Share

PART 9

Author: RENA ARIANA
last update Last Updated: 2021-07-30 09:33:48

POV LUNA

Dua hari berlalu, Hari ini ibuk sudah diperbolehkan pulang. Tatapan mata dan sikapnya membuatku gundah, akhirnya aku memilih menjauh-jauh saja darinya daripada nanti mas Tama mencurigai sesuatu. 

"Buk, Kita sudah bisa pulang, tapi maaf. Tama gak bisa bawa ibuk dalam keada'an sehat. Tama janji Tama akan berusaha untuk menyembuhkan ibuk. Jadi ibuk sabar ya?'' jelas mas Tama pada ibunya yang tengah duduk di atas kursi Roda. Kesalnya... Arum masih tampak mendampingi mas Tama. 

"Iya buk, Arum akan bawa dokter spesialis nanti untuk menangani penyakit ibu," jelasnya, reflek aku mencibir. 

*******

Hari terus berlalu, siang ini aku sengaja menemui ibuk di kamarnya. Wanita renta itu masih memandangiku dengan melotot. Sontak aku pun lirik ke kiri dan kanan, melihat keada'an. Karena aku masih ingin memastikan ibuk benar mendengar percakapan aku dengan mas Dion atau tidak. 

"Buk!" sapaku meremas Punggung tangannya, mata ibuk melotot memerah. Mulutnya tampak mereng ingin membicarakan sesuatu. Tuhan masih menyayangiku dengan membuat ibuk lumpuh dan tidak bisa bicara. Setidaknya aku tidak takut sekarang. Kalau tidak bisa habis aku. 

"Ibuk? Ada apa? Ibuk gak suka Luna ada disini?" tanyaku memasang wajah polos. Ibuk tampak bergerak sedikit kencang dan coba mendorongku. Aku terdiam dapati perlakuan itu.

"Apa ibuk mendengar semua percakapanku di taman?" tanyaku lirih, sejenak wanita itu diam dan kembali bergerak. Binar matanya berkaca-kaca hingga meneteskan bulir air mata. Nafasnya terlihat sesak lagi. 

"Pp-pergi... !" desisnya sesak, aku berdiri melihat ibuk histeris, disaat bersama'an mas Tama datang. Melihat ibunya tampak tak baik dia reflek bertanya. 

"Ada apa Luna? Kenapa ibuk seperti ini?" tanyanya, sigap aku membuat Alasn supaya mas Tama tidak mencurigaiku. 

"Itu mas, tadi aku bicara soal Arum sama ibuk, jadi mungkin ibuk kebawa emosi dan gitu deh mas histeris," ujarku, mas Tama berdesih dan mendekat. 

"Kamu juga Luna, gak usah bicarakan hal-hal yang gak penting dong dalam keada'an begini," tuturnya, aku menjauh sembari menghela nafas berat. 

****

Aku harus bagimana, ibuk benar-benar tak bisa melihatku. Aku tidak mungkin terus-terusan menjauh darinya. Aku harus selesaikan semua ini sebelum ibuk buka mulut. Aku harus asut mas Tama secepatnya supaya wanita itu mengembalikan Harta mas Tama padanya

 Setelahnya aku akan pergi jauh bersama Geby dan bayi ini. Kembali mencari sepupu jauhku, lagian hidup disini hanya membuat aku mati ketakutan, belum lagi kasus pembunuhan mas Herman. Aku tidak ingin hidup bersama manusia iblis seperti Dion. 

Sore ini saat mas Tama telah kembali dari kesibukan menjaga dan mengobati ibunya, aku menyongsongnya memasuki kamar. 

"Mas, ini sudah satu bulan lebih, aku belum lagi datang bulan. Kita harus segera cek, dan berikan bukti pada wanita itu," ujarku, mata Mas Tama sedikit terbuka.

"Sayang? Kamu beneran?" desisnya tak habis pikir. Aku mengangguk dengan senyum.

"Iya mas," sedikit wajah mas Tama berseri dan memelukku erat. 

"Baiklah sayang kita akan segera cek up ke dokter," lirihnya sembari tetap merangkulku.

"Baik mas, ayo?" titahku, mas Tama segera bersiap hendaj pergi..

**************

Pov Arum.

Rutinitas kantor dan kesibukan akan rumah dengan suasana baru ini membuat aku lelah, sore ini setelah aku menemui mas Hadi dia mengantarku pulang. 

