Share

Sapa Pertama

last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-29 11:40:14

"Bie! aku curiga kamu yang biasanya selalu molor sampai siang, malah selalu bagun pagi sekarang. Tak peduli masa pandemi kayak gini," gerutu Anton melihat kelakuan Habibie seminggu belakangan ini. 

"Aah, Kamu Ton ... Ton ... curiga tanpa alasan. Aku kan olah raga sambil berjemur matahari," ucap Habibie sambil tertawa. 

"Serius, Kau Bie?" dengan wajah konyol sambil membelalakkan kedua matanya. 

"Ya,  iyalah aku serius, Kamu mau ikut?" tantang Habibie. 

"Ogah!  Aku berjemur di depan kost-kostan aja," jawab Anton teman sekamarnya. 

"Aku sudah mengajakmu loh, ya. Jangan nyesel ... berangkaatt ... daahh." Habibie bergegas menggunakan sepatu dan menaiki sepedanya. Dikayuh sepeda ke arah taman yang jaraknya kurang lebih 500 meter dari tempat kostnya. 

Matahari sudah cukup tinggi kala Habibie keluar dari tempat kostnya. Udara masih terasa segar saat Habibie menghirup hingga ke paru-paru, sebuah senyum tersungging di bibir. Ada rasa hangat yang menjalar dalam dadanya bila mengingat kisah semingguan ini. 

Tepat pukul 07.05 sedikit telat dari biasanya, Habibie mendorong sepedanya sambil berjalan kaki menuju sebuah kursi di bawah rindangnya pohon akasia.

Dari sini Ia bisa puas memandangi sosok cantik yang selalu duduk di bawah pohon bebuya di seberangnya. Sebuah kali kecil buatan memisahkan jarak antara mereka.

"Sudah tujuh hari, aku cuma berani memandangi. Aku seperti orang lain saat menatapnya. Tak punya nyali, hanya menikmati kecantikannya dari sini. Ya, Tuhan ... ada apa denganku." Habibie tersenyum sendiri sambil menepukkan telapak tangannya ke dahi. 

Habibie kemudian bangkit dari posisi duduknya. Dikuatkan hati untuk mengambil posisi mendahului. Ia tak ingin seminggu lagi hanya sekedar memandangi tanpa sedikitpun mengenal perempuan itu. 

Didorongnya kembali sepeda hingga menyebrangi jembatan beton yang menghubungkan tanah yang sedang mereka pijak. Matanya tak pernah dialihkan pada sosok cantik bergamis dan berkerudung merah muda yang tengah asik dengan kertas dan pinsilnya. 

Semakin dekat jarak di antara mereka semakin membuat degub jantung Habibie berdetak lebih cepat. 

Di seratus meter jarak antara mereka, Habibie sengaja memarkirkan sepedanya. Melangkah sambil mengatur nafas agar gundahnya segera hilang. Sampai ia berhasil duduk di kursi yang sama. Perempuan itu seolah tak menggubris kehadirannya atau mungkin terlalu fokus pada apa yang di kerjakan. 

Dari sampingnya Habibie bisa melihat bahwa perempuan itu menggambar sebuah lengan. Seolah Ia sedang melukiskan imajinasi dalam kepalanya di atas kertas. 

Berkali-kali Habibie berdehem, namun perempuan itu seolah berada dalam dunianya sendiri. Habibie merasa diacuhkan, tapi juga sangat penasaran. 

Lalu dengan gemas akhirnya tangan Habibie diletakkannya di atas gambar yang sedang dilukis perempuan itu. 

"Namaku Habibie, siapa namamu?"

Perempuan itu nampak terkejut, sedikit merubah posisi duduknya ke arah ruang kosong di sisi kanan, mata bulatnya tampak curiga, ada bayang kecemasan yang tertangkap mata Habibie. Lalu dengan sigap ia merapikan alat tulisnya dan berlalu dari hadapan Habibie dengan cepat. 

"Busyet, dah! Baru kali ini Aku ditolak oleh perempuan," gerutu Habibie sambil menggaruk rambut hitamnya yang tak gatal. Wajahnya tersenyum kesal, namun lega setidaknya ia merasa telah melakukan sesuatu dengan benar. 

Untuk beberapa waktu lamanya Habibie duduk terdiam, pikirannya mengulang semua kejadian. Menelaah tiap kata dan tindakan yang mungkin terasa salah. Namun tak satupun ia mendapati ketidak pantasan yang dihaturkan kehadapan Cloudy, si perempuan yang saat itu belum diketahui namanya oleh Habibie.

