Share

Cerai?

last update Last Updated: 2024-12-02 21:29:16

"Jangan sentuh aku! Aku jijik, kamu tidak akan suka!" Aku terkejut saat Jingga kini menangis meronta-ronta, tangannya begitu kuat mendorong dada bidangku saat tubuh ini nyaris tak berjarak dengan tubuhnya.

Hiks ... Hiks ...

Aku terdiam membisu saat tangisnya tak kunjung reda, kuperhatikan keadaannya sekarang. Begitu kacau, padahal aku baru mau menyentuhnya, belum sampai melakukan hubungan suami istri begitu jauh.

"Kamu kenapa? Saya gak ngapa-ngapain loh, cuma memenuhi hak kamu, apa itu salah?" tanyaku heran.

Sikap Jingga terlalu aneh sejauh ini, sudah seminggu tidur kami terpisah dan Jingga begitu menjaga jarak denganku. Mandi yang sehari hampir enam kali ku hitung, membuat wajahnya terlihat pucat. Mungkin ia sakit sekarang dan saat aku ingin memberikan haknya, harusnya dia senang. Bukankah itu yang dia inginkan selama ini? Tapi kali ini? Dia begitu ketakutan.

Jingga tak menjawab, disela tangisnya ia beranjak. Bergegas membawa handuk kimononya lalu memasuki kamar mandi.

Aku berdiri di
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Istriku Seorang Juragan    Aku takut menyakitimu

    Aku menggeleng keras, saat permintaan cerai yang keluar dari mulut Jingga kembali terdengar diiringi isak tangisnya."Saya tidak akan menceraikanmu!"Suaraku terdengar tegas, meskipun hatiku terasa hancur melihat kesedihannya yang begitu mendalam. Ah, mengapa aku sesedih ini? Harusnya aku bahagia, bukan? Seharusnya, aku bisa merasa lega, karena akhirnya ada kejelasan di tengah semua kebuntuan yang kami rasakan. Namun entah mengapa, kata-kata itu justru semakin memperburuk keadaan.Aku berdiri diam, menatapnya yang terisak, merasakan berat di dadaku. "Dengar aku!" pintaku duduk tepat disampingnya. Ku angkat wajahnya untuk menatapku."Lepasin aku kang, jangan dekat-dekat. Nanti kamu sakit,"katanya dengan suara terisak, menatapku penuh kepedihan. Ada sesuatu yang terasa hilang dalam suaranya, seolah ia menyerah sebelum sempat berjuang lagi.Aku menarik napas panjang, sulit untuk menahan air mata yang tiba-tiba menggenang. Cengeng! Mengapa aku jadi seperti ini? Mengapa hatiku begitu tak re

    Last Updated : 2024-12-03
  • Istriku Seorang Juragan    Terimakasih atas kejujurannya

    Sejak dimana aku mengatakan bahwa aku akan menemaninya, menerima apa adanya. Sejak itu pula aku putuskan untuk belajar mencintainya. Aku berusaha untu membantunya menghilangkan bau badan di tubuhnya, bagaimana pun caranya. "Kamu yakin Jang, kita ke dukun sesuai rencana awal lu?" tanyaku. Si ujang berdecak, "iya, gue bakalan bantu kalian. Tapi lu harus kasih gue pinjaman dulu lima puluh juta"Aku dan Jingga saling pandang saat si Ujang minta pinjaman sebesar itu. Mata kami bertemu sejenak, ada rasa ragu dan bingung. Lima puluh juta bukan angka yang kecil, apalagi dengan kondisi Jingga yang kini tidak baik-baik saja."Gila kamu Jang, ku kira kamu main kesini mau bantuin kami!" Kesalku dengan hidung kembang kempis menahan gejolak amarah. Si Ujang hanya tertawa kecil, seolah tidak terpengaruh dengan amarahku. "Gue bantuin, tapi semua ada harga, kan? Kalau kalian nggak bisa bayar, ya gue nggak bisa bantu lebih jauh."Aku merasa jantungku berdetak lebih cepat. Bingung antara marah dan ce

    Last Updated : 2024-12-04
  • Istriku Seorang Juragan    Tolong bantu ahmad, mak.