"Mas aku minta maaf aku belum bisa urus perceraian aku dan mas Tama. Kemaren entah bagaimana caranya surat yang sudah ditandatanganinya telah dirobek," tutupku sebelum aku turun dari mobil. 

"Tak apa sayang, aku mengerti memang semuanya tak akan bisa gampang. Aku percaya kamu, dan akan tetap menunggu," desisnya mengelus pipiku, membuat hatiku terasa hangat.

"Makasih ya mas?" singkatku menyunggingkan senyum hangat. Mas Hadi membukakan pintu untukku keluar dari mobil. Aku beranjak turun dan melambaikan tanganku padanya, mobil mas Hadi beranjak menjauh seiring warna jingga menghiasi langit. Saat melewati garasi mobil hendak ke pintu, aku melihat mobilku tidak parkir di garasi. Walau sebelumya itu adalah mobil mas Tama. Tapi sekarang itu mobilku. Segera aku mempercepat langkah menemui mbok Iyem. 

"Mbok?" panggilku, segera wanita paruh baya itu bergegas mendekat.

"Iya nyah?"

"Mobil mana? Kok gak ada di parkiran?"

"Itu nyah, anu? Pak Tam-" desisnya, aku menghela nafas dan berucap sedikit lantang. 

"Mas Tama? Kenapa dia bawa mobil? Dia kemana?'tanyaku, bik iyem tertunduk. 

" Gak tau nyah, mungkin ada penting. Aku gak bisa cegat karna mereka terburu-buru," tutur Iyem. Aku menghela nafas berat dan coba beranjak ke kamar. Namun langkahku terhenti saat melihat ibuk mertuaku menangis di atas kursi rodanya. Kulirik Resti yang tampak tertidur lelap di sampingnya, tanpa pikir panjang aku coba mendekat membangunkan Resti. 

"Res, bangun itu ibuk nangis mungkin butuh sesuatu," ujarku membangunkan Resti. Namun ibuk makin sesegukan sedikit coba melirik. Tampaknya susah sekali tubuh ringkih itu mengangkat lehernya menoleh padaku, melihat keada'annya seperti itu aku tak tega rasanya.

"Buk, ibu butuh apa?" tanyaku coba duduk dan memandangi wajah lekat. Tangis ibuk makin jadi mengangkat tangannya gemetar mengelus rambutku. Aku makin tak habis pikir apa yang terjadi. 

"Ibuk? Apa ibu lapar? Apa ada yang sakit?" tanyaku lagi, air mata itu tampak sayu. Entah kenapa aku merasa ibu ingin membicarakan sesuatu padaku. 

"Tam-" ucapnya tercegat. Aku coba mendengar dengan seksama. Sepertinya ibu ingin sebut nama Tama. 

"Ibuk kangen mas Tama?" ujarku. Ibuk gemetar coba mengenggam tanganku erat. 

"Mas Tama lagi keluar sama Luna ibuk, segera mereka akan kembali," ucapku lagi, ibuk kembali merintikkan air mata. Sedikit aku coba menautkan alisku heran. Namun percakapan dengan ibuk terhenti seiring bunyi ponselku berdering.

Drrrrt drrrrt drrrrt...

Sontak aku merogoh ponsel dan melihat siapa yang menelpon.

"Mas Hadi?" bisikku. 

"Halo sayang?" ujarnya, aku menarik ujung bibirku untuk tersenyum.

"Ada apa sih Mas Hadi?" Gemas rasanya ingin mencubit. Baru tadi kita ketemuan sudah telpon lagi. 

"Aku sudah sampai rumah, kamu gimana kabarnya?" tanyanya.

"Sudah, aku sekarang bersama mertuaku. Kasian juga, dia mengalami stroke hingga tak bisa bicara," jawabku, Mas Hadi terdengar prihatin juga. 

"Ya sudah, kamu gak usah banyak pikiran ya? Tama pasti tau bagaimama cara merawat ibunya." Reflek aku mengangguk. 

"Iya mas, ya sudah. Kamu tutup gih. Nanti aku kabari lagi, aku mau mandi dulu," ujarku. Kembali aku menoleh pada ibuk. Wajah sedih dan gundahnya tampak jelas. 

