Share

Musuh yang Benar

Penulis: aisakurachan
last update Terakhir Diperbarui: 2024-03-22 17:00:26

“Kau tunggu di sini saja di ruang lain. Jangan mengikutiku,” kata Ryu, kepada Kyoko yang sejak tadi berjalan di belakangnya.

“Kenapa? Aku ingin mendengar pengakuannya?” Kyoko menunjuk Murakami yang terikat di sampingnya.

Ryu bukan hanya mengikat tangannya tapi juga memplester mulutnya, karena Murakami terus memohon untuk tidak membawanya ke Hide. Tentu saja itu adalah permohonan yang hanya menghasilkan berisik. Ryu tidak akan mengabulkannya.

“Jangan sekarang. Aku akan menceritakan apapun hal yang dikatakannya padamu nanti. Aku berjanji. Tapi kau tidak boleh mengikuti lebih dari ini,” pinta Ryu.

Sambil menyentuh lengan Kyoko. Tidak sengaja, hanya kebiasaan karena ingin mencegah Kyoko maju lebih jauh.

Ryu sudah akan meminta maaf, tapi Kyoko sama sekali tidak bergerak menepis. Ia han

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Wulan Julia
hmm..apa mungkin sumber smua masalah sebenarnya ini adlh nidaime sndiri bahkan yg mnjadikan mereka para yatim piatu itu sndiri adalah nidaime..koq q curiga gitu bener g sih kak ai..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • JANGAN MENCINTAIKU, PAMAN!   Pengakuan yang Benar dengan Bukti Tepat

    “Saya tidak bohong!”Murakami kembali berseru sementara berusaha melepaskan tangan Hide dari lehernya, karena tercekik. Sebentar lagi mungkin ia akan mati oleh tangan kosong Hide, bukan katananya.“Nidaime yang menyuruh saya! Nidaime yang … pekerjaan itu milik Nidaime … semuanya penyelundupan itu!”Setelah Hide melonggarkan cengkramannya, Murakami mulai bicara. Semakin panjang kata yang diucapkannya, Hide semakin merasa ia mengigau.“Apa maksudmu ayahku yang menyuruhmu untuk menyelundupkan barang-barang itu? Kuryugumi tidak memiliki bisnis ilegal!” desis Hide,Hal ilegal yang dilakukan Kuryugumi—dan ichizoku lain adalah menyuap dan menguasai politik dengan uang, tapi semua bisnis mereka adalah putih. Semua perusahaan yang ada di bawah Kuryugumi mempunyai badan

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-22
  • JANGAN MENCINTAIKU, PAMAN!   Kebenaran yang Berserakan

    “Apa yang kau lihat darinya? Kenapa kau ingin bersama Hide?”Masaki menanyakan hal menyebalkan lagi, padahal Ayu baru saja ingin berbuat baik padanya. Ia membawa Masaki berjalan-jalan. Mendorong kursi rodanya menyusuri taman rumah besar itu.Idenya sendiri, bukan dari Shibata. Karena kasihan saat melihatnya duduk menatap kejauhan di teras samping. Shibata tidak menemani karena ia pergi mengantar dokter yang telah menginap beberapa hari untuk merawatnya. Keadaan Masaki hari ini sudah lebih baik, maka dokter itu akhirnya pulang.Untuk ukuran musim gugur, hari ini sangat hangat. Idenya berjalan-jalan sebenarnya bagus. Ayu tentu saja berharap kegiatan hangat itu, akan membuat hati Masaki hangat juga. Sayangnya pria tua di atas kursi roda itu memang tidak pernah memilih opsi perdamaian saat sedang bersamanya. Ayu berharap ia akan

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-23
  • JANGAN MENCINTAIKU, PAMAN!   Rumah yang Benar

    “Mungkin dia hanya iseng,” kata Yui, sambil menyisir rambutnya yang panjang,Ia tengah mengomentari cerita Ryu yang menjabarkan kisah dari Murakami. Tidak jauh berbeda dari Hide maupun Ryu, Yui tentu saja terkejut. Ia masih membahas, meski sudah beberapa jam berselang sejak Ryu menceritakannya.“Itu pendapat paling bodoh yang pernah aku dengar. Aku tidak tahu kau berbakat untuk menjadi bodoh,” sahut Hide.Yui mendecak lalu meraih katana yang ada di dashboard mobil, tapi Ryu yang ada di kursi kemudi langsung menyambar katana itu, dan meletakkannya kembali.“Tolong kalian jangan bertengkar. Aku sedang menyetir. Kita semua akan mati jika kalian terus bertengkar dalam mobil,” kata Ryu. Memohon dengan amat sangat agar mereka berdamai. Ia hanya ingin sampai di tujuan dengan damai.&ldqu

