Di sekolah, Mimi baru tahu kalau banyak Ibu-ibu yang juga ikut mengantar anaknya. Mereka merumpi dan hahahihi menggunjing tetangga-tetangga atau orang yang dianggap musuh musuh mereka menjadi bahan gunjingan.“Tahu nggak, Bu? Kemarin itu, Bu Darmo ngamuk di depan rumah istri keduanya suaminya.” Ibu berbaju oren mulai asik membuat bahan gosip.“Oh ya?” Ibu berbaju merah semakin penasaran.“Alah! Gimana nggak ngamuk. Dua bulan nggak mau disentuh, pulang seminggu sekali, uang gaji diembat bini kedua hampir separuhnya, ya ngamuk. Kalau aku jadi Bu Darmo, tak potong anunya suami. Enak aja. Anak sudah 4, laki menikah lagi dengan alasan istri tidak cantik lagi. Nggak setia aja masih dipertahankan. Ogah kalau aku jadi dia!” gunjing Ibu berbaju putih.Mimi menyimak saja. Dia anggota baru Ibu-Ibu yang mengikuti acara mengantar anak sekolahnya. Setelah Laila masuk, Mimi pun punya inisiatif untuk masuk ke celah mereka. Mimi pulang ke rumah, lalu mengambil starter kit yang digunakan untuk mencari
.Mimi kini merasa punya style baru. Dia benar-benar akan fokus untuk dirinya sendiri dan anaknya tanpa harus memikirkan Apakah hidupnya menjadi beban Ardan atau tidak. Hingga Ardan sering mendapati istrinya kini malas melakukan apapun pekerjaan di rumahnya."Mimi! Ini kenapa belum ada makanan untuk sarapan?" tanya Ardan."Mimi belum masak!" jawab Mimi malas. Dia memang sengaja tidak memasak karena Ardan belum memberikan uang gajinya dan masih tetap menyembunyikan mengenai hubungannya dengan Mita yang sebenarnya sudah ia ketahui. Beberapa hari sudah berlalu dan sikap Ardan masih tetap sama. Sehingga membuat Mimi memutuskan untuk bersikap cuek dan tidak mau memikirkan pekerjaan yang menurutnya sama sekali tidak begitu penting untuk dilakukan.Mimi lebih memilih untuk membersihkan rumah Jika dia ingin, dan mencuci pakaian Jika ia juga berkenan. Kadang dua hari sekali atau paling lama 4 hari itupun jika Laila sudah kehabisan baju di lemari. Sengaja dia bermalas-malasan untuk menggugah pi
Mimi membuatkan satu cangkir kopi Setelah Ardan selesai membersihkan gudang. Hal ini sengaja Mimi lakukan hanya untuk memberikan apresiasi dan memberi contoh bagaimana mengungkapkan rasa Terima kasih dengan segala kebaikan yang sudah diberikan."Tumben?" tanya Ardan."Kenapa? Nggak suka? Atau nggak mau? Atau gengsi?" cecar Mimi."Bukan begitu. Tumben banget pengertian. Biasanya juga kalau suruh dibikinin kopi malah suruh bikin sendiri.""Sikap istri itu tergantung Bagaimana sikap suami. Jadi, kalau mau dilayani bak raja maka harus memperlakukan istri seperti bak permaisuri. Jangan hanya mau menang sendiri dan tidak mau melihat kesusahan istri. Itu namanya egois dan tidak tahu diri. Dinikahi itu bukan untuk dijadikan pembantu atau babu gratisan. Ingat itu!" seru Mimi."Cerewet!" Gerutu Ardan ketika Mimi sudah meninggalkan tempat tetapi Mimi masih sedikit mendengarnya."Ma, kapan kita ke rumah uti?" tanya Laila."Laila mau main ke rumah uti?""Iya. Boleh?""Nanti diantar sama papa ya. M