"Buk, Arum mandi dulu ya," desisku mengelus tangannya. Sedih rasanya hati ini melihat binar mata ibuk berkaca-kaca. Aku coba menggetarkan bibirku meminta maaf pada ibuk. 

"Arum minta maaf jika prilaku Arum pernah buat ibuk kesal. Arum wanita biasa buk. Arum cemburu pada istri muda mas Tama itu. Sebenarnya Arum tak ingin membenci ibuk atau membalas apapun," ujarku mengenggam tangannya. 

"Ibuk dan mas Tama adalah keluarga Arum yang tertinggal sekarang. Sakit saat mas Tama dan ibuk juga ingin menyisihkan Arum. Jujur Arum hanya terbawa emosi saja. Jadi jika selama ini Arum keterlaluan. Arum minta maaf," jelasku lagi dengan mata yang berkaca-kaca. Air mata ibuk juga tampak menetes. Ia gemetar dan menangis histeris aku makin tak habis pikir. Mendengar kegaduhan itu Resti bangun. 

"Mbak.. Mbak Arum mau apakan ibuk?" tanyanya, ia kesal dan mencoba menjauhkan ibuk dariku. Aku berdiri dan beranjak. 

"Tak apa, aku melihat ibuk menangis, saat hendak masuk kamar. Lagian kamu bukannya jaga ibuk malah tidur," tuturku, Resti coba mengecek tubuh ibunya seperti mencurigaiku sesuatu.

"Tak ada apa-apa Resti. Aku bukan serendah itu menyerang orang yang lemah. Sudah, aku mandi dulu," singkatku beranjak. Resti terdiam tanpa sepatah katapun. 

***

Langit sudah mulai gelap, mas Tama juga belum kembali. Aku menghenyak di kasur tidur sembari melirik seisi ruangan kamar. Segala kenangan manis dan harapan kami berdua terkubur dikamar ini. Mas Tama sekarang sudah benar-benar menyisihkan aku baik itu di hati atau dihidupnya. Sedikit aku coba membuka laci samping ranjang kami. Sebuah Album terkumpul dalam kenangan manis saat aku dan mas Tama masih menjadi mahasiswa dan tergabung dalam kelompok mahasiswa pecinta Alam, sungguh waktu terasa cepat berlalu semua sudah berakhir tau-tau aku diduakan. Cintanya telah hilang semuanya telah benar-benar berakhir.  Sekarang aku mencoba menjalani hari baru bersama mas Hadi dan akan melupakan mas Tama selamanya. Sungguh Takdir benar-benar mempermainkanku. Sesak rasanya saat aku tak ingin dalam keada'an seperti ini, tapi ini lah takdirnya. Aku harus siap dengan semua ini. 

Satu jam berlalu, Setelah selesai menghilangkan penat Iyem menemuiku ke kamar.

"Nyah, makan malan dulu, nanti ketiduran," titah Iyem membawa nampan berisikan makanan. Aku sedikit beringsut memperbaiki dudukku, dan menaroh Album yang dari tadi aku pegang.

"Apa Mas Tama dan Luna sudah kembali?" tanyaku dengan males, Buk iyem menggeleng dengan sigap. 

"Belum nyah, gak tau iyem dia kemana," ujarnya. Aku menghela nafas berat dan menyambar makanan di tangan Iyem.

"Nyah! Iyem tau, ini gak mudah bagi Nyonya Arum. Lebih baik. Nyonya lepaskan semua orang-orang ini yang bikin kita pusing. Iyem gak mau nyonya stres dan jatuh sakit nyah. Amit-amit," jelas Iyem. Aku coba mencuil sedikit makanannya dan melahapnya. Dengan senyum hangat aku berkata. 

"Tak apa kok bik, aku masih kuat. Lagian ini sudah jalan dua bulan. Masih ada satu bulan lagi. Kasian juga bik, Ibuknya mas Tama. Mereka kemana coba dalam keada'an seperti itu?" jawabku, Iyem terdengar sedikit berdesis. 

" Tapi mereka gak kasian sama Nonya Arum!" kesalnya.

"Tak apa bik."

Percakapan kami terhenti saat mendengar mobil memasuki Garasi. 

