Share

dekapan hangat

Penulis: AkaraLangitBiru
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-31 22:38:44

Aku mengerjap saat dada terasa begitu sesak, tubuh rasanya tertimpa beban ribuan kilo. Berat! Namun ceruk leherku rasanya begitu hangat. Ah, apa yang terjadi padaku.

Suara kumandang adzan subuh terdengar begitu nyaring, saat aku memaksa membuka mata yang masih terasa berat, namun tubuhku yang seperti tertimpa beban ini rasanya begitu sulit untuk di gerakkan memaksa aku untuk segera membuka mata.

Aku mendengus, saat mendapati tubuh Jingga berada diatasku dengan kedua tangan tengah memelukku. Sementara kepalanya bertengger di dada bidangku dengan deru napas yang terasa begitu hangat pada ceruk leherku.

Aku menahan napas sejenak, mencoba mencerna situasi yang tak biasa ini. Apa yang terjadi semalam, benar-benar di luar dugaanku. Tak pernah dalam bayanganku, kami akan berada dalam posisi seperti ini. Apalagi saat aku merasakan hangatnya tubuhnya yang terbenam begitu dekat, begitu intim. Sungguh, tak pernah.

Entah bagaimana caranya, padahal semalam kami habiskan dengan obrolan ringan s
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Istriku Seorang Juragan    saya tidak seburuk itu!

    Rasanya panik bukan main saat kesadaranku kembali seutuhnya, kedua tangan ini dengan cepat meraba seluruh tubuh lalu menyadari jika pakaian masih melekat di tubuhku. Ah, masih utuh. Seraya menunduk, aku meraba retsleting celanaku. Siapa tau sudah tidak terbuka? Tidak, semuanya masih seperti semula! Lalu Jingga? Dengan keraguan tubuh ini bergerak, merubah posisi menjadi miring. Kulihat Jingga nampak masih tertidur pulas di bawah sofa dengan beralaskan karpet beludru. Tunggu dulu, lalu? Bukannya tadi pas setelah kumandang adzan subuh itu, Jingga berada di atasku? Kami sudah melakukannya, dan diakhiri dengan pengakuanku? Bayangan-bayangan saat aku memeluk Jingga dan meminta hak ku masih terngiang di pikiranku. Suara-suara permintaan maaf serta penyesalan masih terngiang-ngiang ditelingaku. Perlahan aku bangkit, mencoba mengatur napasku yang masih terengah-engah. Tubuhku terasa lelah, namun pikiranku justru semakin kacau. Aku mencoba untuk fokus, memeriksa setiap inci tubuhku se

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-01
  • Istriku Seorang Juragan    menantu kesayangan

    Mood ku pagi ini benar-benar berantakan, begitu kacau gara-gara mimpi dan percakapanku bersama si mamang tadi. Sementara itu, Jingga tak tau apa-apa terus menguntit untuk bertanya prihal apa yang terjadi. "Masak sana, saya lapar!" teriakku ketika Jingga mendekat kembali, duduk di sebelah. Ia terperanjat kaget. "Bahan-bahannya gak ada atuh kang, Jingga bingung harus nyari ke mana" keluhnya dengan menunduk."Ya ke pasar lah!" jawabku setengah membentak membuatnya beringsut ketakutan. "Tapi kang, ini Jakarta. Jingga gak tau jalan, lagi pula Jingga gak mau keluar takutnya semua orang terganggu dengan bau badan Jingga" jawabnya dengan lirihan.Aku memejamkan mata, mencoba menenangkan diri, tapi itu malah membuatku semakin merasa sesak. Suasana pagi ini terasa semakin kacau dengan rasa frustrasi yang semakin menumpuk. Aku hanya ingin sedikit kedamaian, tapi entah kenapa, semuanya terasa seperti badai."Kamu tuh terlalu stres! Gak usahlah di pikirin tentang sindrom kamu itu! Semakin kamu

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-02
  • Istriku Seorang Juragan    harus yang terbaik!

