Share

JADI TETANGGA MANTAN
JADI TETANGGA MANTAN
Author: Mommy Alkai

PERTEMUAN

Author: Mommy Alkai
last update Last Updated: 2022-11-03 14:49:55

"Ma, bulan depan, kita harus pindah rumah ke Bogor. Papa dipindahin tugas ke minimarket cabang di sana!" beritahu Mas Pras, suamiku, saat kami sedang menikmati makan malam.

"Pindah lagi, Pa?" tanyaku dengan sedikit kesal. "Baru mulai nyaman tinggal di sini!"

Aku merengut. Ini adalah kali kedua kami harus pindah rumah, karena dia selalu dipindahtugaskan, selama empat tahun pernikahan kami.

"Kamu pasti kesal, ya?" tanya Mas Pras hati-hati.

"Mau gimana lagi, atuh Pa. Kalau kamu pindah, masa iya aku tetap di sini sama anak-anak?"

Begitulah ... sebagai istri, aku bisa apa selain mendukung suamiku? Padahal dalam hati kesal juga, membayangkan kami akan mengulang kerepotan dan beradaptasi lagi dengan lingkungan baru.

"Doakan saja supaya tabungan Papa cepat terkumpul dan kita bisa beli rumah sendiri. Jadi kalau dipindahin lagi, kamu sama anak-anak nggak usah ikut!"

Mataku mendelik mendengar jawabannya.

"Terus mau LDR-an gitu? Jani nggak mau!" protesku. Walau sering bertengkar kecil, aku lebih memilih tinggal bersama suami daripada harus berjauhan.

***

Hari kepindahan kami pun tiba. Suamiku sudah jauh-jauh hari survey dan membersihkan rumah kontrakan yang akan kami tempati.

Jarak yang jauh ditambah dua buah hati yang masih kecil-kecil, membuatku tidak bisa ikut bersamanya. Beruntung, karena seringnya pindah, aku dan suami sepakat agar tak memiliki banyak perabotan rumah tangga. 

Tetapi walau perabot kami tak banyak, nyatanya kami harus menggunakan truk juga agar bisa sekali jalan.

"Segini nggak pernah merabot ya, Pa? Padahal isinya cuma barang-barang aja, aja udah segini banyak!"

Nindy usianya tiga tahun, sedangkan Hamdi baru berusia satu tahun.

Hidup berumah tangga berdua dengan suami dengan anak yang masih kecil-kecil, juga jauh dari orangtua sudah terbiasa kujalani.

Padahal dulu itu aku bisa dibilang sangat manja. Tapi sekarang, mana bisa?

Sesampainya di Bogor, ini adalah kedua kalinya kupijakan kaki di sini. Beberapa tahun yang lalu, ada kenangan indah bersama mantan terburuk di kota ini. Ya, dulu aku pernah punya mantan yang berkerja di sini. Beberapa kali dia pernah mengajakku untuk sekedar melihat kantornya yang besar. 

***

Tiba di rumah berukuran sedang itu, aku hanya menggendong Hamdi dan satu tanganku menggandeng Nindy. 

Mas Pras-lah yang bolak-balik memindahkan barang bersama supir truk.

Entah karena komplek perumahan ini terbilang sepi atau karena jam tidur siang, tak ada satupun tetangga yang keluar rumah.

Aku pun memilih duduk di pos kecil yang terletak pas di depan rumahku.

Klonteng!

Tiba-tiba, terdengar suara slot pagar yang berasal dari rumah yang tepat berada di samping rumah yang akan aku tempati.

"Eh, jadi pindah hari ini, Neng?" sapa seorang wanita yang kuperkirakan usianya lebih dari empat puluh tahun itu.

"Iya Bu."

"Namanya siapa?" katanya sambil menyodorkan tangannya. Kesan pertama sih, wajahnya terlihat ramah.

"Anjani, Bu. Panggil aja Jani ...," sahutku tak kalah ramah.

"Oh, Neng Anjani ...."

Dia tersenyum sembari melepaskan uluran tangannya. Gelang emas yang berjejer rapi seperti orang yang sedang antri sembako cukup menyilaukan mata dan membuatku minder. Bagaimana tidak? Di tanganku hnya tersemat sebuh cincin kawin saja.

