Beranda / Romansa / Istrimu, Bukan Kekasihmu / Sudah Terlanjur Jatuh

Share

Sudah Terlanjur Jatuh

Penulis: Reinen
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

6. Sudah terlanjur jatuh

-Meski jatuh rasanya sakit, tapi sakit itu hilang saat melihatmu.- Ailuna Cintia Permadi

Sendi menunduk lesu setelah kepergian Adhitama menuju ruangan rawat wanita yang dia cintai. Shit, berpikir tentang ini saja membuat jantungku terasa begitu nyeri, aku harap aku tak mengalami atheroskerosis setelah ini.

Aku kembali memandang wajah Sendi yang memaksakan diri untuk mendongakan wajahnya menghadapku, kegusaran terlihat jelas dari sorot matanya yang sedikit bergetar.

“Wanita itu pacarnya kak Tama kan?” tanyaku lirih.

Sendi terlihat terkejut mendengar pertanyaan yang aku lontarkan padanya, dia semakin kebingung.

"Kamu tidak perlu menyembunyikan apapun lagi dariku Sendi, setidaknya jangan berbohong tentang pertanyaanku barusan."

“Ma..maafkan saya nyonya, bukan maksud saya menutupi masalah ini dari nyonya. Ada satu dua hal yang mungkin tidak boleh saya katakan pada nyonya, bukan karena saya tidak ingin, hanya saja nona Yasmin itu…”

“Tidak perlu kamu teruskan Sendi!” Potongku.

Aku tak ingin semakin tersiksa oleh rasa sakit yang menggerogoti hatiku. Entah mengapa daripada sebuah umpatan, justru senyumlah yang terbit disudut bibirku saat ini.

"Aku sudah bisa menarik kesimpulan dari jawabanmu yang bertele-tele tadi!"

Dan pada akhirnya aku mengerti bagaimana berartinya Yasmin untuk Adhitama. Namun, bolehkan aku sedikit egois untuk mempertahankan semua kebahagiaan semu ini. Aku tak menuntut banyak, dapat melihat Adhitama sesering mungkin adalah impian terbesarku, aku tak berpikir bahwa Adhitama akan berpaling padaku dan membalas rasaku untuknya, itu terlalu diluar nalar.

“Aku ingin meminta tolong padamu.” Pintaku.

“Apa yang bisa saya lakukan untuk nyonya, saya akan melakukannya dengan sungguh-sungguh!” tanyanya terlihat sumringah. Dia pasti sudah diliputi rasa bersalah, padahal ini bukan kesalahannya. Ini semua salahku yang masuk kedalam kehidupan Adhitama.

“Aku minta tolong jangan katakan apapun pada kak Tama tentang aku yang bekerja disini, dan tentang aku yang mengetahui hubungan yang dia jalin di belakangku.”

Sendi terlihat ragu, membuatku berpikir untuk mencari kalimat lain yang bisa meyakinkan dirinya.

“Ini adalah urusan pribadiku dengan kak Tama, kami pasti bisa mengatasinya dengan baik. Dan tugasmu hanya mengikuti perintahku.” Ucapku sungguh-sungguh.

“Tapi nyonya..”

“Luna” suara nyaring salah satu senior terdengar memekakan telinga.

“Aku mohon Sendi, aku percaya padamu.”

Aku berjalan cepat menuju sumber suara yang memanggil namaku, kemudian menyamakan langkah disamping para perawat yang mendorong seorang seorang pasien laki-laki menuju ruang operasi.

Operasi pneumothorax yang diakibatkan akibat patahnya tulang rusuk yang merobek jaringan paru-paru telah selesai tiga puluh menit yang lalu. Aku melepas baju hijauku dan mulai membasahi tanganku dengan air dan deinfektan. Gemericik air menghilangkan suasana hening yang sedari tadi mengelilingiku.

“Seperti biasanya Lun, kamu memang paling bisa kami andalkan.” Ucap Sherly sambil menepuk bahuku, dia adalah dokter senior yang menjadi penanggung jawabku selama koas.

“Jangan terlalu memujiku kak, nanti kalo aku terbang gimana?” Jawabku jenaka, seolah aku melupakan beban pikiran yang sebenarnya masih menggelantung di sel otakku.