    "Kamu tega Mad, biarin emak desak-desakan di pasar?" tanya Emak dengan raut tak percayanya saat aku baru saja menancap pedal rem mobil tepat di sebrang pasar. Aku menoleh dengan bingung. "Kan biasanya juga emak suka ke pasar, kok dramatis banget mak ngomongnya?" tanyaku heran, tak biasanya emak protes seperti itu.Emak berdecak, kedua tangannya bersidekap dada. "Mikir weh atuh Mad, ini teh bukan tempat emak. Ini kota besar, pasarnya luas. Mana ini masih pagi, kali-kali atuh bawa emak ke mall kaya teteh mu itu."Aku mengernyitkan dahi, masih belum paham dengan maksud emak. "Emak mau ke mall? Emang, kenapa?" tanyaku, mencoba memahami apa yang emak bicarakan.Emak menatapku dengan tatapan yang agak tajam, "eleh pake nanya lagi. Ayo antar emak ke mall aja, biar belanjanya nyaman" Aku terdiam, berpikir sejenak kemudian merogoh saku celana. Mengambil dompet, lalu membukanya. Aku meringis saat melihat isi dompetku yang begitu tipis. "Ahmad harus hemat mak, pengobatan Jingga butuh biaya yan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-03
  • Istriku Seorang Juragan    keinginan Jingga

    "akang dimana? Pulang ya kang, Jingga udah buatkan sandwich buat akang buat sarapan pagi ini" Dahiku mengernyit bingung saat membaca pesan dari Jingga. Apa katanya? Dia sudah membuatkan sarapan pagi ini? Sandwich? Darimana pula dia bisa dapat bahan-bahannya? Bukankah tidak ada bahan makanan satu pun di dapur? Kok bisa? Bukannya ia tengah mengisolasi diri saat ini?"Mad, kenapa kamu? Kok kaya kebingungan gitu, teh Ayu kirim kamu pesan apa lagi?" tanya Emak saat ia kembali memasuki mobil setelah kami selesai berbelanja. Aku menoleh, menyimpan ponsel kembali diatas dasboard tanpa berniat untuk membalas pesannya. Toh, sekarang juga aku pulang. "Bukan mak, Jingga. Dia menyuruhku pulang, katanya dia sudah buatkan sarapan untuk Ahmad," jawabku seadanya.Emak mengangguk, wajahnya seketika tersenyum cerah saat aku meliriknya dari kaca mobil. "Ih kenapa mak, bahagia banget. Aneh, padahal udah buanh duit" sindirku. "Gak salah kamu pilih istri Mad, Jingga itu pengertian. Meski kamu semenyeba

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-04
  • Istriku Seorang Juragan    sikap manis kang ahmad?

    Jingga povBibirku tak berhenti membentuk lengkungan saat melihat kang Ahmad dengan begitu cekatan memasakan sarapan untukku pagi ini, meski dengan menu sederhana namun aku bahagia hari ini. Terik matahari yang sudah menyinari halaman depan rumah menambah semangat dalam setiap gerakan tangannya. Suara gemericik air yang mengalir dari kran, aroma bawang yang sedang ditumis, semuanya terasa begitu familiar dan menenangkan.Aku duduk di meja makan, menyaksikan bagaimana ia begitu telaten, dengan berbagai peralatan dan bahan masaknya. Tangannya bergerak gesit, mulai dari menumis hingga mengaduk mie yang sedang digodok. Sesekali ia melirikku dengan senyum ringan, seolah-olah memastikan aku mengamati setiap detil yang ia lakukan."Taraaaa, mie nyemek pedas ala chef Ahmad sudah jadi ..." Suara kang Ahmad menggema begitu semangat memecah lamunanku. Aku menoleh dengan senyum lebar. Pemandangan mie nyemek yang baru saja disajikan itu tampak begitu menggoda. Paduan warna oranye kecokelatan dari

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-05
  • Istriku Seorang Juragan    melawan mamang?

    Jingga povAku menghela nafas dengan bosan. Biasa bekerja dan tiba-tiba menganggur tentu saja membuatku hampir mati kebosanan. Apalagi saat ini aku masih tinggal di Jakarta, tempat yang aku tidak pernah kunjungi sebelumnya dan saat ini aku tengah diam di rumah bersama kang Ahmad yang sedari tadi tengah sibuk sendiri dengan laptopnya. Sementara Emak, sehabis makan tadi langsung kembali pulang ke rumah teh Ayu. Katanya dua cucunya itu mau dianterin sekolah sama nenek kesayangan mereka. Saat ini, rasa bosan benar-benar menghatui perasaanku. Ingin melakukan sesuatu, tapi bingung apa yang harus aku lakukan. Biasanya di Jam segini aku masih berada di pondok bersama para kelinci-kelinciku."Huaaa," mulutku terbuka lebar, menguap begitu saja seakan rasa bosan ini sudah benar-benar berada di zona merah. Kedua mataku kembali melihat kang Ahmad yang masih asik duduk lesehan bersama laptopnya, dengan memberanikan diri aku mendekat kearahnya."Kang," seruku memanggilnya dengan hati-hati.Kang a