"Saya Lina, jangan panggil Ibu atuh, teteh aja ya!"

"Iya, Teh."

"Oh ya, ini anaknya dua, masih kecil-kecil, jaraknya deketan yah? Duh, pantes Mamanya sampai enggak bisa merawat diri!"

Glekkk

Sambutan macam apa ini, Mak? 

Aku mengingat kembali penampilanku yang memakai setelan tunik dan jilbab seadanya begini. Ini adalah penampilan ternyaman untuk ibu dua orang anak yang masih kecil, pikirku.

Tapi kan, kami baru ketemu sekali, masa sudah berani dia bikin kesel. Mau marah nggak mungkin, secara dia tetangga satu-satunya yang baru kutemui, bersebelahan pula!

"Hehe, iya Bu. Lagi aktif-aktifnya, buat saya mah yang penting anak keurus!"

Ingin rasanya aku cepat masuk ke dalam meninggalkan tetangga baru yang menyebalkan ini. Tapi kalau di dalam, kasihan Hamdi, banyak debu karena masih bolak-balik mengangkut barang.

"Walau begitu, ya tetap harus merawat diri lho Neng. Kamu itu masih muda, kasihan kalau nanti suami kamu berpaling!" tambahnya lagi.

Duh, ternyata dia belum berhenti juga. Apa bisa ya, aku tetanggaan sama dia kedepannya?

Tinnnnnn

Tinnnnnn

Suara dari mobil berwarna merah berkilau, terdengar nyaring sekali, mengagetkanku yang masih tercengang mendengar ucapan Teh Lina.

"Nah tuh, suami saya pulang. Saya kenalin ya!" kata Teh Lina bersemangat.

Kulihat dari luar kaca mobil. Lelaki dengan tampilan rapi sedang menatapku dari dalam sana. Lelaki yang seharusnya sangat kukenal.

Ya, lelaki itu sepertinya memang lelaki yang pernah mengisi masa laluku. Bukankah itu Aa Hadi, mantan pacarku dua belas tahun yang lalu???

***

Related chapters

  • JADI TETANGGA MANTAN   MANTAN SEMPRUL

    Lelaki yang terlihat tak berubah saat terakhir kali bertemu itu pun turun, tanpa memasukan mobilnya ke dalam garasi lebih dulu. Dia malah berbalik dan menghampiri kami, membuat perasaanku gugup tidak karuan. Benarkah dia mantan pacarku, dua belas tahun yang lalu?Jantungku berdebar tidak karuan, apalagi kala bayangan terakhir kali kami bertemu berputar-putar di kepala.Semakin langkah kakinya mendekat, semakin gugup. Aku sangat yakin, dia adalah Aa Hadi mantan pacarku dulu. Kututupi wajah sebisa mungkin dengan tubuh Hamdi, agar dia tak mengenaliku. Kini dia berdiri persis di hadapanku, di samping Teh Lina.Sejak keluar dari mobil, bisa kurasakan kalau matanya tak lepas sedikitpun menatap, sampai dia tiba di hadapanku. Ah ... apa ini hanya perasaanku saja?"Papi, ini istrinya tetangga baru kita lho Pi, yang kemarin suaminya bersih-bersih!" kata Teh Lina menjelaskan.Aku sesekali berusaha mencuri pandang kearahnya. Ternyata dia menatapku tanpa berpaling sedikitpun. Benar, dia benar-bena

    Last Updated : 2022-11-04
  • JADI TETANGGA MANTAN   BUBUR PENUH KENANGAN

    "Jani!' Lagi, dia memanggil untuk yang kedua kalinya karena kuabaikan.Ya ampun ... apa dia tidak takut istri atau anaknya akan mendengar, lalu curiga?Aku enggak bisa membayangkan kalau Teh Lina sampai tahu kalau aku pernah jadi WIL suaminya."Apa, sih?" sahutku ketus."Apa kabar?"Bisa-bisanya tanya ada apa. Pakai basa-basi segala ini orang! Udah tahu segar bugar begini. Kalau sakit mana bisa pegang gagang sapu, ya kan?Rasanya tidak perlu kujawab basa-basinya itu."Jan!""Apalagi?""Aku mau ngomong!""Ngomong apa? Itu kan, lagi ngomong?""Sini atuh!""Enggak bisa, bahaya!" sahutku cepat tanpa menoleh sedikitpun."Bahaya apa, Neng Jani?" Tiba-tiba suara Teh Lina menggema dari arah belakangku."Eng ... enggak ada apa-apa, Teh! Tadi saya nyapu ada paku. Bahaya kan, kalau keinjak. Bisa sakit yang kena!" jawabku gugup. Tanganku sampai gemetar saking kagetnya."Sakit mana sama lihat mantan yang bahagia sama pasangan barunya!" GlekkkLagi-lagi ucapannya ... apa jangan-jangan Teh Lina uda

