Share

Bertemu Yasmin

Author: Reinen
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

7. Bertemu Yasmin

-Kalau dia secantik ini, kenapa kamu menerimaku?- Ailuna Cintia Permadi

Sepeninggal Raisa, aku masih berusaha memejamkan mataku barang sebentar saja. Tubuh, otak, bahkan hatiku benar-benar letih secara bersamaan. Otakku terus saja bekerja memutar-mutar memori kelam yang sangat ingin aku hilangkan dari hidupku, membuatku kesusahan masuk ke dalam alam mimpi.

Tok. Tok. Tok.

Samar aku mendengar suara ketukan dari arah pintu, tak biasanya para koas mengetuk pintu saat berniat memasuki ruang koas, terlalu sopan. Karena penasaran, dengan malas aku beranjak dari ranjangku dan membuka pintu perlahan.

“Hai Lun..” Sapa laki-laki berkacamata yang tidak lain tidak bukan adalah Keanu.

Aku menegang seketika mengingat kejadian tak mengenakan tadi pagi saat aku menolak ajakannya untuk mengobrol berdua. Apa dia belum menyerah juga?

“Hm, ada perlu apa dokter datang kemari?”

Dia menengok Panerai yang melingkar di tangan kirinya. “Aku tahu kebiasaanmu melewatkan waktu makan, belum terlambat. Ayo makan siang bersamaku, sekalian sebagai permintaan maaf karena sikapku tadi pagi.” Dia tersenyum padaku.

Oh, ayolah, disini aku yang bersalah, mengapa kamu yang meminta maaf. Ingin sekali aku mengatakan hal itu padanya, sikapnya yang seperti ini semakin membuatku tenggelam oleh rasa bersalah yang semakin dalam. "Maaf, saya sudah makan Dok.”

Kruyuk.

Oh God, kenapa kalian melakukannya disaat yang tidak tepat wahai cacing-cacing di perutku?. Aku melihat dia tersenyum sekilas, sementara aku hanya bisa menahan malu yang sudah sampai di ujung rambut Keanu, maksudku ujung rambutku.

“Ok, ayo kita ke kantin!"

Pada akhirnya aku menyerah, aku berjalan terlebih dahulu mendahului langkah panjang Keanu, bukannya apa-apa, aku hanya malas menjadi pusat perhatian para ibu-ibu penggosip di rumah sakit ini. Bisa-bisa besok tersebar berita bahwa aku keguguran karena suamiku yang kasar, kemudian memutuskan untuk bersama Keanu. Mereka sangat cocok menjadi penulis naskah drama-ecekecek-televisi.

Aku memesan satu porsi bakso sapi tanpa mie favoritku. Uapnya menyeruak masuk menggelitik bulu hidungku, dengan cepat, mulutku melahapnya rakus, aku baru tahu jika sakit hati ternyata membutuhkan banyak energi.

“Kamu seperti balita penderita busung lapar.” Kekehnya sembari menatap kearahku.

Aku mengerutkan kening karena tak mengerti dengan yang dia katakan. Terkadang aku lebih mengerti istilah medis dibandingkan nama pasarannya.

“Honger Oedema.” Ucapnya memperjelas.

Aku melotot ke arah Keanu tak suka.

“Saya ini bukan kekurangan protein, tapi kekurangan kasih sayang.” Ucapku tak peduli dengan reaksi yang akan dibuat oleh Keanu setelah mendengar pernyataanku barusan.

“Kalau gitu, aku siap memberimu kasih sayang sebanyak yang kamu butuhkan!”

"Uhuk.."

Ucapan Keanu membuatku tersedak kuah bakso panas yang sedang aku seruput. Mengesalkan, aku kira dia sudah menyerah terhadapku. Beberapa detik kemudian, dia mengulurkan selembar tisu ke hadapanku.

“Jangan terlalu serius Luna, aku hanya bercanda. Lagi pula, kamu pasti sudah mendapatkan kasih sayang berlebih hingga membuat hatimu kebanjiran.” Ucapnya renyah.