Kami memang sudah dekat dari semenjak pertemuan pertama kami di kampus, aku sebagai mahasiswa S1, dia sebagai dosen muda di kampusku. Meski umur kami terpaut cukup jauh, namun kami memiliki banyak kesamaan yang membuat kami merasa cocok satu sama lain.

Dia terkekeh mendengarnya. “Kamu ini bisa aja, by the way, congratulation for your wedding, aku jadi lebih percaya berita yang beredar setelah melihat sesuatu yang melingkar di jari manismu.” Ucapnya sembari melihat cincin emas yang baru saja kembali ku kenakan.

“Terimakasih banyak kak untuk ucapannya.” Jawabku sambil tersenyum.

“Tapi, hm itu..hm bukan karena hamil kan?” tanyanya ragu-ragu.

“Hahaha..”

Aku tak bisa menahan tawa saat melihat wajah Sherly yang seperti sedang menahan pup. Dia terlihat sangat lucu.

“Kenapa ketawa si? Aku serius Luna!” dia mencubit pipiku gemas.

“Aw..aw.. sakit kak..” erangku berusaha melepaskan diri ancaman Sherly.

“Boro-boro hamil, punya pacar aja nggak pernah. Gosip disini emang penuh dengan micin kak, biar makannya lebih sedap.” Ucapku sembil mengacungkan ibu jari.

Sherly kembali terkekeh. “Aku percaya sama kamu kok, satu-satunya mahasiswa yang nggak ngerti proses pembuahan manusia sampe masuk jurusan kedokteran kan cuma kamu. Rekor emang.” Ungkap Sherly meledekku.

Memang benar si, meski aku mengambil jurusan MIPA saat SMA, aku tak pernah tahu bagaimana proses pembuahan benar-benar terjadi, dalam pikiranku jika laki-laki dan perempuan dewasa tidur dalam satu kamar, boom, maka terjadilah pembuahan.

“Satu pesan dariku, menikah itu saling Luna, saling mencintai, saling menyayangi, saling berbagi, saling mengerti, dan saling-saling lainnya, tapi aku yakin, kamu pasti bisa melakukannya karena kamu adalah Ailuna." Sherly menatapku dengan tulus.

Saling ya? Sayangnya aku disini terjatuh sendirian, bahkan dia tak bersedia menerimaku saat aku sudah benar-benar menjatuhkan diriku seutuhnya untuknya. Ah, aku menjadi teringat sosok Adhitama yang saat ini berada satu atap denganku, aku jadi penasaran sedang apa dia sekarang? Apakah sedang melakukan pembuahan? Shitt, apa sih yang aku pikirkan?

Aku berjalan gontai menuju ruang koas, berkat menjadi asisten operasi dadakan. Akhirnya aku mendapatkan waktu istirahat lebih, aku sangat bersyukur untuk itu, karena bekerja di IGD memang sangat melelahkan.

Tiba-tiba aku merasakan seseorang mencengkram tanganku begitu erat dan menarikku menuju ruang koas dengan tergesa. Pelakunya adalah Raisa, wajahnya terlihat merah menahan amarah.

“Ada apa si Ra?” aku menghempaskan cengkraman tangannya yang begitu kuat.

“Jelasin siapa wanita bernama Yasmin sekarang juga!” ucapnya dingin.

Aku tak tahu darimana dia mendapatkan info tentang Yasmin, tapi mengapa harus sekarang? Aku tak ingin terlihat menyedihkan dihadapannya. Tapi aku tak punya pilihan lain selain menjawabnya jujur, atau dia akan menjejalku dengan berbagai pertanyaan yang semakin tak masuk akal.

“Pacarnya Adhitama Wijaya." Jawabku lirih tanpa membalas tatapan nyalang Raisa.

“Are you crazy Lun? Otak lo kemana aja si? Bukannya lo pinter, otak tuh jangan lo pake buat belajar doang Lun, pake buat mikir apa yang udah lo lakuin! Gue nggak nyangka kalo temen gue sendiri malah jadi orang ketiga di hubungan orang lain.”

Shit, Raisa salah sangka padaku.

“Bukan gitu Ra!”

“Lalu apa?” tanya Raisa nyalang.

“Gue nggak tahu kalo dia udah punya pacar?” jawabku jujur.

Raisa terlihat mengerutkan keningnya. “What? Seriously?” tanyanya masih tak percaya.