    Last Updated : 2022-11-05
  • JADI TETANGGA MANTAN   PERHATIAN ATAU KEGEERAN?

    Gegas aku beranjak dan membuka pintu. Aku sengaja tidak menyahut lebih dulu agar Hamdi tidak terbangun. "Wa'alaikumusalam, ada apa Teh?" tanyaku pada Teh Lina yang datang dengan kantong plastik berwarna putih di tangannya. "Ini, Papinya anak-anak bawa anggur hijau banyak, Teteh bagi dua sama kamu. Kamu doyan nggak?" Mataku berbinar-binar mendengarnya. Setelah kresek itu berpindah tangan, kuperkirakan ada sekitar dua kilogram anggur di dalamnya. Sudah lama sekali tidak makan buah kesukaanku itu. Selain mahal, tidak ada yang suka selain aku di rumah. "Ya ampun Teh, Jani doyan banget. Ternyata A—" "Apa, Neng?" Teh Lina memicing. Duh, hampir aja keceplosan! "Anu Teh, kok bisa banyak begini? Kan harganya mahal?" Aku mencoba mengalihkan. "Katanya sih, temennya lagi panen anggur. Makanya Papi dikasih banyak, bukan beli!" jelasnya. "Alhamdulillah ya Teh, Jani kebagian rezekynya Teteh!" kataku dengan mata berbinar. Ah, aku jadi merasa bersalah sama Teh Lina. Ini pasti ulah Aa Hadi ya

    Last Updated : 2022-11-05
  • JADI TETANGGA MANTAN   KIRIMAN PAKET

    "Elvy Sukaesih?" bisikku.Sukaesih itu nama ibuku di kampung. Tapi yang suka menambahkan nama Elvy di depannya ....?Aa Hadi???Mataku sampai melotot, saat ingat kalau dialah yang sering menambahkan nama belakang ibu. Jadi, apa benar paket kiriman paket ini dari Aa Hadi?Segera kubuka paket itu karena penasaran sekali dengan isinya. Setelah dibuka, isinya adalah daster model kekinian. Ada sekitar delapan stel daster terusan dengan bau khas pakaian baru dari plastik pembungkusnya."Daster? Banyak banget?" gumamku sambil terus melihat isi di dalamnya.Kucari lagi data pengirim pada plastik pembungkus paket. Di sana tertera nomor handphone-nya.Aku mulai curiga lagi. Kalau benar ibuku yang mengirim, mana ada dia punya handphone? Karena dia tetap tidak bisa menggunakannya meski telah diajari adikku, Anjeli berkali-kali. Segera kuambil ponsel dan menghubungi nomor itu."Halo?" tanyaku sedikit ragu."Halo, ini pasti Anjani. Sudah terima paket dari Aa?" sahut suara di ujung telepon.GlekkB

    Last Updated : 2022-11-05
  • JADI TETANGGA MANTAN   DI RUMAH MANTAN

    Siang itu setelah selesai cuci piring dan masak, akhirnya seluruh pekerjaanku kelar juga. Kulanjut mandi sebelum menjemput Nindy dan Hamdi dari rumah Teh Lina, rumah mantan pacarku. Kalau aku kesana sebelum mandi, bisa-bisa Teh Lina ngomel-ngomel lagi nanti.Semenjak tinggal berdekatan dengan Teh Lina, pekerjaanku lebih cepat selesai. Dia akan dengan senang hati menawarkan diri mengajak kedua anakku bermain di rumahnya.Selain suka anak kecil, Teh Lina juga tidak mengerjakan apa-apa lagi. Karena dia memiliki ART yang pulang pergi untuk membantu tugas berat seperti mencuci dan yang lainnya.Pejerjaan Teh Lina hanya masak di pagi dan sore hari.Selesai mandi, segera aku bergegas ke rumahnya untuk menjemput anakku. Tapi baru sampai teras, dia keluar sendiri dan mengajakku untuk masuk ke dalam rumahnya."Hamdi sama Nindy tidur Neng, sini masuk dulu ...!" ajak Teh Lina.Aku mau masuk tapi ragu. Meski sudah akrab dan Teh Lina sering bolak-balik, tapi belum sekalipun aku masuk ke dalam rumah