"Itu Nyah, Pak Tama dan wanita itu kembali," ujarnya, aku sedikit menoleh ke jendela. Senyum hangat mas Tama dan kegirangannya Luna membuat aku sedikit cemburu. Namun aku coba hapuskan perasa'an itu karena sekarang aku bersama mas Hadi. Dia tentu lebih baik dari pada mas Tama. Yang jelas-jelas dia pria normal. Toh dia beneran punya anak dengan pernikahan sebelumnya.  Kembali aku melahap makanan yang di hidangkan Iyem dengan hati ringan tanpa beban. Selang beberapa menit, sepasang kekasih itu nongol juga dihadapanku dengan senyum semringah. Sejenak aku terhenti mengunyah makanan yang memenuhi mulutku. 

"Ada apa?" desisku, sembari tetap menyondok makananku dan meneguk segelas air. 

"Luna Hamil, dan Hari ini. Kamu bisa tanda tangani perjanjiannya," ujar mas Tama, sontak aku keselek. Segala makanan yang memenuhi mulutku loncat lagi keluar 

"Ughuk ughuk ughuk!"

Mukaku memerah, karena menahan sakit tenggorokanku. Terkejut hebat hatiku mendengar ucapan itu. 

"Apa katamu mas? Hamil?" tanyaku coba memperbaiki suara dari tenggorokan yang terasa sakit. 

"Iya, ini!" sigap wanita itu memberikan tespeck dan hasil USG nya, seketika aku panas dingin tidak mengerti sebenarnya apa yang terjadi.

Comments (3)
goodnovel comment avatar
Lie Miang
malas lanjut buka koin mahal sekali
goodnovel comment avatar
Ginzdy Asmara
menarik ,sedih,geraaaaaam
goodnovel comment avatar
Ginzdy Asmara
mantaaapz bikin baper cerita y
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • JANGAN HINA AKU MANDUL   PART 10

    POV ARUM"Jadi mana surat yang kemaren, ayok coba tanda tangani?" titah Luna, seketika aku gemetar sekaligus geram. Apa yang terjadi. Apa dokter itu yang salah? Gak mungkin, dokter itu tidak mungkin salah. Aku harus bagaimana sekarang? Aku tidak mungikin berikan hartaku gitu aja sama wanita itu. Ini pasti ada yang tidak beres disini. Tak mungkin data dari laboratorium itu salah. Kalo mas Tama itu benaran mandul!"Apa beneran ini tespesk dan USGmu? Beneran?" tanyaku, mas Tama tampak girang, dan wanita itu tak kalah senang.Seketika aku kalud, dan susah memutar otak bagaimana bisa wanita itu hamil."Gak mungkin!" desisku, Luna berdesih dan sontak berucap."Kok bisa gak mungkin! Jelas-jelas sekarang aku tengah mengandung anaknya mas Tama! Kenapa kamu? Mau ngelak ya? Dasar wanita picik!" ujarnya. Aku bungkam tak habis pikir. Apa wanita ini berpikir bahwa aku akan memberikan hartaku begitu saja? Dasa

    Last Updated : 2021-07-30
  • JANGAN HINA AKU MANDUL   PART 11

    POV IbuDrrrt drrrtt ....Bunyi ponsel berdering, hari ini Luna yang menjagaku. Resti anak bungsuku dijadikan budak setelah Iyem tak mau bekerja denganya sedangkan dia duduk manis didepanku dengan sesekali tersenyum."Buk... Semua sudah seperti semula. Mas Tama dia udah kembali lagi ke kantor. Dan aku jadi nyonya dirumah ini, tapi masalahku sekarang hanya Ibuk, buk! Karena ibuk mengetahui segalanya," bisiknya dengan tersenyum kecut. Aku gemetar hendak menimpuknya. Namun lenganku terasa lemah tak berdaya untuk diangkat."Kenapa? ibu mau marah?" ledeknya lagi memasang wajah datar."Buk, maaf. Aku harus segera pergi! Aku akan hasut mas Tama jual semuanya. Mengambil uangnya dan pergi deh dari sini," jelasnya dengan enteng. Aku coba menghela nafas sesak. Sontak Luna melirik Resti yang sedang mengepel."Bungsunya ibuk berbakat banget, buat jadi babu. Baguslah. Setidaknya aku gak keluar duit untuk sementa

