"Jangan terlalu sombong, Sayang. Ingat, diatas orang sombong masih ada yang lebih sombong.”
-Gray Nicklaus, It's Ours
🎀
Pengambilan gambar di wall of fame diberi waktu pada pukul 10, saat class meeting istirahat. Pihak osis sudah memprediksi bahwa akan ada banyak yang minat untuk berfoto di wall of fame.
Jadi, setelah bersantai ria di kantin. Jasmine dan Shyla pergi untuk menonton pertandingan di lapangan dan Akbar kembali menjalankan tugasnya sebagai wakil ketua osis. Akbar bertugas untuk menjaga jalannya acara class meeting. Dimana Tyas, dia menjaga keberlangsungan wall of fame.
Jasmine dan Shyla memutuskan untuk mencari duduk di tangga pelataran sekolah. Dua anak tangga yang menjadi jalan untuk menginjak lantai dasar sekolah.
"Bima masih aja hot." Ucap Jasmine dengan nada bermimpi. Dia menatapi cowok yang sedang mendrible bola basket di tengah lapangan. Jasmine menaruh lengannya di atas lutut, kepalanya bertengger di telapak tangannya.
Shyla mengerutkan dahinya, apa maksud perkataan teman yang satunya ini? Tidakkah dia ingat kalau mereka tidak akan pernah mengungkit masa lalu? Ya, Bima adalah bagian dari masa lalu Jasmine dan hanya itu saja. Jasmine akui, dia sangat senang saat itu dan tidak lagi.
"Jasmine, are you okay?" Shyla bertanya dengan nada khawatir. Dia tidak pernah mendengar Jasmine membicarakan ataupun ingin saling bertatap muka dengan Bima. Mungkin ini adalah pertama kalinya selama beberapa minggu Jasmine tidak ingin membicarakan tentang Bima, sang anggota tim basket.
Jasmine menolehkan kepalanya dengan cepat, bahkan dia bisa merasakan dan mendengar lehernya berbunyi. Sesaat kemudian dia merasakan lemas di daerah leher. "Gue gak papa."
"Lo masih sadar kan? Lo baru aja ngomongin Bima." Shyla menjelaskan. Siapa tahu saja Jasmine sedang khilaf dan melamun, sehingga nama Bima keluar begitu saja dari mulutnya. Shyla berusaha untuk menyadarkannya, sebagai sahabat yang baik.
"Tapi dia emang hot banget, La. Lo gak liat tuh." Jasmine menunjuk ke arah lapang. Dimana banyak cowok lain, tapi Jasmin fokusnya hanya ke Bima saja. "Rambut panjang yang gondrong, dibasahi keringat. Tubuh yang lumayan atletis. La, jangan lupa sama muka blasterannya." Jasmine heboh sendiri mendefinisikan Bima. Tidak ada yang salah memang jika Bima menjadi pujaan hati semua cewek di sekolah, bahkan di luar sekolah dan jangan lupa kalau bima juga famous di instagram!
"Jas!" Shyla menyadarkan Jasmine dari alam mimpinya.
Jasmine menatap Shyla seperti tidak terjadi apa-apa. Dia bahkan memberikan ekspresi lugu, yang seratus persen berhasil membuat seluruh orang luluh dengan dirinya. Itu salah satu triknya juga.
"Gue mau ajak dia jalan lagi." Jasmine menyatakan, menatap Shyla dengan tatapan yakin. Dia tidak hanya membuat janji, tapi dia benar akan melakukannya. Jasmine bisa mencari alasan kalau misalkan Bima menolak dan dia akan terus mengajaknya sampai dia mau. Tapi Jasmine lebih berharap kalau Bima akan setuju dari awal, jadi dia tidak perlu repot-repot mencari alasan.
"Jas, lo gila." Shyla menggeleng-geleng kepala melihat sikap sahabatnya yang seperti ini sekarang. Dia hanya tidak menyangka. "Jangan sampe tuh mantan gebetan benaran lo seriusin." Shyla mengingatkan. Dia serius dengan itu.