“Kenapa tuh muka? Suntuk amat?” tanya Meli saat mendapati Ardan ke rumahnya dengan wajah yang ditekuk.“Bete. Main yuk!” ajak Ardan.“Main ke mana? Ini udah siang juga.”Meli memang sangat suka berjalan-jalan dan liburan. Tak jarang dia meminta Ardhan untuk menemuinya dan menjadi supir pribadinya. “Ke wisata pemandian air panas aja. Enak kayaknya,” ucap Meli dengan semangat.“Ya. Kayaknya bagus itu.” Ardan pun menyetujui. “Tapi aku nggak bawa duit,” keluhnya sambil tersenyum seperti biasanya.“Nggak usah bingung, kan ada Meli si asisten tajinya Bos yang baik hati dan mudah tergoda sama suami orang yang oonnya tak terkira,” ejek Meli sambil mencubit lengan Ardan manja. Meli memang memiliki perasaan pada Ardan. Kedekatan dalam menjadi partner kerja membuat semuanya mudah. Terlebih, Ardan sangat mau diajak ajak untuk pergi ke manampun. Dimintai tolong kapanpun dia juga siaga. “Suami kamu lama nggak di luar negeri?”“Lumayan. Kenapa? Mau Backstreet?” tawar Meli mencoba memancing hasra
..Hari ini adalah hari resepsi pernikahan Santi dan suaminya yang merupakan pengusaha dan bos kosmetik yang sedang ia pasarkan. Dia sudah meminta bantuan Tika untuk menyulap dirinya agar bisa lebih pantas untuk menghadiri pesta yang bisa dibilang mewah itu. Pagi buta dia datangi rumah Tika bersama dengan Laila tanpa izin dari suaminya karena masih tidur."Mama cantik," celetuk Laila."Sebenarnya kamu memang cantik, Mi. Sayang …""Apa?""Sayangnya kamu memilih nikah muda. Coba kalau kamu matengan dikit," cibir Tika."Mangga kali, matengan.""Lah iya. Susahnya orang yang nikah muda itu begini. Udah punya anak merasa masih ABG dan unyu-unyu. Coba aja kamu bercermin pada wajah kamu sendiri. Emang di luaran sana orang percaya kalau kamu udah punya anak?" tanya Tika seraya terkekeh."Kalau disangka muda mah itu bukan susah, tetapi berkah. Eh, Siapa tahu bisa dapat berondong lagi. Hahaha.""Ngaco!" jawab Tika yang tentunya belum tahu skandal apa yang sedang terjadi dengan Ardan suaminya.Mi
Mereka sudah sampai di gedung hotel yang sangat tinggi di kawasan dekat laut itu. Hotel yang baru berdiri beberapa tahun yang lalu sekarang ramai dikunjungi karena hotel yang dulunya tidak begitu bagus, kini sudah dibangun seperti sebuah apartemen tinggi. Hotel dengan fasilitas lengkap dan pemandangan laut yang sangat indah itu, membuat daya tarik tersendiri bagi para pelancong yang ingin menginap di sana.Begitu mereka turun dari mobil, mereka sudah diarahkan menuju gedung yang dijadikan tempat resepsi. Mimi kagum karena tempatnya begitu mewah dan indah.Dug!Mimi menabrak seseorang yang ada di depannya karena fokus melihat indah dekorasi pesta yang sangat mewah itu."Maaf, ucap Mimi." Dia membungkukkan badan untuk meminta maaf dan lelaki itu sama sekali tidak merespon lalu pergi begitu saja."Dasar lelaki aneh," umpat Mimi dalam hati."Ma, tempatnya bagus banget kayak istana," ucap Laila yang sama heran dan tak jemput dengan tempat yang digunakan Santi."Iya, Sayang. Tika, kita lang
"Nih, anakmu!" Lirih Ardan, lalu kembali mendekat ke arah Meli yang masih menunggunya di tempat mereka tadi berdiri.Mimi dan Tika melongo. Bisa bisanya Ardan tidak mau mengakui keberadaan anak dan istrinya sendiri dan Justru malah memilih untuk wanita lain. "Mi, itu beneran suami kamu?" Tanya Tika tidak percaya."Iya. Dari tampangnya si suami aku, tapi kelakuannya bukan," jawab Mimi sekenanya. Dia paham situasi bahwa suaminya itu pasti malu melihat dirinya ada di pesta mewah seperti ini. Bahkan, untuk sekedar menyapa saja dia tidak berkenan apalagi mengakui sebagai bagian dari keluarganya sendiri."Fix, kalau suami kamu modelnya seperti ini sih, aku setuju kalau kamu tukar tambah sama suami yang lebih oke. Bisa-bisanya dia tidak mengenal istrinya sendiri dan malah memberikan sikap tak peduli pada anak istrinya. Kampret benar!" sungut Tika.Mimi tersenyum mendengar omelan sahabatnya yang merasa kesal sendiri dengan perilaku Ardan. Mimi memang kesal tapi dia memang sudah tahu hubunga