Aku menghela napasku yang sedari tadi menahan sesak yang tak kunjung hilang. “Yes, aku baru tahu itu tadi pagi dari gosip pelayan rumah.”

Wajah Raisa seolah masih membutuhkan banyak penjelasan.

“Ok baiklah, gue akan mengatakan semuanya sama lo, tapi please, jangan jugde gue karena kebodohan gue, gue cuma ingin lo ngerti apa yang sebenarnya terjadi. And trust me, please!” Jawabku serius.

Aku mengatakan segalanya pada Raisa, dari mulai aku yang melamar Adhitama hingga mengetahui fakta menyakitkan tentang keberadaan Yasmin yang sudah lebih dulu berada di samping Adhitama tanpaku ketahui.

Raisa menepuk jidatnya kuat-kuat. “Gila, sumpah hidup lo drama banget Lun, kok lo bisa-bisanya nggak tahu kalo dia punya pacar padahal lo ngaku udah suka sama dia sejak lama?”

“Gue juga nggak ngerti, kayanya gue emang seakan tutup mata dan telinga sama berita miring tentang dia, atau emang hubungan mereka yang sengaja di tutup-tutupi.”

“Sumpah, lo bucin parah si, gue nggak nyangka beneran. Eh bentar deh, Tapi kenapa dia nggak nikahin pacarnya aja, kenapa malah lo dan tiga orang calon istri yang pernah kabur itu? Gue yakin, untuk seukuran model, dia pasti cocok untuk jadi pendamping Adhitama.”

Aku menggeleng pelan. “Untuk itu, gue masih nyari jawabannya.”

Pasti ada alasan mengapa Adhitama sampai melakukan ini, dia bukanlah seseorang yang melakukan sesuatu tanpa alasan yang jelas.

“Hm, lo beneran suka sama dia ya?” tanya Raisa ragu.

Aku hanya bisa tersenyum, suka? Aku rasa ini bukan hanya perasaan suka, ini mungkin perasaan yang disebut cinta. Ya aku benar-benar mencintainya hingga rasa ingin memilikinya begitu egois tercetak di otak besarku.

“Gue nggak mau terlalu ikut campur ke dalam rumah tangga lo, tapi kayanya mereka baru saja meributkan sesuatu yang berhubungan dengan pernikahan lo, soalnya dia nyebut nama lo cukup keras pas banget gue lagi ikut dokter Hans keliling di kamar VVIP dan pintu ruangannya rada kebuka.”

Menyebut namaku? Apakah itu artinya Yasmin tahu tentangku? Permainan apa sebenarnya yang sedang mereka mainkan dibelakangku?

“Gue nggak bisa lakuin apa-apa buat lo Lun, tapi gue harap, lo bahagia sama pilihan lo. Tapi kalo lo udah nyerah untuk bertahan sama hubungan lo, gue siap untuk ada disamping lo kapanpun lo butuh.”

Raisa membawaku kedalam pelukannya. Saat ini aku mungkin sudah terjatuh sepenuhnya, yang perlu aku lakukan hanyalah bangkit lagi, kemudian ketika terjatuh kembali, aku akan bangkit lagi begitu seterusnya sampai suatu saat nanti Adhitama bersedia menerima segalanya yang sudah ku jatuhkan untuknya. Semoga.

Bersambung.

Bab terkait

  • Istrimu, Bukan Kekasihmu   Bertemu Yasmin

    7. Bertemu Yasmin-Kalau dia secantik ini, kenapa kamu menerimaku?- Ailuna Cintia PermadiSepeninggal Raisa, aku masih berusaha memejamkan mataku barang sebentar saja. Tubuh, otak, bahkan hatiku benar-benar letih secara bersamaan. Otakku terus saja bekerja memutar-mutar memori kelam yang sangat ingin aku hilangkan dari hidupku, membuatku kesusahan masuk ke dalam alam mimpi.Tok. Tok. Tok.Samar aku mendengar suara ketukan dari arah pintu, tak biasanya para koas mengetuk pintu saat berniat memasuki ruang koas, terlalu sopan. Karena penasaran, dengan malas aku beranjak dari ranjangku dan membuka pintu perlahan.“Hai Lun..” Sapa laki-laki berkacamata yang tidak lain tidak bukan adalah Keanu.Aku menegang seketika mengingat kejadian tak mengenakan tadi pagi saat aku menolak ajakannya untuk mengobrol berdua. Apa dia belum menyerah juga?“Hm, ada perlu apa dokter datang kemari?” Dia menengok Panerai yang melingkar di tangan kirinya. “Aku tahu kebiasaanmu melewatkan waktu makan, belum terla

