Setelah Erwin keluar dari ruangan ini, Gibran menatap wanita tadi. “Siapa nama kamu?”“S-saya Irina tu-tuan, eh pa…!”Gibran lalu meminta seorang staf ambilkan berkas Irina, setelah itu dia membaca arsip Irina, dia kagum juga, nilai Irina rata-rata A-plus.Irina bahkan lulus hanya 3 tahun kuliah dengan nilai cumlaude alias mahasiswa terbaik, program study manajemen bisnis, di universitas negeri lagi.Hebatnya lagi, usia Irina masih sangat muda, baru jalan 23 tahunan. Beda beberapa bulan saja dengannya.Gibran-pun baru sadar, Irina yang semula lulus namun digagalkan Erwin. Karena ada yang berani bayar dia hingga 100 juta. Kelemahan Irina, dia belum berpengalaman kerja..!Itu catatan alasan yang di buat oleh Erwin, untuk menggagalkan kelulusan Irina bekerja di perusahaan ini.Padahal orang yang dia luluskan pengganti Irina, justru nilainya banyak C nya dari A-nya, juga tak punya pengalaman kerja. Inilah yang bikin Gibran jengkel bukan main.Gibran lalu meletakan berkas Irina di meja ker
Kita tinggalkan sejenak Gibran dan Laura yang mulai terbit benih-benih cinta, di tengah kepusingannya benahi perusahaan warisan ayahnya.Agar kisahnya tetap nyambung, kita ikuti perjalanan Masri Harnady, yang berangkat ke Semarang, untuk lakukan tes fisik menjadi calon perwira.Kita tarik mundur dan dimulai sejak dia berangkat dari bandara Soetta menuju ke bandara Ahmad Yani Semarang, untuk lakukan tes fisik ke Akpol di sana.Pemuda tampan tak banyak bicara ini sudah jadi gosip panas para pramugari saat melihat namanya di kursi penumpang.Walaupun Masri duduk di…kursi ekonomi, tapi wajahnya dan juga ujung namanya tetap jadi bahan gosip panas 2 pramugari pesawat plat merah ini.Masri paham, nama besar keluarganya pasti akan menjadi perhatian siapa saja. Itulah sebabnya dia memilih di kursi ekonomi, bahkan memasang topi di kepalanya.Namun, wajah tampan dan tubuh jangkung kokohnya tetap tak bisa menutupi kelebihannya itu. Walaupun dia sudah pakai baju biasa, jeans di padu kaos dan him y
Tanpa siapapun yang tahu, salah satu alasan Masri masuk Akademi Kepolisian adalah, ingin menghindari Tamara sejauh-jauhnya.Diam-diam pemuda dingin ini mulai sadar, permintaan Tamara makin hari makin tak masuk akal dan terlalu memanfaatkan dirinya.Dia juga ingat, Gibran Abang-nya kadang menyindirnya, kenapa pengeluarannya akhir-akhir ini sangat banyak.“Padahal dulu-dulu kamu nggak pernah sebesar ini pengeluaran...buat apa sih? ” tanya Gibran. Kalau Gibran sudah bicara begitu, Masri hanya bisa diam tak berani menyahut.Sebagai ‘kepala keluarga’ Gibran sudah ditugaskan kakek dan neneknya awasi adik-adiknya, termasuk soal pengeluaran.“Kalau mereka sudah dewasa, barulah kamu atur warisan buat adik-adikmu juga keponakanmu si Dyan. Kakek percaya kamu akan bersikap adil, sesuai wasiat papa kamu!” pesan kakek Purnomo, tak lama setelah Tommy dan Rachel dipastikan meninggal dunia.Apartemen seharga 7 miliar dan mobil berharga hampir 1,5 miliar sudah Masri belikan buat Tamara. Belum lagi uang