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-06
  • Istriku Seorang Juragan    saya akan melindungi kalian

    "Mad, ngapain sih kamu harus berantem sama mamangnya istri kamu tuh?" Aku mendongak dengan rauh wajah ke bingung saat ia ku antar sampe depan pintu, ketika supirnya mas Abi menjemput Ema. "Maksud emak apa?" Aku bertanya dengan wajah bergerak kesana-kemari, berharap Jingga benar-benar tak mengikuti aku dan Emak keluar rumah. Emak mendelik, ia mencubit kesal perutku. "jangan buat ulah kamu Mad. Bapak tadi telpon, katanya Mail kena pukul mamangnya karena telah lancang memberikan mobil kesayangannya pada kalian""Apa?!" Aku bertanya dengan kedua mata yang hampir saja keluar dari tempatnya, benar-benar terkejut dengan pernyataan Emak. Emak segera menggeplak tanganku, "jangan keras-keras atuh Mad kalau kaget. Nanti istrimu curiga, emak mau bicara dulu sebentar sama kamu" ucapnya menarikku untuk menjauh dari halaman rumah. "Apa mak?" tanyaku berusaha setenang mungkin. "Emak tau, kekesalan kamu tadi gara-gara kamu berantem sama mamangnya kan? Ahmad, kamu harus jaga sikap. Mamangnya Jingg

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07
  • Istriku Seorang Juragan    menjatuhkan hati

    Bruk!Aku menjatuhkan kepala di atas meja dengan agak sedikit kasar, berlama-lama berkutat dengan laptop rasanya mataku lelah, otakku panas. Pikiranku pusing.Ku pejamkan mata beberapa saat,berusaha menenangkan diri sejenak. Nafasku berat, mencoba mengusir segala kecemasan yang mulai merasuki pikiranku. Apa strategi yang ku rancang sedemikian rupa ini akan terealisasi dengan sempurna? Berhasil tanpa kendala?Aku menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan detak jantung yang semakin cepat. Memikirkan hal itu membuatku sakit saja. "Kang, ini sudah malam, kenapa masih disini?" tiba-tiba Jingga datang dengan membawakanku cemilan, bertanya mengapa aku masih setia berhadapan dengan layar 16 inc ini. Aku menoleh, membiarkan dia menyimpan cemilan di meja samping laptopku. "Jingga, mau kemana?" tanyaku saat ia hendak kembali beranjak menjauh. Ia terdiam, menoleh kearahku dengan bingung. "Ke kamar, ini udah malam. Jingga mau tidur," jawabnya terdengar agak gugup saat pandangan kami sal

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-09

Bab terbaru

  • Istriku Seorang Juragan    epilog (yes i will )

    Lima tahun kemudian ...Pada akhirnya, aku hancur sendirian. Menggenggam luka yang menusuk bagai duri tajam setiap harinya. Aku pikir setelah berpisah dengan Jingga dan menikahi wanita yang ku cintai dimasa lalu, kehidupanku akan membaik. Rupanya, aku salah besar.Perangai Sinta yang gila harta membuat rumah tangga kami tak bertahan lama. Hanya enam bulan, itu pun diwarnai dengan huru-hara pertengkaran akibat ekonomiku yang semakin hari semakin memburuk. Ia tidak tahan, mengamuk dan menyalahkanku mengapa aku memberikan semua hartaku pada Jingga. Padahal Sinta mau menikah denganku hanya karena aku sudah mapan, masalah cinta? Rupanya tak sepenting itu baginya. Cinta hanyalah omong kosong tanpa harta, baginya. Aku diam, tak melawan. Mungkin, itu karma untuk ku. Tahun-tahun berikutnya, setelah status duda ku sandang. Aku berusaha bangkit, kembali sibuk bekerja dari sekolah ke sekolah lain. Ya, aku kembali mengajar seperti saat bujanga

  • Istriku Seorang Juragan    Epilog (akang kembali)

    Lima tahun kemudian ... Pada akhirnya, aku hancur sendirian. Menggenggam luka yang menusuk bagai duri tajam setiap harinya. Aku pikir setelah berpisah dengan Jingga dan menikahi wanita yang ku cintai dimasa lalu, kehidupanku akan membaik. Rupanya, aku salah besar. Perangai Sinta yang gila harta membuat rumah tangga kami tak bertahan lama. Hanya enam bulan, itu pun diwarnai dengan huru-hara pertengkaran akibat ekonomiku yang semakin hari semakin memburuk. Ia tidak tahan, mengamuk dan menyalahkanku mengapa aku memberikan semua hartaku pada Jingga. Padahal Sinta mau menikah denganku hanya karena aku sudah mapan, masalah cinta? Rupanya tak sepenting itu baginya. Cinta hanyalah omong kosong tanpa harta, baginya. Aku diam, tak melawan. Mungkin, itu karma untuk ku. Tahun-tahun berikutnya, setelah status duda ku sandang. Aku berusaha bangkit, kembali sibuk bekerja dari sekolah ke sekolah lain. Ya, aku k