    Last Updated : 2021-07-30
  • JANGAN HINA AKU MANDUL   Bab 12

    POV LUNASialan aku harus bagaimana, aku bisa saja gila karena ini. Dulu mas Herman sekarang Resti sampai kapan aku akan tetap ikuti permainan dia. Jika aku tidak bersandiwara pasti aku mati juga ditangannya, mana aku janjikan padanya bahwa aku bakal ambil harta mas Tama secepatnya. Jujur, aku tidak ingin pergi bersama dia membawa kabur harta mas Tama. Tuhan bagaimana caranya aku bisa kabur dari jerat Dion. Pria psikopat dengan kelainan sekss itu. Mengenalnya adalah malapetaka yang terbesarDrrrrrrrrrrt drrrrrt...."Hallo?" ujarku gemetar mengangkat telpon dari Dion."Dia sudah lenyap. Aku temukan karung itu hanyut terbawa air," desisnya, aku mendegup dengan mata membulat dan gemetar. Belum percaya saja rasanya Resti sudah tiada dan akulah pembunuhnya."Aa-kk-u Tt-takut mas,"lirihku gemetar."Kamu tenang saja. Makanya jangan bertele-tele! Ambil uangnya dan segera pergi dari situ. Aku akan tetap mengawasimu," ujarnya

    Last Updated : 2021-08-01
  • JANGAN HINA AKU MANDUL   Bab 13

    POV ARUMSore berkunjung, setelah mengambil keputusan untuk kembali ke rumah, Mas Hadi sangat marah dan kecewa padaku. Aku memang egois tapi aku harus lakukan ini. Bagaimanapun aku wanita bersuami. Sampai detik ini mas Tama belum menandatangani surat perceraian. Walau aku tak tau apa alasannya. Yang jelas kenyataannya aku masih istri sah mas Tama...*********Tok tok tok....!Bunyi ketukan pintu, membuatku gemetar. Aku persiapkan mentalku untuk menemui mereka terutama istri kedua mas Tama.Trakt!Bunyi daun pintu terbuka, mata Luna membulat saat melihat aku berdiri bersama bik Iyem membawa barang-barangku."Nng-apain kamu kesini?" tanyanya, tanpa pikir panjang aku nyelonong masuk dan menyapu pandangan ke seluruh ruangan."Bik rapikan kamar ya? Aku capek mau segera istirahat," titahku pada bik iyem"Baik non."Luna geram dan langsung menghampiriku menghunuskan

    Last Updated : 2021-08-01
  • JANGAN HINA AKU MANDUL   Bab 14

    POV TAMA"Arum...apa yang terjadi?" tanyaku saat Arum masih nanar dengan tatapan mata berkaca-kaca."Arum?"panggilku lagi, Arum menoleh dengan tatapan hambar."Mas, maaf? Aku akan segera selesaikan ini," ujarnya berlalu pergi, aku kembali menghenyak kursi kerjaku dengan perasaan gundah. Pria itu, sebelumnya pernah dekat dengan Arum apa yang terjadi hingga Arum menjual semua aset padanya.Aku tidak tau bagaimana Arum menyelesaikan masalahnya dengan pria itu, masalah baru ini benar-benar membuatku pusing, tak ada yang bisa aku lakukan untuk perusahaan ini lagi, aku harus kembali ke rumah.Sesampai di rumah aku temui Luna tengah bermain dengan Geby, aku mencoba untuk tidak menemui dia dulu dan langsung mengecek kamar Resti. Rasa rindu dan penasaran padanya kenapa dia tiba-tiba menghilang dan mengirimi aku sebuah pesan misterius itu membuat banyak pertanyaan bersarang di kepalaku."Apa yang terjadi sebenarnya?

    Last Updated : 2021-08-01
  • JANGAN HINA AKU MANDUL   Bab 15

    POV RESTIDua hari berlalu aku kembali ke rumah memantau keadaan dari kejauhan. Mendadak aku cemas melihat mba Arum sekarang tinggal di rumah bareng Luna dan mas Tama, takut-takut Luna juga perlakukan mba Arum sepertiku sebelumnya. Hatiku terenyuh saat melihat ibuk diajak jalan mbak Arum pakai kursi roda ke halaman rumah."Wanita itu? Mana dia?" lirihku. Hari sudah mulai gelap, mba Arum membawa masuk lagi ibuk ke dalam. Aku pun beranjak hendak pergi kembali ke rumah Irfan. Sekitar jarak lima meter aku melihat Luna turun dari taxi. Secepat kilat aku sembunyi di balik pohon."Ini sudah hari keberapa, aku belum juga bisa membujuk mas Tama, aku harus bagaimana?" gerutunya berjalan menuju pagar. Di bawah pohon ini minim pencahayaan, mungkin jika aku berdiri dari sini Luna akan melihatku seperti penampakan."Mba.. Luna," desisku memanggilnya, sontak saja langkah wanita itu terhenti dan membalik dengan gemetar. Aku tertunduk denga

