Share

Bab 6 MOBIL MERAH

Author: Azril
last update Last Updated: 2023-11-09 19:33:14

Akhirnya aku pasrah dan duduk manis ku kursi depan, bersebelahan dengan Juragan Dingkul yang penampilannya sudah om-om berkumis baplang dan berkepala botak. Pokoknya serem sekali.

Seiring lajunya mobil dengan kecepatan yang menurutku amat pelan. Pandangan Juragan Dingku terus saja melirik padaku, memang aku merasa tak nyaman dan gelisah. Ada rasa takut dan keringat pun bercucuran membasahi dahi.

"Pak Juragan, bisa gak kalau itu mata liatnya kesonoh. Bukan Lian ke saya terus, nanti kalau nabrak tronton 'kan berabe juga. Mana mobil juragan rusak dan aku bisa mati mendadak, aku tidak mau pokoknya aku gak mau mati sekarang, masih muda ini. Masih banyak cowok-cowok yang menungguku di luar sana," umpatku di sela rasa takutku.

"Neng Dian tenang saja, jangan takut begitu karena mati, 'kan di sebelah Neng Dian ada Abang."

"Ih ogah situ lebih mirip malaikat pencabut nyawa, aye takut banget."

"Masa iya si Neng, Abang mirip malaikat pencabut nyawa, kayaknya lebih mirip Raffi Ahmad deh."

"Busyet Raffi Ahmad dari Hongkong, yang ada mirip Raffi panci bolong," ledekku sambil bergidik geli.

Gak kebayang deh, nanti gimana reaksi warga serta tetangga gue sekampung jika liat gue di dianterin ini juragan botak. Nanti bisa-bisa viral.

"Juragan sampai sini saja nganterinnya ya. Aku ada urusan dulu soalnya mau main kerumah temen aku," alasanku agar juragan Dingkul menurunkanku dari mobilnya.

Aku benar-benar tak nyaman duduk disini rasanya gerah sekali, mana pemandangan di sebelah kaya gunung salak gak ada adem-ademnya yang ada menakutkan.

Yang mau digaet anaknya, lah yang ganjen bapaknya segala, mana udah tua Bangka lagi. Bukannya insyap malah doyan daun muda. Nasib oh nasib mengapa begini, baru saja ditinggal mati sama suami kini aku harus dihadapkan dengan gentong alias juragan Dingkul.

"Ah Neng mah, 'kan Abang mau nganterinnya sampai rumah. Biar sekalian silaturahmi sama Emak. Udah lama kagak ketemu, kalau gak salah ketemu pas lebaran monyet. Eh kok monyet, lebaran tahun kemarin maksudnya."

Aku menghela nafasku yang sudah terasa hampir sesak, di dalam mobil dada tak ini tak hentinya berdebar lantaran takut dengan Juragan Dingkul.

Saat wajahku mulai melihat ke tepi sebelah kiri, tak sengaja ku lihat mobil merah dengan plat nomor yang sama saat mobil itu menabrak suamiku.

Aku tercengang bukan kepalang, apakah aku hanya mimpi, namun ini memang benar adanya.

"Mobil itu! Juragan saya mohon berhenti, disana ada mobil merah," kataku dengan penuh permohonan agar Juragan Dingkul mau berhenti.

Akan tetapi setelah aku bermohon juragan Dingkul tak menggubris keinginanku sama sekali, ia ngeyel dan tetap melakukan mobilnya.

"Gue bilang berhenti!" teriakku mengejutkan Juragan Dingkul.

Akhirnya ia mau memberhentikan ku, dan akupun mulai turun dari mobilnya untuk segera menghampiri mobil merah yang tadi kulihat telah terparkir di tepi jalan.

Namun, karena Juragan Dingkul telat, akhirnya aku terkesiap, pria dan wanita itu masuk mobil dan mobil pun melaju kencang.

Kakiku berlari sekencang mungkin dengan harapan aku bisa mengejar mobil merah itu.