    Meja makan sudah dipenuhi dengan berbagai macam lauk pauk kesukaanku dan Jingga. Pagi ini emak memasak lumayan banyak menu, entah mengapa. Tetapi wajahnya begitu menyiratkan keceriaan, sementara bapak ia hanya terkekeh melihat kelakuan ibu pagi ini. "Bahagia bener mak, kenapa?" tanyaku sembari menarik salah satu kursi meja makan di samping bapak. "Ibumu mau jengukin teteh katanya, panen padi kali ini alhamdulillah banyak." Jawab bapak dengan dagu terangkat menunjuk ibu yang tengah asik menata sarapan pagi ini. Aku hanya mengangguk, ber oh ria sebagai jawaban. "Istrimu mana, Mad? Suruh turun gih, emak udah masak makanan kesukaan dia" Aku menarik napas dalam, lalu kuhembuskan perlahan. Tangan ini segera meraih segelas air putih, lalu ku teguk kasar. "Kenapa, kayaknya ada masalah berat nih?" tanya bapak yang begitu peka terhadap ekspresiku.Aku meletakkan gelas itu pelan, seolah memberi jeda untuk memikirkan jawabanku. Bapak selalu bisa membaca ekspresiku, dan kali ini, dia benar.

    Last Updated : 2024-12-05
  • Istriku Seorang Juragan    Ayo bangkit

    Tok ... Tok ... Tok ...Emak mengetuk pintu kamarku secara berkala, saat Jingga sampai siang ini masih belum juga keluar dari kamar. Tadi pagi saat aku memohon pada emak untuk membantuku membujuknya, emak dengan sigap mengangguk. Katanya demi putra satu-satunya ini, apa yang enggak hingga ia rela untuk menunda keberangkatannya ke Jakarta, menemui putri tercintanya. "Neng, ini emak. Buka ya pintunya?" ucap emak dengan setengah berteriak, hingga aku dan bapak yang berada di sebelah kanan dan kirinya kompak menutup telinga. "Mak, pelanin suaranya," tegurku yang malah dihadiahi tatapan tajam darinya. "Maneh teh gimana mad, masa iya emak harus ngomong pelang. Mana ada kedengaran sama juragan atuh," protesnya dengan tangan kembali terayun mengetuk pintunya. "Diam aja mad, gak usah protes. Serahin semuanya ke emak" tegur bapak. Aku mengangguk, kembali terdiam memperhatikan emak yang masih berusaha mengetuk pintu, membujuk Jingga untuk keluar dari kamarku. Prank!Terdengar suara pecahan

    Last Updated : 2024-12-06
  • Istriku Seorang Juragan    Berikan yang terbaik, untu istrimu!

    Aku bergerak gelisah saat menunggu dokter memeriksa Jingga di dalam saat setelah aku memeluknya tiba-tiba Jingga pingsan di pelukanku dengan hidung mengeluarkan darah segar. Pikiranku kacau saat sudah cukup lama aku dan orangtuaku menunggu sejak Jingga memasuki ruangan ugd puskesmas terdekat. Aku tidak tau apa yang menyebabkan Jingga tiba-tiba pingsan dan mengeluarkan darah segar dari hidungnya. Mungkinkah ia selama ini memiliki penyakit yang serius? Apakah umur hidupnya tidak lama lagi? Kalau iya, itu mungkin lebih baik biar harta warisannya aku yang kuasai semua. Eh tidak! Apaan-apaan kamu Ahmad? Itu istri kamu, apa iya kamu mau jadi duda secepat ini? Tidak, bukan.Suara pintu terbuka membuat aku buru-buru mendekat, di susul emak sama bapak. "Bagaimana keadaannya dok? Apakah terjadi sesuatu yang serius padanya?" tanyaku cepat. Dokter yang baru saja keluar dengan membuka masker nya dan menghirup udara sebanyak-sebanyaknya di depanku itu menatap kami ragu. "Apakah kalian benar-bena

    Last Updated : 2024-12-07
  • Istriku Seorang Juragan    Ciuman pertamaku

    "kamu jangan diam aja dong, kelihatan banget stresnya!" Aku menegur dengan agak kesal saat suana hening menyelimuti kami berdua. Sejak kepergian kedua orang tuaku, Jingga memilih untuk berbaring namun matanya tak pernah ia pejamkan. Beberapa kali helaan nafas panjang terdengar dari mulutnya, kedua bola matanya menatap langit-langit kamar dengan pandangan kosong. Jingga masih tak bergeming, ia masih tetap sama. Berbaring kaku, menatap langit-langit ruang ugd. Tok ... Tok ...Suara ketukan pintu, membuatku beranjak dari duduk. Dua suster yang nampak berbalut masker berjalan menghampiri. "Pak Ahmad, istrinya sudah bisa dipindahkan ke ruang rawat ya setelah mengurus administrasinya.""Sus, saya perlu kamar vvip saja biar nyaman. Kalau perlu ruangannya yang kedap suara dan ...""Jingga, mana ada ruang vvip disini. Lagi pula cuma sebentar juga, yang biasa aja ya" bisikku menegurnya.Jingga menghela napas panjang. "Tapi kang, Jingga gak nyaman kalau harus seruangan sama orang-orang takut