  • Istrimu, Bukan Kekasihmu   Aku Terusik

    8. Aku Terusik-Apakah normal untuk merasakan hal semacam ini pada wanita yang baru aku temui?-Adhitama WijayaAku menyesap wine ditanganku dalam diam, entah apa alasannya aku memilih untuk berdiam diri disini, dikamar wanita yang telah aku nikahi beberapa hari yang lalu, pemandangan diluar kamar ini ternyata cukup bagus, rentetan bunga berwarna putih, yang aku sendiri tak tahu namanya itu berhasil menyita perhatian siapapun yang melihat kearahnya.Seperti sosok bernama Ailuna, gadis yang belum genap seminggu aku kenal itu memang menarik perhatianku. Aku tak memungkiri jika gadis itu memiliki aura tersendiri yang membuat orang lain merasa nyaman untuk berada didekatnya. Namun bagiku hanya sebatas itu.Aku tak bisa melupakan bagaimana kuatnya sengatan saat untuk pertama kalinya dia memeluk tubuhku tanpa aba-aba, dia seolah mengalirkan ribuan volt listrik yang membuat tubuhku bergetar hebat.“Gadis muda yang aneh dan juga berani.”Aku tersenyum miring saat kembali mengingatnya. Gadis bo

  • Istrimu, Bukan Kekasihmu   I'm A Liar

    9. I'm a Liar-Statusku memang miliknya, namun hatiku adalah milikmu.- Adhitama Wijaya"Syukurlah..” Aku menghembuskan nafasku lega, jantungku berangsur normal. Takut kehilangan, itu yang aku rasakan. Bagaimanapun, kita akan merasakan hal tersebut saat sudah terbiasa dengan sesuatu ataupun seseorang. Seperti halnya diriku yang selalu merasa bahwa Yasmin lah yang paling mengerti diriku, Yasmin lah yang aku butuhkan, dan Yasmin lah yang membutuhkanku.Kami bagai tumbuhan dan oksigen yang saling membutuhkan. Sungguh, mendengar dia dalam keadaan tak baik-baik saja membuat seolah semua oksigen disekitarku ditarik paksa hingga membuatku kesulitan bernapas.Aku meregangkan pelukanku, menangkup wajahnya, kemudian meneliti setiap inci wajahnya yang-syukurnya-terlihat baik-baik saja.“Berhentilah membuatku khawatir, Mine, kamu tahu? Kau membuatku hampir mati di jalanan karena melajukan mobilku di atas kecepatan rata-rata.”Rasa kesal menjalar di hatiku saat melihat Yasmin yang masih terdiam ta

  • Istrimu, Bukan Kekasihmu   Sahabat Lama

    10. Sahabat Lama-Katanya aku itu terlalu bodoh untuk urusan asmara. Tapi itu bukanlah salahku, karena aku selalu percaya kata-kata bahwa nobody’s perfect, but I’m perfect for you.- Ailuna Cintia Permadi“Sudah tahu nyakitin, tapi tetap aja di liatin.” Suara bariton laki-laki di belakangku berhasil membuatku semakin menegang.Aku menoleh kebelakang, netraku menangkap sosok laki-laki yang tersenyum miring kearahku.“Kamu...”Aku menyeret tangan kanannya menjauh dari ruang rawat Yasmin. Aku tak peduli dengan gerutuannya di sepanjang jalan.Brak! Aku mendorongnya ke dinding di salah satu lantai tangga darurat yang sepi.“Aw, sakit Ai, ternyata lo nggak berubah, tetep kaya Samsonwati ya!” gerutunya sambil sesekali meringis.Aku menatapnya tajam, sangat tajam, setajam silet. Aku tak peduli jika tiba-tiba kepalanya putus karena tatapan nyalangku, palingan nanti jadi temenan sama hantu jeruk purut. Dia menelan ludahnya dengan susah payah.“Kapan kamu pulang?” tanyaku mengintimidasi.Dia men