Aku hanya meringis mendengarnya, benar semua itu benar, namun hanya dalam mimpiku saja. Boro-boro kebanjiran, yang ada hatiku ini kering kerontang tak pernah dihujani kasih dari suamiku sendiri.

“Aku harap, dia laki-laki yang lebih baik dariku, dan dia memperlakukanmu dengan lebih baik.” Ucapnya. Aku melihat ketulusan dari sorot matanya.

Ah, aku memang bodoh, mengapa aku harus menyakiti laki-laki sebaik dia?

“Aku akan membelikan minum untukmu.”

“Jangan!” selaku sebelum dia beranjak dari tempat duduknya.

“Biar saya saja, dokter Keanu sudah meneraktirku makan, sebagai gantinya saya akan mentraktir minuman untuk dokter. Apa yang ingin dokter minum?” tanyaku.

Dia terlihat berpikir, aku terkekeh menertawakan diriku sendiri karena baru menyadari jika dokter muda di hadapanku ini benar-benar tampan saat dilihat dari jarak dekat, hanya saja kacamata bulatnya membuat dia terlihat lebih manusiawi.

Setelah dua menit berlalu. “Mineral water.” Jawabnya.

Dasar pecinta hidup sehat, lihat saja, untuk menemaniku makan dia hanya memesan seporsi salad. Kembalikan dua menit berhargaku Keanu!

“Ok, tunggu disini sebentar Dok!”

Aku berjalan menuju vending machine terdekat, kebetulan sekali tenggorokanku menginginkan cola. Sudah lama sejak terakhir aku meminum minuman berkarbonasi sekitar, oh aku ingat! Dua hari yang lalu.

Saat sudah hampir sampai, aku melihat seorang wanita memakai kursi roda yang terlihat kesulitan memencet tombol vending machine karena terlalu tinggi. Aku berjalan cepat ke arahnya.

“Apa yang kamu inginkan nona?” tanyaku ramah.

Wah wanita yang ku perkirakan berusia dia puluh tahunan ini sangat cantik, bibirnya terlihat tipis, dengan mata yang membentuk bulan sabit. Tipe anggun dan ramah yang banyak disukai oleh laki-laki.

“Orange juice, dok.” Serunya.

Ah, banyak yang mengira jika aku adalah seorang dokter, padahal baru calon. Tapi setiap mendengar kata itu aku jadi merasa bangga dengan diriku sendiri, jadi ku biarkan saja.

Aku memencet bagian orange juice dengan cukup keras.

Clang!

Keluarlah satu botol orange juice instan dari lubang vending machine.

“Terimakasih banyak dok. Oh ya namaku Yasmin, senang berkenalan dengan dokter.”

Aku mematung seketika, Yasmin? Apakah dia? Aku kembali memperhatikannya, dan kemudian meneliti gelang yang melingkar di tangannya. ‘Yasmin Tristan P, 29 thn’.

Aku langsung membalik nametag yang ku kenakan.

“Luna." Jawabku singkat.

Dia terlihat kebingungan melihat perubahan ekspresiku yang begitu drastis. Tapi sungguh, aku terlalu terkejut dengan semua ini.

Jantungku terasa teremas, demi Tuhan Yasmin adalah manusia paling aku hindari setelah Keanu, tapi aku tak pernah menyangka jika kita akan dipertemukan dengan cara seperti ini? Jika dia tahu aku siapa, pasti kamu tak akan meminta bantuanku yang kamu anggap sebagai orang ketiga di kehidupan asmaramu.

“Hm, bisakah dokter membantuku sekali lagi? Aku ingin kembali ke kamarku dan perawat yang membawaku kesini tadi sedang meminta izin untuk ke kamar mandi. Maukah dokter membantuku kembali ke kamar?” Ucapnya lirih.

Dia terlihat seperti anak kucing yang tersesat. Jadi seperti ini tipe yang disukai Adhitama, dia terlihat lemah dan manja, tipe yang butuh perlindungan. Berbeda 180 derajat denganku yang bar-bar ini.

