Share

Habibie

last update Last Updated: 2021-10-05 19:37:54

HABIBIE

"Mana Habibie?" tanya Anton pada salah satu karyawannya.

"Ada di dapur, Pak."

"Ngapain Dia di sana? ciptain menu baru lagi?"

"Sepertinya begitu, Pak."

"Ya, udah, teruskan saja pekerjaanmu."

"Terima kasih, Pak," sahut Angga dengan sopan. Kembali membersihkan meja-meja yang berdebu. 

Anton berjalan menuju dapur cafe mereka. Dalam hatinya bertanya-tanya. Kelebihan Habibie dan juga kekurangannya yang sangat dimengerti Anton. Setiap kali Habibie kecewa terhadap sesuatu. Maka ia akan menciptakan sebuah resep baru. Ia meluapkan segala kesedihan dan kegalauannya dengan membuat sesuatu, entah itu minuman atau makanan. 

Habibie dan Anton adalah dua sahabat yang berteman sejak SMA. Kedekatan mereka satu sama lain karena mereka sama-sama suka makan. Namun mereka mempunyai kebiasaan makan yang tak lazim. Jika anak muda seusia mereka makan apa saja yang enak. Maka mereka berdua makan apa saja yang menurut mereka sehat. Entah enak apa tidak.

Keanehan mereka membuat mereka punya keinginan untuk membuat makanan sehat yang enak dan terjangkau kantung di kalangan anak muda. 

Bermula hari libur yang mereka gunakan menjual makanan di arena taman bermain dan tempat olah raga anak-anak muda. Bersaing dengan jajanan murah yang sudah familiar di lidah. 

Mereka harus rela merugi. Berulang kali mereka bereksprimen agar makanannya tampak menarik dan terlihat wah. Sering kali gagal, tapi tak menyurutkan langkah mereka mengkampanyekan makanan sehat. 

Lalu setelah mereka kuliah, mengambil jurusan ahli gizi. Mereka makin terus meyakini usaha mereka akan semakin berkembang. 

Mereka bergerilya dari satu gym ke gym lainnya, menawarkan aneka makanan sehat yang akhirnya pelahan mulai dikenal orang. Mulai debut mereka sebagai penjual online sampai punya stand di sebuah mall. Hingga akhirnya mereka mampu membuat cafe yang bukan hanya bisa nyantai tapi juga membuat pengunjungnya tak hanya kenyang namun sehat bernutrisi. 

Cafe yang mereka jalankan juga menawarkan jasa konsultasi gizi bagi para pelanggan dan pengidap penyakit ataupun yang mengalami masalah berat badan. Baik yang terlalu kurus ataupun kegemukan. Dan pastinya yang berkonsultasi adalah perempuan-perempuan kece yang berduit. Cafe mereka nyaris tak pernah sepi pengunjung terutama para wanita yang memperhatikan penampilan mereka, dan sangat bisa dimengerti karena cafe ditangani oleh dua orang ahli gizi berwajah tampan dan masih single pula. 

Dan pelanggannya yang semakin hari bertambah tak lepas dari para wanita cantik yang bukan hanya berkonsultasi soal berat badan dan kesehatan tapi terkadang juga sebagai alasan untuk mendekati dua pemuda tampan yang sebagai ownernya dan juga bergantian sebagai tenaga konselingnya. 

Lalu saat pandemi seperti ini, kala karyawan usaha lain dirumahkan. Maka karyawan Cafe Tasty and Healthy tetap bekerja mengirimkan makanan langsung ke rumah pelanggannya. 

Sebagian orang mengeluh tak punya pekerjaan maka cafe mereka malah terus berproduksi. 

"Bie, bikin apa Kamu?" Anton menepuk bahu Habibie yang sedang menata sebuah kue beraroma wortel. Di meja yang sama ia juga membuat sebuah minuman berwarna ungu. 

"Pie wortel dan jus bitter sweet, itu Kau coba yang itu!" Habibie menunjuk ke sebuah piring dan gelas di meja sebelahnya.

"Ini buat kufoto," jelas Habibie kembali, sambil mengarahkan lensa camera Eos RP hadiah dari seorang wanita pelanggan mereka yang jatuh cinta padanya. Diarahkannya lensa camera ke makanan yang telah ditata sedemikian rupa. 

Anton memandangi semua aktivitas Habibie sambil mengunyah hasil masakan yang disiapkan untuknya. Tak terasa pie berukuran mungil itu telah masuk ke dalam tenggorokannya. 

