan Nyonya Anita. Mereka diikat dengan erat sehingga tak bisa melawan. “Pah, siapa mereka?” tanya Sena, putri bungsu Tuan Ricardo.“Entahlah, Papa juga tidak tahu,” jawab Tuan Ricardo yang memang tidak mengetahui kelompok berbaju pria bertopeng tersebut.Dorr! Dorr! Dorr!Tiga tembakan dari arah luar, melesat mengenai dada kiri sang putri, Sena. Shinta histeris saat melihat adik iparnya ditembak hingga jatuh tak sadarkan diri. Darah mengalir deras keluar dari dadanya yang tertembak.“Sena! Bangun Nak! B
Alex menatap Shinta yang masih saja berdiri dengan mata yang terus menyisir setiap sudut ruangan apartemen miliknya.Alex menautkan kedua alisnya. "Apa di rumahmu tidak ada yang seperti ini?" tanya Alex sambil menatap wajah Shinta.Shinta hanya menoleh sekilas ke arah Alex, tanpa menjawab pertanyaan dari sang suami."Ya sudah aku mau istirahat, kamu boleh sepuasnya memandangi semua barang yang ada di sini," imbuh Alex seraya beranjak dari duduknya dan mulai berjalan menuju kamarnya.Shinta mendelik kesal karena secara tidak langsung Alex telah menghina tempat tinggalnya yang tidak sebagus seperti miliknya.Dia banyak berubah, batinnya.Saat menyadari banyak perubahan yang terjadi pada pria itu setelah kejadian beberapa waktu yang lalu, membuat Shinta kagum dengan sendirinya. Meskipun tidak sedekat pasangan lain, tapi setidaknya dirinya sudah bisa dekat dengan suaminya tanpa larangan dari pria itu. Shinta mulai melihat-lihat ke arah dapur apartemen itu. Lagi-lagi matanya di buat segar
“Saya nggak main-main ya, Pak … sekarang juga saya telpon suami saya, Alex nih,” ancam Shinta menepis jemari Mikhail yang begitu lancang menyentuh bibirnya, Alex saja tidak berani berulah dan sembarangan padanya. Jelas saja Shinta naik darah kala dihadapkan dengan pria gila macam Mikhail.Teman rekan kerjanya di Rumah Sakit Medika Sehat terkenal di Indonesia. Sesama dokter yang bekerja di Rumah Sakit itu tentunya sudah tahu etika dokter yang profesional dalam bekerja. Tidak boleh bersentuhan, tidak boleh berpasangan saat bekerja, tidak boleh pencemaran nama baik sesama sejawat, tidak boleh menyudutkan dan berbagai macam peraturan yang harus ditaati. Meskipun Mikhail adalah anak dari pemilik Rumah Sakit Medika Sehat tidak menutup kemungkinan dia bisa bertindak semena-mena pada staf/pegawai yang bekerja di tempat itu. Bukannya panik, Mikhail hanya menarik sudut bibir kala mata tajam Shinta tertuju padanya. Jika ditanya bagaimana perasaannya, jelas saja saat ini Shinta merasa takut bahk
"Nona, sudah seharusnya Anda pulang. Tuan Alex pasti sudah menunggu kepulangan Nona," beritahu Petir sembari menatap kedua bola mata Shinta yang sayu. Dia tahu persis bagaimana sikap Shinta mengatasi masalah yang terjadi akhir-akhir ini. Ditambah pikirannya yang masih kacau karena derita yang dia tanggung sendiri oleh karena suaminya mau menjualnya ke orang yang sama sekali dia tidak suka."Apa Tuanmu yang menyuruhmu ke sini? Menyuruh untuk memata-matai aku?" tanya Shinta dengan menghembuskan napas dalam-dalam seraya itu dilakukan untuk menstabilkan pikirannya yang kacau. "Iya, Nona. Nona harus cepat pulang. Karena sejak tadi Tuan Alex sudah menunggu di markas tempat biasa Tuan Alex memecahkan masalahnya," jawab Petir. Dia melakukan semua tugasnya sesuai perintah dari Bosnya, tanpa pikir ulang. "Apa dia pernah memikirkan perasaanku sehingga tega menyakiti jiwa ragaku sepenuhnya? Dia tega menjual ku, dia tega... hiks...," Dia menangis terisak-isak. Dia merasa kalau dirinya tidak be