Iya mobil merah dan plat no yang sama, mataku melihat jelas semuanya. Tapi ada sedikit heran, wanita yang tadi masuk kedalam mobil merah itu kenapa mirip Alina sahabatku.

Ah dia benar-benar lolos dari kejaran ku, mereka telah jauh dan tidak menggubris sama sekali teriakanku.

Aku berhenti lari mengejar mobil itu, sesaat terlintas dalam pikiran ini membayangkan musibah tragis 3 tahun silam lalu yang menimpa suamiku, dadaku kini terasa lebih sesak, emosiku hampir saja meledak.

Kalau saja aku tau laki-laki yang mengemudinya tadi, pasti aku akan meminta pertanggung jawaban yang sudah diperbuat. Aku akan dimasukan ke dalam jeruji besi.

"Ah sial! Semuanya gara-gara Juragan Dingkul!" gerutuku ketika aku telah kehilangan arah mobil merah itu.

"Ngejar apa sih Neng?" tanya juragan Dingkul.

"Mobil merah yang tadi adalah mobil yang menabrak suami saya dulu juragan," jelaskan dengan dendam membara pada mobil merah itu.

"Kenapa malah diam disini, ayo kita kejar pake mobil saya," celotehnya.

Mengapa tidak terpikirkan olehku, kalau hanya di kejar mengandalkan kaki mana mungkin bisa ke kejar.

Tak berselang lama lagi aku kembali masuk dalam mobil juragan Dingkul. Mau gimana lagi terpaksa aku harus mengejar mobil itu, kalau saja mobil itu tertangkap, aku yakin manusia yang sudah sengaja menabrak suamiku pasti terungkap.

Akhirnya aku dan Juragan Dingkul mengejar mobil merah tadi, walaupun kami sudah ketinggalan jauh semoga saja masih bisa ketemu.

"Itu mobilnya juragan," jariku menunjuk ke arah mobil yang ternyata memang benar.

"Baik, Kania berpegangan saja biar saya akan lebih kencang mengemudi mobilnya."

Saat hampir saja mobil merah sudah terkesiap, tiba-tiba lampu lalu lintas berwarna merah, terpaksa aku harus berhenti.

Ah, ada-ada saja, mobil itu sudah melewati lampu, jadi ia bisa lolos dengan leluasa dari kejaran ku.

"Gimana dong, Neng. Mobil itu sudah tidak ada?" ucap Juragan Dingkul.

"Pak Juragan kita lebih baik pulang saja," celotehku pasrah, kekecewaanku kini menggebu, dan dendam tidak akan pernah bisa terabaikan pada pengendara mobil merah itu.

Aku mengepal tanganku begitu erat disisi dengan emosi yang sudah memuncak, "Walaupun kamu kali ini lolos, aku berjanji suatu saat kamu pasti akan ku dapatkan," gumamku.

Juragan Dingkul memutar balikan arah mobil untuk kembali ke rumahku. Seribu alasan dan semua permohan sudah ku lontarkan agar juragan Dingkul menurunkanku di jalan, tapi apalah daya dia tetap ingin mengantarkan aku sampai rumah.

Saat sudah memasuki kampung ku ku lihat banyak manusia-manusia yang memperhatikan mobil ini, semua pandangan tertuju pada mobil yang sedang berjalan menuju rumahku, siap-siap aku akan jadi bahan gunjingan.

Bahkan ada orang yang mengikuti arah mobil mewah ini, maklum di kampung ku masih kumuh, jadi kalau ada yang bawa mobil mereka sering melihatnya seperti mau nonton konser saja.

"Lololo, kok ada mobil mewah yang datang ke rumah Emak Jamilah. Kira-kira siapa ya?" tanya Bu Saodah pada temannya yang masih melongo tak terkendalikan. Mata mereka tak berkedip sama sekali, bahkan ada juga yang berpose dengan mobil mewah ini, padahal yang punya mobil belum juga turun.

Kini para tetangga silih berdatangan, katanya mau melihat mobil mewah ini, membuat Juragan Dingkul merasa puas, selain ingin pamer dia juga akan dipuji-puji dengan kekayaan yang ia miliki.