"Ini enyak sekali," ucap Anton dengan mulut penuh terisi pie yang belum sepenuhnya dikunyah. 

Habibie tersenyum sambil melirik pada Anton. Dalam hati Habibie, Anton sahabatnya ini secara penampilan bagai pria perlente, aslinya kadang seperti orang desa yang enggak pernah makan enak.

"Teguk dulu, Ton. Kamu itu kalau ketemu makanan, kaya orang enggak makan tiga hari aja."

"Buatanmu emang enak, kata emak-emak gaul, endolita tralala ...." sambil menyeruput bitter sweet minuman varian baru yang dibuat oleh Habibie. Gayanya Anton menyeruput minuman itu membuat anak-anak karyawan di dalam dapur tertawa. Kelopak matanya yang merem melek bukan seperti orang merasakan enaknya sebuah makanan, tapi persis seperti orang yang memasukkan bulu ayam ke telinganya; geli. 

"Ngeri-ngeri syedappp ..." seru Anton. 

"Sembarangan, masa ngeri-ngeri sedap, sih!"

"Sumpah, Bie. Ini makanan dan minuman buatan Kau emang tak ada duanya," balas Anton sambil mengangkat dua jempol tangannya. 

"Kamu memang selalu begitu, padahal aku bikin jumlahnya 24 biji loh."

"Jadi, aku cuma makan sisa kalian ya?" ucap Anton dengan wajah galak menatap anak buahnya satu-satu, setelah sadar bahwa pie yang dia makan hanya berjumlah tiga buah. Sementara yang ditatap menyingkir sambil tertawa. 

"Aah, kalian ini ... kebiasaan, tuman! Masa Bos dikasih sisa." Gerutu Anton masih sambil menyeruput Bitter sweet

Anak buah mereka pergi dari hadapan Anton dan Habibie, mereka mulai membantu karyawan lain untuk mengemas pesanan para pelanggan. 

"Bie, berapa lama kita berteman?" tanya Anton tiba-tiba.

"Kenapa? kayaknya baru kemarin kita temenan lagi dari habis musuhan," gelak tawa Habibie menggema di ruangan.

"Aku serius nanyanya? Kamu lagi sedih ya?"

Habibie menatap Anton, lalu membuang muka. Dan mulai sibuk memotret kembali. 

"Coba, ceritakan! Aku tuh tahu banget kamu itu mahluk paling aneh di dunia. Ketika orang cuma bisa membuat makanan dengan sempurna kala bahagia atau hatinya sedang senang. Maka kamu itu tidak, Kamu memasak ketika hatimu sedang gundah. Ini pasti masalah perempuan kan?"

Lama mereka berdiam tanpa suara, Habibie menatap hasil tangkapan kameranya, sambil berkata ....

"Jika aku mulai menyukai hasil tangkapan kamera, maka gadis itu sangat pandai membuat sketsa. Lukisannya pasti sangat indah. Walau sayangnya, aku tak lagi yakin apa aku bisa memandanginya sambil menyuguhkan hasil masakanku, untuk dicicipi kala ia melukis dengan sepenuh hati." 

"Bahasamu sepertinya sedang mengalami dua hal sekaligus, jatuh cinta dan patah hati."

"Tepat! Di saat aku yakin sedang jatuh hati, di saat yang sama ia mematahkan hati, nyerinya tuh di sini." Tangan Habibie menunjuk dadanya.

"Aah, mending sama si Monalisa itu, Bie. Dia jatuh cinta setengah mati denganmu."

"Hhm, perasaanku beda dengan si Lisa, Cloudy memenuhi semua imajiku."

"Halah, imaji. Mending isi tuh Panci. Udah lupakan yang bikin sedih. Kita masih muda, Bro. Temukan yang memang pantas untukmu. Bukan mengejar yang menolakmu." Anton berlalu dari dapur setelah tahu apa yang dirasakan Habibie. 

Sementara itu, kalimat Anton terasa bagai sembilu mengiris hatinya. Ucapnya bagai menyayat-nyayat dinding dadanya. Semakin sedih hati, semakin tenggelam Habibie dalam berbagai pencarian resep-resep baru bagi usahanya.

Ia menghabiskan banyak waktu bersama para karyawan. Berdiskusi tentang berbagai makanan yang mungkin bisa dirubah dan diciptakan dengan konsep-konsep baru sedemikian rupa agar kaya nutrisi dan menarik untuk dikonsumsi. Dan semua rasa lelah itu cuma satu, untuk melupakan Cloudy. Melupakan hasrat yang sudah terlanjur bergaung dalam bilik dadanya.