  • Istriku Seorang Juragan    kisah kita berakhir

    Tok ... Tok ... Tok ... Mata memejam, tanganku meremas kuat ujung kemeja ketika kepala hakim sudah mengetokan palu sebanyak tiga kali. Hal itu menandakan kalau sidang perceraianku dan Jingga sudah berakhir. Putusan menunjukan bahwa aku resmi sudah tidak lagi menyandang status sebagai kepala keluarga. Baik secara hukum mau pun agama. Ya tuhan, inikah akhir dari rumah tanggaku? Sungguh menyedihkan! Ekor mataku melirik ke sebelah, dimana Jingga dan aku sama-sama hadir pada sidang terakhir kami. Ku lihat senyuman mengembang di wajahnya saat hakim membacakan putusan tentang hak asuh anak jatuh padanya. Ya, itu memang kemauanku. Putraku lebih baik diasuh oleh ibunya dibanding harus bersama pria brengsek ini. Aku berdiri saat persidangan kami telah usai, mendekat kearahnya untuk saling berjabat tangan. Mengikhlaskan dan menbesakan semua gundah gulana di hati yang selama ini bersarang. "Selamat menyemat status

  • Istriku Seorang Juragan    talak

    Pada akhirnya aku ikut bersama teh Ayu untuk pulang ke desa. Rindu yang menggebu membuat pertahananku runtuh, aku ingin bertemunya. Aku ingin segera memeluknya, mengucap maaf dan sayang padanya. Burung-burung bernyanyi menyambut hari dengan kaki bertengger di ranting pohon, sepanjang perjalanan embun dan kabut terlihat masih menyelimuti pandangan karena hujan semalam suntuk. Kedua jagoan di sampingku terus saja berceloteh, bercerita tentang aktivitas yang akan di lakukannya di desa menemani perjalanan kami. Sesampainya di pekarangan rumah, suasana nampak begitu sepi siang ini. Padahal biasanya emak dan bapak tengah bersantai ria di teras rumah bersama para pekerjanya. Kami terheran-heran saat tak ada satu pun pekerja orangtua kami yang menunggu rumah ini. "Kalian tunggu saja, biar Mas tanya tetangga kenapa rumah sepi dan kayaknya di kunci deh," ujar mas Abi menebak. Aku dan teh Ayu hanya mengangguk pasrah, malas rasanya jika harus bertemu dengan para te

  • Istriku Seorang Juragan    lelaki serakah

    Kedua mataku tiba-tiba saja terbeliak tengah malam. Keringat bercucuran sebiji jagung di keningku. Mimpi buruk itu kembali menghantuiku. Teriakan, tangis kekecewaan, dan umpatan kasar kembali menyapa alam bawah sadarku, seolah memberi signal bahwa rasa bersalah ini kian menggerogoti relung hatiku. Aku menarik napas dalam-dalam lalu terduduk begitu saja. Hujan deras disertai angin kencang membuat hawa dingin menyapa tubuhku yang kini duduk meringkuk di sofa ruang tamu. Buru-buru aku bergegas mengambil segelas air putih di dapur lalu setelah itu aku memutuskan untuk mengambil wudhu dan melaksanakan shalat malam. Shalat yang biasa Jingga kerjakan setiap malamnya. Ah, aku merindukannya. Sudah dua bulan ini, aku rutin melaksanakan shalat tahajud untuk meminta pengampunan atas dosa-dosa yang ku perbuat. Sudah dua bulan ini pula, aku memutuskan untuk tidak menghubungi keluarga di desa. Rasa malu selalu menguasai diriku saat aku merindukan mereka dan