Lah terus gimana nasib gue, yang maju kena, mundur kena. Mau turun bagaimana para ibu-ibu tak terkejut melihat gue di dalam mobil, tapi kalau tidak turun nanti bisa-bisa dibawa jalan lagi sama Juragan. Gimana ini.

Emak Jamilah yang sedang menyapu teras depan rumah pun tak kalah melongo dari Ceu Odah.

Ia menghampiri lebih mendekat lagi pada mobil ini.

Juragan ingin segera turun, akan tetapi aku masih menahannya, sebab mentalku belum siap kalau aku 1 mobil sama juragan Dingkul.

"Yakin kamu Nang Dian, mau disini saja bersama saya berduaan. Belum saya apa-apakan saja sudah mau dua-duan sama saya," celetuk Juragan Dingkul, aki-aki peot yang percaya dirinya selangit.

Aku hanya nyengir kuda sambil mikir harus bagaimana.

Mata Emak semakin mendekat sambil mengintip kaca mobil yang berwarna Hitam ini.

Ah Emak apa-apaan sih.

"Emak mobil siapa itu? Mungkin anak Emak sudah pulang dari kota pake mobil mewah," ungkap Ceu Saodah.

"Saya juga tidak tau Dah."

Akhirnya juragan Dingkul membuka pintu mobil untuk keluar.

"Oh juragan Dingkul kesini, ini juragan terkaya di kampung kita," ucap salah satu warga mengunggulkan juragan Dingkul.

Duh, bagaimana nasib saya nanti, pasti semuanya kan rame dan terkejut. Pati Emak juga akan marah-marah. Ah kacau.

Related chapters

  • JADI JANDA GARA-GARA JANDA   Bab 7 MAJU KENA MUNDUR KENA

    "Juragan semakin hari semakin tampan dan juga kaya saja, memang dia juragan yang palih sempurna di kampung kita, tidak hanya baik dan juga gagah tapi juga ramah suka bagi-bagi uang," celoteh tetanggaku Pak Umar.Hampir saja kumis baplang juragan Dingkul beralih ke pada Ceu Saodah.Aku bingung harus melakukan apa, tubuhku masih terkurung di dalam mobil Juragan Dingkul, sedangkan Juragan Dingkul sudah keluar untuk menemui keramayan tetanggaku sama sekalian mau bagi-bagi uang, lantaran banyak sekali yang memujinya."Dasar orang aneh, di puji-puji saja langsung di bagi uang, giliran ngutak ke warung gak di perbolehkan. Manusia apa yang seperti itu," gumamku lirih masih berdiam diri di dalam mobil.Ketika semua tetangga sedang berkumpul karena akan di bagi uang oleh Juragan Dingkul, akhirnya aku punya peluang untuk bisa keluar dari perangkap mobil ini.Ku buka pintu mobil ini secara perlahan di barengi dengan sehati-hati mungkin, semoga saja mereka tidak ada yang melihatku bahkah tidak ada

    Last Updated : 2023-11-09
  • JADI JANDA GARA-GARA JANDA   Bab 8 GAYA KECE TERNYATA MALING CILOK

    "Misi!" seru seorang pria paruh baya bertubuh kekar dan berwajah seram serius, pokoknya kaya Kang Komar di preman pensiun deh."Iya Pak, ada apa? Atau mau beli cilok?"sahutku ramah terhadapnya."Mau beli cilok gimana! Ini tempat saya, kamu gak lihat saya pedagang juga, saya bawa gerobak juga ini!" ketusnya.Aku menelan saliva dengan susah payah, kala mendengar sentakannya, ku pikir bapak yang barusan akan membeli cilok."Ini lapak saya, biasanya saya dagang disini! Sana kamu pergi dan cari lapak lain saja," tegasnya sambil mengusirku.Aku mengusap dada yang terasa sesak ini. Lagi-lagi aku dapat semburan dari orang, kalau di rasa-rasa hari pertama berdagang kok apes banget sih, pagi kena semprot ibu-ibu, sekarang malah di semprot sama Bapak-bapak. Nanti sore apa lagi.Begini amat jadi pedagang kecil udah jam 10 siang tapi cilok ini belum laku satupun.Ada rasa mengeluh dengan semua ini, tapi mau gimana lagi aku harus menjadi wanita kuat, sama seperti Emak, walaupun Emak udah tua tapi wa