    Last Updated : 2021-08-01
  • JANGAN HINA AKU MANDUL   Bab 16

    PART POV RESTI Darahku serasa terhenti saat melihat pembunuh itu berada di depan pintu, aku tak menyangka dia bisa mengetahui keberadaanku, pria itu tertawa renyah melangkah masuk. "Jj-jangan mendekat!" bentakku mendorong pintu sontak saja pria itu menghempas pintu kuat hingga aku terjatuh. "Sayang sekali, aku harus habisi kamu malam ini cantik...," desisnya menyeret lenganku lagi untuk berdiri, aku gemetar dan coba berontak. "Lepas!" hardikku berusaha lepas dari cengkramannya. "Kalo di lihat-lihat kamu cantik juga?" desisnya memandangi dengan nafsu, aku jijik dan sekuat tenaga berontak. Pria itu menyeretku ke kamar hingga jemariku dapat menjangkau vas di lemari, secepat kilat aku layangkan ke kepalanya, Membuat cengkramannya terlepas dan tampak oleng memegangi kepalanya yang telah bersimbah darah. Seketika aku nanar melihatnya dan coba berlari keluar. Namun, aku salah, pria itu lebih sigap menangkis la

    Last Updated : 2021-08-01
  • JANGAN HINA AKU MANDUL   BAB 17

    POV ARUM Mas Tama dia sangat kecewa padaku, hingga dia memilih diamkan aku di rumah, disini dirumah Hadi aku belum terbiasa, lagipula aku belum bercerai dengan mas Tama. Aku gundah entah apa pilihan yang harus aku ambil. "Arum?" sapa mas Hadi membuyarkan lamunanku di taman rumahnya. Sontak aku menoleh dan berkata. "Ya mas, sehabis mengantar Caca tadi les. Aku pilih balik lagi, ini sudah sore mas. Aku harus kembali pulang," tuturku, sedikit wajah mas Hadi berubah. "Pulang kemana? Ini rumahmu Arum," tekannya tak habis pikir. Aku berdesih sedikit dan berucap. "Mas aku males bahas yang beginian. Berapa kali aku katakan padamu mas. Aku belum bercerai dan aku masih istrinya mas Tama," ujarku, mas Hadi menghela nafas berat dan beranjak mengambil sesuatu.

    Last Updated : 2021-08-04

Latest chapter

  • JANGAN HINA AKU MANDUL   Bab 66

    .... POV HADI"Mama maafin papa ya?" ujar putriku mendekat dan menggenggam pergelengan tangan Arum erat. Arum masih bungkam hingga dia tampak dilema, istriku berdesih dan coba menarik tangannya yang aku genggam erat, matanya tampak merintikan air mata deras."Tolong berikan aku kesempatan lagi mah."lirihku. Sedikit Arum menyibak belahan rambutnya dan menghela nafas sesak. Caca yang juga menunggu jawaban dari Arum itu juga ikut bersimpuh di sampingku."Mama, caca maunya Mama Arum yang tinggal bersama Caca. Maafkan Caca mah, Caca gak akan manja lagi. Caca akan berusaha mandiri supaya tidak merepotkan mama lagi" ujarnya. Arum bergerak memegangi bahu Caca dan membawanya berdiri."Sayang...., kamu jangan begini. Sama sekali mama tidak pernah di repotkan oleh Caca." ujarnya. Arum menoleh padaku dan berkata."Pergil

  • JANGAN HINA AKU MANDUL    BAB 65

    POV RESTITing nong.Bunyi bel bergema Asih tampak meninggalkan Arabela yang tengah tertidur dan segera beranjak ke pintu."Nona Cassandra Resnya ada?" tanyanya, darahku berdesir saat mendengar suara mas Aldi. Bergegas aku bersiap dan berdiri sembari menghela nafas untuk menghilangkan nervousku."Ada Tuan, silahkan." ujar Inem. Mas Aldi masuk aku menyambutnya dengan gaun hitam di tambah dengan aksen bling-bling yang menempel di lengan, leher dan telingaku sengaja aku pake perhiasan brilian putih senada agar penampilanku terlihat berkesan dan elegan. Sedikit mas Aldi terpana melihat aku berdiri di hadapannya."Aku fikir, kamu tidak akan datang Tuan" ujarku menggunakan bahasa inggris. Sedikit mas Aldi senyum tipis dan berkata."Aku sudah janji. Kita sudah sangat dekat belakangan, aku tida