Di antara lamunan, egonya sebagai pria perebut hati wanita mentertawakan kebodohannya kali ini. Ternyata perempuan cantik di taman yang dikagumi dalam hati, bukanlah seperti gadis, perempuan atau wanita lain yang sering ditemuinya. Wajah tampannya, suara baritonnya yang kerap menggoda hati wanita ternyata bukan senjata yang mumpuni untuk targetnya saat ini.

Dengan berat hati, Habibie meninggalkan taman, namun entah kenapa hatinya masih yakin akan ada pertemuan kembali dengan perempuan itu. Perempuan bergamis dan berkerudung merah muda. 

Sepanjang perjalanan, sambil mengayuh sepedanya menuju kostnya, bibirnya bersiul lagu Adek berjilbab biru. Dadanya yang bidang masih berdegub kencang membayangkan wajah cantik Cloudy.

Ini adalah pengalaman dan kegagalan pertama bagi Habibie, selama ia bergaul dengan lawan jenis. Perempuan yang tak mudah terpukau akan wajah tampan dan suara baritonnya. Sementara dengan sadar Habibie selalu memanfaatkan kelebihan fisiknya untuk memikat lawan jenis. Semakin dipikir, Habibie merasakan gemas pada perempuan yang sudah hampir seminggu bergelut dalam benaknya.

"Bukankah cinta datang tanpa diminta, cinta bahkan menerpa hati yang yang  enggan merasakannya. Cinta seperti seorang tamu yang tak pernah diundang sebelumnya, membuat rona di rupa, juga di dalam jiwa. Cinta kadang diburu juga dipuja bahkan dicela secara bersamaan. Cinta cuma dirimu yang rasa." Kata-kata cinta bertabur di hati Habibie bagai kidung yang membiru hati.

*****

Cloudy bergegas menjauhi pria yang tiba-tiba ada di kursi yang sama saat ia sedang asyik menggambar. Rasa takutnya dan kehawatiran akan kejadian serupa di masa lalu, membuatnya menjauhi siapapun yang tak dikenal.

Udara segar yang memenuhi alam pagi itu, serasa sesak dalam rongga dada Cloudy. Sepanjang perjalanan menuju pulang ia menahan batuk. Tenggorokannya terasa menyempit dan oksigen kian menipis dalam paru-parunya. 

Langkah kaki Cloudy seolah berkejaran untuk segera meninggalkan taman. Tak sedikitpun wajah tampan Habibie melekat dalam benaknya. Di dalam hati Cloudy cuma satu, pergi dan menghindar sejauh mungkin. 

Nafas Cloudy terengah, sesampainya di rumah ia segera menuju dapur dan menegak sebotol air es dalam lemari pendingin.

Mata bulat Cloudy menyisir sekitar ruangan, dapur tampak sepi karena para asisten mengerjakan hal lain di luar. Cloudy bersyukur dalam hati, tak ada yang melihat kedatangannya. Ia tak ingin mejawab pertanyaan dan melihat rasa khawatir di netra mereka. Lalu dengan setengah berjingkat ia berjalan menuju kamarnya. 

Cloudy memilih duduk di depan meja tulis yang menghadap jendela. Dari tempat duduknya ia bisa memandang taman yang ditanami bunga mawar dan sedap malam yang tampak indah berbunga.

Kaca jendela yang terbuka menghantarkan aroma wangi dari bunga-bunga yang sedang bermekaran. Membuat rasa sesak didadanya berkurang dengan cepat. Dihirupnya perlahan udara yang masuk ke dalam kamarnya, mata Cloudy terpejam menikmati kesegaran yang masuk dalam rongga dada.

Lalu saat bias mentari membelai wajahnya dengan kehangatan, sebuah bayang masa lalu menyergap masuk ke dalam pikirannya. Matanya seketika terbuka, tubuhnya tiba-tiba mengejang. Dengan jelas tato seorang wanita yang melekat di tangan pembunuh ibunya melesat masuk dalam kepala membuat jemari lentik Cloudy menggambarkan dalam lukisannya.

Nafasnya memburu, rasa takut mengepung pikirannya. Sketsa lengan bertato itu selesai dengan cepat. Lalu kepedihan yang menggelayut dalam dadanya tertuang dalam bait-bait puisi yang singgah di kepala.