  

Related chapters

  • Isyarat Kasih Untuk Awan   KILATAN KENANG

    Seharian Cloudy hanya berbaring ditempat tidur,perutnya terasa mual dan kepalanya bagai lonceng yang berdentang. Kelebat bayangan masa lalu silih berganti datang. Membuat tubuhnya bereaksi dengan kuat. Setangkai bunga mawar pemberian Habibie, dipandangi Cloudy seperti gerbang yang membangkitkan kenangan. Entah mengapa perasaannya makin terguncang saat menyadari ada seorang pemuda yang memperhatikannya. Sementara Cloudy baru mulai menguatkan hati untuk melangkah lagi. Cloudy sebenarnya suka mencium aroma bunga mawar,tapi kali ini ia enggan menghidu wewangi bunga itu. Karena di saat yang sama, kenangan buruknya yang masih tersimpan rapi bermunculan kembali, seolah memburunya agar ia terus terpuruk dalam kesedihan. **** Sudah beberapa kali perut Davina mengalami kontraksi,padahal usia kehamilannya baru 25 minggu. Belumlah lagi genap tujuh bulan. Ia berusaha beristirahat dan menahan rasa nye

    Last Updated : 2021-10-07
  • Isyarat Kasih Untuk Awan   Tercoreng Noda

    “Ada apa, Bang?" tanya Cloudy bingung. "Abang pengen pipis sebentar, Neng. Enggak apa kan? Sudah kebelet ini," ucapnya sambil meringis. Cloudy mengangguk, ia turun dari sepeda motor dan membelakangi pria itu. Lalu tak seberapa lama, dari arah belakang, mulut dan hidung Cloudy dibekap. Cloudy merasa lemas,samar ia melihat kawan pria yang mengantarnya ikut mengangkat kakinya, lalu pandangannya menjadi gelap. Entah berapa lama Cloudy pingsan. Saat membuka matanya, ia merasakan kepalanya pusing, dan nyeri di bagian tubuh paling intim. Pandangan yang masih samar dan rasa nyeri yang yang tak biasa, memaksanya untuk membuka mata. Saat tatap matanya mulai melihat dengan jelas, ia mengenali salah satu pria yang merupakan teman dari pria yang mengantarnya, berada tepat di atas tubuhnya. Cloudy meronta, ia berusaha membuat pria itu menjauh. Tetapi setiap geraknya tak mampu membuat tubuh pria itu lepas dari tubuhnya, malah membuat pria itu makin bernafs

    Last Updated : 2021-10-18
  • Isyarat Kasih Untuk Awan   Malam Berdarah

    "Bangun sayang," ucap Davina pada anak semata wayangnya yang tertidur nyenyak.Dentang suara jam dinding di ruang tengah berdentang dua kali. Menunjukkan waktu dini hari. Hawa dingin mulai memasuki ruang tidurnya. Suaminya Akmal telah keluar dari kamar untuk mencek keadaan. Ada suara-suara aneh dari arah ruang tamu mereka. Rumah Davina dan Akmal berada di ujung komplek yang belum ramai penghuni. Rumah yang dibangun pada sebidang tanah untuk empat unit rumah yang dijadikan satu. Rumah yang baru selesai di cat dengan dominasi warna krem ini baru rampung, aroma cat yang belum kering pun masih sesekali tercium. "Cloudy, ssttt ...." Jari telunjuk Davina ditekannya pada bibir mungil gadis berusia empat tahun itu, saat kedua mata Cloudy terbuka memandang mamanya. Kepala kecilnya mengangguk tanda mengerti, namun sorot mata menyimpan tanya. Davina menggendong Cloudy lalu membawa dan memasukkannya perlahan ke dalam lemari pakaian

    Last Updated : 2021-09-28
  • Isyarat Kasih Untuk Awan   Cloudy

    "Cloudy, Kamu cantik," ucap tulus Amira pada Cloudy dengan isyarat tangan menyertai. "Terima kasih, Tante. Saya begini karena Tante yang mengajari." Suara parau dan gerak tangannya bersidekap di depan dada. "Aah,anak manis," batin Amira bicara kala memandang binar indah di mata Cloudy. Hari ini adalah hari ke tujuh Cloudy memberanikan diri untuk menatap kembali dunia luar. Walau masih tetap ingin ditemani. Tapi ia sudah mulai berani pergi ke taman tak jauh dari rumah tempat mereka tinggal. Sesekali Amira memperhatikan kegiatan Cloudy tanpa sepengetahuannya ketika berada di taman dari kejauhan. Ia suka melukis dan menulis puisi, sambil menikmati udara pagi dan panorama alam. Dua kegiatan yang mampu membantu melupakan nyeri deritanya. "Apa kita akan pergi nyekar ke makam orang tuaku, Tante?" Cloudy menatap Amira sambil menggunakan bahasa isyarat. Amira mengangguk sambil terse