  • JANGAN HINA AKU MANDUL   Bab 64

    Pov Resti."Aku tidak akan salah lagi, kamu Resti." lirih mba Arum meremas bahuku. Reflek aku memeluk dan menagis di pelukannya."Mba..." lirihku, mba Arum mendekap dan mengelus rambutku lembut."Aku hampir saja tidak mengenali mu Res? Kamu hebat sekali bisa sesukses ini." lirih mba Arum mengecup pucuk kepalaku. Mba Arum mendorongku pelan dan berkata sembari mengelus wajahku."Apa yang terjadi Res? Kenapa kamu menghilang? Kamu bilang kamu sudah punya anak? Kamu sudah menikah? Dengan siapa? Lantas hubunganmu bersama Aldi bagaimana? Sungguh mba sangat ingin tau semuanya Resti." ucapnya mencecarku dengan pertanya'an."Ceritanya panjang mba? , anakkku dia seumuran sama Andra. Aku pergi ke london saat hamil Arabela, aku menemui temanku disana, hingga ia tawari aku pekerja'an dan menjadi Casandra Res." jelasku. Mba Arum masih

  • JANGAN HINA AKU MANDUL   Bab 63

    "Aku tidak mengerti dengan takdir. Setelah perceraianku dengan Tania, aku bahkan tak bisa menjalani hidup lagi dengan normal. Lucu bukan? Tania yang berbuat salah tapi seolah aku yang dapat karmanya."ucapnya terkekeh. Kembali ia berucap dengan lirih sembari mengingat seseorang." Tuhan pernah bawa seseorang memberi sedikit warna dihidupku. Namun dia hanya sekedar hadir sebentar lalu pergi."ucapnya. Mba Arum tampak memperhatikan wajahnya mas Aldi dengan seksama."Sepertinya kamu begitu mencintainya?" tanya mba Arum. Sedikit mas Aldi mengangguk dan berkata."Ya, sangat. Hanya saja sekarang aku coba menyerah dan ikhlaskan dia." tuturnya sejenak hatiku rasanya teranyuh. Sungguh aku tidak ingin mas Aldi melupakanku. Aku harus kembali tapi aku bingung bagaimana mengahadirkan Resti yang dulu lagi dalam hidupnya suami. Atau aku langsung jujur saja? Entahlah aku menemuinya lain waktu saja. Aku sedi

  • JANGAN HINA AKU MANDUL   Bab 62

    POV RESTIDi depan kaca riasku di sebuah studio pemotretan terbaik di kota london ini aku menatap nanar pantulanku sembari pikiranku melayang jauh hingga ke indonesia. Bagaimana bisa aku kembali secepat mungkin ke indonesia sedangkan aku masih punya kontrak kerja dua bulan lagi. Dan Irfan akan segera berrtunangan dua minggu lagi. Aku masih sangat sibuk disini, mbak Arum? Dari sekian banyaknya wanita di dunia ini kenapa harus mbak Arum. Tapi saat aku melihat mata mas Aldi waktu itu. Dia tidak mungkin melupakanku semudah itu. Aku harus ingatkan dia lagi tentang Resti. Tanpa pikir panjang aku coba menghubungi mas Aldi.Tuuuut Tuuut....!Terdengar panggilan itu tersambung."Halo?"ucapnya"Halo Tuan indonesia?"sapaku dengan bahasa inggris terdengar mas Aldi terkekeh."Hay nona apa kabar?"tanyanya

