Keadaan tersebut membuat Kevin hampir saja kehilangan akal sehatnya, ia antara bingung untuk melihat atau pulang dengan segera. Dari belakang tim polisi datang untuk menangkap Danny, salah satu team polisi tersebut adalah Mike bersama dengan teman lamanya, Erick, yang jarang ia temui.“Ada apa ini? Mengapa kalian ada di sini?” cecar Kevin kepada Mike.“Ceritanya panjang,” ucap asal Mike.Kevin terkejut dengan kehadiran Erick yang berada di rumah sakit, begitupun sebaliknya Erick sendiri juga terkejut melihat Kevin ada di dalam rumah sakit itu. “Lama tak jumpa,” sapa Erick.“Lama tak jumpa juga, kau masuk ke kepolisian juga?” tanya Kevin.“Sudah jangan banyak bicara, kita bicara nanti saja,” potong mike.“Kau sendiri mengapa ada di sini?” tanya Erick.“Ya, aku mengalami kecelakaan,” ucap Kevin yang memberitahu. Kevin sendiri tidak tahu apa yang terjadi dengan pamannya namun ia ingin mengetahui apa yang terjadi dengan Danny.Erick melihat gelagat aneh Kevin. “Kau kenapa?”Kevin menggar
Kevin sendiri sudah tidak tahu lagi harus melakukan apa, ia memandang punggung Sandra yang menjauh darinya. Kevin merasakan entah setan darimana yang membisikannya untuk membuatnya dengan segera melenyapkan pamannya sendiri.Bunuh. Bunuh. Bunuh saja. Bukankah dia yang sudah melukaimu kenapa juga kau masih berada di sini, masuklah dan buat dia mati dalam sekejap. Kevin mulai merasakan bisikan yang tak karuan, ia juga berharap bisikan demi bisikan tersebut berhenti seketika itu juga namun godaan untuk membunuhnya lebih kuat di banding dengan akal sehatnya sendiri.Kevin melihat dengan tatapan kosong, sehampa hatinya yang tak bisa ia utarakan. Kakinya masuk ke dalam ruang ICU yang sudah kosong tanpa ada pengawasan baik dari suster maupun dokter.Kevin mengambil pakain steril yang berada di dekat almari, ia mengenakannya secara keseluruhan. Kevin melirik ke arah kanan, kiri dan belakang memastikan tidak ada orang yang melihatnya masuk ke dalam area terlarang tersebut.Klik!Suara pint
Danny akhirnya terbangun dari komanya setelah operasi pengangkatan peluru yang bersarang di dadanya akibat salah tembak. Napasnya tersengal-sengal, ia menurunkan masker oksigennya. Dokter yang melihat aksi tersebut berusaha untuk mendekatinya.Mata dokter tersebut terbeliak melihat pasien yang baru saja terbangun dari komanya. “Permisi, saya harus memeriksanya dengan segera,” ujar sang dokter untuk memeriksa Danny.“Ma..maaf,” sahut Kevin dengan segera. Kevin akhirnya menyingkir dari bed pamannya sendiri.Kevin sendiri masih terkejut bukan main ketika ia melihat pamannya sendiri terbangun dari tidurnya. Erick bahkan Sandra juga shock bukan main mendengar bunyi senjata api yang di luncurkan oleh Erick tanpa sengaja.Dokter tersebut yang melihat bahwa Danny menurunkan masker oksigen memaikankannya kembali supaya Danny bisa terus bernapas. “Kau jangan banyak bicara. Kau harus di lakukan pemeriksaan lebih lanjut,” ucap sang dokter.Danny hanya bisa menganggukkan kepalanya sendiri, ia meli
Indy mendekati Kevin dengan langkah mantap ke dalam kantor polisi di temani dengan Hendra Tanudjaya seoarang pengacara keluarganya sendiri. “Ada apa ini? Kalian tidak berhak menangkap putraku!” pekik Indy.“Ibu!” bibir Kevin bergetar dengan hebat. Mengucapkan kata Ibu saja ia sudah berat bagaimana ia harus mengatakan yang terjadi kepada seisi keluarganya tersebut. Matanya memandang kepada pengacara kondang yang ada di depannya sendiri. Indy menatap tajam kepada Kevin. “Kau.” Bibir bergetar melihat putranya sendiri. “Berani-beraninya kau berusaha membunuh pamanmu sendiri?” marah Indy di depan para polisi yang ada di depan mereka. Sementara itu di sampingnya terlihat seorang Hendra Tanudjaya yang tampan bersih tanpa noda dengan menggunakan kacamata persegi, setelan jas berwarna abu-abu berdiri di depannya di apit oleh Ibunya Indy. Kevin bisa menebak apa yang terjadi sebelum mereka berdua kemari. Dari bentuk bibirnya Kevin bisa menebak bahwa ia berusaha untuk minta maaf atas insiden e