    Last Updated : 2023-11-09
  • JADI JANDA GARA-GARA JANDA   Bab 9 TERNYATA MAS RENDI KW

    "Semuanya gara-gara Lo, gue yang jadi korban," lirih pria itu.Ku ulurkan tanganku untuk membantunya berdiri, "Nanti gue obati, sekarang Lo ikut gue dulu."Dia hanya menuruti keinginanku. Tak ada kata-kata lagi yang terucap diantara kami, akhirnya aku memapah pria yang tak ku kenal sama sekali untuk kembali ke gerobak cilok ku."Lo tunggu disini, nanti gue ambilkan obat merah sama kapas sama sekalian lebam lo gue lapin ya biar gak biru dan membengkak," kataku sambil mengambil barang untung disiapkan.Tak berselang lama, aku mengelap beberapa luka lebam di dahi dan juga bagian tubuh lain, gak parah juga sih, tapi kayaknya sakit.Tak terasa mata kami saling berpandangan, hampir saja jantungku terbang akan copot dari tempatnya."Nih lap sendiri, Lo pake acara Mandang gue segala lagi. Gue jadi teplek nih," ku lemparkan lap basah itu pada wajahnya."Gila Lo, cewe galaknya minta ampun. Kaya ibu tiri gaya Lo.""Suka-suka gue,lain Lo pake acara mandangin, emang sih gue ini cantik tapi Lo liha

    Last Updated : 2023-11-09
  • JADI JANDA GARA-GARA JANDA   Bab 10 JODOH UNTUK DIAN

    "Haris apa yang kamu lakukan dengan wanita itu?!" Suara hentakan itu tiba-tiba menyembur dari dalam mobil seseorang.Emang sih kalau di pikir-pikir di tempat umum pake acara peluk-pelukan, emang dasar kamu kelewatan rindu jadinya di tepi jalan aja serasa di hotel bintang lima."Siapa itu?" lirihku bertanya pada Haris."Itu tanteku dia akan marah kalau melihat aku dengan wanita. Kamu pergi ya, nanti dia suka marah. Cepat pergi ya disini." Haris berbisik di telingaku.Aku bahkan melongo terheran saat mendengar paparan Haris. Kok bisa sih seorang Tante marah ketika keponakannya yang sudah dewasa berada di pelukan wanita. Apa karena kami sedang berada di tepi jalan?"Baiklah." Aku mendorong rodaku dengan cepat sambil segera berlari menjauhi kediaman Haris.Ketika sudah sampai di rumah dadaku naik turun dengan nafas yang masih ngos-ngosan.Mata Emak melotot ketika melihatku."Kenapa kamu ngos-ngosak gitu kaya orang yang sekarat aja Dian? Kamu di kejar badak atau di kejar setan sih? Narik n

    Last Updated : 2023-11-09
  • JADI JANDA GARA-GARA JANDA   Bab 11 PERTEMUAN KEDUA SI ANGKUH DAN SI TENGIL

    "Makannya Dian kamu harus segera punya calon suami yang baik dan benar dari sekarang, terus punya anak, kalau kamu sudah punya anak baru Emak tenang," ungkapnya Mak Jamilah."Entah lah Mak, aku belum kepikiran itu, yang jelas saat ini di pikiran Dian, Dian hanya ingin membahagiakan Emak dulu. Urusan pria itu belakangan, kalau sudah sukses kalah Dian kagak kawin juga gak papa, Dian tinggal sewa pembantu untuk mengurus Dian dan Emak," ujar Dian."Gak boleh gitu Nak, pamali. Menikah itu ibadah."***Hari ini jualanku lumayan laku beberapa biji, padahal masih pagi sekali, ada rasa haru dan juga bahagia, kini aku bisa merasakan hasil usaha dari keringatku sendiri. Dulu saat ada suamiku, minta apapun selalu maksa kalau ada kemauan. Tapi kini aku sadar kalau cari uang itu tidak gampang.Maafkan aku Emak dan Mas Rendi, dosaku terlalu banyak pada kalian, aku adalah beban terberat untuk kalian. Walaupun aku belum sempat berbakti pada suamiku."Woy besti kenapa Lo melow banget sih hari ini, pera