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-23
  • JANGAN MENCINTAIKU, PAMAN!   Panggilan Benar Untukmu

    Dengan sangat perlahan, Ayu membantu Masaki untuk berbaring di atas futon. Ia tampak semakin lelah setelah beberapa saat bicara tentang Hayato dalam keadaan duduk tadi. Saat Ayu menawarkannya untuk berbaring, Masaki mengangguk.Sedikit kesulitan, karena meski sangat kurus, menurut Ayu, Masaki masih berat. Ayu tapi cukup terbantu karena Masaki masih bisa menggeser tubuhnya sendiri untuk mencari posisi yang pas untuk berbaring.“Apa Anda ingin minum?” tanya Ayu setelah merapikan selimutnya. Ia mendengar deru napas yang semakin keras.Masaki mengangguk, lalu Ayu mengambil botol minuman hangat dan memasang sedotan di sana. Masaki meminum beberapa teguk air hangat yang ada di botol itu dan tampak menghela nafas lebih lega.“Apa kau akan ada di sini?” tanya Masaki, sambil memejamkan mata.Ayu menga

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-23
  • JANGAN MENCINTAIKU, PAMAN!   Apakah Benar?

    Hide menunduk di samping Masaki, memeriksa leher dan tangannya.“PANGGIL DOKTER!” Hide berseru dan Ryu yang mengikuti perintahnya.“Otou-san!” Seperti Ayu, Hide menepuk bahu dan pipi Masaki. Tidak ada tanggapan.“Oksigen!” Hide berseru, sementara melangkahkan kaki di atas tubuh Masaki dan menekan kedua tangannya di dada Masaki. Ia menghitung dengan cermat dan memompa. Menekan dada itu dengan konstan, mencoba mengembalikan napas Masaki.Yui yang datang mengambil tabung oksigen portable dan memasangnya, menekan ampul untuk mengalirkan udara ke tubuh Masaki, bergantian dengan Hide yang terus menekan.Tapi perlahan, masker itu terjatuh dari tangan Yui, hanya menyisakan tangannya yang gemetar.“Apa yang kau lakukan?! Teruskan!” Hide berseru pada Yui yang bersimpu

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-23
  • JANGAN MENCINTAIKU, PAMAN!   Benar tapi Merasa Tidak Benar

    Ayu kebingungan. Ia tidak bisa memutuskan apakah harus merasa sedih, panik, takut atau gembira. Situasi yang dihadapinya begitu asing.Ia memandang ke belakang, melihat iring-iringan paling tidak sepuluh mobil—termasuk mobil jenazah yang ada di bagian tengah.Dan yang mengiringi mereka bukan hanya mobil biasa, Ayu tadi melihat mobil polisi berada di bagian paling depan untuk membuka jalan agar mereka bisa lebih cepat sampai, juga ada mobil polisi yang melintas di samping mereka bergantian.Ayu merasa mengecil, merasa tidak berada di tempat yang tepat. Dunia yang bukan miliknya.“Ada apa?” tanya Hide saat melihat Ayu menatap keluar jendela dan juga ke belakang mobil bergantian.Ayu menggeleng lalu tersenyum. “Tidak ada. Aku hanya ingin melihat keadaan."Ayu tidak akan mengeluhkan apapun pada Hide saat ini. Tidak ingin menambah sedikit pun beban untuknya. Hide tidak menyebut apapun semenjak mereka memasuki mobil, dan it

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-24
  • JANGAN MENCINTAIKU, PAMAN!   Masih Bisa Benar

    Ayu mengelus mofuku yang dipakainya. Benda itu terasa sangat asing. Kimono berwarna hitam pekat seluruhnya—bahkan obi-nya juga berwarna hitam—itu belum pernah sekalipun dipakai olehnya. Ayu yakin itu. Ia belum pernah menghadiri pemakaman siapapun yang mengharuskannya memakai mofuku.Ayu mematut dirinya di cermin, memeriksa rambutnya. Rambutnya masih terlalu pendek untuk digelung ke atas, jadi Ayu hanya menyisir biasa. Yang terpenting tentu saja menutupi bekas lukanya agar tidak menarik perhatian.Ayu berpaling saat mendengar pintu shoji terbuka. Terlihat Hide yang sudah berganti dengan jas berwarna hitam pekat juga, kemeja putih dan dasi. Pakaian resmi berkabung untuk pria.“Apa kau sudah siap?” tanya Hide, sambil menghampiri Ayu.“Ya, sudah selesai,” kata Ayu.“Kita keluar