Bab terkait

  • Isyarat Kasih Untuk Awan   Sebuah Rencana

    Habibie pulang ke tempat kostnya dengan perasaan setengah dongkol dan setengahnya lagi adalah rasa penasaran. Pria muda berusia 25 tahun yang sedang merintis usaha cafe dan makan sehat itu merasa kecewa namun rasa ketertarikannya membuat jiwa petualangnya kembali berkibar. "Eh,Napa Kamu, Bie?" tanya Anton yang memandangi sahabatnya pulang dengan wajah lesu. Anton sedang berada di teras depan kamar kost mereka. Habibie cuma memandanginya dengan tatapan lesu lalu memarkir sepedanya. Kemudian dengan gerakan yang tiba-tiba mengagetkan sahabatnya yang juga partner kerjanya itu. "Aah, aku sepertinya sedang mengalami gangguan kejiwaan. Moodku kadang baik kadang buruk. Kau harus menolongku,teman!" Habibie membuat posisi berlutut memegangi sarung yang sedang dikenakan Anton sambil berusaha menariknya agar terlepas. "Eeits, ngapain sih Kamu,Bie. Aku kan enggak pak

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-29
  • Isyarat Kasih Untuk Awan   Sepucuk Surat

    Matahari mulai bersinar terang saat Cloudy menata langkahnya menuju taman. Perasaan dalam dadanya bagai seekor kelinci yang berloncatan menghindari tangkapan. Sepanjang jalan ia berdoa semoga hari ini pria kemarin tak lagi mengganggunya. Kejadian semalam membuatnya merasa cemas yang berebihan. Sekilas kelebat bayangan kejadian kemarin menghampirinya kembali, ada bayangan senyum pria itu di netranya, senyum yang tampak tulus. Namun sebagian hatinya tetap merasa harus terus waspada. "Bukankahdi masa lalu telah mengajarkan orang yang terlihat baik ternyata malah menyimpan niat jahat kepadaku," bisik hatinya tak membiarkan terlena dalam penilaian pandangan pertamanya. Langkah Cloudy yang pelan dan segudang pemikiran yang saling menimbang dalam pergulatan kata, terus membawanya hingga ke kursi taman tempat biasanya ia melepas segala perasaan yang menghimpit dada. Sementara Habibie telah menunggu cukup lama di balik pohon akasia berseberangan de

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-29
  • Isyarat Kasih Untuk Awan   Habibie

    HABIBIE"Mana Habibie?" tanya Anton pada salah satu karyawannya."Ada di dapur, Pak.""Ngapain Dia di sana? ciptain menu baru lagi?""Sepertinya begitu, Pak.""Ya,udah, teruskan saja pekerjaanmu.""Terima kasih,Pak," sahut Angga dengan sopan. Kembali membersihkan meja-meja yang berdebu.Anton berjalan menuju dapur cafe mereka. Dalam hatinya bertanya-tanya. Kelebihan Habibie dan juga kekurangannya yang sangat dimengerti Anton. Setiap kali Habibie kecewa terhadap sesuatu. Maka ia akan menciptakan sebuah resep baru. Ia meluapkan segala kesedihan dan kegalauannya dengan membuat sesuatu, entah itu minuman atau makanan.Habibie dan Anton adalah dua sahabat yang berteman sejak SMA. Kedekatan mereka satu sama lain karena mereka sama-sama suka makan. Namun mereka mempunyai kebi

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-05
  • Isyarat Kasih Untuk Awan   KILATAN KENANG

    Seharian Cloudy hanya berbaring ditempat tidur,perutnya terasa mual dan kepalanya bagai lonceng yang berdentang. Kelebat bayangan masa lalu silih berganti datang. Membuat tubuhnya bereaksi dengan kuat. Setangkai bunga mawar pemberian Habibie, dipandangi Cloudy seperti gerbang yang membangkitkan kenangan. Entah mengapa perasaannya makin terguncang saat menyadari ada seorang pemuda yang memperhatikannya. Sementara Cloudy baru mulai menguatkan hati untuk melangkah lagi. Cloudy sebenarnya suka mencium aroma bunga mawar,tapi kali ini ia enggan menghidu wewangi bunga itu. Karena di saat yang sama, kenangan buruknya yang masih tersimpan rapi bermunculan kembali, seolah memburunya agar ia terus terpuruk dalam kesedihan. **** Sudah beberapa kali perut Davina mengalami kontraksi,padahal usia kehamilannya baru 25 minggu. Belumlah lagi genap tujuh bulan. Ia berusaha beristirahat dan menahan rasa nye