Kevin yang mendengarnya juga terkejut bukan main. Kakinya lemas bukan main, seluruh tubuhnya gemetar. “Sejak kapan Ibu mengetahuinya?” tanya Kevin dengan gemetar. Tangannya sendiri menahan meja yang berada di sampingnya.Indy menghela napasnya dengan berat. “Belum lama. Ibu yang mendesaknya, ketika ia memberitahu kepada Ibu. Ibu hanya ingin kau tidak terlibat lebih jauh lagi dengan Sandra,” aku Indy pada akhirnya.Kevin tidak mengerti jalan pikiran Ibunya sendiri. “Kenapa? Kenapa Ibu harus melindunginya? Itu tetap saja sebuah kejahatan, bu,” raung marah Kevin.“Walaupun dia kakak dari Ibu, ia tetap masih dalam keluarga jadi sudah pasti Ibu akan membelanya,” tutur Indy tanpa memikirkan kesalahan yang pernah di lakukan oleh Frederick di depan anaknya sendiri.Brak!Kevin geram mendengar ucapan Ibunya yang tanpa melihat kesalahan tersebut, pengakuan tersebut malah akan membuat Kevin merasa malu jika harus mendekati Sandra lebih jauh lagi, sementara akal sehatnya berusaha untuk memperbaik
Mata Danny melihat ke sekeliling mereka yang memandang dengan tatapan hendak menghakimi kepada dirinya sendiri, ia sebenarnya juga enggan untuk datang menghadap kepada pihak berwajib. “Duduklah kalian semuanya,” ucap Danny.“Kau harusnya berada di rumah sakit, kenapa ada di sini?” sentak Indy.Danny melihat kepada Indy kakaknya sendiri yang sudah tahu bahwa ia telah melakukan kejahatan tingkat international. “Harusnya kau juga di penjara, bukan aku saja,” seloroh Danny kepada kakaknya sendiri.Brak!Tangan yang kasar dan dingin membuat seluruh ruangan tersebut melihat kepada Bram. Tindakan gegabah yang di timbulkan oleh Danny membuat emosi Bram sudah tidak bisa terbendung lagi.Walaupun Bram berusaha untuk menahannya namun ia sendiri sudah tidak bisa untuk menahannya. “Hentikan ucapan kalian yang sudah tidak menggunakan akal sehat,” galak Bram. “Kau untuk apa kemari?” lanjut Bram.“Ada yang harus aku katakan kepada kalian,” ujar Danny yang melihat kepada seluruh orang yang ada di ruan
Gelora amarah Kevin membuncah ia sendiri juga sudah tidak bisa menahannya lagi, ia memandang kepada Ibunya sendiri. Perasaannya membuncah ketika ia mengetahui bahwa Ibunya dalang dari semua masalah yang terjadi.Erick kembali masuk ke dalam ruang investigasi. “Pak Bram, ada yang harus saya laporkan,” ucap Erick.“Apa?” tanya balik Bram.“Permintaan yang tadi. Saya sudah mengkonfirmasinya kepada pihak rehabilitasi Indah Pratiwi bahwa memang betul, ia melakukan rehabilitasi di tempat tersebut. Dan, memang benar juga ia pernah melarikan diri,” lapor Erick kepada Bram.Bram berdecak mendengarnya seakan tak percaya. “Bawa dirinya ke sel,” kata Bram kepada Erick.Erick tak percaya mendengar permintaan atasannya yang meminta untuk membawa Danny ke dalam sel. “Aahh, mau di bawa ke sel?” tanya ulang Erick. “Bagaimana dengan pengobatannya?” sambung Erick yang mempertanyakan kesehatan Danny.Danny akhirnya harus memperjlas situasinya dengan pihak kepolisian bahwa ia baik-baik saja namun mereka t
“Autisme?” tanya Bram yang tak mempercayai pendengarannya sendiri. “Kalau begitu kenapa kita tidak memanggilnya? Kita perlu kesaksiannya,” tegas Bram kepada Erick anak buahnya sendiri.“Bagaimana caranya, pak?” tanya balik Erick.Bram bergumam, ia memegang janggut kecilnya sendiri di dagunya, ia tiba-tiba saja tersenyum kepada mereka semua yang membuat mereka bertanya-tanya mengapa Bram tertawa begitu saja.Erick sendiri yang melihatnya juga tidak menyangka bahwa Bram sendiri akan tertawa di depan dirinya. “Aneh,” gumam Erick kepada dirinya sendiri. “Bagaimana caranya untuk mendapatkan keterangan dari seorang anak autisme?” tanya Erick kepada dirinya sendiri.Kevin sendiri juga ikut tersenyum dengan ucapan Erick. “Semoga kau bisa menemukan solusinya,” kekeh Kevin di depan Ibunya sendiri. “Ayo, bu, kita pulang,” ajak Kevin kepada Indy.“Kita belum selesai dan kau ingin pulang?” sentak Indy.Kevin menghela napasnya dengan berat tahu bahwa Ibunya akan mengelak untuk pulang. “Betul masala