    Last Updated : 2023-11-09
  • JADI JANDA GARA-GARA JANDA   Bab 12 DI SERGAP ROJALI

    "Diandra! Apa yang kamu lakukan?! Kamu sudah kelewatan batas ya, kenapa kamu berbuat kasar pada Jali!" gerutu Alina ketika aku berbuat kasar pada pacarnya itu.Menurutku ada hal lebih pantas lagi untuk pria yang tak cukup satu wanita, Jadi tak lain seorang playboy dan pria bajingan. Alangkah aku membenci pria yang seperti itu."Asal kamu tau Lin, kalau jadi punya wanita lain, dan bukan pacaran dengan kamu saja," ungkapku menegaskan perihal siapa Jali yang sebenarnya.Namun Alina masih kelihatan bimbang dan tak percaya dengan ucapanmu barusan.Jadi menelan salivanya dengan susah payah kala aku membongkar semua rahasia terbesarnya pada Alina. Dada pria itu terlihat naik turun dengan nafas yang emosi."Memangnya kamu tau dari mana?!" tanya Alina serius."Waktu itu dia bersama wanita yang bernama Rindu. Dan wanita itu memanggil Jali dengan sebutan sayang. Berarti sudah pasti kalau wanita itu adalah pacarnya Jali. Kalau kamu tidak percaya kamu bisa tanyakan pada pacarmu yang menurutmu pang

    Last Updated : 2023-11-09
  • JADI JANDA GARA-GARA JANDA   Bab 13 KESALAHPAHAMAN

    Wanita bertubuh gempal dan sudah hampir dimakan usia. Kedua bola matanya begitu membulat memandang ke arah aku dan Jali disertai sorot yang begitu tajam.Kalau di perhatikan dari penampilannya sih seperti orang ningrat, bajunya juga dibandrol seharga 6 juta, tas pun berharga 12 juta. Aku mengetahui semua itu lantaran bandrol yang masih menggantung pada baju dan tasnya tidak dibuang. Mungkin alasannya yakni ialah supaya orang tau dan sembari pamer juga."Apa yang kalian lakukan disini? tidak malu apa kalian berbuat mesum di tempat rame gini! di pinggir jalan, gak kebeli apa hoteng Bintang lima," cerca wanita bertubuh gempal itu.Mendengar cercaan itu membuat dahiku seketika mengerucut, "Kok mesum sih," sahutku terheran sambil menggaruk kepala yang amat gatal sekali."Kalau tidak mesum apa lagi? Awalnya iya coum-coumnya akhirnya apa?! Sudah yakin lagi jawabannya pasti celup-celupan 'kan. Dasar anak muda jaman sekarang tidak bermodal sekali, mau enaknya tapi tidak anaknya."Wanita bertub

    Last Updated : 2023-11-09
  • JADI JANDA GARA-GARA JANDA   Bab 14 RENCANA PERJODOHAN

    "Ini semua gara-gara Lo, andai Lo gak gangguin gue, mungkin gue gak akan difitnah begini!" rasa ungkapan yang amat kesal ku tujukan untuk Jali."Diandra Nak, gak boleh begitu sama bos Anom, bagaimanapun dia anak dari majikan Emak. Maka kamu harus sopan terhadapnya juga," tegur Emak."Tapi Mak, memang pria ini biang keladinya, kalau saja dia tak menyergap aku di jalan mungkin tidak ada masalah sama sekali," kataku terkekeh sambil mencibirkan bibir.Bu Janita yang melihat reaksi yang memarahi anaknya malah nyengir kuda. Sedangkan Mak Jamilah malah merasa bersalah."Kalau aja Lo gak bikin masalah sama gue, mungkin gue juga gak akan menyergap Lo cewek Tengil!" hardik Jali tak mau kalah."Emak sini deh," kata Bu Janita menyenggol tangan Emak, sambil mengajak Emak menjauh dari kediaman aku dan Jali yang masih saling serang adu mulut."Ada apa Nyonya Janita?"Awalnya Emak merasa bersalah dan takut karena kelakuanku yang amat sangat kesal dan tidak akur terhadap Jali. Pikir Emak Nyonya Janita