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-24
  • JANGAN MENCINTAIKU, PAMAN!   Waktu yang Tidak Benar

    “Sandaime … Maaf, tapi siapa …”Hide melirik, menjatuhkan pandangan pada orang yang berani bertanya itu, dan ia langsung diam. “Maaf.”Hide tidak perlu mengatakan apapun, dan ia merasa telah melakukan kesalahan. Dan semua orang kurang lebih bersikap sama. Mereka langsung menunduk atau paling tidak berpura-pura tidak memandang.Hide tentu saja membatalkan niatnya untuk masuk, dan kembali menarik Ayu ke ruangan lain. Untuk sementara ini cukup. Berkabung dan sikap sangar akan mengamankan Ayu, tapi jelas ia harus menjawab pertanyaan semacam itu nanti—paling tidak masih nanti.“Kau tidak perlu menjawab apapun jika ada orang yang bertanya. Aku yang akan mengurus semua itu nanti,” kata Hide, sambil membuka pintu ruangan lain. Dan untung saja tidak ada siapapun di sana. Ruang bac

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-24

Bab terbaru

  • JANGAN MENCINTAIKU, PAMAN!   Extra 19 - Keluarga Kita yang Benar

    “Himawari! Natsu!”Terdengar bocah berumur sekitar sepuluh tahun menegur dengan keras, saat menemukan dua bocah yang lain bersembunyi di balik semak yang ada di bawah pohon.“Kenzo–aniki!”Natsu kaget melihat Kenzo yang tiba-tiba muncul lalu menarik anak perempuan—Himawari yang ada di sampingnya untuk berdiri, akan mengajaknya berlari, tapi tentu saja dicegah oleh Kenzo.“Tidak boleh! Kau membuat Okaa-san khawatir. Kau harus kembali.” Kenzo meraih lengan Natsu.“Tapi Himawari takut. Ia tidak suka sekolah.” Natsu menunjuk Himawari yang kini terisak.“Hima–chan.” Kenzo berlutut, lalu mengelus kepala Himawari yang menunduk.“Sekolah tidak menyeramkan. Kau akan bertemu banyak orang baru, dan teman-teman baru.” Kenzo membujuk lembut, sampai Himawari mendongak menatap mata Kenzo.“Tapi… tapi… aku ingin bersama Natsu. Aku tidak mau sekolah…”“Tapi…” Kenzo mengusap wajahnya. Himawari tentu akan ada di sekolah yang berbeda dengan Natsu. Himawari baru akan masuk taman kanak-kanak hari ini, bukan

  • JANGAN MENCINTAIKU, PAMAN!   Extra 16 - Rumah Benar Untuknya

    “Tempat ini tidak buruk.” Hide tidak menolak secara langsung, tapi keberatan itu terlihat.“Memang, aku akan memastikan tempat ini tidak akan pernah buruk untuk anak-anak itu. Tapi Kenzo berbeda dengan anak-anak itu. Mereka anak-anak yang benar-benar tidak punya keluarga, terpaksa tinggal di sini. Kenzo punya aku. Aku keluarganya. Aku satu-satunya yang dimiliki oleh Kenzo.”Ayu tidak ingin mengakui hal itu ketika mengingat perbuatan ibunya, tapi Kenzo tetap adalah anak dari adik ibunya—keluarganya. Satu-satunnya keluarga kandung yang pantas dimilikinya saat ini, tidak ada yang lain.“Aku tidak bisa melupakan fakta itu, dan berpura-pura kalau Kenzo adalah orang lain. Hal ini akan menghantuiku saat tidur.” Ayu kembali membujuk.Hide memainkan kunci mobil yang di bawahnya sambil menatap bagian belakang kepala Kenzo yang kini kembali mencoba untuk menggambar sesuatu dengan krayon di kertas yang baru.“Aku tahu kau membenci ibunya—aku juga sama. tapi kau tidak harus membenci Kenzo. Anak it