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-07
  • Isyarat Kasih Untuk Awan   Tercoreng Noda

    “Ada apa, Bang?" tanya Cloudy bingung. "Abang pengen pipis sebentar, Neng. Enggak apa kan? Sudah kebelet ini," ucapnya sambil meringis. Cloudy mengangguk, ia turun dari sepeda motor dan membelakangi pria itu. Lalu tak seberapa lama, dari arah belakang, mulut dan hidung Cloudy dibekap. Cloudy merasa lemas,samar ia melihat kawan pria yang mengantarnya ikut mengangkat kakinya, lalu pandangannya menjadi gelap. Entah berapa lama Cloudy pingsan. Saat membuka matanya, ia merasakan kepalanya pusing, dan nyeri di bagian tubuh paling intim. Pandangan yang masih samar dan rasa nyeri yang yang tak biasa, memaksanya untuk membuka mata. Saat tatap matanya mulai melihat dengan jelas, ia mengenali salah satu pria yang merupakan teman dari pria yang mengantarnya, berada tepat di atas tubuhnya. Cloudy meronta, ia berusaha membuat pria itu menjauh. Tetapi setiap geraknya tak mampu membuat tubuh pria itu lepas dari tubuhnya, malah membuat pria itu makin bernafs

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-18
  • Isyarat Kasih Untuk Awan   Malam Berdarah

    "Bangun sayang," ucap Davina pada anak semata wayangnya yang tertidur nyenyak.Dentang suara jam dinding di ruang tengah berdentang dua kali. Menunjukkan waktu dini hari. Hawa dingin mulai memasuki ruang tidurnya. Suaminya Akmal telah keluar dari kamar untuk mencek keadaan. Ada suara-suara aneh dari arah ruang tamu mereka. Rumah Davina dan Akmal berada di ujung komplek yang belum ramai penghuni. Rumah yang dibangun pada sebidang tanah untuk empat unit rumah yang dijadikan satu. Rumah yang baru selesai di cat dengan dominasi warna krem ini baru rampung, aroma cat yang belum kering pun masih sesekali tercium. "Cloudy, ssttt ...." Jari telunjuk Davina ditekannya pada bibir mungil gadis berusia empat tahun itu, saat kedua mata Cloudy terbuka memandang mamanya. Kepala kecilnya mengangguk tanda mengerti, namun sorot mata menyimpan tanya. Davina menggendong Cloudy lalu membawa dan memasukkannya perlahan ke dalam lemari pakaian

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-28
  • Isyarat Kasih Untuk Awan   Cloudy

    "Cloudy, Kamu cantik," ucap tulus Amira pada Cloudy dengan isyarat tangan menyertai. "Terima kasih, Tante. Saya begini karena Tante yang mengajari." Suara parau dan gerak tangannya bersidekap di depan dada. "Aah,anak manis," batin Amira bicara kala memandang binar indah di mata Cloudy. Hari ini adalah hari ke tujuh Cloudy memberanikan diri untuk menatap kembali dunia luar. Walau masih tetap ingin ditemani. Tapi ia sudah mulai berani pergi ke taman tak jauh dari rumah tempat mereka tinggal. Sesekali Amira memperhatikan kegiatan Cloudy tanpa sepengetahuannya ketika berada di taman dari kejauhan. Ia suka melukis dan menulis puisi, sambil menikmati udara pagi dan panorama alam. Dua kegiatan yang mampu membantu melupakan nyeri deritanya. "Apa kita akan pergi nyekar ke makam orang tuaku, Tante?" Cloudy menatap Amira sambil menggunakan bahasa isyarat. Amira mengangguk sambil terse