    Last Updated : 2022-11-05
  • JADI TETANGGA MANTAN   KEDATANGAN IBU

    "Ma, ini pakaian siapa banyak banget. Mama jualan?" tanya Mas Pras saat mendapati dua tumpuk daster di keranjang baju. Padahal sudah kusembunyikan, tapi dia tetap tahu."Punya aku Pa, sebagian dikasih Teh Lina. Sebagian dikirim dari Ibu ....""Alhamdulillah, berarti tahun ini nggak usah beli daster ya, Ma? Bisa dialihkan ke yang lain kan?" celotehnya kegirangan, tanpa rasa bersalah sedikitpun."Ya ampun Pa, udah beli baju sama daster setahun sekali, masa mau dihapus juga. Berarti lebaran ini, ya aku beli gamis dua dong, Pa!" gerutuku sebal.Kesal sekali dengan sifatnya yang terlalu hitung-hitungan itu. Andai saja dia tahu, siapa yang memberi daster baru itu, apa dia akan sadar, kalau aku lebih berharga di mata lelaki lain?Kutinggalkan Mas Pras ke dalam kamar. Dia tahu, marahku adalah diam. Jika diganggu akan semakin lama aku mendiaminya. Makanya, dia takkan berani bicara lagi.Kenapa akhir-akhir ini aku selalu kesal dengan sikap suamiku?Padahal, dulu aku tak pernah masalah, selama d

    Last Updated : 2022-11-05
  • JADI TETANGGA MANTAN   PAKET BERMASALAH

    "Jadi daster itu bukan Ibu yang kirim?" Pertanyaan Mas Pras semakin membuatku gugup."Bukan, Pras!""Coba atuh Neng, dilihat lagi nama pengirimnya!" titah Teh Lina."Bagaimana ya Teh, mana plastiknya sudah Jani buang?" kataku beralasan. "Kalau paket nyasar, bisa bahaya Ma! Bagaimana kalau diminta ganti rugi karena sudah buka paket?"Lagi-lagi Mas Pras bikin aku kesal. Udah tau aku lagi marah, tetap saja pelitnya keluar!"Mama kan, nggak tahu, Pa!""Makanya Ma, jangan asal buka. Aplikasinya aja nggak punya!"Ck, lihat aja, setelah Ibu pulang nanti. Akan ku tambah diamku selama sebulan, biar tau rasa! dengkusku kesal.Gara-gara paket dari Aa Hadi, malam harinya, aku sampai tidak bisa tidur. Selain Mas Pras terlihat curiga, aku juga kepikiran karena belum bisa bicara mengenai Aa Hadi pada Ibu.Dan Mas Pras, lelaki disampingku itu terus mewanti-wanti agar aku tidak menggunakan daster itu dulu, selama satu bulan.Huh! Takut banget kena denda dan disuruh bayar sepertinya!Kulirik jam di di

    Last Updated : 2022-12-26
  • JADI TETANGGA MANTAN   MENGULANG KEDEKATAN IBU DAN AA HADI

    "Jani udah hubungi Mas Pras, tunggu dulu ya Bu!" kataku pada Ibu agar dia merasa tenang. Padahal, Mas Pras belum membaca pesanku sama sekali, masih centang satu. Entah kenapa, akhir-akhir ini dia sulit sekali dihubungi."Deuh Teh, hese (susah) ya, enggak punya tetangga mah. Sekalinya punya, ada bonus masa lalunya!" sindir Ibu penuh kemenangan.Aku diam saja mendengar celoteh Ibu, sambil terus menepuk punggung Hamdi yang kegerahan karena kipas angin yang mati.Kulihat juga Nindy mulai tak nyaman, mungkin gerah juga. Ibu dengan sigap membuka pintu dan jendela yang tadi kututup rapat agar ada udara segar yang masuk."Assalamualaikum ...." Teh Lina pagi ini datang sambil menyodorkan sepiring makanan yang dibuatnya. Kali ini, dia buat kue lupis ketan ."Waalaikumusalam ...," jawabku sambil mengambil piring dari tangan Teh Lina. Karena seringnya dia mengantar makanan, aku jadi tidak basa-basi lagi dan langsung menampi (menerima) pemberiannya."Belum mandi Neng?" tanyanya, lengkap dengan lir