    Last Updated : 2021-09-29
  • Isyarat Kasih Untuk Awan   Sapa Pertama

    "Bie! aku curiga kamu yang biasanya selalu molor sampai siang,malah selalu bagun pagi sekarang. Tak peduli masa pandemi kayak gini," gerutu Anton melihat kelakuan Habibie seminggu belakangan ini."Aah,Kamu Ton ... Ton ... curiga tanpa alasan. Aku kan olah raga sambil berjemur matahari," ucap Habibie sambil tertawa."Serius, Kau Bie?" dengan wajah konyol sambil membelalakkan kedua matanya."Ya, iyalah aku serius, Kamu mau ikut?" tantang Habibie."Ogah! Aku berjemur di depan kost-kostan aja," jawab Anton teman sekamarnya."Aku sudah mengajakmu loh, ya. Jangan nyesel ... berangkaatt ... daahh." Habibie bergegas menggunakan sepatu dan menaiki sepedanya. Dikayuh sepeda ke arah taman yang jaraknya kurang lebih 500 meter dari tempat kostnya.Matahari sudah cukup tinggi kala Habibie keluar dari tempat kostnya. Udara masih terasa segar saat Habibie menghir

    Last Updated : 2021-09-29
  • Isyarat Kasih Untuk Awan   Sebuah Rencana

    Habibie pulang ke tempat kostnya dengan perasaan setengah dongkol dan setengahnya lagi adalah rasa penasaran. Pria muda berusia 25 tahun yang sedang merintis usaha cafe dan makan sehat itu merasa kecewa namun rasa ketertarikannya membuat jiwa petualangnya kembali berkibar. "Eh,Napa Kamu, Bie?" tanya Anton yang memandangi sahabatnya pulang dengan wajah lesu. Anton sedang berada di teras depan kamar kost mereka. Habibie cuma memandanginya dengan tatapan lesu lalu memarkir sepedanya. Kemudian dengan gerakan yang tiba-tiba mengagetkan sahabatnya yang juga partner kerjanya itu. "Aah, aku sepertinya sedang mengalami gangguan kejiwaan. Moodku kadang baik kadang buruk. Kau harus menolongku,teman!" Habibie membuat posisi berlutut memegangi sarung yang sedang dikenakan Anton sambil berusaha menariknya agar terlepas. "Eeits, ngapain sih Kamu,Bie. Aku kan enggak pak

    Last Updated : 2021-09-29
  • Isyarat Kasih Untuk Awan   Sepucuk Surat

    Matahari mulai bersinar terang saat Cloudy menata langkahnya menuju taman. Perasaan dalam dadanya bagai seekor kelinci yang berloncatan menghindari tangkapan. Sepanjang jalan ia berdoa semoga hari ini pria kemarin tak lagi mengganggunya. Kejadian semalam membuatnya merasa cemas yang berebihan. Sekilas kelebat bayangan kejadian kemarin menghampirinya kembali, ada bayangan senyum pria itu di netranya, senyum yang tampak tulus. Namun sebagian hatinya tetap merasa harus terus waspada. "Bukankahdi masa lalu telah mengajarkan orang yang terlihat baik ternyata malah menyimpan niat jahat kepadaku," bisik hatinya tak membiarkan terlena dalam penilaian pandangan pertamanya. Langkah Cloudy yang pelan dan segudang pemikiran yang saling menimbang dalam pergulatan kata, terus membawanya hingga ke kursi taman tempat biasanya ia melepas segala perasaan yang menghimpit dada. Sementara Habibie telah menunggu cukup lama di balik pohon akasia berseberangan de