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-29

Bab terbaru

  • Isyarat Kasih Untuk Awan   Tercoreng Noda

    “Ada apa, Bang?" tanya Cloudy bingung. "Abang pengen pipis sebentar, Neng. Enggak apa kan? Sudah kebelet ini," ucapnya sambil meringis. Cloudy mengangguk, ia turun dari sepeda motor dan membelakangi pria itu. Lalu tak seberapa lama, dari arah belakang, mulut dan hidung Cloudy dibekap. Cloudy merasa lemas,samar ia melihat kawan pria yang mengantarnya ikut mengangkat kakinya, lalu pandangannya menjadi gelap. Entah berapa lama Cloudy pingsan. Saat membuka matanya, ia merasakan kepalanya pusing, dan nyeri di bagian tubuh paling intim. Pandangan yang masih samar dan rasa nyeri yang yang tak biasa, memaksanya untuk membuka mata. Saat tatap matanya mulai melihat dengan jelas, ia mengenali salah satu pria yang merupakan teman dari pria yang mengantarnya, berada tepat di atas tubuhnya. Cloudy meronta, ia berusaha membuat pria itu menjauh. Tetapi setiap geraknya tak mampu membuat tubuh pria itu lepas dari tubuhnya, malah membuat pria itu makin bernafs

  • Isyarat Kasih Untuk Awan   KILATAN KENANG

    Seharian Cloudy hanya berbaring ditempat tidur,perutnya terasa mual dan kepalanya bagai lonceng yang berdentang. Kelebat bayangan masa lalu silih berganti datang. Membuat tubuhnya bereaksi dengan kuat. Setangkai bunga mawar pemberian Habibie, dipandangi Cloudy seperti gerbang yang membangkitkan kenangan. Entah mengapa perasaannya makin terguncang saat menyadari ada seorang pemuda yang memperhatikannya. Sementara Cloudy baru mulai menguatkan hati untuk melangkah lagi. Cloudy sebenarnya suka mencium aroma bunga mawar,tapi kali ini ia enggan menghidu wewangi bunga itu. Karena di saat yang sama, kenangan buruknya yang masih tersimpan rapi bermunculan kembali, seolah memburunya agar ia terus terpuruk dalam kesedihan. **** Sudah beberapa kali perut Davina mengalami kontraksi,padahal usia kehamilannya baru 25 minggu. Belumlah lagi genap tujuh bulan. Ia berusaha beristirahat dan menahan rasa nye

  • Isyarat Kasih Untuk Awan   Habibie

    HABIBIE"Mana Habibie?" tanya Anton pada salah satu karyawannya."Ada di dapur, Pak.""Ngapain Dia di sana? ciptain menu baru lagi?""Sepertinya begitu, Pak.""Ya,udah, teruskan saja pekerjaanmu.""Terima kasih,Pak," sahut Angga dengan sopan. Kembali membersihkan meja-meja yang berdebu.Anton berjalan menuju dapur cafe mereka. Dalam hatinya bertanya-tanya. Kelebihan Habibie dan juga kekurangannya yang sangat dimengerti Anton. Setiap kali Habibie kecewa terhadap sesuatu. Maka ia akan menciptakan sebuah resep baru. Ia meluapkan segala kesedihan dan kegalauannya dengan membuat sesuatu, entah itu minuman atau makanan.Habibie dan Anton adalah dua sahabat yang berteman sejak SMA. Kedekatan mereka satu sama lain karena mereka sama-sama suka makan. Namun mereka mempunyai kebi

  • Isyarat Kasih Untuk Awan   Sepucuk Surat

    Matahari mulai bersinar terang saat Cloudy menata langkahnya menuju taman. Perasaan dalam dadanya bagai seekor kelinci yang berloncatan menghindari tangkapan. Sepanjang jalan ia berdoa semoga hari ini pria kemarin tak lagi mengganggunya. Kejadian semalam membuatnya merasa cemas yang berebihan. Sekilas kelebat bayangan kejadian kemarin menghampirinya kembali, ada bayangan senyum pria itu di netranya, senyum yang tampak tulus. Namun sebagian hatinya tetap merasa harus terus waspada. "Bukankahdi masa lalu telah mengajarkan orang yang terlihat baik ternyata malah menyimpan niat jahat kepadaku," bisik hatinya tak membiarkan terlena dalam penilaian pandangan pertamanya. Langkah Cloudy yang pelan dan segudang pemikiran yang saling menimbang dalam pergulatan kata, terus membawanya hingga ke kursi taman tempat biasanya ia melepas segala perasaan yang menghimpit dada. Sementara Habibie telah menunggu cukup lama di balik pohon akasia berseberangan de