    Last Updated : 2022-12-26

Latest chapter

  • JADI TETANGGA MANTAN   KEINGINAN MIA

    Kata orang, menikah dengan lelaki yang tepat akan menjadikan seorang wanita seperti Ratu dan terus merasa bahagia. Aku tahu, meskipun pernikahan pertamaku dengan Mas Pras telah gagal, banyak hikmah yang bisa kuambil untuk dijadikan pelajaran.Begitu juga dengan masa lalu Aa Hadi. Tapi kenapa sekarang ini, aku malah terus dihantui rasa takut? Selain pernah dikhianati Mas Pras, awal perkenalanku dengan Aa Hadi diwarnai kebohongan. Selingkuh dari wanita sebaik Teh Lina, dengan dalih korban perjodohan orangtua.Menikah dengan Aa Hadi pun, pernah menjadi impianku belasan tahun yang lalu. Namun, semuanya sirna, setelah dua tahun lebih kami menjalin hubungan. Pacar dengan usia yang terpaut lebih dari sepuluh tahun itu ternyata sudah memiliki keluarga. Aku lalu memutuskan untuk mengakhiri hubungan kami.Namun, takdir berkata lain. Sebelas tahun kemudian, kami kembali dipertemukan sebagai tetangga.Setelah menjalani lika-liku jadi tetangga mantan, Allah mentakdirkan kami berjodoh.Sosok Aa

  • JADI TETANGGA MANTAN   CARI ALASAN

    Seperti dejavu, aku pernah merasakan ini dulu. Bedanya kali ini beneran, bukan kaki Nindy lagi seperti waktu itu."Cicing(diam) atuh A, ada anak-anak! Kalau mereka tiba-tiba masuk gimana?" Aku berusaha melepaskan tangannya dari pinggang. Tapi pelukannya malah semakin erat."Cuma peluk doang, sisanya nanti malam," bisiknya. Ucapan itu justru lebih terdengar seperti ancaman di telinga. Membuatku semakin ketakutan mendengarnya.Selepas makan malam dan anak-anak sudah kembali ke kamarnya, sengaja kusibukkan diri di dapur demi mengulur waktu. Kali aja habis nyuci piring, dia keburu ngantuk dan lupa akan ancamannya siang tadi."Ngapain?" tanyanya sambil berdiri menatapku."Cuci motor.""Ngelucu? Besok 'kan ada Mbak Imah Jan, ayo istirahat!"Ish, istirahat katanya? Aku yakin, kalau sudah masuk perangkapnya, mana bisa istirahat?"Tanggung A, bentar lagi!"Aku sengaja mengulur waktu dan terus menerus membilas piring berkali-kali sampai benar-benar kesat. Dia yang memerhatikan aku sejak tadi, m

  • JADI TETANGGA MANTAN   GUGUPNYA PENGANTIN BARU

    Sah!!!" Suara riuh menggema di dalam rumah kedua orangtuaku di kampung, saat penghulu mengesahkan pernikahanku dengan Aa Hadi siang ini, meski hanya ada beberapa anggota keluarga dan tetangga yang hadir. Rona bahagia, terpancar jelas di wajah Ibu dan Bapak saat aku melirik ke arah mereka. Sayangnya, kedua orangtua Aa Hadi telah meninggal dunia. Hanya beberapa keluarga inti yang menemaninya sejak pagi tadi.Dengan bergantian, Ranti, Rasyid dan Dini memelukku dengan erat."Terima kasih ya, Mama Jani sudah mau terima Papi," kata Ranti dengan senyum manis dan lesung pipi khas miliknya.Setelah kami semua bersalaman, acara dilanjutkan dengan makan bersama keluarga dan para tetangga. Tidak ada resepsi, karena itu adalah salah satu permintaanku. Semua aku lakukan, karena tidak ingin nantinya Bapak merasa lelah dan terbebani jika harus duduk di kursi roda, di atas pelaminan, dalam waktu yang cukup lama.Bapak memang belum sembuh total. Sehari-harinya, dia bergantung pada kursi roda untuk b