  • JANGAN MENCINTAIKU, PAMAN!   Extra 17 - Lingkungan yang Benar

    “Aku masih tidak ingin melakukannya.” Hide menggerutu.“Aku tahu, tapi aku yakin kau juga tahu kalau ini yang paling benar.” Ayu menatap suaminya yang kini sedang melepaskan sabuk pengamannya. Sudah sekitar dua menit lalu mereka sampai, tapi belum ada yang mencoba turun.Keputusan yang mereka—Ayu ambil, memang sangat besar. Ayu perlu menenangkan diri. Dan Hide sudah menyerahkan pilihan pada Ayu, tapi tetap menjalaninya dengan setengah hati.“Sudah, ayo.” Ayu akhirnya membuka pintu dan turun.Anak-anak yang tadi bermain di halaman, berhamburan mendekat saat melihatnya.“Tanaka–san! Apa yang kau bawa hari ini? Gula-gula? Buku cerita?”Aneka suara bersahutan menyambut Ayu. Ia memang sudah sering mengunjungi panti asuhan itu dengan membawa hadiah, tentu mereka berharap Ayu akan membawa sesuatu.“Aku membawa sesuatu di mobil untuk kalian, tapi rahasia. Kalian bisa…”Ayu tidak bisa menyelesaikan kalimatnya, karena rombongan anak yang megerubunginya langsung berlarian meninggalkannya menuju

  • JANGAN MENCINTAIKU, PAMAN!   Extra 16 - Tangan yang Benar

    “Aku tidak ingin tidur denganmu.” Ryu mengulang pertanyaan itu sebagai bentuk ketidakpercayaan, karena terlalu absurd. Ia lalu menggelengkan kepala sambil mengusap wajahnya.“Aku rasa kemampuanmu untuk menyimpulkan sesuatu sedang tidak amat tajam saat ini,” kata Ryu.“Tidak!” Kyoko tersinggung tentunya. Meski tidak langsung, Ryu kurang lebih menyebutnya bodoh.“Jangan marah, aku maklum malah. Aku akan kecewa kalau keadaan pikiranmu amat tenang saat ini.” Ryu tersenyum puas.“Aku bukan tidak tenang!” Kyoko menyanggah.“Kau baru saja bertanya tentang keinginanku tidur denganmu. Aku rasa hal itu termasuk gangguan yang membuatmu tidak tenang.” Ryu meninggalkan koper, dan mendekati Kyoko, yang mendadak panik, mundur menjauh.“Jangan mengingkari. Kau tidak akan berhasil membuatku berpikir sebaliknya.” Ryu terkekeh pelan melihat kepanikan itu.“Aku tidak…” Kyoko menggigit bibir, tidak punya balasan pintar karena tentu paham juga kalau sikap Ryu yang menjauh memang mengganggu untuknya.“Kemar

  • JANGAN MENCINTAIKU, PAMAN!   Extra 15 - Mendengar Nasehat yang Benar

    “Jangan membukanya sekarang. Kau akan basah.” Ryu menaikkan hoodie jas hujan yang dipakai Kyoko pada saat yang tepat, karena detik berikutnya, air dalam jumlah banyak, menghambur ke arah tempat mereka duduk. Seperti ada yang menyiramkan ember raksasa ke arah mereka. Ini karena pertunjukkan yang mereka lihat, melibatkan paus orca yang melompat keluar dari air. Tentu saat terjatuh akan menghempaskan air dalam jumlah banyak ke arah penonton. Ryu bertepuk tangan seperti yang lain, menghargai kerja keras mamalia raksasa itu, tapi Kyoko tidak bertepuk tangan sekalipun—bahkan sampai pertunjukan itu selesai. “Apa kau tidak menyukainya?” Ryu bertanya saat mereka berjalan keluar dan melepaskan jas hujan yang telah basah kuyup. Ryu meraih handuk kecil yang dibagikan petugas, lalu memakainya untuk mengeringkan rambut dan leher Kyoko. Meski Ryu menutup hoodie pada saat yang tepat, tapi masih ada bagian rambut dan leher Kyoko yang basah. “Kau tidak suka akuarium. Aku akan mencatatnya.” Ryu ters

  • JANGAN MENCINTAIKU, PAMAN!   Extra 14 - Kebutuhan yang Benar

    “Aku ingin pulang.”Kyoko menyahut dengan tiba-tiba, saat Ayu baru saja mengoleskan lipstik berwarna pink di bibirnya.“Hah? Kenapa? Apa ada yang tertinggal?” Ayu menegakkan tubuhnya dengan kebingungan. Ayu sejenak memandang perlengkapan kimono yang akan dipakai Kyoko.Seharusnya tidak ada, karena memang kimono Kyoko lebih sederhana—tidak banyak pernik kecuali hiasan rambut. Tidak seperti yang dipakai Ayu saat menikah di Utoro.Rencana Ryu, mereka akan melakukan pernikahan yang sama seperti Ayu, tapi mau berkompromi, dan menjadi lebih sederhana, yaitu menikah di balai kota. Ryu tidak mungkin berani memaksa, karena tahu benar bagaimana sejarah Kyoko dengan bangunan kuil. Lagi pula pestanya akan tetap ada, hanya upacaranya saja yang berubah.Keputusan itu tentu saja tidak ada yang memperm