Benar saja, aku seolah tak bisa menolak permintaanya. “Baiklah, tunggu disini sebentar nona, aku akan segera kembali.” Aku memencet tombol air mineral dan berjalan cepat ke arah Keanu.

“Ini minumannya dok. Sata harus pergi sekarang, terimakasih atas makanannya, permisi.” Aku menyodorkan sebotol air mineral ke hadapannya.

“Oh terimakasih Luna.” Ucapnya.

Aku mendorong kursi roda Yasmin pelan, selama perjalanan, dia tak henti menceritakan banyak hal. Dia memang sangat berbeda denganku, dia akan mengatakan segala hal yang dia rasakan saat ini tanpa rasa ragu. Sesekali aku memperhatikan sekitar takut-takut suamiku alias kekasih gadis dihadapanku ini datang tanpa diundang.

“Sampai, terimakasih banyak Dokter.” Ucapnya ramah.

Aku hanya tersenyum, dan bagaimana bisa aku justru tersenyum padanya?

Kring. Kring.

Tiba-tiba ponsel di pangkuannya bergetar, aku mengintipnya sedikit karena mengira itu berasal dari Adhitama, namun ternyata salah, nama kontaknya bertuliskan ‘Daddy’ namun ada sesuatu yang aneh saat aku semakin memperjelas pandanganku yang sedikit buram.

“Hm dok, aku masuk duluan ya, sekali lagi terimakasih banyak atas bantuannya.” Dia mendorong kursinya sendiri masuk ke dalam kamar rawatnya.

Aku melihatnya dari celah pintu, laki-laki berambut hitam terlihat memberikan sebuket bunga merah, kemudian mengecup lembut puncak kepala Yasmin dengan penuh kasih sayang. Ah, jantungku terasa jatuh sampai ke kaki.

“Sudah tahu nyakitin, tapi tetap aja di liatin.” Suara bariton laki-laki di belakangku berhasil membuatku semakin menegang.

Aku menoleh kebelakang, netraku menangkap sosok laki-laki yang tersenyum miring ke arahku.

“Kamu...”

Bersambung.

Related chapters

  • Istrimu, Bukan Kekasihmu   Aku Terusik

    8. Aku Terusik-Apakah normal untuk merasakan hal semacam ini pada wanita yang baru aku temui?-Adhitama WijayaAku menyesap wine ditanganku dalam diam, entah apa alasannya aku memilih untuk berdiam diri disini, dikamar wanita yang telah aku nikahi beberapa hari yang lalu, pemandangan diluar kamar ini ternyata cukup bagus, rentetan bunga berwarna putih, yang aku sendiri tak tahu namanya itu berhasil menyita perhatian siapapun yang melihat kearahnya.Seperti sosok bernama Ailuna, gadis yang belum genap seminggu aku kenal itu memang menarik perhatianku. Aku tak memungkiri jika gadis itu memiliki aura tersendiri yang membuat orang lain merasa nyaman untuk berada didekatnya. Namun bagiku hanya sebatas itu.Aku tak bisa melupakan bagaimana kuatnya sengatan saat untuk pertama kalinya dia memeluk tubuhku tanpa aba-aba, dia seolah mengalirkan ribuan volt listrik yang membuat tubuhku bergetar hebat.“Gadis muda yang aneh dan juga berani.”Aku tersenyum miring saat kembali mengingatnya. Gadis bo

  • Istrimu, Bukan Kekasihmu   I'm A Liar

    9. I'm a Liar-Statusku memang miliknya, namun hatiku adalah milikmu.- Adhitama Wijaya"Syukurlah..” Aku menghembuskan nafasku lega, jantungku berangsur normal. Takut kehilangan, itu yang aku rasakan. Bagaimanapun, kita akan merasakan hal tersebut saat sudah terbiasa dengan sesuatu ataupun seseorang. Seperti halnya diriku yang selalu merasa bahwa Yasmin lah yang paling mengerti diriku, Yasmin lah yang aku butuhkan, dan Yasmin lah yang membutuhkanku.Kami bagai tumbuhan dan oksigen yang saling membutuhkan. Sungguh, mendengar dia dalam keadaan tak baik-baik saja membuat seolah semua oksigen disekitarku ditarik paksa hingga membuatku kesulitan bernapas.Aku meregangkan pelukanku, menangkup wajahnya, kemudian meneliti setiap inci wajahnya yang-syukurnya-terlihat baik-baik saja.“Berhentilah membuatku khawatir, Mine, kamu tahu? Kau membuatku hampir mati di jalanan karena melajukan mobilku di atas kecepatan rata-rata.”Rasa kesal menjalar di hatiku saat melihat Yasmin yang masih terdiam ta