  • JADI TETANGGA MANTAN   PILIHAN HATI

    Selain menyaksikan pernikahan Mas Pras dengan Mia, aku sangat mengharapkan kedatangan Aa Hadi dan juga anak-anaknya hari ini.Karena, sejak hari di mana Rasyid tertangkap, aku sudah tidak pernah bertemu dengan mereka lagi.Entah karena Aa Hadi sudah lelah menunggu kepastian dariku, atau karena perasaan bersalahnya pada Rasyid, dia tidak mau menemuiku lagi. Berkirim kabar pun juga tidak pernah. Karena itu, dia tidak tahu kalau Bapak sekarang sedang sakit."Mas Pras udah dua kali nikah, Teteh masih sendiri aja. Ngenes atuh, Teh!" goda Anjeli yang sedang mengaduk aduk es krim di tangannya."Ish, ngenes mana sama kamu?" Aku balik menyindirnya.Anjeli lantas memonyongkan bibirnya. Cemberut namun menggemaskan."Anjeli jomlo 'kan karena standar tinggi, Teh!" katanya beralasan."Ya udah, sana cari pasangan kamu dulu! Nanti kalau kamu yang dapet duluan, baru boleh ngeledek Teteh!"Kucubit hidung Anjeli yang menggemaskan. Minimalis, sama sepertiku. Aku tahu, dia sudah memiliki pasangan, tapi d

  • JADI TETANGGA MANTAN   KETIKA DIA MENYERAH

    Benar juga, ke mana Aa Hadi???Segera ku ambil ponsel dan menghubunginya, namun tidak aktif. Aku masih berpikir positif, mungkin saja dia masih ada keperluan lain, tapi setelah menunggu lama, Aa Hadi tak kunjung datang. Karena penasaran dan perasaanku juga mulai tidak enak, aku mencoba menelepon Ranti. Siapa tahu, papinya menghubungi dia.Benar saja, dari Ranti, aku tahu kalau mereka sekarang dalam perjalanan ke Subang. Mereka mendapat kabar, kalau Rasyid ditangkap polisi karena mengkonsumsi barang haram.Ranti juga menyampaikan maaf dari papinya yang langsung pergi tanpa mengabariku lebih dulu. Katanya, dia panik dan tidak bisa berpikir, bahkan untuk sekedar menghubungiku.Tubuhku lemas seketika mendengar penjelasan Ranti. Belum habis rasa bersalahku terhadap Nindy, kini muncul masalah baru yang membuatku menyesal.Apalagi Rasyid adalah anak yang sangat baik dan pendiam.Aku jadi penasaran, masalah apa yang dialami Rasyid, sampai akhirnya anak sebaik dia bisa melewati batas?Apa kar

  • JADI TETANGGA MANTAN   AA HADI MENGHILANG

    Tapi ucapan Bapak memang benar, siapa lagi yang bisa aku andalkan saat ini?Aa Hadi adalah satu-satunya orang yang bisa menerima aku dan keluargaku, lalu kurang apalagi?Terus bertahan hidup sendiri karena gengsi, sebagai seorang janda, apa aku bisa?Karena selama ini saja aku masih terus bergantung padanya."Bapak nggak mau maksa Teteh, tapi coba dipikirin lagi ya, Teh. Jangan keras kepala, apalagi gengsi."Bapak menyelesaikan percakapan kami dan berlalu meninggalkan aku yang larut dalam pelukan Ibu."Bener kata Bapak Teh, coba dipikirin lagi!" kata Ibu menambahkan.Setelah menyeka airmata, aku keluar dari kamar Ibu dan masuk ke dalam kamarku untuk menemui Hamdi. Tapi saat pintu kamar dibuka, aku disuguhkan pemandangan yang mengharukan. Di sana, Ranti, Dini, Hamdi dan Anjeli sedang berkumpul. Bahkan mereka sampai menambah kasur di bawah supaya muat tidur berbarengan.Pemandangan seperti ini kembali membuatku bimbang. Keluargaku, juga anak-anak Aa Hadi, seakan tidak ada tembok pemisa