  • JANGAN MENCINTAIKU, PAMAN!   Extra 13 - Keinginanmu yang Paling Benar

    “Kau pasti gila!” Kyoko berdiri dan berjalan mondar-mandir di ruang tengah. Sementara kepalanya mengingat-ingat apakah ada sedikit saja tanda Ryu tidak serius.Tapi semuanya serius. Ryu bahkan mengirim foto contoh kimono yang akan dipakainya pada hari pernikahan. Saat melihatnya, Kyoko mengira Ryu gila karena kebohongan mereka akan menjadi sangat sangat extra kalau sampai menyebut soal corak kimono.Namun, pada akhirnya Kyoko memilih, karena ingin mengakhiri pembahasan tidak penting itu. Pembahasan itu penting ternyata.“Apa kau akan diam saja?!” Kyoko membentak marah, melihat Ryu yang malah dengan santai menyesap bir dan memakan kacang yang juga dibawanya tadi.“Kau ingin aku melakukan apa?” Ryu mengernyit.“Ya batalkan itu semua! Hubungi mereka semua! Batalkan!” Kyoko duduk kembali di samping Ryu kemudian menyerangnya. Meraba pinggang Ryu.“Eh, tunggu! Jangan tiba-tiba menjadi agresif begini.” Ryu tentu saja kaget.“Agresif apa?! Ini! Hubungi mereka!" Kyoko hanya mengambil ponsel Ry

  • JANGAN MENCINTAIKU, PAMAN!   Extra 12 - Misi yang Benar

    Ryu menggelengkan kepala saat kembali dengan mudahnya bisa membuka pintu apartemen Kyoko setelah memasukkan tanggal ulang tahunnya—dan akan datang lusa.Ryu sudah berpuluh kali mengingatkan Kyoko untuk pengganti password yang terlalu mudah ditebak itu. Bukan hanya sekali—saat dulu ia berhasil masuk untuk mencari alat penyadap, tapi beberapa kali setelahnya juga sama.Saat ini Kyoko sudah tidak lagi tinggal di Tokyo. Ia pindah ke Osaka karena memang pekerjaannya lebih banyak di daerah Osaka, setelah benar-benar aktif menjadi bagian dari Kuryugumi yang membantu Hide dan Ryu.Hanya Kyoko belum rajin bekerja setelah kunjungan ke rumah orang tuanya, dan tidak ada yang memaksa juga. Hide tidak menyuruh apapun, tergantung Ryu.Keamanan apartemen itu benar-benar lemah, terutama karena masih tidak ada suara apapun meski Ryu sudah berjalan memasuki ruangan selama beberapa saat. Sudah jelas Kyoko tertidur karena memang hari sudah cukup malam. Ryu memang langsung pergi ke apartemen itu setelah kem

  • JANGAN MENCINTAIKU, PAMAN!   Extra 11 - Permintaan yang Benar

    Ayu mematut dirinya di cermin, menatap kimono baru yang akan dipakainya lusa. Kimoni itu dipesan khusus untuknya, jadi tentu semua pas. Tapi Ayu ingin melihat apakah warnanya cocok sesuai bayangan. Dan memang semua cocok. Jatuh dengan pas di tubuhnya, tidak berat dan panas. Itu yang penting, karena saat ini masih musim panas. Kimono modern dengan warna dasar putih itu, dihiasi oleh bunga sakura pink. Ayu bahkan menyiapkan hiasan rambut yang juga penuh dengan hiasan bunga sakura juga untuk melengkapinya. Ayu tidak memakai hiasan bunga itu sekarang, tapi saat mencoba untuk menempelkannya di kepala, warna pink itu juga cocok dengan rambut hitamnya. Semua beres kalau begitu. Ia sudah menyiapkan baju untuk Natsu, juga Hide. BRAK! Ayu tersentak dan menjatuhkan hiasan rambut di tangannya. Suara keras pintu geser yang tertutup itu, tentu membuatnya kaget. Untung saja Natsu ada di kamar sebelah, jadi tidak akan terganggu. Tidak terdengar suara tangis, bahkan saat suara langkah Hide saat m

DMCA.com Protection Status