Mereka masuk ke suatu rumah yang mewah dihiasi dengan lampu kelap-kelip seperti di club-club yang mampu membuat orang mengakui bahwa rumah itu memang sangat indah dipandang mata.Shinta menatap rumah itu dengan kedua bola matanya terus mengelilingi setiap sudut rumah. Dia tak menyangka ini kalinya dia harus berpisah dengan suami yang belum pernah menyentuhnya. "Apa ini rumahnya?" tanya Shinta dengan mata sembab. Dia beranikan diri untuk menatap bola mata tajam pria itu. Dia harus mengakui bahwa pria itu memang kejam. Dari sorot matanya yang tajam menggambarkan ekspresi wajahnya yang datar tanpa garis lekukan seraya tersenyum. "Anda tak menjawab pertanyaan saya?" tanya Shinta kedua kalinya. Biar gimanapun dia harus tahu apa maksud dari perbuatan suaminya, yang merelakan dirinya sebagai tumbal untuk diberikan kepada pria yang bukan suaminya. "Apa saya harus menjawab pertanyaan bodohmu?" Alex menatap bola mata Shinta semakin tajam. Dia terganggu dengan kebisingan Shinta yang berjala
"Sayang?" ~ Astuti. Wanita yang selalu mengganggu hubungan Alex dan Shinta itu terus saja melanjutkan keinginannya. Dia bahkan selalu menghubungi Alex di saat-saat tertentu. "Iya, ada apa Sayang?" jawab Alex dengan senyum kecil. "Kamu sekarang ada dimana? Aku sangat merindukanmu,""Aku juga sangat merindukanmu. Tapi, aku masih punya banyak pekerjaan, aku sibuk. Jangan dulu ganggu aku di saat-saat seperti ini.""Oke, Sayang. Aku mengerti. Jangan pernah berpaling dariku. Ingat itu. Kau hanyalah milikku seorang.""Iya, Sayang. Aku akan selalu ingat dirimu, kapanpun itu. Kau adalah bunga yang selalu mekar di hatiku, tak ada yang lain yang bisa mengisi atau menggantikanmu di sisiku," janji Alex. Dia menutup telepon saat menyadari kedatangan Petir. Merasa tidak dihormati, Alex marah. Seharusnya pria yang menjadi sekretaris pribadinya tahu sisi disaat bekerja. Itu bukanlah tata krama, kesopanan pun di dalam tidak ada, sehingga pria yang berdiri tegak itu memandang lurus ke arah Petir. T
Brakk!Suara dobrakan pintu, membuat semua orang yang sedang bersantai di ruang tamu merasa terkejut.“Siapa kalian!” geram Mikhail terkejut, saat melihat banyak pria bertubuh kekar menyerang rumah mereka dengan membawa senjata tajam.“Siapa kalian sebenarnya!” teriak Bryan, sekretaris pribadinya yang terbangun dari tidurnya.Mereka menangkap Mikhail dan menahan kedua tangannya agar tidak bergerak untuk melepaskan diri. Mereka membawa keluar Mikhail dan Shinta ke ruang tamu depan. Mereka diikat dengan erat sehingga tak bisa melawan. "Siapa kalian?" tanya Mikhail ketakutan. Dia melihat seluruh ruangan sudah tergeletak para pasukannya di lantai berlumuran darah."Siapa yang menyuruh kalian ke sini?!" pekiknya. Emosinya bertambah saat salah satu dari mereka tak menjawab. Tiba-tiba ada yang menyalakan tv, dan Mikhail dipertontonkan dengan filmnya sendiri saat bersama Kayla. Dia kembali mengingat masa itu. Hatinya teriris bagaikan buah yang siap dimakan. Dia tak menyangka orang itu ma