    Last Updated : 2021-09-29

Latest chapter

  • Isyarat Kasih Untuk Awan   Tercoreng Noda

    “Ada apa, Bang?" tanya Cloudy bingung. "Abang pengen pipis sebentar, Neng. Enggak apa kan? Sudah kebelet ini," ucapnya sambil meringis. Cloudy mengangguk, ia turun dari sepeda motor dan membelakangi pria itu. Lalu tak seberapa lama, dari arah belakang, mulut dan hidung Cloudy dibekap. Cloudy merasa lemas,samar ia melihat kawan pria yang mengantarnya ikut mengangkat kakinya, lalu pandangannya menjadi gelap. Entah berapa lama Cloudy pingsan. Saat membuka matanya, ia merasakan kepalanya pusing, dan nyeri di bagian tubuh paling intim. Pandangan yang masih samar dan rasa nyeri yang yang tak biasa, memaksanya untuk membuka mata. Saat tatap matanya mulai melihat dengan jelas, ia mengenali salah satu pria yang merupakan teman dari pria yang mengantarnya, berada tepat di atas tubuhnya. Cloudy meronta, ia berusaha membuat pria itu menjauh. Tetapi setiap geraknya tak mampu membuat tubuh pria itu lepas dari tubuhnya, malah membuat pria itu makin bernafs

  • Isyarat Kasih Untuk Awan   KILATAN KENANG

    Seharian Cloudy hanya berbaring ditempat tidur,perutnya terasa mual dan kepalanya bagai lonceng yang berdentang. Kelebat bayangan masa lalu silih berganti datang. Membuat tubuhnya bereaksi dengan kuat. Setangkai bunga mawar pemberian Habibie, dipandangi Cloudy seperti gerbang yang membangkitkan kenangan. Entah mengapa perasaannya makin terguncang saat menyadari ada seorang pemuda yang memperhatikannya. Sementara Cloudy baru mulai menguatkan hati untuk melangkah lagi. Cloudy sebenarnya suka mencium aroma bunga mawar,tapi kali ini ia enggan menghidu wewangi bunga itu. Karena di saat yang sama, kenangan buruknya yang masih tersimpan rapi bermunculan kembali, seolah memburunya agar ia terus terpuruk dalam kesedihan. **** Sudah beberapa kali perut Davina mengalami kontraksi,padahal usia kehamilannya baru 25 minggu. Belumlah lagi genap tujuh bulan. Ia berusaha beristirahat dan menahan rasa nye

  • Isyarat Kasih Untuk Awan   Habibie

    HABIBIE"Mana Habibie?" tanya Anton pada salah satu karyawannya."Ada di dapur, Pak.""Ngapain Dia di sana? ciptain menu baru lagi?""Sepertinya begitu, Pak.""Ya,udah, teruskan saja pekerjaanmu.""Terima kasih,Pak," sahut Angga dengan sopan. Kembali membersihkan meja-meja yang berdebu.Anton berjalan menuju dapur cafe mereka. Dalam hatinya bertanya-tanya. Kelebihan Habibie dan juga kekurangannya yang sangat dimengerti Anton. Setiap kali Habibie kecewa terhadap sesuatu. Maka ia akan menciptakan sebuah resep baru. Ia meluapkan segala kesedihan dan kegalauannya dengan membuat sesuatu, entah itu minuman atau makanan.Habibie dan Anton adalah dua sahabat yang berteman sejak SMA. Kedekatan mereka satu sama lain karena mereka sama-sama suka makan. Namun mereka mempunyai kebi

  • Isyarat Kasih Untuk Awan   Sepucuk Surat

    Matahari mulai bersinar terang saat Cloudy menata langkahnya menuju taman. Perasaan dalam dadanya bagai seekor kelinci yang berloncatan menghindari tangkapan. Sepanjang jalan ia berdoa semoga hari ini pria kemarin tak lagi mengganggunya. Kejadian semalam membuatnya merasa cemas yang berebihan. Sekilas kelebat bayangan kejadian kemarin menghampirinya kembali, ada bayangan senyum pria itu di netranya, senyum yang tampak tulus. Namun sebagian hatinya tetap merasa harus terus waspada. "Bukankahdi masa lalu telah mengajarkan orang yang terlihat baik ternyata malah menyimpan niat jahat kepadaku," bisik hatinya tak membiarkan terlena dalam penilaian pandangan pertamanya. Langkah Cloudy yang pelan dan segudang pemikiran yang saling menimbang dalam pergulatan kata, terus membawanya hingga ke kursi taman tempat biasanya ia melepas segala perasaan yang menghimpit dada. Sementara Habibie telah menunggu cukup lama di balik pohon akasia berseberangan de