    Last Updated : 2024-12-08
  • Istriku Seorang Juragan    Menerima apa adanya

    ClekAku tersentak saat suara knop pintu terdengar bersamaan dengan dorangan kuat menghentikan aktivitas kami. Aku lebih tepatnya."Hah ... Hah ..." Jingga menarik nafas sebanyak-banyaknya, sementara aku buru-buru agak sedikit menjauh darinya dengan tangan mengusap bibir ini.Manis.Ah, apa yang aku lakukan. Tak seharusnya aku seperti ini. Ini, sungguh menjijikan Ahmad. Bukannya aku tidak menyukainya? Lalu mengapa sikapku seolah bertolak belakang dengan perasaan ini.Tapi, aku adalah pria dewasa yang memiliki hasrat sudah lama kali ku tahan. Jujur saja, Jingga itu menarik dan mungkin saja kalau bau di tubuhnya itu tidak ada mungkin aku akan selalu meminta hak ku padanya, apalagi Jingga itu agresif semakin membuatku tertarik tetapi sayangnya gara-gara bau ditubuhnya aku bukannya betah berlama-lama malah mual dan sangat membencinya. Seiring berjalannya waktu, rasa benci itu kian terkikis oleh sikap Jingga yang begitu perhatian padaku. Segala hal yang aku inginkan pasti dia akan memenuhi

    Last Updated : 2024-12-11
  • Istriku Seorang Juragan    Saya tulus!

    Setelah kepergian Mail, kini aku hanya berdua ditemani sisa-sisa kecanggungan akibat ulah kebodohanku yang menciumnya tiba-tiba. Hening menyelimuti, kami sibuk dengan pemikiran masing-masing. Jingga masih diam dengan tak berani menatapku, sementara aku memilih untuk duduk disampingnya sembari memainkan ponsel yang tak menyenangkan sama sekali ku rasa. Kruk ... Kruk ...Aku terhenti memainkan ponsel saat suara keroncongan begitu nyaring terdengar ditelingaku. Aku menoleh ke arah Jingga, yang tampak terkejut dengan suara perutnya yang bergemuruh. Wajahnya merah, seakan-akan mencoba menutupi rasa malu yang mulai memancar dari dirinya. Aku bisa merasakan ketegangan di udara, dan seketika itu juga aku merasa agak canggung."Maaf..." ucapnya pelan, suaranya hampir tenggelam oleh rasa malu yang tak terucapkan. "Aku... lapar."Aku tersenyum tipis, mencoba meredakan suasana yang semakin kaku."makannya, jangan so soan gak mau makan, laparkan" tegurku berusaha menghalau kecanggungan. Jingga

    Last Updated : 2024-12-12

Latest chapter

  • Istriku Seorang Juragan    epilog (yes i will )

    Lima tahun kemudian ...Pada akhirnya, aku hancur sendirian. Menggenggam luka yang menusuk bagai duri tajam setiap harinya. Aku pikir setelah berpisah dengan Jingga dan menikahi wanita yang ku cintai dimasa lalu, kehidupanku akan membaik. Rupanya, aku salah besar.Perangai Sinta yang gila harta membuat rumah tangga kami tak bertahan lama. Hanya enam bulan, itu pun diwarnai dengan huru-hara pertengkaran akibat ekonomiku yang semakin hari semakin memburuk. Ia tidak tahan, mengamuk dan menyalahkanku mengapa aku memberikan semua hartaku pada Jingga. Padahal Sinta mau menikah denganku hanya karena aku sudah mapan, masalah cinta? Rupanya tak sepenting itu baginya. Cinta hanyalah omong kosong tanpa harta, baginya. Aku diam, tak melawan. Mungkin, itu karma untuk ku. Tahun-tahun berikutnya, setelah status duda ku sandang. Aku berusaha bangkit, kembali sibuk bekerja dari sekolah ke sekolah lain. Ya, aku kembali mengajar seperti saat bujanga

  • Istriku Seorang Juragan    Epilog (akang kembali)