  • Istrimu, Bukan Kekasihmu   Sahabat Lama

    10. Sahabat Lama-Katanya aku itu terlalu bodoh untuk urusan asmara. Tapi itu bukanlah salahku, karena aku selalu percaya kata-kata bahwa nobody’s perfect, but I’m perfect for you.- Ailuna Cintia Permadi“Sudah tahu nyakitin, tapi tetap aja di liatin.” Suara bariton laki-laki di belakangku berhasil membuatku semakin menegang.Aku menoleh kebelakang, netraku menangkap sosok laki-laki yang tersenyum miring kearahku.“Kamu...”Aku menyeret tangan kanannya menjauh dari ruang rawat Yasmin. Aku tak peduli dengan gerutuannya di sepanjang jalan.Brak! Aku mendorongnya ke dinding di salah satu lantai tangga darurat yang sepi.“Aw, sakit Ai, ternyata lo nggak berubah, tetep kaya Samsonwati ya!” gerutunya sambil sesekali meringis.Aku menatapnya tajam, sangat tajam, setajam silet. Aku tak peduli jika tiba-tiba kepalanya putus karena tatapan nyalangku, palingan nanti jadi temenan sama hantu jeruk purut. Dia menelan ludahnya dengan susah payah.“Kapan kamu pulang?” tanyaku mengintimidasi.Dia men

  • Istrimu, Bukan Kekasihmu   Makan Malam Pertama

    11. Makan Malam Pertama-Ini pertama kalinya kita makan bersama, berada di meja makan yang sama, makan makanan yang sama, dan menghidup oksigen yang sama. Rasanya mendebarkan, aku ingin melakukan ini setiap hari denganmu. - Ailuna Cintia PermadiAku mulai mengeluarkan beberapa bahan dari lemari pendingin. Banyak hal yang sudah aku cari tahu tentang Adhitama, dari makanan favoritnya hingga alergi yang di deritanya melalui mommy Rosa. Syukurlah dia tak memiliki hal semacam itu.Beberapa menit kemudian mulai tercium aroma masakan yang aku tumis diatas minyak zaitun. Aku menyiapkan dua porsi siap saji diatas meja makan tepat saat suara langkah kaki yang terdengar mendekat.“Makanan udah siap.” Ucapku sambil tersenyum.Dia hanya menatapku datar, kemudian menarik salah satu kursi kayu yang menciptakan derit lemah sebelum dia duduki.Dia menatap salad quinoa daging yang masih mengepulkan uap panasnya.“Apa kamu ingin membuatku gemuk dengan memakan daging dimalam hari?” tanyanya dengan sorot

  • Istrimu, Bukan Kekasihmu   Giant Baby

    12. Giant Baby-Semuanya mengalir seperti keran bocor, bagaimana cara menghentikannya? Ya diperbaiki dengan benar, agar kita dapat mengatur seberapa kencang aliran yang kita butuhkan.- Ailuna Cintia PermadiAku kembali mengganti plaster kompres demam di dahi Adhitama dengan hati-hati.Wajahnya masih pucat, keringat dingin masih mengalir di dahinya. Saat-saat seperti ini dia terlihat seperti bayi besar yang tak berdaya.“Such a giant baby.” Gumamku, sesekali tersenyum.Aku beranjak dari ranjang membuka sedikit hordeng abu-abu dikamar Adhitama dengan hati-hati agar tak membangunkannya, kemudian berjalan pelan menuju pantry, namun langkahku terhenti seketika di ambang pintu dengan tubuh yang mematung.“Astaga, apa yang terjadi?” tanyaku sambil membelalakkan mata.Keadaan dapurku berubah seperti kapal pecah, sungguh ini bukan karena aku terlalu hiperbola, semuanya tergenang air setinggi lima belas sentimeter, mengingat lantai pantryku turun sekitar tiga anak tangga. Beberapa panci dan peng