Masri sempat bingung juga, kemana membawa dua dara yang setengah mabuk ini, dia pun akhirnya membawa ke kamarnya yang bertipe suite.Masri kaget, saat keduanya menariknya ke ranjang, bahkan dia gelagapan, saat Monik dan Clarisa menindihnya, ketika mereka berada di kasur empuk dan dingin ini.Ini tentu pengalaman perdana seorang Masri, harus berhadapan dengan dua dara cantik sekaligus di atas ranjang.Masri tak sadar, baik Monik ataupun Clarisa sebenarnya saling mengedipkan mata, mereka hanya pura-pura setengah mabuk.Mereka berdua sejak di pub itu sudah sepakat, malam ini akan membuat sebuah ‘kisah’ yang tak bakal Masri lupakan seumru hidup.Monik dan Clarisa sudah kagum dengan pemuda ini dan tak ingin melewatkan malam ini untuk bercinta dengan Masri, si crazy rich, calon perwira…!Masri makin gelagapan saat Monik dengan ganasnya menyumpal mulutnya dengan bibirnya.Dan Clarisa juga tak tinggal diam, memaksa melepas celana pemuda ini dan akhirnya Masri kini sudah setengah telanjang, ka
Gibran melonggarkan dasinya, dia terus memantau semua kinerja anak buahnya, tak ada ruangan kerja yang tak dia tinjau.Bahkan dia sudah keliling selama 2 bulanan ini ke semua kantor-kantor cabangnya, yang berada di beberapa kota besar di Indonesia, hingga ke beberapa negara.Sampai-sampai, satu kertas sampah pun yang tercecer dia marahi anak buahnya, Gibran ingin terapkan disiplin tinggi bagi seluruh karyawannya.Ngeri lah anak buahnya melihat Gibran yang berbeda 180 derajat dengan mendiang ayahnya.Walaupun masih muda, tapi dia benar-benar keras dan tanpa kompromi, bagi Gibran yang tak suka diatur, silahkan minggir alias di PHK.Total 250 orang pegawainya kena PHK, dan ada 15 orang mendekam dalam penjara, karena terbukti korupsi.Hasilnya, dalam waktu hanya 5 bulan, perusahaan Harnady Group sudah kembali sehat!Kakek Purnomo dan Tante Reni atau kini Nenek Reni, Gita serta Bela sampa geleng-geleng kepala melihat adik mereka ini. Benar-benar telah lahir sosok Tommy Harnady yang lebih t
Kebiasaan Gibran kalau tidur, hanya kenakan celana dalam lalu di tutup selimut. Kebiasaan yang tak bisa dia rubah, termasuk saat ini.Gibran akui, sejak melihat Irina kenakan daster, jiwa flamboyannya langsung bereaksi. Butuh penyaluran saat ini juga..!Apesnya atau ini malah keberuntungan bagi Gibran, Irina pun kalau tidur, hanya kenakan baju daster tipis, tanpa beha...!Irina sebenarnya rada-rada bak mimpi, malam ini akan tidur bersama pemuda tampan super tajir, yang jadi bos besarnya di kantor dan jadi idaman semua karyawan wanita singel, yang sebenarnya diam-diam dia kagumi.Lampu kamar di rubah ke lampu tidur yang redup, suasana pun jadi hening dan makin romantis.Ditambah di luar hujan rintik-rintik mulai turun, lalu berubah jadi hujan yang lebat, di sertai kilat dan petir yang menggelegar.Kasur empuk yang dingin karena pengaruh AC jadi hangat saat mereka berdua merebahkan diri.Tak ada yang aneh-aneh awalnya, namun saat Irina rebah miring menghadap dinding, dia kaget saat Gibr
"Sulit sekali membongkar jaringan Roy dan Olly, sampai kini kedua orang ini bak hilang di telan bumi,”Komjen Sutomo menghela nafas, sambil menatap Gibran yang hari ini berkunjung ke ruang kerjanya, sekaligus bertanya progres penyelidikan kematian kedua ortunya.Sutomo juga sebut, semua tempat yang di sebut dua anak buah Olly yang dulu di tangkap dan kini sedang jalani hukuman sudah didatangi. Namun hasilnya nihil..!Gibran pun pulang dengan kecewa, sudah lebih 9 bulan pasca kematian kedua orang tuanya, kepolisian belum bisa mengaitkan dengan keterlibatan Roy dan Olly.Kedua orang musuh besarnya ini pun masih sulit di lacak keberadaannya. Ini yang bikin dia penasaran.Inilah juga salah satu faktor yang membuat Gibran makin berubah dari sifat aslinya, dia mulai sinis dengan siapapun.Saat keluar dari ruangan sang Kabaresrim ini, dia sempat menatap lama ajudan Komjen Sutomo, sang ajudan cantik berpangkat Bripda ini sampai salting di tatap pemuda tampan ini.Begitu berselisihan, dengan n