    Lima tahun kemudian ... Pada akhirnya, aku hancur sendirian. Menggenggam luka yang menusuk bagai duri tajam setiap harinya. Aku pikir setelah berpisah dengan Jingga dan menikahi wanita yang ku cintai dimasa lalu, kehidupanku akan membaik. Rupanya, aku salah besar. Perangai Sinta yang gila harta membuat rumah tangga kami tak bertahan lama. Hanya enam bulan, itu pun diwarnai dengan huru-hara pertengkaran akibat ekonomiku yang semakin hari semakin memburuk. Ia tidak tahan, mengamuk dan menyalahkanku mengapa aku memberikan semua hartaku pada Jingga. Padahal Sinta mau menikah denganku hanya karena aku sudah mapan, masalah cinta? Rupanya tak sepenting itu baginya. Cinta hanyalah omong kosong tanpa harta, baginya. Aku diam, tak melawan. Mungkin, itu karma untuk ku. Tahun-tahun berikutnya, setelah status duda ku sandang. Aku berusaha bangkit, kembali sibuk bekerja dari sekolah ke sekolah lain. Ya, aku k

  • Istriku Seorang Juragan    kisah kita berakhir

    Tok ... Tok ... Tok ... Mata memejam, tanganku meremas kuat ujung kemeja ketika kepala hakim sudah mengetokan palu sebanyak tiga kali. Hal itu menandakan kalau sidang perceraianku dan Jingga sudah berakhir. Putusan menunjukan bahwa aku resmi sudah tidak lagi menyandang status sebagai kepala keluarga. Baik secara hukum mau pun agama. Ya tuhan, inikah akhir dari rumah tanggaku? Sungguh menyedihkan! Ekor mataku melirik ke sebelah, dimana Jingga dan aku sama-sama hadir pada sidang terakhir kami. Ku lihat senyuman mengembang di wajahnya saat hakim membacakan putusan tentang hak asuh anak jatuh padanya. Ya, itu memang kemauanku. Putraku lebih baik diasuh oleh ibunya dibanding harus bersama pria brengsek ini. Aku berdiri saat persidangan kami telah usai, mendekat kearahnya untuk saling berjabat tangan. Mengikhlaskan dan menbesakan semua gundah gulana di hati yang selama ini bersarang. "Selamat menyemat status

  • Istriku Seorang Juragan    talak

    Pada akhirnya aku ikut bersama teh Ayu untuk pulang ke desa. Rindu yang menggebu membuat pertahananku runtuh, aku ingin bertemunya. Aku ingin segera memeluknya, mengucap maaf dan sayang padanya. Burung-burung bernyanyi menyambut hari dengan kaki bertengger di ranting pohon, sepanjang perjalanan embun dan kabut terlihat masih menyelimuti pandangan karena hujan semalam suntuk. Kedua jagoan di sampingku terus saja berceloteh, bercerita tentang aktivitas yang akan di lakukannya di desa menemani perjalanan kami. Sesampainya di pekarangan rumah, suasana nampak begitu sepi siang ini. Padahal biasanya emak dan bapak tengah bersantai ria di teras rumah bersama para pekerjanya. Kami terheran-heran saat tak ada satu pun pekerja orangtua kami yang menunggu rumah ini. "Kalian tunggu saja, biar Mas tanya tetangga kenapa rumah sepi dan kayaknya di kunci deh," ujar mas Abi menebak. Aku dan teh Ayu hanya mengangguk pasrah, malas rasanya jika harus bertemu dengan para te

  • Istriku Seorang Juragan    lelaki serakah

    Kedua mataku tiba-tiba saja terbeliak tengah malam. Keringat bercucuran sebiji jagung di keningku. Mimpi buruk itu kembali menghantuiku. Teriakan, tangis kekecewaan, dan umpatan kasar kembali menyapa alam bawah sadarku, seolah memberi signal bahwa rasa bersalah ini kian menggerogoti relung hatiku. Aku menarik napas dalam-dalam lalu terduduk begitu saja. Hujan deras disertai angin kencang membuat hawa dingin menyapa tubuhku yang kini duduk meringkuk di sofa ruang tamu. Buru-buru aku bergegas mengambil segelas air putih di dapur lalu setelah itu aku memutuskan untuk mengambil wudhu dan melaksanakan shalat malam. Shalat yang biasa Jingga kerjakan setiap malamnya. Ah, aku merindukannya. Sudah dua bulan ini, aku rutin melaksanakan shalat tahajud untuk meminta pengampunan atas dosa-dosa yang ku perbuat. Sudah dua bulan ini pula, aku memutuskan untuk tidak menghubungi keluarga di desa. Rasa malu selalu menguasai diriku saat aku merindukan mereka dan