  • Isyarat Kasih Untuk Awan   Sebuah Rencana

    Habibie pulang ke tempat kostnya dengan perasaan setengah dongkol dan setengahnya lagi adalah rasa penasaran. Pria muda berusia 25 tahun yang sedang merintis usaha cafe dan makan sehat itu merasa kecewa namun rasa ketertarikannya membuat jiwa petualangnya kembali berkibar. "Eh,Napa Kamu, Bie?" tanya Anton yang memandangi sahabatnya pulang dengan wajah lesu. Anton sedang berada di teras depan kamar kost mereka. Habibie cuma memandanginya dengan tatapan lesu lalu memarkir sepedanya. Kemudian dengan gerakan yang tiba-tiba mengagetkan sahabatnya yang juga partner kerjanya itu. "Aah, aku sepertinya sedang mengalami gangguan kejiwaan. Moodku kadang baik kadang buruk. Kau harus menolongku,teman!" Habibie membuat posisi berlutut memegangi sarung yang sedang dikenakan Anton sambil berusaha menariknya agar terlepas. "Eeits, ngapain sih Kamu,Bie. Aku kan enggak pak

  • Isyarat Kasih Untuk Awan   Sapa Pertama

    "Bie! aku curiga kamu yang biasanya selalu molor sampai siang,malah selalu bagun pagi sekarang. Tak peduli masa pandemi kayak gini," gerutu Anton melihat kelakuan Habibie seminggu belakangan ini."Aah,Kamu Ton ... Ton ... curiga tanpa alasan. Aku kan olah raga sambil berjemur matahari," ucap Habibie sambil tertawa."Serius, Kau Bie?" dengan wajah konyol sambil membelalakkan kedua matanya."Ya, iyalah aku serius, Kamu mau ikut?" tantang Habibie."Ogah! Aku berjemur di depan kost-kostan aja," jawab Anton teman sekamarnya."Aku sudah mengajakmu loh, ya. Jangan nyesel ... berangkaatt ... daahh." Habibie bergegas menggunakan sepatu dan menaiki sepedanya. Dikayuh sepeda ke arah taman yang jaraknya kurang lebih 500 meter dari tempat kostnya.Matahari sudah cukup tinggi kala Habibie keluar dari tempat kostnya. Udara masih terasa segar saat Habibie menghir

  • Isyarat Kasih Untuk Awan   Cloudy

    "Cloudy, Kamu cantik," ucap tulus Amira pada Cloudy dengan isyarat tangan menyertai. "Terima kasih, Tante. Saya begini karena Tante yang mengajari." Suara parau dan gerak tangannya bersidekap di depan dada. "Aah,anak manis," batin Amira bicara kala memandang binar indah di mata Cloudy. Hari ini adalah hari ke tujuh Cloudy memberanikan diri untuk menatap kembali dunia luar. Walau masih tetap ingin ditemani. Tapi ia sudah mulai berani pergi ke taman tak jauh dari rumah tempat mereka tinggal. Sesekali Amira memperhatikan kegiatan Cloudy tanpa sepengetahuannya ketika berada di taman dari kejauhan. Ia suka melukis dan menulis puisi, sambil menikmati udara pagi dan panorama alam. Dua kegiatan yang mampu membantu melupakan nyeri deritanya. "Apa kita akan pergi nyekar ke makam orang tuaku, Tante?" Cloudy menatap Amira sambil menggunakan bahasa isyarat. Amira mengangguk sambil terse

  • Isyarat Kasih Untuk Awan   Malam Berdarah

    "Bangun sayang," ucap Davina pada anak semata wayangnya yang tertidur nyenyak.Dentang suara jam dinding di ruang tengah berdentang dua kali. Menunjukkan waktu dini hari. Hawa dingin mulai memasuki ruang tidurnya. Suaminya Akmal telah keluar dari kamar untuk mencek keadaan. Ada suara-suara aneh dari arah ruang tamu mereka. Rumah Davina dan Akmal berada di ujung komplek yang belum ramai penghuni. Rumah yang dibangun pada sebidang tanah untuk empat unit rumah yang dijadikan satu. Rumah yang baru selesai di cat dengan dominasi warna krem ini baru rampung, aroma cat yang belum kering pun masih sesekali tercium. "Cloudy, ssttt ...." Jari telunjuk Davina ditekannya pada bibir mungil gadis berusia empat tahun itu, saat kedua mata Cloudy terbuka memandang mamanya. Kepala kecilnya mengangguk tanda mengerti, namun sorot mata menyimpan tanya. Davina menggendong Cloudy lalu membawa dan memasukkannya perlahan ke dalam lemari pakaian

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status