  • JANGAN HINA AKU MANDUL   Bab 61

    POV HADI.Lelucon macam apa ini, apa yang dikatakan Arum sangat menyayat hatiku. Bagaimana bisa aku hadiri sidang perceraian. Siang ini aku tak bisa berbuat banyak selain menyendiri lagi di kamar, aku rapuh sekali, aku tidak mau bercerai dengan Arum rasanya hatiku sangat lelah sekali. Aku ingin berkeluh kesah pada Arum tentang hatiku entah bagaimana caranya membuat dia yakin bahwa aku belum membagi perasaanku ataupun cintaku. Cumbuan itu hanya naluriah yang tak bisa aku artikan. Aku resah sekali saat ini aku menyesal. Sekarang semua sudah terlanjur kacau begini. Aku benar-benar lelah. Dalam lamunanku itu terdengar bunyi mobil memasuki garasi sontak aku tersadar dan melihat siapa yang datang bersama mobilku itu. Aku beranjak ke balkon melihat keadaan dibawah bisa aku lihat putriku turun dari mobil dengan wajah lemes. Segera aku hampiri dia ke pintu."Caca... Kamu dari mana aja nak bareng kang supir?" tanyaku.

  • JANGAN HINA AKU MANDUL   Bab 60

    POV ARUM.Setelah melepas mas Tama pergi Aldi mengantarku kerumah. Aku terdiam sejenak melihat rumah itu, rumah ini masih terlihat bagus dan rapi. Karna memang aku selalu sewa jasa pekerja untuk membersihkannya tiap hari. Sedikit aku menghela nafas dan coba membuka kunci pintu itu."Kamu yakin bakal disini sendirian?" tanya Aldi yang Ikut juga masuk sembari menggendong Andra. Sebelumnya Andra sempat rewel bersamaku hingga Aldi mengmbilnya dan anak itu anteng lagi."Nanti aku akan hubungi Inem Al, dia pembantuku sebelumnya. Semoga saja dia masih bisa bekerja denganku." ujarku. Aldi mengangguk."Maaf aku belum sempat belanja, belum ada apa-apa di dapur. Kamu duduklah Al. Sini Andranya." ucapku mengambil anakku di gendongannya."Tak apa Rum, dia anteng sama aku." ujarnya. Aku mendegup dan coba kembali berkata gugup.&n

  • JANGAN HINA AKU MANDUL   Bab 59

    POV HADIDengan langkah gontai aku coba melangkah ke mobil. Dadaku terasa sakit aku bingung mau menyusul Arum yang pergi bersama Aldi sekarang atau kembali pulang, bahkan aku tidak tau bagaimana bicara pada Caca nanti yang ada di rumah, sungguh Aku masih belum percaya kalau Arum mengetahui ini, bisa-bisanya rumah tanggaku hancur dalam sekejap. Padahal aku tidak pernah ingin berniat mengkhianatinya, aku masih menjaga batasanku hingga sejauh ini. Aku tidak bisa jika Arum pergi dan beranggapan bahwa aku telah berkhianat."Oh Tuhan tolong aku "lirihku dengan mata berkaca-kaca dengan berat hati aku menyalakan mesin mobil dan melaju pulang.Sesampai di rumah. Tanpa kata sepatah katapun aku berlalu kekamar, aku kesal membanting semua yang ada. Berkali-kali aku coba mengusap wajahku agar tidak terlihat lemah. Namun aku tidak bisa. Aku terhenyak di kasur dengan air mata merintik.&

  • JANGAN HINA AKU MANDUL   Bab 58

    POV ARUMTuhan tolong beri aku kekuatan, semalam aku dapati mas Hadi pergi keluar dan kembali sebelum shubuh. Selama umur pernikahan kami, baru kali ini ia lakukan itu padaku. Aku sudah yakin mas Hadi telah membagi cintanya, entah bagaimana caranya aku kuat semalaman. Aku sudah muak. Aku tidak sanggup lagi menderita. Aku harus beberkan ke media. Publik terlanjur menuduh aku yang buruk. Padahal aku hanya korban dari segala pelik ini. Mas Hadi entah bagaimana rasanya hatiku sekarang. Kamu membagi cinta untuk mantan istrimu. Segala dongeng indah tentang kita di masa lalu itu hanyalah sebuah hiburan belaka untuk bisa aku kenang. Aku nanar menunggu wartawan datang ke ruang utama."Permisi selamat pagi Mbak Arum?" tanya salah seorang wartawan, aku sedikit tersintak dari lamunanku, tadinya aku fikir aku akan beberkan skandal mas Hadi. Tapi tak adil rasanya jika aku permalukan suamiku dihadapan publik. Lagi pula ini baru pertama ka

DMCA.com Protection Status