    Last Updated : 2023-11-09

Latest chapter

  • JADI JANDA GARA-GARA JANDA   Bab 104

    Hati gelisah tak menentu, kemana lagi Jali harus mencari istrinya yang hingga kini belum pulang. Sedangkan setahu Jali, Dian tidak punya sahabat ataupun kerabat lagi selain emaknya sendiri, kalau ke rumah Alina mana mungkin, sudah lama mereka tidak akur disebabkan memperebutkan cinta seorang Rojali. "Dian, Dian Lo di mana?" gumam Jali sembari pikirannya terus mencari. Padahal diluar hujan amat deras ditambah suasana terang pun sebentar lagi akan menjadi gelap. Jali menunggu di teras rumah. Sesekali pria bertubuh tinggi itu melihat ponsel, dan menghubungi istrinya akan tetapi masih tidak ada jawaban."Percuma kamu menunggu wanita itu sampai kapanpun sebab dia tidak akan balik lagi kesini," kata Bu Janita yang hendak menemani Jali."Ma, apa Mama tau Dian kemana? Mana mungkin Mama tidak tau seharian ini Dian dirumah bersama Mama?" tanya Jali dengan tatapan kosong itu. "Mama tidak tau apapun Jali!" selalu itu yang terlontar dari jawaban sang Mama.Sebentar lagi adzan magrib akan berkum

  • JADI JANDA GARA-GARA JANDA   Bab 103

    Setelah kepulangan Jali dari kantor untuk menggantikan Bu Janita kerja. Lantaran Bu Janita hari ini tidak bisa masuk dikarenakan kepalanya yang terasa pening sebab terlalu memikirkan pernikahan sang anak.Jali melenggang gontai sembari matanya terus melirik ke arah ruangan kamar dan juga semua penjuru ruangan. Disisi lain dia mencari sang istri yang tak terlihat batang hidungnya sama sekali. Hatinya bertanya dimanakah istrinya. Akan tetapi pikirannya langsung menjawab positif bahwa sang istri sedang keluar atau memasak di dapur. Setelah beberapa saat rebahan di kamar, Jali pun merasa terheran. Biasanya kalau Jali baru pulang, jam segini paling istrinya ada di kamar. Akan tetapi kali ini tidak terlihat sama sekali.Dengan rasa penasaran yang memuncak pria berhidung mancung itu melenggang menuju lanttai bawah. Ia mencari di setiap penjuru ruangan dilihatnya secara saksama, namun tak ada sosok sang istri yang terlihat melainkan ada sang Mama yang sedang sibuk dengan ponsel di tangannya.

  • JADI JANDA GARA-GARA JANDA   Bab 102

    "Saya beri kamu 2 pilihan, kamu mau pergi dari rumah ini secara diam-diam tanpa sepengetahuan jali atau kamu mau bercerai dengan anak saya? Sebab saya tidak rela anak saya harus bersanding denganmu."Wanita setengah baya itu memberikan dua pilihan yang membuat nafas Diandra sesak. Awalnya Dian sangat enggan dan menolak untuk membuka mulut lantas pilihan tersebut sangat susah untuk dipilih. Bu Janita melangkah mengelilingi kediaman menantunya yang saat ini masih berdiri, mematung dengan pikiran yang melayang jauh entah kemana. "Cepat bicara?! Kesabaran saya sudah habis, saya benar-benar marah dan benci sama kamu Dian, andai saya tau kalau kamu itu wanita miskin yang memang matre mungkin saya tidak akan pernah mau menjodohkan kamu. Nyatanya saya hanya di bohongi oleh wajah polos yang kamu miliki!"Begitu geram Bu Janita memaksa Dian untuk memilih salah satu pilihan yang membuat Dian tidak sanggup untuk memilih. Dian terdiam mematung dengan deraian air mata yang terus saja berlinang mem