"Kamu?!""Gantengan Mas kok. Santai aja," ucap Mimi kemudian beranjak meninggalkan Ardan yang masih menatapnya dengan tatapan kesal. Sengaja Mimi segera pergi karena Laila nampak seperti sudah tidak sabar untuk mendapatkan es krim yang diminta untuk ia ambilkan itu. Ia juga enggan membuat keributan di tempat umum seperti ini dan mempermalukan dirinya sendiri jika sampai ada hal yang terjadi di pesta milik orang lain.Ada beberapa orang yang menyaksikan kejadian Mimi yang ditarik oleh Ardan tadi, tetapi Mimi mencoba untuk acuh dan tidak terlalu memikirkan bisik-bisik orang yang menggunjing perbuatan suaminya. Dia bisa sesantai itu karena dia rasa tidak masalah dengan apa yang sudah ia lakukan tadi. Hanya cemburu, itu memang maksud Mimi."Ambil es krim ke planet mana sih? Kok lama banget. Layla sampai ngamuk mau nyusulin kamu," tanya Tika dengan wajah sedikit ditekuk."Biasa. Menangani buaya ngamuk," jawab Mimi lalu memberikan es krim pada Laila yang sudah memasang wajah cemberut."Bua
"Om, pacarnya udah berapa?" Tanya Laila sambil terkekeh."Ee ee, nggak bahaya tah tanya-tanya tentang pacar? Ayahmu dengar bisa dinikahkan muda kamu," kekeh Adrian."Kan Laila hanya tanya saja kenapa harus sewot begitu? Dari tampang-tampangnya sih kayaknya udah mau nikah. Kapan Om? Laila udah nggak sabar pengen jadi Domas."Adrian mencubit hidung bangir Lela dan dia menatap ke arah langit sambil bergumam sendiri."Seandainya Om tidak dilahirkan lebih dulu pasti Om akan menunggu kamu sebagai calon istri Om tetapi Karena berhubung kamu masih kecil jadi Om akan nikah duluan bulan ini.""Bulan ini?"Adrian mengangguk. Dia memang akan berniat menikah bulan ini karena usianya sudah cukup matang. Dia sudah mendapatkan wanita yang cocok dan dia pun tinggal menunggu waktu yang tepat untuk berbicara dengan keluarganya."Ayah, Mama, Om Adrian mau nikah nih bulan ini katanya? Mama sama Ayah udah tahu belum?" Laila langsung berlari dan Adrian pun mengejar bocah yang ternyata sudah membocorkan renc
"Ma, papa kok nggak pernah datang lagi ke sini ya?" tanya Laila."Papa sibuk, Nak."Laila merengut. Sudah setahun lamanya Adnan pergi dari kota Cilacap dan meninggalkan kenangan dengan sang anak. Sengaja dia tidak memberikan kabar apapun agar Laila terbiasa tanpa dirinya. Sebenarnya Mimi sudah memberitahu bahwa sebaiknya menghubungi setidaknya seminggu sekali atau sebulan sekali untuk memberikan kabar kepada Laila agar tidak dikhawatirkan oleh anak yaitu, tetapi Adnan memilih untuk tidak menghubunginya karena dia tidak enak dengan Arfi. Sebagai lelaki yang memiliki banyak salah tentunya dia merasa malu jika selalu mengganggu hubungan keluarga mereka yang sudah cukup baik dan Adnan juga sedang mencoba untuk menata hidupnya agar menjadi lebih baik setelah menikah dan menerima sebagai istrinya yang sekarang.Santi dan Alvin datang berkunjung ke rumah Mimi dan mereka membawa anak mereka yang kini sudah pandai berceloteh ria. Kelahiran dengan jarak yang hampir sama dengan kedua anak Mimi