  • Istriku Seorang Juragan    hidup harus terus berjalan

    Jingga povSejak perselingkuhan kang Ahmad dengan Sinta terbongkar di depan mataku, aku tak lagi bisa hidup dengan tenang dan bahagia. Setiap malam, aku selalu menangis tergugu sendirian mengurung diri di kamar. Sakit, rasanya begitu sakit.Bayangan saat tawa kang Ahmad begitu lepas bersama dengan wanita di pangkuannya membuat hatiku semakin teriris. Rasanya benci, jijik dan menyakitkan apalagi saat teringat wanita itu juga tengah mengandung, dari perutnya yang buncit mungkin usia kandungannya tak jauh berbeda denganku. Sial, begitu menyakitkan. "Teh, buka pintunya. Teteh belum makan malam teh!" Aku menoleh kearah pintu yang tertutup, suara Mail terdengar semakin menambah pesakitanku. Gara-gara kejadian itu, adikku tak jadi berangkat dan terpaksa mengubur impiannya dalam-dalam. Aku sudah memaksanya untuk tetap pergi, namun ia begitu keras kepala tak ingin meninggalkanku sendirian disini. Padahal, emak sama bapak selalu mengunjungi ku s

  • Istriku Seorang Juragan    talak aku!

    Sebuah tarikan kuat pada kerah bajuku membuat tubuhku terhentak kedepan, dengan mata menyala Mail. Adik iparku itu, mengangkat kerah bajuku hingga tubuh ini ikut terangkat. Lalu detik berikutnya tinjuan kuat melayang pada perutku beberapa kali. Aku diam, masih mencerna apa yang terjadi. Benarkah? Benarkah kejadiannya harus seperti ini?"Brengsek! Bajingan! Gue percaya elo seratus persen buat lindungi teh Jingga, tapi nyatanya elu buat teteh gue menderita!" teriak Mail tepat di depan wajahku. Setelah itu, sebuah dorongan kuat darinya membuat tubuhku tersungkur ke depan, mencium marmer dingin rumah ini. Air mata jatuh dari pelupuk mataku begitu saja melihat semua orang hanya menyaksikan dengan kecewa tanpa berani menghentikan pukulan Mail padaku. Kulihat Jingga tengah menangis tersedu-sedu dengan gelengan tak percaya bersama emak yang kini sudah memeluknya, berusaha menenangkan. Aku berusaha bangun, berjalan pelan mendekati dua perempua

  • Istriku Seorang Juragan    terbongkar

    Katakan kalau aku ini pria brengsek, pengecut dan tak tahu malu. Sudah dua hari ini aku bahkan tak pulang ke desa dan memilih menemani wanita yang tengah berbadan dua, yang ingin bermanja denganku. Kalian mungkin mengira bahwa aku sudah menikahi wanita yang ku cintai sejak lama ini, Sinta. Tapi dugaan kalian jelas salah, sampai saat ini aku masih bukan siap-siapanya. Hanya sekedar sahabat, itu saja. Hanya saja bebanku terhadapnya lebih berat saat waktu kejadian itu aku berjanji akan mengambil alih tanggung jawab Bara terhadapnya, tapi tidak untuk menikahinya dalam waktu dekat. Selama ini pula, Sinta begitu gencar mendekatiku. Berusaha mengambil hatiku kembali, ia bahkan selalu saja menjelek-jelekan istriku yang sama halnya tengah mengandung anakku. Sebenarnya aku sudah muak, ingin rasanya bersikap tak peduli namun ia selalu mengancam jika aku tak bersamanya dan tak menikah dengannya ia akan melakukan hal yang sama seperti waktu itu. Ya, bunuh diri. Bahkan ia juga selalu menagih jan

  • Istriku Seorang Juragan    tidak mungkin

    Jingga povKejadian pagi itu sungguh menyakitkan bagiku. Entah apa yang terjadi pada suamiku hingga tega bersikap demikian, meninggalkan aku yang tengah terisak pagi itu. Emak dan bapak yang saat itu masih menikmati sarapannya bahkan ikut terkejut menghampiriku saat suara bantingan pintu begitu keras dari kang Ahmad saat meninggalkanku. Terhitung, sudah dua hari sejak kejadian itu Kang Ahmad bahkan tak pulang ke rumah kami. Untungnya Mail masih belum berangkat ke Jepang, untuk menyelesaikan studinya dan mau menemani serta menghiburku saat ini. Namun rasa sedih kembali hinggap, saat aku membantu Mail mengemas barang-barangnya. Hari ini, hari terakhir ia menemaniku sebelum besok kembali bertolak ke Jepang untuk mengikuti kuliah pertamanya. "Gak ke US lagi Mad? Teteh kira saat menempuh jalur beasiswa SMA disana, kamu bakalan lanjut kuliah di sana juga," ucapku saat memikirkan bagaimana sulitnya perjuangan adik lelakiku saat mengambil keputusan waktu itu, ketika ia mengambil beasiswa d

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status