Begitu duduk di kursi kerjanya, Gibran kaget saat telponnya berdering, ternyata yang call Masri, adiknya.Langsung dia angkat, ada rasa kangen lama tak bertemu adiknya yang lebih tampan dari dia.Gibran selalu kangen kalau menatap wajah Masri, wajah adiknya ini mengingatkannya dengan Rachel, ibu kandung mereka yang berwajah lembut dan jelita.“Heeii brother, lohh wajah kamu kok agak item, berat sekali yaa latihannya di sana? Waah kepala kamu plontos..?” Gibran langsung menyapa adiknya sambil tertawa senang, melihat Masri sehat wal afiat.“Lumayan Bang, latihan fisik saban hari, rata-rata hampir 3,5 jam, lanjut pelajaran di kelas, kadang hingga malam!” sahut Masri ikutan tertawa kecil.“Pantas badan kamu makin kokoh dan berotot. Kapan liburan dan ada waktu pulanglah?” ajak Gibran dan sebut Syifa serta Dyan selalu menanyakan dirinya.“Kan belum setahun bang, baru juga 10 bulanan, tunggu 2 bulan lagi, ada waktu libur selama 2 minggu, aku pasti akan pulang ke Jakarta. Aku juga kangen deng
Pernikahan sederhana pun di gelar, Dea menolak saat Atiqah mau merayakannya, dia sangat menjaga perasaan Atigah yang hamil tua ini. Baginya Atiqah tetap ‘Ratu’ dalam rumah tangga mereka.Termasuk menolak bulan madu kemanapun dengan Aldi.“Dirumah saja Bang, bisa-bisa Abang lah atur kapan mau gauli Dea,” bisik Dea hingga Aldi tersenyum mengiyakan, sekaligus salut dengan istri keduanya ini.Usai menikah, Aldi yang di minta Atiqah mendatangi kamar Dea garuk-garuk kepala, karena si gemoy Kimberly ternyata selama ini selalu minta ditemani tidur ibu sambungnya ini.Si bungsu yang bentar lagi akan diambil alih posisinya oleh adiknya yang segera lahir memang kolokan.Sampai seminggu usai menikah, Aldi dan Dea belum juga belah duren, Atiqah yang tahu itu tertawa dan sarankan keduanya ke apartemen atau ke hotel bulan madunya.Apalagi Atiqah sudah tak kasih jatah lagi, karena dokter masih melarang keduanya berhubungan, untuk jaga kandungannya.Hingga Aldi yang sudah naik spanning, akhirnya dapat
“Ja-jangan Bang, nanti kebla-blasan,” terdengar suara Dea gemetaran. Antara suka dan takut melanda hatinya.“Maaf…!” Aldi pun kini duduk tenang lagi di setirannya, keduanya sama-sama membisu, namun suara hati tak bisa bohong. Dea sangat bahagia..!Tapi, akal sehat Dea langsung jalan, pria di dekatnya ini pria…beristri dan punya 3 anak! Diapun sudah anggap Atiqah kakaknya dan dekat dengan Nissa, Dilan dan Kimberly. Masa iya dia nekat jadi pelakor?“Dea…seandainya Abang ambil kamu istri, maukah kamu menerimanya?” Kini Aldi tanpa aling-aling ajukan lamaran ke Dea.Mata Dea langsung terbelalak, ini benar-benar diluar nurul baginya. Pria yang diam-diam dia sukai dan kagumi saat ini, di tengah jalan yang macet, justru melamarnya jadi istri kedua!“Bang, j-jangan….bagaimana kalau ka Atiqah tahu, kasian beliau, mana hamil tua lagi!” ceplos Dea, untuk redakan hatinya yang kebingungan.“Justru yang meminta aku melamarmu dia sendiri…!” sahut Aldi kalem. Lagi-lagi ucapan ini membuat Dea terbelal