  • Istriku Seorang Juragan    hidup harus terus berjalan

    Jingga povSejak perselingkuhan kang Ahmad dengan Sinta terbongkar di depan mataku, aku tak lagi bisa hidup dengan tenang dan bahagia. Setiap malam, aku selalu menangis tergugu sendirian mengurung diri di kamar. Sakit, rasanya begitu sakit.Bayangan saat tawa kang Ahmad begitu lepas bersama dengan wanita di pangkuannya membuat hatiku semakin teriris. Rasanya benci, jijik dan menyakitkan apalagi saat teringat wanita itu juga tengah mengandung, dari perutnya yang buncit mungkin usia kandungannya tak jauh berbeda denganku. Sial, begitu menyakitkan. "Teh, buka pintunya. Teteh belum makan malam teh!" Aku menoleh kearah pintu yang tertutup, suara Mail terdengar semakin menambah pesakitanku. Gara-gara kejadian itu, adikku tak jadi berangkat dan terpaksa mengubur impiannya dalam-dalam. Aku sudah memaksanya untuk tetap pergi, namun ia begitu keras kepala tak ingin meninggalkanku sendirian disini. Padahal, emak sama bapak selalu mengunjungi ku s

  • Istriku Seorang Juragan    talak aku!

    Sebuah tarikan kuat pada kerah bajuku membuat tubuhku terhentak kedepan, dengan mata menyala Mail. Adik iparku itu, mengangkat kerah bajuku hingga tubuh ini ikut terangkat. Lalu detik berikutnya tinjuan kuat melayang pada perutku beberapa kali. Aku diam, masih mencerna apa yang terjadi. Benarkah? Benarkah kejadiannya harus seperti ini?"Brengsek! Bajingan! Gue percaya elo seratus persen buat lindungi teh Jingga, tapi nyatanya elu buat teteh gue menderita!" teriak Mail tepat di depan wajahku. Setelah itu, sebuah dorongan kuat darinya membuat tubuhku tersungkur ke depan, mencium marmer dingin rumah ini. Air mata jatuh dari pelupuk mataku begitu saja melihat semua orang hanya menyaksikan dengan kecewa tanpa berani menghentikan pukulan Mail padaku. Kulihat Jingga tengah menangis tersedu-sedu dengan gelengan tak percaya bersama emak yang kini sudah memeluknya, berusaha menenangkan. Aku berusaha bangun, berjalan pelan mendekati dua perempua

  • Istriku Seorang Juragan    terbongkar

    Katakan kalau aku ini pria brengsek, pengecut dan tak tahu malu. Sudah dua hari ini aku bahkan tak pulang ke desa dan memilih menemani wanita yang tengah berbadan dua, yang ingin bermanja denganku. Kalian mungkin mengira bahwa aku sudah menikahi wanita yang ku cintai sejak lama ini, Sinta. Tapi dugaan kalian jelas salah, sampai saat ini aku masih bukan siap-siapanya. Hanya sekedar sahabat, itu saja. Hanya saja bebanku terhadapnya lebih berat saat waktu kejadian itu aku berjanji akan mengambil alih tanggung jawab Bara terhadapnya, tapi tidak untuk menikahinya dalam waktu dekat. Selama ini pula, Sinta begitu gencar mendekatiku. Berusaha mengambil hatiku kembali, ia bahkan selalu saja menjelek-jelekan istriku yang sama halnya tengah mengandung anakku. Sebenarnya aku sudah muak, ingin rasanya bersikap tak peduli namun ia selalu mengancam jika aku tak bersamanya dan tak menikah dengannya ia akan melakukan hal yang sama seperti waktu itu. Ya, bunuh diri. Bahkan ia juga selalu menagih jan

  • Istriku Seorang Juragan    tidak mungkin

    Jingga povKejadian pagi itu sungguh menyakitkan bagiku. Entah apa yang terjadi pada suamiku hingga tega bersikap demikian, meninggalkan aku yang tengah terisak pagi itu. Emak dan bapak yang saat itu masih menikmati sarapannya bahkan ikut terkejut menghampiriku saat suara bantingan pintu begitu keras dari kang Ahmad saat meninggalkanku. Terhitung, sudah dua hari sejak kejadian itu Kang Ahmad bahkan tak pulang ke rumah kami. Untungnya Mail masih belum berangkat ke Jepang, untuk menyelesaikan studinya dan mau menemani serta menghiburku saat ini. Namun rasa sedih kembali hinggap, saat aku membantu Mail mengemas barang-barangnya. Hari ini, hari terakhir ia menemaniku sebelum besok kembali bertolak ke Jepang untuk mengikuti kuliah pertamanya. "Gak ke US lagi Mad? Teteh kira saat menempuh jalur beasiswa SMA disana, kamu bakalan lanjut kuliah di sana juga," ucapku saat memikirkan bagaimana sulitnya perjuangan adik lelakiku saat mengambil keputusan waktu itu, ketika ia mengambil beasiswa d

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status