  • Istrimu, Bukan Kekasihmu   Father Of Your Baby

    13. Father Of Your Baby-Ternyata benar, kalau tidak ada yang namanya persahabatan antara laki-laki dan perempuan.- Ailuna Cintia Permadi. “Jadi lo udah tahu?” tanya Barram sembari tersenyum tipis, dia menyeruput kembali mocca latte miliknya.“Nggak usah over confident Ai, gue udah sadar kok posisi gue, jadi nggak usah ngerasa nggak enak gitu, dienakin aja say..” Ucapnya lagi.Aku tersenyum sekilas, lucu, untuk pertama kalinya dalam kisah persahabatan kami, kami membicarakan tentang perasaan masing-masing. Tentang bagaimana aku melihatnya, dan bagaimana dia melihatku.Pertanyaanya adalah, mengapa harus sekarang? Seolah Tuhan sengaja mempermainkan perasaan cintaku pada Adhitama dengan perasaan sayangku pada Barram. Sosok yang sudah memberikan warna yang berbeda dalam hidupku. “Sorry, I hurt you so much. Gue nggak bisa menganggap ini angin lalu kaya dokter Keanu, lo beda, ada nama lo di salah satu sudut hati gue yang nggak bisa diisi oleh siapapun.” Ucapku lirih.“Posisi sahabat maksu

  • Istrimu, Bukan Kekasihmu   Not A Dream

    14. Not A Dream-Kamu adalah paket makan siang paling komplit di hidupku, ganteng, kharismatik, kaya, tapi sayang kurang senyum aja.- Ailuna Cintia Permadi“Don’t forget it, I’m not your baby, I’m father of your baby.” Bisiknya lagi sebelum mengecup lembut permukaan bibirku.Ugh, ucapannya membuatku melayang jauh melewati atmosfer bumi. Ini sungguh gila, Adhitama semakin membuatku menggila.Dia menggendongku ala bridal style, membawaku ke kamarnya. Di saat-saat seperti ini, ingin sekali rasanya aku menurunkan berat badanku, aku takut jika sebenarnya dia memaksakan diri untuk menggendong tubuhku yang tak bisa dikatakan kurus. Tapi tunggu, tunggu, kenapa kami melewati ranjangnya, kemana dia akan membawaku pergi?Brak.Adhitama mendorong pintu kamar mandi dengan kakinya, membuat suara dentingan cukup keras.“Aku belum mandi istriku, sepertinya tak masalah jika kita mandi bersama.” Ucapnya.Aku tersenyum miring, shitt kenapa dia terlihat sangat menggoda?“Ta..tapi aku sudah mandi kak.” Ja

  • Istrimu, Bukan Kekasihmu   Rumor

    15. Rumor-Banyak orang merasa lebih mengenal diriku dibanding diriku sendiri.- Ailuna Cintia Permadi“Kenapa aku ditarik kesini? Makananku kan belum habis. Bukankah kamu selalu mengatakan untuk tidak buang-buang makanan?” gerutu Adhitama padaku.Ya aku sudah tak tahan untuk menariknya menjauh dari keramaian setelah dengan tidak malunya mengecup bibirku di depan umum. Dan aku memang terlalu bodoh karena menganggap semuanya halusinasi semata, oh ayolah, siapa yang akan menyangka peristiwa ini akan terjadi di hidupku?Dan lihat, dia itu seorang Adhitama Wijaya, laki-laki dingin yang bahkan sulit untuk disentuh. Siapa yang peduli dengan sisa makanan yang tinggal satu suap dibandingkan dengan rasa malu yang sudah menguap seperti senyawa volatil?“Darimana kak Tama tahu aku bekerja disini?” tanyaku dengan raut wajah serius.Dia menyipitkan matanya. “Apakah itu penting? Bukankah wajar jika aku ingin tahu pekerjaan seperti apa yang istriku lakukan hingga membuatnya selalu pulang larut malam?