"Sudah pulang rupanya anaknya itu, kau antarkan jam berapa?" Tanya Melly saat dia bangun dan melihat Laila sudah tidak ada di kamarnya."Barusan.""Tumben kamu peka?" "Bukankah itu yang kamu inginkan? Kamu memang bukan sosok ibu tiri yang baik untuk anakku. Makanya aku pikir lebih baik aku mengembalikan saja kepada ibunya yang jelas-jelas lebih peduli kepadanya. Apalah arti Ayah ini jika dibawa ke sini hanya membawa dia terluka dan sedih mendengar kata-kata ibu tirinya," jawab Adnan yang tidak mau berdebat apapun dengan Melly."Baguslah kalau dia sadar diri. Sebagai anak memang dia harus tahu posisi kalau ayahnya ini tidak sekaya ibu nya yang menikahi bujang kaya."Jika dilanjutkan maka perdebatan ini akan kemana-mana dan bahkan membahas tentang nafkah yang tidak sesuai dengan permintaan Melly. Hal itulah yang membuat Adnan memilih untuk diam dan tidak banyak mendapat apapun tentang hal yang Melly ucapkan.Adnan pergi bekerja seperti biasanya Dan Dia mencoba untuk ikhlas menjalani ke
Laila menutup telinganya saat dia mendengar suara melengking dari luar kamarnya. Dia berpura-pura memejamkan mata saat Adnan sedang membacakan dongeng untuknya tadi. Dia tahu ayahnya itu sangat sayang kepadanya saat ini tetapi melihat kedatangannya ke rumah sang ayah kandung, Mely marah besar. dia tidak begitu disenangi oleh ibu tirinya membuat Laila merasa sendiri bahwa ayahnya sengaja mengajaknya untuk tidur lebih awal agar bisa menjelaskan alasan kedatangannya ke rumah ini."Kenapa kamu nggak minta izin sama aku buat ngajak anakmu itu tinggal di rumah ini? Kamu kan tahu sendiri kalau aku tidak suka anak kamu itu tinggal di rumah ini. Kamu saja masih numpang dan belum bisa memberikan aku nafkah yang baik dan juga menyenangkan anak-anakku. Sok-sokan Mau mengajak anggota keluarga baru dalam keluarga kita. Besok kamu harus antarkan dia dan biarkan saja Mimi yang merawatnya karena dia sekarang sudah lebih kaya karena menggaet laki-laki kaya. Kamu ini mikir nggak sih Mas? Untuk mencukupi
"Aku rasa Laila Sudah cukup tahu bagaimana cara untuk menepati janjinya. Dia bilang akan jalan-jalan bersama Adnan dan akan tetap kembali ke rumah ini. Dia hanya membutuhkan waktu untuk sang Papa bermain dengannya dan tidak akan menyakiti perasaan ibunya ini jika tidak kembali ke rumah ini. Dia sendiri yang menginginkan itu dan aku tidak berhak untuk melarangnya karena Adnan juga ayah kandung Laila."Mimi merasa sedih mendengarnya dan dia merasa gagal menjadi seorang ibu yang bisa berbuat adil kepada anaknya. Dia tahu pasti Laila sedih karena kasih sayangnya harus terbagi dengan adik-adik barunya tetapi dia juga tidak bisa menyalahkan keputusan Arfi yang membiarkan kepergian Layla karena keputusan itu pasti sudah dia pikirkan dengan baik."Kamu tidak usah terlalu sedih memikirkan anakmu karena aku yakin dia pasti bisa menyenangkan hati orang tuanya. Kita lihat saja Apakah anakmu itu akan kembali malam ini atau akan menginap di rumah Adnan. Jika memang Laila itu akan menginap di sana p
"Laila nggak pengen tinggal sama papa?"Ardan mengulangi pertanyaannya dan dia mengusap kepala Laila pelan untuk menyalurkan kasih sayang dan rasa rindunya kepada sang anak."Untuk apa kamu mengajukan pertanyaan yang tidak bisa Laila jawab di usianya yang sekarang? Seharusnya kamu sebagai seorang ayah tahu bagaimana cara untuk memposisikan diri sebagai ayah kandung di saat dia tinggal bersama dengan ayah tirinya," sahut Arfi.Arfi tentu saja kaget mendengar Ardan datang ke rumahnya dan ingin mengajak Laila untuk pergi bersamanya tinggal. Tentu saja tidak akan dengan mudah dia mengizinkan karena selama ini lelaki itu selalu saja membuat masalah dan tidak bisa dipercaya untuk mengasuh anaknya. Apalagi kedatangannya hanya untuk mengajak Laila pergi, dia tak akan mengizinkannya."Dia anakku dan aku berhak untuk mengajaknya tinggal kapanpun aku mau. Aku tahu kalau perasaan dia pasti sangat sedih ketika melihat kedua adik-adik itu lahir dan kalian mengabaikan kasih sayang yang dibutuhkan ol