  • Istrimu, Bukan Kekasihmu   Makan Malam Pertama

    11. Makan Malam Pertama-Ini pertama kalinya kita makan bersama, berada di meja makan yang sama, makan makanan yang sama, dan menghidup oksigen yang sama. Rasanya mendebarkan, aku ingin melakukan ini setiap hari denganmu. - Ailuna Cintia PermadiAku mulai mengeluarkan beberapa bahan dari lemari pendingin. Banyak hal yang sudah aku cari tahu tentang Adhitama, dari makanan favoritnya hingga alergi yang di deritanya melalui mommy Rosa. Syukurlah dia tak memiliki hal semacam itu.Beberapa menit kemudian mulai tercium aroma masakan yang aku tumis diatas minyak zaitun. Aku menyiapkan dua porsi siap saji diatas meja makan tepat saat suara langkah kaki yang terdengar mendekat.“Makanan udah siap.” Ucapku sambil tersenyum.Dia hanya menatapku datar, kemudian menarik salah satu kursi kayu yang menciptakan derit lemah sebelum dia duduki.Dia menatap salad quinoa daging yang masih mengepulkan uap panasnya.“Apa kamu ingin membuatku gemuk dengan memakan daging dimalam hari?” tanyanya dengan sorot

  • Istrimu, Bukan Kekasihmu   Giant Baby

    12. Giant Baby-Semuanya mengalir seperti keran bocor, bagaimana cara menghentikannya? Ya diperbaiki dengan benar, agar kita dapat mengatur seberapa kencang aliran yang kita butuhkan.- Ailuna Cintia PermadiAku kembali mengganti plaster kompres demam di dahi Adhitama dengan hati-hati.Wajahnya masih pucat, keringat dingin masih mengalir di dahinya. Saat-saat seperti ini dia terlihat seperti bayi besar yang tak berdaya.“Such a giant baby.” Gumamku, sesekali tersenyum.Aku beranjak dari ranjang membuka sedikit hordeng abu-abu dikamar Adhitama dengan hati-hati agar tak membangunkannya, kemudian berjalan pelan menuju pantry, namun langkahku terhenti seketika di ambang pintu dengan tubuh yang mematung.“Astaga, apa yang terjadi?” tanyaku sambil membelalakkan mata.Keadaan dapurku berubah seperti kapal pecah, sungguh ini bukan karena aku terlalu hiperbola, semuanya tergenang air setinggi lima belas sentimeter, mengingat lantai pantryku turun sekitar tiga anak tangga. Beberapa panci dan peng

  • Istrimu, Bukan Kekasihmu   Father Of Your Baby

    13. Father Of Your Baby-Ternyata benar, kalau tidak ada yang namanya persahabatan antara laki-laki dan perempuan.- Ailuna Cintia Permadi. “Jadi lo udah tahu?” tanya Barram sembari tersenyum tipis, dia menyeruput kembali mocca latte miliknya.“Nggak usah over confident Ai, gue udah sadar kok posisi gue, jadi nggak usah ngerasa nggak enak gitu, dienakin aja say..” Ucapnya lagi.Aku tersenyum sekilas, lucu, untuk pertama kalinya dalam kisah persahabatan kami, kami membicarakan tentang perasaan masing-masing. Tentang bagaimana aku melihatnya, dan bagaimana dia melihatku.Pertanyaanya adalah, mengapa harus sekarang? Seolah Tuhan sengaja mempermainkan perasaan cintaku pada Adhitama dengan perasaan sayangku pada Barram. Sosok yang sudah memberikan warna yang berbeda dalam hidupku. “Sorry, I hurt you so much. Gue nggak bisa menganggap ini angin lalu kaya dokter Keanu, lo beda, ada nama lo di salah satu sudut hati gue yang nggak bisa diisi oleh siapapun.” Ucapku lirih.“Posisi sahabat maksu