Terdengar suara yang biasa di lakukan oleh pasangan suami istri dibalik ruangan kamar pasangan muda bernama Shinta dan Alex.Karena keduanya merasa kelelahan, mereka pun terbaring dan saling menatap."Aku mencintaimu ..." ujar Shinta pada Alex."Aku juga mencintaimu." jawab Alex sembari mendekatkan bibirnya pada Shinta dan menciumnya hingga membuat keduanya saling tertidur.Mereka berdua adalah pasangan suami istri muda yang berlatar belakang dari keluarga miskin, dan hanya tinggal di tempat yang kumuh di tengah-tengah perkotaan.Shinta dan Alex adalah pasangan yang sangat berambisius untuk menjadi orang kaya, dan mereka rela melakukan apapun demi mewujudkanya.Keesokan paginya, terlihat Alex sedang berolahraga di salah satu ruangan rumahnya untuk membentuk tubuhnya agar menjadi lebih sispack namun tiba-tiba Shinta memangilnya."Sayang ..." teriak Shinta."Iyah, kenapa," jawab Alex menghampiri Shinta."Yang, hari ini kita makan apa?" tanya Shinta."Memangya uang yang aku kasih kemarin
Terdengar suara yang biasa di lakukan oleh pasangan suami istri dibalik ruangan kamar pasangan muda bernama Shinta dan Alex.Karena keduanya merasa kelelahan, mereka pun terbaring dan saling menatap."Aku mencintaimu ..." ujar Shinta pada Alex."Aku juga mencintaimu." jawab Alex sembari mendekatkan bibirnya pada Shinta dan menciumnya hingga membuat keduanya saling tertidur.Mereka berdua adalah pasangan suami istri muda yang berlatar belakang dari keluarga miskin, dan hanya tinggal di tempat yang kumuh di tengah-tengah perkotaan.Shinta dan Alex adalah pasangan yang sangat berambisius untuk menjadi orang kaya, dan mereka rela melakukan apapun demi mewujudkanya.Keesokan paginya, terlihat Alex sedang berolahraga di salah satu ruangan rumahnya untuk membentuk tubuhnya agar menjadi lebih sispack namun tiba-tiba Shinta memangilnya."Sayang ..." teriak Shinta."Iyah, kenapa," jawab Alex menghampiri Shinta."Yang, hari ini kita makan apa?" tanya Shinta."Memangya uang yang aku kasih kemarin
Brakk!Suara dobrakan pintu, membuat semua orang yang sedang bersantai di ruang tamu merasa terkejut.“Siapa kalian!” geram Mikhail terkejut, saat melihat banyak pria bertubuh kekar menyerang rumah mereka dengan membawa senjata tajam.“Siapa kalian sebenarnya!” teriak Bryan, sekretaris pribadinya yang terbangun dari tidurnya.Mereka menangkap Mikhail dan menahan kedua tangannya agar tidak bergerak untuk melepaskan diri. Mereka membawa keluar Mikhail dan Shinta ke ruang tamu depan. Mereka diikat dengan erat sehingga tak bisa melawan. "Siapa kalian?" tanya Mikhail ketakutan. Dia melihat seluruh ruangan sudah tergeletak para pasukannya di lantai berlumuran darah."Siapa yang menyuruh kalian ke sini?!" pekiknya. Emosinya bertambah saat salah satu dari mereka tak menjawab. Tiba-tiba ada yang menyalakan tv, dan Mikhail dipertontonkan dengan filmnya sendiri saat bersama Kayla. Dia kembali mengingat masa itu. Hatinya teriris bagaikan buah yang siap dimakan. Dia tak menyangka orang itu ma