Latest chapter

  • Istrimu, Bukan Kekasihmu   Meluruskan Kesalahpahaman

    28. Meluruskan Kesalahpahaman-Aku harap, perasaanku tak seperti bunga yang layu, warnanya semakin lama semakin pudar, kering, dan kemudian gugur perlahan. Tak ada yang salah antara kita, antara perasaanku, kamu dan dia. Apakah aku harus menyalahkan waktu? Takdir? Akupun tak tahu.- Ailuna Cintia PermadiAku memakan makananku dalam diam. Kemana perginya Adhitama? Dia pergi meninggalkanku dengan alasan ada urusan mendadak, dan kalian tahu apa urusannya? Tentu saja untuk meluruskan segalanya pada kekasihnya. Aku menanyakan keberadaan Adhitama pada Sendi, dan dia tidak mengelak saat aku mengatakan perihal tersebut. Ah, bagaimana Adhitama bisa segantlemen itu, dia pasti tak ingin menyakiti hati Yasmin barang sedikitpun. Apakah sebegitu cintanya dia pada sosok model itu?Lalu bagaimana denganku? Tentu saja dia tak peduli, dia hanya ingin aku bertahan bersamanya sampai anak ini lahir. Tok. tok. tok.Apakah dia sudah kembali secepat itu? Ayolah Luna, jangan terlalu berharap, nanti ujung-ujun

  • Istrimu, Bukan Kekasihmu   Kedatangan Yasmin

    27. Kedatangan Yasmin-Aku tahu kalau bahagia dan sedih itu datangnya satu paket, tapi aku tak pernah mengira jika kesedihan juga akan datang secepat ini.- Ailuna Cintia PermadiAku melihatnya, pancaran mata yang tak pernah sekalipun Adhirama berikan padaku kini dengan jelas tercipta saat kehadiran Yasmin diantara kami. Mereka saling pandang untuk beberapa saat, seolah melupakan kehadiranku. Sorot mata Yasmin seolah menginginkan penjelasan, namun sayangnya Adhitama masih menutup rapat bibirnya, hanya sorot mata sendu yang dia hadiahkan sebagai jawaban.“Yasmin..”Ya itu suaraku yang sedikit tertahan untuk tidak bergetar. Aku bahkan merasakan sakit saat mereka saling bertatapan, aku tak bisa untuk tidak membenci momen itu. Berhentilah memperlihatkan tatapan saling menginginkan seperti itu.Aku tak pernah menginginkan untuk berada diposisiku saat ini. Tentu saja aku menginginkan kisah cinta romantis yang bahagia, dimana kedua tokohnya saling mencintai satu sama lain. Tapi bukankah tetap

  • Istrimu, Bukan Kekasihmu   Cinderella 12 a.m

    26. Cinderella 12 am-Kata orang, cinta sejati yang sesungguhnya adalah dia yang sanggup merelakan kekasihnya pergi untuk pergi dengan tambatan hatinya yang lain. Tapi walaupun itu benar, aku tak akan melakukannya, sejati hanyalah kata, tak ada jaminan untuk kebenarannya- Ailuna Cintai PermadiAdhitama datang dengan satu gelas es teller di tangannya. Dia melihat Raisa yang sedang sesenggukan di pelukanku. Dengan sedikit bahasa tubuh, aku meminta Adhitama untuk keluar ruangan, memberikan aku waktu untuk menenangkan Raisa.“Lo bisa nggak si Sa, kalo nangis nggak usah ingusan. Jijik gue lihatnya.” Gerutuku sembari menyodorkan tisu dihadapannya.Raisa mendorong tubuhku pelan, dia mengusap air mata yang masih menggenang di pelupuk matanya dengan kasar. And see, dia terlihat seperti panda dengan lelehan eye liner yang sudah beleber sampai ke pipinya, membuatku tak tahan untuk tidak terkekeh.“Itu udah sepaket Lun, nggak bisa dipisahin, kaya gue sama lo.”“Cih, nggak mau gue.” Decihku.“Bent