Anak-anak Mimi sudah boleh dibawa pulang setelah 1 minggu menjalani perawatan di NICU. Mimi sudah mulai menyusui sejak 3 hari dirawat dan setelah 1 minggu dia sudah diperbolehkan untuk pulang. "Akhirnya baby Army sama Alma bisa pulang ke rumah. Senangnya cucu Oma sama Uti bisa menempati kamar yang baru," ucap Tiara saat dia menggendong salah satu anak Mimi dan Arfi."Rasanya tidak menyangka langsung diberikan cucu 2, jadinya bisa satu-satu menggendongnya.""Tuhan tahu kalau kita Mungkin saja akan berebut untuk menggendongnya jika hanya satu saja," kekeh Tiara.Alma dan Army digendong oleh Tiara dan Irah sedangkan Laila digandeng oleh Arfi untuk masuk ke dalam rumah."Anak Papa mau makan apa sore ini? Apa mau pesan makanan enak di restoran buat syukuran kepulangan kita," tanya Arfi."Papa mau beli?""Iya. Laila mau makan apa?""Hm, gak deh. Laila pengen ikut aja beli makanan sama papa.""Baiklah. Sekarang mandi dulu lalu Nanti Papa panggil buat ikut sama Om Adrian.""Yeew….."Laila sa
Siang hari keluarga Arfi dari Banyumas datang menjenguk dan mereka kaget karena mendengar bahwa Mimi melahirkan di usia kandungan 7 bulan saja. Mereka berkunjung saat Arfi tidak berada di tempat sehingga keluarga dari Arfi yang ada di Banyumas itu hanya bertemu dengan keluarga Hakim yang di Jakarta."Menantu mu lahiran sesar, Ra?" Tanya Syarifah."Caesar ataupun normal sama saja.""Iya jelas beda dong. Melahirkan normal itu sangatlah penuh perjuangan dan benar-benar berjihad yang sebenarnya, kalau melahirkan sesar kan tidak terasa dan tahu-tahu anaknya sudah di luar," cibir Syarifah."Melahirkan itu, baik Caesar maupun normal tetap saja sakit dan seharusnya kamu sebagai wanita pun tahu bagaimana perjuangan seorang ibu melahirkan anak-anaknya," sahut Tiara yang tidak ingin membuat anak menantunya sedih mendengar ucapan dari saudaranya itu. Mimi baru saja siuman, dia tidak ingin menantunya itu sedih jika mendengar ucapan Syarifah yang memang kadang suka berbicara asal."Bukan seperti it
"Sepertinya memang Laila sedikit cemburu dengan kelahiran kedua adik-adiknya. Kamu sebagai Ayah sambungnya harus bisa membuat anak sambung itu nyaman dan bahagia bersama dengan kalian. Resiko menikahi janda adalah harus menerima anak yang dibawa olehnya meskipun nanti kamu gunakan rasa berat dengan pengasuhan anakmu. Oma selalu mendukung keputusan kamu dan selalu akan berbahagia atas apapun yang kamu putuskan tentang hidupmu. Namun, Oma berpesan kepadamu jangan sampai kamu main tangan kepada istrimu dan jangan sampai keluarkan kata-kata yang bernada tinggi di depan anakku. Hal itu bisa membuat kamu merasa dibenci dan tidak akan dihargai oleh keluarga terlebih istri dan anak. Menikahi seorang janda itu berat tetapi pahalanya luar biasa karena bukan hanya menafkahi anak sendiri tetapi juga anak orang lain yang dibawa oleh istri. Pokoknya jangan sampai Oma mendengar kamu melakukan hal buruk kepada istri dan anaknya," ucap Ayu menasehati Arfi saat mereka sedang berjalan menuju ke ruang