"Sayang?" ~ Astuti. Wanita yang selalu mengganggu hubungan Alex dan Shinta itu terus saja melanjutkan keinginannya. Dia bahkan selalu menghubungi Alex di saat-saat tertentu. "Iya, ada apa Sayang?" jawab Alex dengan senyum kecil. "Kamu sekarang ada dimana? Aku sangat merindukanmu,""Aku juga sangat merindukanmu. Tapi, aku masih punya banyak pekerjaan, aku sibuk. Jangan dulu ganggu aku di saat-saat seperti ini.""Oke, Sayang. Aku mengerti. Jangan pernah berpaling dariku. Ingat itu. Kau hanyalah milikku seorang.""Iya, Sayang. Aku akan selalu ingat dirimu, kapanpun itu. Kau adalah bunga yang selalu mekar di hatiku, tak ada yang lain yang bisa mengisi atau menggantikanmu di sisiku," janji Alex. Dia menutup telepon saat menyadari kedatangan Petir. Merasa tidak dihormati, Alex marah. Seharusnya pria yang menjadi sekretaris pribadinya tahu sisi disaat bekerja. Itu bukanlah tata krama, kesopanan pun di dalam tidak ada, sehingga pria yang berdiri tegak itu memandang lurus ke arah Petir. T
Mereka masuk ke suatu rumah yang mewah dihiasi dengan lampu kelap-kelip seperti di club-club yang mampu membuat orang mengakui bahwa rumah itu memang sangat indah dipandang mata.Shinta menatap rumah itu dengan kedua bola matanya terus mengelilingi setiap sudut rumah. Dia tak menyangka ini kalinya dia harus berpisah dengan suami yang belum pernah menyentuhnya. "Apa ini rumahnya?" tanya Shinta dengan mata sembab. Dia beranikan diri untuk menatap bola mata tajam pria itu. Dia harus mengakui bahwa pria itu memang kejam. Dari sorot matanya yang tajam menggambarkan ekspresi wajahnya yang datar tanpa garis lekukan seraya tersenyum. "Anda tak menjawab pertanyaan saya?" tanya Shinta kedua kalinya. Biar gimanapun dia harus tahu apa maksud dari perbuatan suaminya, yang merelakan dirinya sebagai tumbal untuk diberikan kepada pria yang bukan suaminya. "Apa saya harus menjawab pertanyaan bodohmu?" Alex menatap bola mata Shinta semakin tajam. Dia terganggu dengan kebisingan Shinta yang berjala
"Nona, sudah seharusnya Anda pulang. Tuan Alex pasti sudah menunggu kepulangan Nona," beritahu Petir sembari menatap kedua bola mata Shinta yang sayu. Dia tahu persis bagaimana sikap Shinta mengatasi masalah yang terjadi akhir-akhir ini. Ditambah pikirannya yang masih kacau karena derita yang dia tanggung sendiri oleh karena suaminya mau menjualnya ke orang yang sama sekali dia tidak suka."Apa Tuanmu yang menyuruhmu ke sini? Menyuruh untuk memata-matai aku?" tanya Shinta dengan menghembuskan napas dalam-dalam seraya itu dilakukan untuk menstabilkan pikirannya yang kacau. "Iya, Nona. Nona harus cepat pulang. Karena sejak tadi Tuan Alex sudah menunggu di markas tempat biasa Tuan Alex memecahkan masalahnya," jawab Petir. Dia melakukan semua tugasnya sesuai perintah dari Bosnya, tanpa pikir ulang. "Apa dia pernah memikirkan perasaanku sehingga tega menyakiti jiwa ragaku sepenuhnya? Dia tega menjual ku, dia tega... hiks...," Dia menangis terisak-isak. Dia merasa kalau dirinya tidak be
“Saya nggak main-main ya, Pak … sekarang juga saya telpon suami saya, Alex nih,” ancam Shinta menepis jemari Mikhail yang begitu lancang menyentuh bibirnya, Alex saja tidak berani berulah dan sembarangan padanya. Jelas saja Shinta naik darah kala dihadapkan dengan pria gila macam Mikhail.Teman rekan kerjanya di Rumah Sakit Medika Sehat terkenal di Indonesia. Sesama dokter yang bekerja di Rumah Sakit itu tentunya sudah tahu etika dokter yang profesional dalam bekerja. Tidak boleh bersentuhan, tidak boleh berpasangan saat bekerja, tidak boleh pencemaran nama baik sesama sejawat, tidak boleh menyudutkan dan berbagai macam peraturan yang harus ditaati. Meskipun Mikhail adalah anak dari pemilik Rumah Sakit Medika Sehat tidak menutup kemungkinan dia bisa bertindak semena-mena pada staf/pegawai yang bekerja di tempat itu. Bukannya panik, Mikhail hanya menarik sudut bibir kala mata tajam Shinta tertuju padanya. Jika ditanya bagaimana perasaannya, jelas saja saat ini Shinta merasa takut bahk