  • Istrimu, Bukan Kekasihmu   Not A Dream

    14. Not A Dream-Kamu adalah paket makan siang paling komplit di hidupku, ganteng, kharismatik, kaya, tapi sayang kurang senyum aja.- Ailuna Cintia Permadi“Don’t forget it, I’m not your baby, I’m father of your baby.” Bisiknya lagi sebelum mengecup lembut permukaan bibirku.Ugh, ucapannya membuatku melayang jauh melewati atmosfer bumi. Ini sungguh gila, Adhitama semakin membuatku menggila.Dia menggendongku ala bridal style, membawaku ke kamarnya. Di saat-saat seperti ini, ingin sekali rasanya aku menurunkan berat badanku, aku takut jika sebenarnya dia memaksakan diri untuk menggendong tubuhku yang tak bisa dikatakan kurus. Tapi tunggu, tunggu, kenapa kami melewati ranjangnya, kemana dia akan membawaku pergi?Brak.Adhitama mendorong pintu kamar mandi dengan kakinya, membuat suara dentingan cukup keras.“Aku belum mandi istriku, sepertinya tak masalah jika kita mandi bersama.” Ucapnya.Aku tersenyum miring, shitt kenapa dia terlihat sangat menggoda?“Ta..tapi aku sudah mandi kak.” Ja

Bab terbaru

  • Istrimu, Bukan Kekasihmu   Meluruskan Kesalahpahaman

    28. Meluruskan Kesalahpahaman-Aku harap, perasaanku tak seperti bunga yang layu, warnanya semakin lama semakin pudar, kering, dan kemudian gugur perlahan. Tak ada yang salah antara kita, antara perasaanku, kamu dan dia. Apakah aku harus menyalahkan waktu? Takdir? Akupun tak tahu.- Ailuna Cintia PermadiAku memakan makananku dalam diam. Kemana perginya Adhitama? Dia pergi meninggalkanku dengan alasan ada urusan mendadak, dan kalian tahu apa urusannya? Tentu saja untuk meluruskan segalanya pada kekasihnya. Aku menanyakan keberadaan Adhitama pada Sendi, dan dia tidak mengelak saat aku mengatakan perihal tersebut. Ah, bagaimana Adhitama bisa segantlemen itu, dia pasti tak ingin menyakiti hati Yasmin barang sedikitpun. Apakah sebegitu cintanya dia pada sosok model itu?Lalu bagaimana denganku? Tentu saja dia tak peduli, dia hanya ingin aku bertahan bersamanya sampai anak ini lahir. Tok. tok. tok.Apakah dia sudah kembali secepat itu? Ayolah Luna, jangan terlalu berharap, nanti ujung-ujun

  • Istrimu, Bukan Kekasihmu   Kedatangan Yasmin

    27. Kedatangan Yasmin-Aku tahu kalau bahagia dan sedih itu datangnya satu paket, tapi aku tak pernah mengira jika kesedihan juga akan datang secepat ini.- Ailuna Cintia PermadiAku melihatnya, pancaran mata yang tak pernah sekalipun Adhirama berikan padaku kini dengan jelas tercipta saat kehadiran Yasmin diantara kami. Mereka saling pandang untuk beberapa saat, seolah melupakan kehadiranku. Sorot mata Yasmin seolah menginginkan penjelasan, namun sayangnya Adhitama masih menutup rapat bibirnya, hanya sorot mata sendu yang dia hadiahkan sebagai jawaban.“Yasmin..”Ya itu suaraku yang sedikit tertahan untuk tidak bergetar. Aku bahkan merasakan sakit saat mereka saling bertatapan, aku tak bisa untuk tidak membenci momen itu. Berhentilah memperlihatkan tatapan saling menginginkan seperti itu.Aku tak pernah menginginkan untuk berada diposisiku saat ini. Tentu saja aku menginginkan kisah cinta romantis yang bahagia, dimana kedua tokohnya saling mencintai satu sama lain. Tapi bukankah tetap

  • Istrimu, Bukan Kekasihmu   Cinderella 12 a.m

    26. Cinderella 12 am-Kata orang, cinta sejati yang sesungguhnya adalah dia yang sanggup merelakan kekasihnya pergi untuk pergi dengan tambatan hatinya yang lain. Tapi walaupun itu benar, aku tak akan melakukannya, sejati hanyalah kata, tak ada jaminan untuk kebenarannya- Ailuna Cintai PermadiAdhitama datang dengan satu gelas es teller di tangannya. Dia melihat Raisa yang sedang sesenggukan di pelukanku. Dengan sedikit bahasa tubuh, aku meminta Adhitama untuk keluar ruangan, memberikan aku waktu untuk menenangkan Raisa.“Lo bisa nggak si Sa, kalo nangis nggak usah ingusan. Jijik gue lihatnya.” Gerutuku sembari menyodorkan tisu dihadapannya.Raisa mendorong tubuhku pelan, dia mengusap air mata yang masih menggenang di pelupuk matanya dengan kasar. And see, dia terlihat seperti panda dengan lelehan eye liner yang sudah beleber sampai ke pipinya, membuatku tak tahan untuk tidak terkekeh.“Itu udah sepaket Lun, nggak bisa dipisahin, kaya gue sama lo.”“Cih, nggak mau gue.” Decihku.“Bent