"Gak akan. Lo tau sendiri kalo gue gak percaya dengan konsep cinta, apalagi dengah hubungan serius." Sahut Jasmine.
Shyla mengangguk. "Gue ngerti."
🎀
Saat pengumuman wall of fame sudah di buka, banyak siswi yang langsung berhamburan ke tempat dimana wall of fame tersebut berada.
Jasmine mendesah kesal karena keterlambatan mendengar berita. Dia juga kesal dengan Akbar yang tidak memberitahunya, seharusnya sepuluh menit sebelum wall of fame di buka. Shyla juga tidak diberi kabar oleh Akbar. Dia tidak mengerti kemana menghilangnya si Akbar.
Tapi Shyla tidak akan memikirkan itu di saat sahabatnya menarik tangannya, berlari untuk ke area samping sekolah. Mereka berlari secepat yang mereka bisa.
Tapi sayangnya, saat mereka sampai di sana, area dipenuhi oleh siswi dan siswa yang ingin berfoto di wall of fame. Mereka mengerumuni tempat tersebut. Jasmine tidak bisa melihat apapun, dia penasaran dengan gambarnya.
Tangan Jasmine tidak melepas tangan Shyla, dia tidak mau terlepas dari Shyla. Jasmine berjinjit untuk bisa lebih tinggi dari orang didepannya. Walaupun usahanya berhasil, tetap saja dia tidak bisa dengan jelas melihat apa gambar dari wall of fame.
"Kita harus maju ke depan." Jasmine memberitahu Shyla, menunjuk ke area depan, agar mereka bisa dengan cepat mengambil foto.
Awalnya Shyla agak ragu dengan ide Jasmine. Melihat kerumunan orang yang terlalu banyak seperti ini. Pasti, badan mereka akan terhimpit karena berusaha menyalip. Tapi, pikiran Shyla terputus saat dia merasakan tangannya di tarik. Dan yang ia lihat saat ini adalah tubuh-tubuh orang di antara dirinya.
Jasmine berusaha dengan keras untuk dapat menuju ke depan. Dengan usaha yang hampir membuat wajahnya tersenggol oleh bahu orang lain, saat dia merasakan tangannya berkeringat, licin dan hampir terlepas dari Shyla. Akhirnya mereka berhasil untuk sampai di kerumunan paling depan.
Tapi, nasib sial menimpa Jasmine. Tinggal satu langkah lagi dirinya akan berada di depan, tapi dirinya terlontar dan terlepas dari Shyla. Kakinya yang tidak bisa menyeimbangkan tubuhnya berakhir goyah dan hampir terjatuh.
Matanya sudah tertutup, mengantisipasi jika ia terjatuh. Dia tidak mau melihat teman-temannya menertawai dirinya, dia akan sangat malu. Hari ini memang bukan harinya.
Tapi, ekspetasi itu tidak datang-datang. Malah, dia merasakan sepasang tangan yang menangkap tubuhnya. Tangan yang terasa kekar memeluknya, mencegah dirinya untuk terjatuh. Jasmine tidak tahu apa yang terjadi saat dia menutup matanya, tapi dia mendengar bunyi 'klik'. Saat itu juga matanya terbuka dan mencari asal suara tersebut.
Matanya tidak langsung melihat siapa orang yang berada dihadapannya saat ini, yang memeluknya. Tapi matanya dengan lebar terbuka saat dia melihat seseorang memegang kamera polaroid dan sebuah hasil foto keluar dari kamera tersebut. Jasmine mengenal cowok tersebut, cowok yang sedang memegang kamera.
Cowok tersebut memberikan Jasmine senyum bersalah. Dia tidak bermaksud untuk hal ini terjadi. Tapi kedatangan Jasmine yang tiba-tiba seperti itu, membuat cowok tersebut yang sudah bersiap untuk mengambil gambar, tetap mengambil gambar. Karena dia melihat orang yang sebenarnya akan di foto sudah siap. Jadi, misalkan yang harus disalahkan itu adalah kedatangan Jasmine yang secara mendadak itu.