Alex menatap Shinta yang masih saja berdiri dengan mata yang terus menyisir setiap sudut ruangan apartemen miliknya.Alex menautkan kedua alisnya. "Apa di rumahmu tidak ada yang seperti ini?" tanya Alex sambil menatap wajah Shinta.Shinta hanya menoleh sekilas ke arah Alex, tanpa menjawab pertanyaan dari sang suami."Ya sudah aku mau istirahat, kamu boleh sepuasnya memandangi semua barang yang ada di sini," imbuh Alex seraya beranjak dari duduknya dan mulai berjalan menuju kamarnya.Shinta mendelik kesal karena secara tidak langsung Alex telah menghina tempat tinggalnya yang tidak sebagus seperti miliknya.Dia banyak berubah, batinnya.Saat menyadari banyak perubahan yang terjadi pada pria itu setelah kejadian beberapa waktu yang lalu, membuat Shinta kagum dengan sendirinya. Meskipun tidak sedekat pasangan lain, tapi setidaknya dirinya sudah bisa dekat dengan suaminya tanpa larangan dari pria itu. Shinta mulai melihat-lihat ke arah dapur apartemen itu. Lagi-lagi matanya di buat segar
Brakk!Suara dobrakan pintu, membuat semua orang yang sedang bersantai di ruang tamu merasa terkejut.“Siapa kalian!” geram Alex terkejut, saat melihat 5 orang pria bertopeng menyerang rumah mereka dengan membawa senjata tajam.“Siapa kalian sebenarnya!” teriak Sintha, istri Alex yang terbangun dari tidurnya.Mereka menangkap Alex dan menahan kedua tangannya agar tidak bergerak untuk melepaskan diri. Mereka membawa keluar Alex dan Shinta ke ruang tamu begitu juga dengan Sena, Ricardo dan Nyonya Anita. Mereka diikat dengan erat sehingga tak bisa melawan. “Pah, siapa mereka?” tanya Sena, putri bungsu Tuan Ricardo.“Entahlah, Papa juga tidak tahu,” jawab Tuan Ricardo yang memang tidak mengetahui kelompok berbaju pria bertopeng tersebut.Dorr! Dorr! Dorr!Tiga tembakan dari arah luar, melesat mengenai dada kiri sang putri, Sena. Shinta histeris saat melihat adik iparnya ditembak hingga jatuh tak sadarkan diri. Darah mengalir deras keluar dari dadanya yang tertembak.“Sena! Bangun Nak! B
Pulang kerja dari kantor, Alex langsung pulang ke rumah, tidak mampir dulu ke Apartemen milik kekasih simpanannya itu. Sesampainya dia di rumah dengan langkah cepat namun masih menampilkan tubuhnya yang kekar dan tegap sungguh membuat naluri setiap insan ingin memilikinya. Tepat pukul 19:00, malam. "Buka pintu ya!" perintah Alex dari luar. Tidak ada sahutan dari dalam membuat emosi pria itu semakin memuncak. Sudah 5 menit dia menunggu pintu agar segera dibuka ternyata masih tetap tertutup seperti awalnya dia datangAlex berdesis tidak karuan. Sambil menghela napasnya dia mengibaskan kerah bajunya sedikit melonggarkan agar udara bisa masuk berhembus di lehernya. "Shinta!" Dia mengeraskan suaranya. Tidak sabar menunggu gadis itu membuka pintu, Alex pun mendobrak pintu dengan sekali percobaan. "Dimana kau?" tanyanya sambil matanya mencari keberadaan sosok gadis itu. Dimana gadis itu? Kenapa dia tidak ada di kamar jam segini..., apa jangan-jangan dia melakukan hal yang tidak-tidak