  • Istrimu, Bukan Kekasihmu   Sisi Lain Raisa

    25. Sisi Lain Raisa-Beberapa orang merasa sudah lelah sebelum memulai, sedangkan aku dengan tak tau dirinya tetap bertahan meski tahu akhirnya masih terlihat abu-abu.- Ailuna Cintia PermadiAku tak pernah tahu apa yang akan terjadi satu detik kedepan, selama ini aku selalu mencemaskan bagaimana jika suatu saat dia meninggalkanku, apakah aku akan siap? Bagaimana jika dia pergi dan tak kembali? Bagaimana jika dia memilih untuk bersama wanitanya? Dan masih banyak kekhawatiran yang selalu bergelanyut di otakku.Bukankah itu wajar bagi seorang wanita sepertiku yang berada diantara dua orang yang saling mencintai? Tapi bukankah aku juga mencintainya, aku hanya perlu menunggu saat dia membalas cintaku.Namun saat ini, aku hanya ingin menikmati saat-saat bersamanya, meneliti setiap lekuk wajahnya yang terpahat sempurna. Aku baru menyadari sesuatu, ada sebuah lesung pipit samar di pipi kirinya saat dia tersenyum lebar. Membuat kesan manis pada wajahnya yang maskulin.Aku mengambil buah apel d

  • Istrimu, Bukan Kekasihmu   Hello Adhitama Junior

    24. Hello Adhitama Junior-Aku tahu, meski rasanya hatiku sungguh-sungguh tersakiti. Hatiku selalu menolak untuk berhenti, bagai malam yang merindukan siang. Meski semuanya terasa tidak mungkin, tapi aku tetap saja bertahan, seperti air yang mengalir, semuanya terasa begitu alami. Membahagiakanmu, adalah anugerah Tuhan, teruntuk manusia tak tahu diri sepertiku.- Ailuna Cintia Permadi. Bersamanya, adalah suatu ketidakmungkinan yang akhirnya terkabulkan. Menatap pancaran kekhawatiran yang dia tujukan padaku, tak peduli akan bertahan seberapa lama, yang pasti aku bahagia. Lihat saja, tangannya bahkan tak lepas menggenggam tanganku begitu erat.Apakah kalian ingat tentang seorang laki-laki yang ku ceritakan pada Adhitama tempo hari? Sejujurnya dia adalah sosok Adhitama saat berumur 25 tahun. Sosok yang entah sejak kapan ku jadikan matahari, pusat dari kehidupanku. Aku tahu, dia pasti telah melupakan momen yang baginya tak berharga itu. Tapi bagiku, kehadirannya mengubah sebagian hidupku

  • Istrimu, Bukan Kekasihmu   Kesepian Lagi

    23. Kesepian Lagi-Apa ini? Mengapa aku menjadi terbiasa dengan kesepian ini? Rasanya semuanya terasa begitu hampa, seolah hanya akulah manusia yang hidup di dunia ini.- Ailuna Cintia PermadiApakah aku harus menyerah dengan semua ini?Sudah tiga hari aku terkurung di kamarku tanpa melakukan apapun selain berbaring, makan, melamun dan tentu saja bernapas. Bahkan bernapas pun rasanya sudah terlalu sesak karena terasa seperti menghirup oksigen yang sama setiap detiknya. Aku sungguh tak mengerti kesalahan apa yang sudah ku perbuat hingga membuatnya mengurungku seperti ini, bahkan setelah aku tahu pun itu adalah sebuah kesalahpahaman yang sejujurnya dia sendiri yang menyimpulkannya.Hari sudah semakin gelap, bahkan aku terlalu malas untuk menyalakan lampu kamar, aku mulai terbiasa dengan kegelapan, aku mulai terbiasa dengan kesepian yang semakin lama semakin menggerogoti ku menjadi semakin kosong.Tok. Tok. Tok.“Nyonya, sudah waktunya makan, tolong buka pintunya.”Aku melirik jejeran ma