"Sorry." Cowok tersebut menggerakkan bibirnya sambil memberikan hasil foto yang sudah di jepret.
Jasmine tidak sadar kalau tangan tersebut masih melingkar dipinggangnya. Perlahan Jasmine mengalihkan matanya pada sang empunya tangan. Jasmine harus mendongak untuk melihat wajah orang yang secara harfiah menempel dengannya.
"Hai Miss. Popular." Cowok tersebut tersenyum menyeringai kepada Jasmine. Menatap ke bawah untuk tepat menatap Jasmine di wajah.
Dengan cepat Jasmine mendorong tubuh gagah cowok tersebut. Bukannya dia yang terdorong, malah Jasmine yang terdorong mundur karena begitu kekarnya cowok tersebut.
"Lo siapa?" Tanya Jasmine, menilai cowok tersebut dari atas sampai bawah. Tidak terlalu buruk. Tinggi, mempunyai rahang yang tajam, tubuh yang tegap, dan juga wajah seorang model. A model ready.
"Gue gak dengar kata terima kasih?" Cowok tersebut menggoda Jasmine, masih dengan senyum jahilnya. Jasmine hanya tidak tahu mata-mata jahil disekitarnya. Jasmine seakan ditarik oleh mata berwarna coklat terang cowok tersebut. Kenapa dia begitu asing dimata Jasmine?
"Lo mau?" Karena tidak mendapat jawaban apapun dari Jasmine, cowok itupun lanjut bertanya. Dia menyodorkan hasil foto dari kamera polaroid ke arah Jasmine.
Jasmine mengikuti tangan cowok tersebut. Dia memegang foto itu, tapi Jasmine terlalu gengsi untuk mengambilnya.
"Gue bakal foto lagi." Jasmine membuang muka dari cowok tersebut saat dia mulai merasakan hatinya berdebar sangat kencang dan dia merasa gugup dibawah sorotan tajam cowok itu. Jasmine bahkan tidak mengenalnya, tapi kenapa dia merasakan semua ini? Mungkin dia harus mengecek kondisinya ke dokter, sepertinya ada yang salah dengan jantungnya.
"Sorry, Jas. Satu orang cuma boleh foto satu kali." Ucap cowok, Zidane, pemegang kamera memberitahu Jasmine. Dia juga tidak bisa berbuat apa-apa, itu sudah menjadi aturannya. "Tolong minggir, Gray. Yang lainnya masih banyak mengantri."
Jasmine merasa kesal dan geram. Jadi cowok itu namanya Gray, oke. Mungkin dia harus bertanya sama Akbar mengenai Gray itu. Walau dia berkata tidak menginginkan foto tersebut, dalam lubuk hatinya yang terdalam, dia sangat menginginkannya. Lumayan, jika foto itu ia posting di akun instagramnya, pasti dia akan mendapatkan banyak like dan pasti pengikutnya akan bertambah.
Jasmine diam-diam tersenyum oleh kecerdasaan idenya itu.
"Sosial media gak akan ada habisnya. Jangan sampai lo yang diatur oleh sosial media."-It's Ours?
"Sorry, gue gak ada maksud apa-apa. Gue cuma mau jagain adik gue yang hatinya terlalu rapuh untuk seorang cewek, lagi."- Anthony Azad, It's Ours
"Chill, bro. Everyone has passed a moment of their fool self, including yourself."- Gray Nicklaus, It's Ours
"Gak ada alasan buat lo jadi berubah gini. Gue gak meminta dan gue juga gak akan bertanggung jawab."- Jasmine Annisya, It's Ours
“It's about brotherhood.”-Gray Nicklaus, It's Ours
“Those puppy eyes and innocent smile got me like a jello.”-Gray Nicklaus, It's Ours
"Love is in the air. But you could only watch. Until it happens, happy watching."- It's Ours
"Cerita kita akan dimulai setelah ini. Jangan biarkan cerita kita berlalu begitu saja, jangan lupa abadikan di instagram."-Gray Nicklaus, It's Ours