Semenjak hamil anak kedua, Atiqah harus membatasi berhubungan dengan suaminya, dokter melarang keduanya terlalu sering kumpul.“Kandungan yang kedua ini agak rentan, jadi harus di jaga benar-benar apalagi di usia ibu begini,” kata dokter kandungan langganan keduanya beri peringatan. Mau tak mau Atiqah pun kadang kasian dengan Aldi, yang terlihat menahan libidonya saat mereka bersama. Karena tak bisa lagi bergaya ‘liar’ seperti kebiasan mereka saat bercinta.Kini Atiqah sudah menerima Nissa sebagai anak sulung dalam keluarga mereka, Atiqah juga sudah kenal dengan Dea, yang di tampung sementara, untuk hilangkan trauma di tempat asalnya [Makasar].Nissa dan Dea yang sering dipanggilya ‘Kak Dea’ makin akrab tentu saja tak pernah menduga, kalau Aldi bukan pria sembarangan.Nissa yang semula agak ‘ragu’ dengan Aldi, kini bangga tak terkira, ayah kandungnya, selain tampan juga seorang crazy rich.Apalagi setelah dia kenal dua adiknya, Dilan dan Kimberly yang langsung cocok dengannya, belu
Ditemani Aldi, Dea menjenguk Marsha yang kini koma di rumah sakit, sepintas Dea dan Aldi sudah paham, agaknya sulit bagi Marsha sembuh.Kondisi Marsha makin memprihatinkan dari hari ke hari, dokter sudah berkali-kali lakukan berbagai upaya, untuk selamatkan Marsha.Namun kondisinya tak tak banyak perubahan.“Mabuk akibat alkohol ditambah cekikan yang mematikan penyebabnya,” kata dokter yang merawat Marsha menjelaskan ke Aldi dan Dea, yang saat ini menjenguknya, ini yang ke 3 kalinya.Tiba-tiba datang seorang perawat dengan tergopoh-gopoh. “Dok pasien sadar, tapi kondisinya makin menurun!” seru seorang perawat.Lewat kaca Aldi dan Dea melihat Marsha yang kembali di beri pertolongan darura. Bahkan dokter sampai menggunakan alat kejut jantung untuk memberikan pertolongan pada Marsha.Dokter lalu beri kode pada perawat, seakan minta Aldi dan Dea masuk ke ruangan perawatan ini. Sepertinya dokter sudah merasa, Marsha sulit tertolong.“Pak, kayaknya ibu Marsha mau menyampaikan sebuat pesan,
Aldi kini sudah di jalan raya dan ikuti kemana mobil Marsha dan teman prianya meluncur. Tapi Aldi merasa aneh, kenapa keduanya terlihat bertengkar di dalam mobil tersebut.Itu terlihat dari siluet kaca mobil keduanya, sehingga Aldi heran sendiri, apa yang mereka pertengkarkan.Tiba-tiba di sebuah jalan yang sepi, mobil tersebut berhenti dan tak lama kemudian Aldi kaget bukan main, saat melihat tubuh Marsha yang setengah mabuk di dorong keluar dari mobil tersebut.Dan si teman prianya tadi tancap gas meninggalkan Marsaha begitu saja di sisi jalan.Aldi langsung pinggirkan mobilnya dan dia kaget bukan main, Marsha pingsan dan lehernya seperti baru tercekik.Aldi buru-buru angkat tubuh Marsha dan membawanya ke rumah sakit terdekat. Dia tak paham apa masalahnya, hingga Marsha dan teman lelakinya itu bertengkar hebat dan Marsha kini kritis akibat cekikan tersebut, sampai berbusa mulutnya.Pertolongan darurat pun diberikan saat sampai di IGD, Aldi langsung kontaknya temannya di Polda dan
Penasaran siapa istri mas Bram sebelumnya, suami dokter Athalia, Aldi pun mulai selidiki wanita itu, benarkah terlibat dalam kecelakaan maut bekas kekasihnya itu.Aldi pun sementara titip Nissa ke bibinya, dia hanya beralasan ada yang di urus di kantornya.“Nanti setelah urusan papa beres, kamu ikut papa ke Jakarta dan tinggal dengan mama dan adik-adikmu yaa?” Aldi bujuk anak sulungnya ini, Nissa pun mengangguk.Hubungan keduanya cepat akrab, selain ada hubungan darah, Nissa yang kini berusia 10 tahun jelang 11 tahun mulai paham soal masalalu mama nya dan ayah kandungnya ini.Dia malah tak sabaran ingin jumpa kedua saudaranya serta ibu sambungnya. Aldi pun plong, dia mulai selidiki mantan istri mas Bram, jiwa petualangannya bangkit saat tahu kematian Athalia dan Mas Bram tak wajar.Tak sulit bagi Aldi ketahui di mana alamat wanita yang pernah jadi istri Mas Bram tersebut.“Wanita ini bernama Marsha, profesinya selebgram, dia suka dugem, inilah yang bikin Mas Bram dulu menceraikannya,