  • Istrimu, Bukan Kekasihmu   Sisi Lain Raisa

    25. Sisi Lain Raisa-Beberapa orang merasa sudah lelah sebelum memulai, sedangkan aku dengan tak tau dirinya tetap bertahan meski tahu akhirnya masih terlihat abu-abu.- Ailuna Cintia PermadiAku tak pernah tahu apa yang akan terjadi satu detik kedepan, selama ini aku selalu mencemaskan bagaimana jika suatu saat dia meninggalkanku, apakah aku akan siap? Bagaimana jika dia pergi dan tak kembali? Bagaimana jika dia memilih untuk bersama wanitanya? Dan masih banyak kekhawatiran yang selalu bergelanyut di otakku.Bukankah itu wajar bagi seorang wanita sepertiku yang berada diantara dua orang yang saling mencintai? Tapi bukankah aku juga mencintainya, aku hanya perlu menunggu saat dia membalas cintaku.Namun saat ini, aku hanya ingin menikmati saat-saat bersamanya, meneliti setiap lekuk wajahnya yang terpahat sempurna. Aku baru menyadari sesuatu, ada sebuah lesung pipit samar di pipi kirinya saat dia tersenyum lebar. Membuat kesan manis pada wajahnya yang maskulin.Aku mengambil buah apel d

  • Istrimu, Bukan Kekasihmu   Hello Adhitama Junior

    24. Hello Adhitama Junior-Aku tahu, meski rasanya hatiku sungguh-sungguh tersakiti. Hatiku selalu menolak untuk berhenti, bagai malam yang merindukan siang. Meski semuanya terasa tidak mungkin, tapi aku tetap saja bertahan, seperti air yang mengalir, semuanya terasa begitu alami. Membahagiakanmu, adalah anugerah Tuhan, teruntuk manusia tak tahu diri sepertiku.- Ailuna Cintia Permadi. Bersamanya, adalah suatu ketidakmungkinan yang akhirnya terkabulkan. Menatap pancaran kekhawatiran yang dia tujukan padaku, tak peduli akan bertahan seberapa lama, yang pasti aku bahagia. Lihat saja, tangannya bahkan tak lepas menggenggam tanganku begitu erat.Apakah kalian ingat tentang seorang laki-laki yang ku ceritakan pada Adhitama tempo hari? Sejujurnya dia adalah sosok Adhitama saat berumur 25 tahun. Sosok yang entah sejak kapan ku jadikan matahari, pusat dari kehidupanku. Aku tahu, dia pasti telah melupakan momen yang baginya tak berharga itu. Tapi bagiku, kehadirannya mengubah sebagian hidupku

  • Istrimu, Bukan Kekasihmu   Kesepian Lagi

    23. Kesepian Lagi-Apa ini? Mengapa aku menjadi terbiasa dengan kesepian ini? Rasanya semuanya terasa begitu hampa, seolah hanya akulah manusia yang hidup di dunia ini.- Ailuna Cintia PermadiApakah aku harus menyerah dengan semua ini?Sudah tiga hari aku terkurung di kamarku tanpa melakukan apapun selain berbaring, makan, melamun dan tentu saja bernapas. Bahkan bernapas pun rasanya sudah terlalu sesak karena terasa seperti menghirup oksigen yang sama setiap detiknya. Aku sungguh tak mengerti kesalahan apa yang sudah ku perbuat hingga membuatnya mengurungku seperti ini, bahkan setelah aku tahu pun itu adalah sebuah kesalahpahaman yang sejujurnya dia sendiri yang menyimpulkannya.Hari sudah semakin gelap, bahkan aku terlalu malas untuk menyalakan lampu kamar, aku mulai terbiasa dengan kegelapan, aku mulai terbiasa dengan kesepian yang semakin lama semakin menggerogoti ku menjadi semakin kosong.Tok. Tok. Tok.“Nyonya, sudah waktunya makan, tolong buka pintunya.”Aku melirik jejeran ma