  • JADI JANDA GARA-GARA JANDA   Bab 101

    "Tadinya aku menikahi Dian atas di dasari karena paksaan Mama dan juga aku ingin membuat Haris cemburu, tapi nyatanya malah aku yang mulai menyukai Dian Ma, aku mohon jangan biarkan aku berpisah dengannya lagi Ma," ungkap Jali. Akan tetapi Bu Janita sangat kecewa dengan kedua pasangan itu terutama pada sang menantu yang tega membohonginya dan mau dibayar oleh Jali. Seharusnya Dian tidak harus melakukan itu demi sebuah uang."Tapi Mama sudah terlanjur kecewa sama kamu dan istri kamu! Jangan-jangan sekarang juga kamu membohongi Mama lagi kalau kamu mempunyai perasaan pada Dian. Pokoknya Mama tidak mau percaya dengan kamu Jali. Dan Mama tidak suka melihat Dian, terserah kamu, kalau kamu tidak mau pergi dari sini kamu ceraikan istri kamu yang murahan itu! Mama sangat eneg lihatnya. Masih banyak perempuan di luar sana yang lebih istimewa dan mempunyai harga diri," sahut Bu Janita dengan emosi yang meluap. Ia begitu kecewa saat tau bahwa pernikahan sang anak adalah pernikahan bayaran. Bah

  • JADI JANDA GARA-GARA JANDA   Bab 100

    "Sayang aku mau ke kamar duluan ya kalau kamu mau disini dulu."Jali melenggang ke lantas 2 menaiki tangga untuk menyimpan tas besar yang saat ini Dian bawa. Kali ini Dian membawa beberapa foto dan juga barang kesayangannya yang sempat ia simpan di rumah Emak.Padahal wanita muda berbulu mata lentik itu masih merasakan betah dirumah masa kecilnya dulu. Akan tetapi Jali memaksanya untuk pulang ikut bersamanya.Aku terpaku di ruangan utama, kaki Dian rasanya pegal sekali walaupun Dian baru saja menaiki mobil saat datang kesini."Berani juga ya kamu datang lagi kesini! Gak tau malah banget! Sudah menjadi pengganggu suami mertuanya, eh malah balik lagi. Kalau aku sih malas banget! Malu banget! Mau ditaruh dimana muka yang cantik ini, Dasar pengganggu suami orang. Eh bukan suami orang lebih tepatnya suami mertua sendiri! Menanti macam apa?!" Ledekan pedas itu sudah sering Dian dengan, dan suara yang meledek Dian pun tak lain adalah wanita yang pernah mewarnai kehidupan suaminya."Eh Rindu

  • JADI JANDA GARA-GARA JANDA   Bab 99

    "Jangan sebut istriku murahan Ma. Dian kamu yakin 'kan tidak bermaksud menggoda Haris? Sekarang kamu katakan di hadapan kami semua kalau kamu tidak bersalah," titah Jali sembari memandang sang istri penuh rasa bersalah sebab sebelumnya ia septa tak percaya."Iya, aku sama sekali tak mencintai siapapun terkecuali suamiku sendiri," ungkap Dian.Wanita muda cantik terkejut tatkala sang suami kini mulai mempercayainya, dengan senang hati Dian memeluk Jali di hadapan semua anggota keluarganya membuat Emak Jamilah seketika terharu melihat adegan sepasang sejoli yang tak ingin dipisahkan itu.Dian pun tak menyangka kalau akhirnya dia bisa lagi memeluk tubuh sang suami dengan erat setelah permasalahan yang hampir saja membuat dirinya dan Jali berpisah untuk selamanya.Mak Jamilah tersenyum penuh kebahagiaan yang tiada Tara, ia ikut senang dengan kehadiran Jali yang datang disaat waktu begitu tepat."Sayang pokoknya aku gak mau tau, Jali dan Dian harus bercerai, mereka tidak boleh disatukan, s