  • JADI TETANGGA MANTAN   PESAN DARI BAPAK

    "Nindy sakit Teh, badannya panas nggak turun-turun, jadi Ibu bawa ke rumah sakit!" terang Ibu yang panik di ujung telepon.Baru saja tubuhku hendak diistirahatkan sejenak, kabar dari Ibu memaksaku melupakan segalanya. Pikiranku sekarang tertuju pada Nindy. Apalagi saat terakhir kali video call, dia menangis.Ibu mengatakan, kalau hasil lab, Nindy dinyatakan terkena DBD.Jam di ponsel sudah menunjukan pukul sembilan malam. Bagaimana aku bisa pulang ke kampung di jam segini?Kucoba menghubungi Mas Pras, siapa tahu dia belum terlalu jauh. Sayangnya, Mas Pras tidak menjawab panggilanku. Mungkin karena dia sedang mengendarai sepeda motor.Meski awalnya ragu, mau 'tak mau, lagi-lagi aku harus meminta bantuan Aa Hadi. Karena saat ini, memang hanya dia yang bisa ku andalkan.Tidak butuh waktu lama. Setelah aku menyampaikan padanya, Aa Hadi siap mengantarku ke kampung bersama Ranti dan Dini ikut serta.Perjalanan Jakarta - Sukabumi memakan waktu sekitar tiga jam. Walau kantuk mendera, aku tida

  • JADI TETANGGA MANTAN   DITAKSIR MAS PRAS

    Karena kasihan sama bubur, akhirnya kuceritakan tentang Rini yang sempat salah paham, sampai mengirimkan pesan yang menyakitkan hati."Kenapa nggak cerita? Kebiasaan kamu itu, nyimpen masalah sendiri!" kesal Aa Hadi."Waktu itu mau cerita, tapi 'kan Mia keburu dateng!""Tahu begitu mah, nggak usah dikasih uang!""Ish, kalau ngasih yang ikhlas atuh, A!""Tapi 'kan, dia udah bikin hati kamu sakit?""Kalau mikirnya begitu mah, Aa juga pernah 'kan nyakitin Jani?"Mendengar ucapanku, raut wajah Aa Hadi berubah."Iya deh, Aa nyerah. Jangan bahas masa lalu lagi!"Hmm ... Tuh kan, kalau disentil aja nggak mau!Belum sempat kami menghabiskan bubur, ponsel Aa Hadi berdering."Ada apa, Ran?" "....""Iya, Papi sama Tante Jani pulang.""Kenapa?" tanyaku penasaran, saat Aa Hadi sudah memutuskan sambungan telepon."Ada mantan suami kamu di kontrakan," jelasnya dengan nada ketus.Mas Pras?Mau apa dia ke kontrakan?***"Mana Papanya Hamdi?" tanyaku pada Ranti, begitu sampai di gerbang kontrakan."Ny

  • JADI TETANGGA MANTAN   ADA APA DENGAN BANG DANU?

    Aku bergegas menuju ke dalam pabrik. Di sana, sebagian karyawan sedang berkumpul dan tengah berbisik-bisik. Aku pun mencoba bertanya pada Sita yang baru saja keluar dari kerumunan.Kabar yang kudengar darinya, membuatku terkejut bukan main. Bang Danu dipecat karena ketahuan mencuri tas yang diselundupkan melalui gudang ekspor.Banyak yang menduga, Bang Danu hanya disuruh oleh orang dalam. Karena itu, dia hanya diberhentikan dan kasusnya tidak sampai dilaporkan ke pihak yang berwajib.Mendengar hal itu, aku langsung kepikiran sama Rini. Bagaimana perasaan Rini saat ini? Apalagi, Rini baru saja melahirkan.Selain itu, usia Bang Danu tidak lagi muda. Jika dia diberhentikan sebagai seorang pencuri, sudah pasti tidak akan mendapat uang pesangon. Itu artinya, pengabdiannya selama ini sia-sia akibat kekhilafan semata.Mencari kerja di pabrik serupa, sudah pasti sulit diterima. Selain umurnya tidak lagi muda, Bang Danu pasti sudah masuk daftar hitam. Aku pun berencana menemui Rini sepulang k

DMCA.com Protection Status