  • Isyarat Kasih Untuk Awan   Sebuah Rencana

    Habibie pulang ke tempat kostnya dengan perasaan setengah dongkol dan setengahnya lagi adalah rasa penasaran. Pria muda berusia 25 tahun yang sedang merintis usaha cafe dan makan sehat itu merasa kecewa namun rasa ketertarikannya membuat jiwa petualangnya kembali berkibar. "Eh,Napa Kamu, Bie?" tanya Anton yang memandangi sahabatnya pulang dengan wajah lesu. Anton sedang berada di teras depan kamar kost mereka. Habibie cuma memandanginya dengan tatapan lesu lalu memarkir sepedanya. Kemudian dengan gerakan yang tiba-tiba mengagetkan sahabatnya yang juga partner kerjanya itu. "Aah, aku sepertinya sedang mengalami gangguan kejiwaan. Moodku kadang baik kadang buruk. Kau harus menolongku,teman!" Habibie membuat posisi berlutut memegangi sarung yang sedang dikenakan Anton sambil berusaha menariknya agar terlepas. "Eeits, ngapain sih Kamu,Bie. Aku kan enggak pak

  • Isyarat Kasih Untuk Awan   Sapa Pertama

    "Bie! aku curiga kamu yang biasanya selalu molor sampai siang,malah selalu bagun pagi sekarang. Tak peduli masa pandemi kayak gini," gerutu Anton melihat kelakuan Habibie seminggu belakangan ini."Aah,Kamu Ton ... Ton ... curiga tanpa alasan. Aku kan olah raga sambil berjemur matahari," ucap Habibie sambil tertawa."Serius, Kau Bie?" dengan wajah konyol sambil membelalakkan kedua matanya."Ya, iyalah aku serius, Kamu mau ikut?" tantang Habibie."Ogah! Aku berjemur di depan kost-kostan aja," jawab Anton teman sekamarnya."Aku sudah mengajakmu loh, ya. Jangan nyesel ... berangkaatt ... daahh." Habibie bergegas menggunakan sepatu dan menaiki sepedanya. Dikayuh sepeda ke arah taman yang jaraknya kurang lebih 500 meter dari tempat kostnya.Matahari sudah cukup tinggi kala Habibie keluar dari tempat kostnya. Udara masih terasa segar saat Habibie menghir

  • Isyarat Kasih Untuk Awan   Cloudy

    "Cloudy, Kamu cantik," ucap tulus Amira pada Cloudy dengan isyarat tangan menyertai. "Terima kasih, Tante. Saya begini karena Tante yang mengajari." Suara parau dan gerak tangannya bersidekap di depan dada. "Aah,anak manis," batin Amira bicara kala memandang binar indah di mata Cloudy. Hari ini adalah hari ke tujuh Cloudy memberanikan diri untuk menatap kembali dunia luar. Walau masih tetap ingin ditemani. Tapi ia sudah mulai berani pergi ke taman tak jauh dari rumah tempat mereka tinggal. Sesekali Amira memperhatikan kegiatan Cloudy tanpa sepengetahuannya ketika berada di taman dari kejauhan. Ia suka melukis dan menulis puisi, sambil menikmati udara pagi dan panorama alam. Dua kegiatan yang mampu membantu melupakan nyeri deritanya. "Apa kita akan pergi nyekar ke makam orang tuaku, Tante?" Cloudy menatap Amira sambil menggunakan bahasa isyarat. Amira mengangguk sambil terse

  • Isyarat Kasih Untuk Awan   Malam Berdarah

    "Bangun sayang," ucap Davina pada anak semata wayangnya yang tertidur nyenyak.Dentang suara jam dinding di ruang tengah berdentang dua kali. Menunjukkan waktu dini hari. Hawa dingin mulai memasuki ruang tidurnya. Suaminya Akmal telah keluar dari kamar untuk mencek keadaan. Ada suara-suara aneh dari arah ruang tamu mereka. Rumah Davina dan Akmal berada di ujung komplek yang belum ramai penghuni. Rumah yang dibangun pada sebidang tanah untuk empat unit rumah yang dijadikan satu. Rumah yang baru selesai di cat dengan dominasi warna krem ini baru rampung, aroma cat yang belum kering pun masih sesekali tercium. "Cloudy, ssttt ...." Jari telunjuk Davina ditekannya pada bibir mungil gadis berusia empat tahun itu, saat kedua mata Cloudy terbuka memandang mamanya. Kepala kecilnya mengangguk tanda mengerti, namun sorot mata menyimpan tanya. Davina menggendong Cloudy lalu membawa dan memasukkannya perlahan ke dalam lemari pakaian

DMCA.com Protection Status