  • JADI JANDA GARA-GARA JANDA   Bab 98

    Pagi ini langit amatlah mendung ditemani rintikan hujan membasahi genting dan juga halaman semuanya nampak basah. Dian yang kala itu sedang termenung, berharap hadirnya kedatangan seseorang, tapi mungkin semuanya hanya bayangan semata. Mata mungkin suaminya datang kesini."Dian ayo makan," titah Mak Jamilah tatkala sang cucu malah tak bergeming sama sekali. Mak Jamilah pun mengambil tindakan dengan mengambilkan nasi pada piring kosong milik Dian. "Mak, gak usah repot-repot, Dian sedang malas makan, nanti saja makannya ya," sahut Dian sembari menolak sepiring nasi putih yang disodorkan Mak Jamilah."Dian kamu kemana?" seru Mak Jamilah pada sang cucu yang tiba-tiba saja gegas bangkit meninggalkan meja makan.Mak Jamilah pun nampak bingun dengan keadaan semua ini. Dian kembali duduk di ruang utama sembari matanya terus saja memandangi air hujan yang semakin siang semakin deras. Percikan kerinduan mulai terasa, nyatanya jauh dari sang suami membuatnya sangat terpuruk. Padahal baru saj

  • JADI JANDA GARA-GARA JANDA   Bab 97

    "Dian, kamu kenapa Nak, kenapa harus menangis? Apa yang sedang terjadi? Kenapa kamu kesini sendiri? Suamimu mana?" Pertanyaan demi pertanyaan keluar dari mulut nenek tua yang telah keriput dimakan usia. Emak Jamila begitu kaget saat melihat keadaan sang cucu yang telah menangis tersedu-sedu. Mata lentik Dian kini berubah menjadi bengkak disertai warna merah."Mak Dian di fitnah oleh Haris dan bude Meri, mereka menuduh Dian berselingkuh, padahal aku sama sekali tidak melakukan hal keji itu, apalagi saat ini statusku istri orang. Mana berani aku melakukan itu," tak hentinya wanita muda itu menangis.Dian memeluk tubuh sang nenek, walaupun air matanya tak henti terus saja luruh. Dengan perlahan Mak Jamilah mengelus bahu Dian dengan telapak tangan begitu lembut."Kita masuk Nak, bicarakan di dalam saja, tidak enak kalau orang lain melihat kamu sedang menangis begini," sahut Mak Jamilah sembari memapah tubuh Dian yang nampak lemas itu.Mak Jamila membawa cucunya masuk kedalam rumah dan me

  • JADI JANDA GARA-GARA JANDA   Bab 96

    "Apa maksud kalian dengan semua ini?!" tiba-tiba saja Bu Janita bersama Jali datang sembari melotot.Bagi Janita hari ini adalah hari yang terburuk, rasanya seperti si sambar gledek disiang bolong. Menantu kesayangannya berselingkuh dengan suami muda yang amat dicintainya.Janita memperlihatkan sebuah gambar, yang memang mambuat Dian dan Haris tentu saja terlonjak kaget, gambar yang di perlihatkan Janita, yakni gambar saat Haris mencium Diandra tadi.Mata Dian melirik bergantian pada kediaman bude Meri, wanita berparas cantik itu yakin bahwa Foto itu pemberian dari bude Meri, pantas saja ia merasa bahwa ada sinar Blige ponsel pada saat Haris hampir saja menodainya."Ma, tadi Haris mau melukai aku makannya dia menciumi secara paksa, tadi aku sudah coba melawan akan tetapi tanganku tak bisa melawan dan memberontak," ungkapku tergopoh menjelaskan pada sang mertua.Akan tetapi sepertinya Bu Janita tak percaya sama sekali sebab ia membaca pesan dari bude Meri bahwa Diandra menggoda Haris -

DMCA.com Protection Status