  • Istrimu, Bukan Kekasihmu   Tak Bisa Membenci

    22. Tak Bisa Membenci-Akankah aku tetap bisa mempertahankan segalanya setelah semuanya begitu jelas terlihat? Akankah aku masih bisa memperjuangkanmu meski kita memiliki rasa yang berbeda?- Ailuna Cintia PermadiSiapa wanita yang bersama ayah itu? Seingatku sekretaris ayah adalah seorang laki-laki bernama Ronald, dan aku mengenalnya dengan sangat baik. Aku mencoba berpikir jernih, dengan cepat aku mengetik sebuah nama di display tanpa memperdulikan rentetan pertanyaan yang saat ini sedang Barram lontarkan.“Hallo sayang?” sapa suara lembut dari sebrang sana.“Mom, answer me now!” ucapku cepat. “Apakah ayah udah pulang ke rumah?” lanjutku, mataku masih fokus mengamati gerak-gerik ayah yang terlihat santai duduk di kursi VIP, aku tak ingin kehilangan jejaknya.Ada jeda sebentar. “Oh My, do you miss him so bad sweetheart?” aku mendengar Mommy terkekeh.Oh ayolah, ini bukan waktunya untuk tertawa Mommy, saat ini suamimu sedang bersama perempuan lain.“Please Mom jawab aku, ayah udah di r

  • Istrimu, Bukan Kekasihmu   Punggung Yang Rapuh

    21. Punggung Yang Rapuh-Jangan membuatku ingin selalu melindungimu, juga jangan terlihat berusaha untuk kuat saat punggungmu terlihat rapuh, ah, keduanya terasa menyakitkan untuk dilihat. -Adhitama Wijaya“Sendi, aku cantik bukan?” tanya Ailuna pada Sendi.Dia memutar tubuhnya yang dibalut dress selutut bercorak bunga mawar di depan Sendi sembari tersenyum. Entah kenapa aku tak menyukainya, bukankah seharusnya dia menanyakannya padaku sebagai suaminya?“Tentu saja, nyonya terlihat cantik memakai apapun.” Jawab Sendi seolah lupa jika ada aku disini.“Ehem..”Ailuna menatapku, dia berjalan pelan ke arahku sembari tersenyum. Oh ayolah, mengapa kamu selalu tersenyum pada semua laki-laki? Tunggu bukankah itu hak dia?“Sendi tak ikut kita?”Argh, mengapa dia menanyakan itu pada laki-laki yang berstatus suaminya sendiri? Dan lihatlah ekspresi sedihnya saat menatap Sendi yang tersenyum bodoh dari balik kaca. Apa yang terjadi diantara mereka berdua? Mengapa aku jadi penasaran seperti ini.“Ka

  • Istrimu, Bukan Kekasihmu   Candu

    20. Candu-Aku menghargainya sebagai seorang perempuan, karena aku tahu bagaimana rapuhnya saat seorang perempuan tersakiti.- Adhitama WijayaAku menatap wanita dihadapanku dengan perasaan karut, menyentakkan tubuhku untuk lebih tinggi menerbangkannya ke angkasa. Napasnya bergemuruh kasar saat terasa kehangatan mengalir dari tubuhku tersalur pada tubuhnya, seolah menggelitik perut tanpa tahu seberapa aku merindukan ini darinya. Aku mendengarnya, degub jantung yang begitu memburu, membuatku semakin terengah untuk mencapai puncak yang ingin aku ledakan di dalam dan melebur bersama di dalam tubuh ramping wanitaku.Yasmin tersenyum hangat, menarik tubuhku untuk menindihnya semakin erat, aku mengirup aroma yang selalu aku rindukan di ceruk lehernya. Aku memeluknya, menuntutnya untuk membalas pelukan hangat yang selalu aku suguhnya setiap kali berada disampingnya.Aku berbisik lirih di telinganya yang terlihat memerah. “Aku sangat mencintaimu Mine.”Dia tersenyum kecil, senyum yang sudah la

DMCA.com Protection Status