  • Istrimu, Bukan Kekasihmu   Tak Bisa Membenci

    22. Tak Bisa Membenci-Akankah aku tetap bisa mempertahankan segalanya setelah semuanya begitu jelas terlihat? Akankah aku masih bisa memperjuangkanmu meski kita memiliki rasa yang berbeda?- Ailuna Cintia PermadiSiapa wanita yang bersama ayah itu? Seingatku sekretaris ayah adalah seorang laki-laki bernama Ronald, dan aku mengenalnya dengan sangat baik. Aku mencoba berpikir jernih, dengan cepat aku mengetik sebuah nama di display tanpa memperdulikan rentetan pertanyaan yang saat ini sedang Barram lontarkan.“Hallo sayang?” sapa suara lembut dari sebrang sana.“Mom, answer me now!” ucapku cepat. “Apakah ayah udah pulang ke rumah?” lanjutku, mataku masih fokus mengamati gerak-gerik ayah yang terlihat santai duduk di kursi VIP, aku tak ingin kehilangan jejaknya.Ada jeda sebentar. “Oh My, do you miss him so bad sweetheart?” aku mendengar Mommy terkekeh.Oh ayolah, ini bukan waktunya untuk tertawa Mommy, saat ini suamimu sedang bersama perempuan lain.“Please Mom jawab aku, ayah udah di r

  • Istrimu, Bukan Kekasihmu   Punggung Yang Rapuh

    21. Punggung Yang Rapuh-Jangan membuatku ingin selalu melindungimu, juga jangan terlihat berusaha untuk kuat saat punggungmu terlihat rapuh, ah, keduanya terasa menyakitkan untuk dilihat. -Adhitama Wijaya“Sendi, aku cantik bukan?” tanya Ailuna pada Sendi.Dia memutar tubuhnya yang dibalut dress selutut bercorak bunga mawar di depan Sendi sembari tersenyum. Entah kenapa aku tak menyukainya, bukankah seharusnya dia menanyakannya padaku sebagai suaminya?“Tentu saja, nyonya terlihat cantik memakai apapun.” Jawab Sendi seolah lupa jika ada aku disini.“Ehem..”Ailuna menatapku, dia berjalan pelan ke arahku sembari tersenyum. Oh ayolah, mengapa kamu selalu tersenyum pada semua laki-laki? Tunggu bukankah itu hak dia?“Sendi tak ikut kita?”Argh, mengapa dia menanyakan itu pada laki-laki yang berstatus suaminya sendiri? Dan lihatlah ekspresi sedihnya saat menatap Sendi yang tersenyum bodoh dari balik kaca. Apa yang terjadi diantara mereka berdua? Mengapa aku jadi penasaran seperti ini.“Ka

  • Istrimu, Bukan Kekasihmu   Candu

    20. Candu-Aku menghargainya sebagai seorang perempuan, karena aku tahu bagaimana rapuhnya saat seorang perempuan tersakiti.- Adhitama WijayaAku menatap wanita dihadapanku dengan perasaan karut, menyentakkan tubuhku untuk lebih tinggi menerbangkannya ke angkasa. Napasnya bergemuruh kasar saat terasa kehangatan mengalir dari tubuhku tersalur pada tubuhnya, seolah menggelitik perut tanpa tahu seberapa aku merindukan ini darinya. Aku mendengarnya, degub jantung yang begitu memburu, membuatku semakin terengah untuk mencapai puncak yang ingin aku ledakan di dalam dan melebur bersama di dalam tubuh ramping wanitaku.Yasmin tersenyum hangat, menarik tubuhku untuk menindihnya semakin erat, aku mengirup aroma yang selalu aku rindukan di ceruk lehernya. Aku memeluknya, menuntutnya untuk membalas pelukan hangat yang selalu aku suguhnya setiap kali berada disampingnya.Aku berbisik lirih di telinganya yang terlihat memerah. “Aku sangat mencintaimu Mine.”Dia tersenyum kecil, senyum yang sudah la

DMCA.com Protection Status