Aldi menatap gundukan tanah merah, jasad dokter Athalia baru saja dimakamkan berdampingan dengan mendiang suaminya, yang tewas di tempat kejadian kecelakaan.Mobil mereka menghantam sebuah truk tronton, Aldi sudah melihat kondisi mobil yang ringsek berat di kantor Polres setempat.Dia sempat memejamkan mata, karena mobil SUV yang rusak berat ini ternyata pemberiannya dahulu buat Athalia.“Maafkan aku Athalia…mobil ini justru bawa celaka buatmu dan suamimu!” batin Aldi sambil hela nafas panjang, sekaligus menatap pilu Nissa yang menangisi kepergian ibunda dan ayah sambungnya.Nissa terus meratapi kepergian Athalia yang tragis, Aldi pun tak tega meninggalkan gadis kecil ini, yang dikatakan Athalia anaknya, darah dagingnya bersama dokter cantik tersebut.Masih terngiang ditelinganya, di saat terakhir di rumah sakit Athalia bilang, setelah berpisah dengan Aldi dia hamil Nissa.“Pantas…wajahnya mirip sekali dengan Kimberly…ternyata Nissa kakaknya sendiri, juga kakaknya Dilan beda ibu…!” pi
Setelah puas berlibur di vila mewah ini, keluarga besar Harnady kembali ke Jakarta. Aldi langsung boyong anak-anak dan istrinya ke rumah mewah yang hampir 3 tahunan ini tak pernah ia tempati.Atiqah ternyata masih subur di usia 39 tahunan, setelah 3 bulan, wanita cantik ini kembali muntah-muntah.Setelah di bawa ke dokter, Dilan dan Kimberly bersuka cita, mereka bakalan punya adik baru. Atiqah ternyata hamil lagi anak kedua setelah Kimberly.Hamil di usia rentan membuat Aldi ekstra jaga kesehatan Atiqah. Dia tak mau kenapa-kenapa dengan istrinya, yang beda usia 9 tahun dengannya.Kebahagiaan menaungi keluarga kecil ini.Tapi perjalanan waktu itu ada siang dan malam, ada sedih ada bahagia, demikianlah semua itu datang silih berganti.Dan…Aldi punya masalalu yang harus dia tuntaskan.Suatu hari Aldi harus ke Makasar, untuk meninjau anak perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan emas dan kini sudah diserahkan Gibran untuk Aldi kelola di sana.Dia dapat kabar ada insiden yang mengak
Dilan hanya terdiam saat Atiqah menjelaskan pelan-pelan, kalau selama ini papanya tidak pernah meninggalkan mereka. Justru Atiqah-lah yang meninggalkan ayahnya.“Jadi mama donk yang salah, bukan papa?” sahut Dilan, Atiqah pun mengangguk dan bilang dulu itu ada kesalah pahaman.“Nanti kalau Dilan dah gede, paham apa itu kesalah pahamannya yaah, sekarang Dilan harus temui papa dan harus segera minta maaf. Kasian papa kamu sejak kemarin ingin meluk Dilan…masa nggak mau di peluk papa seperti adik Kim?”Dilan pun melihat di kejauhan papanya asyik ajarin Kimberly main golf.Dengan perlahan Dilan mendekati ayahnya dan Kimberly yang asyik di ajari main golf. Kimberly agaknya menyukai olahraga ‘mewah’ ini dan Aldi dengan senang hati ajari gadis cantiknya ini.Aldi melirik anaknya yang terlihat ragu mendekatinya. Namun Aldi paham, sebagai orang tua, dia harus mendahului sapa anaknya. Dilan masih rada malu, karena bersikap sinis dengan ayahnya ini.“Kamu mau main golf juga Dilan?” tanya Aldi sam