“Jangan tersinggung, Fi. Aku bukan bermaksud membahas kamu yang kaya dan aku yang miskin. Tapi, yakinkan dulu keluargamu dan satu bulan ini adalah waktu yang cukup buat kita bisa saling memahami.”“Aku sudah berkomitmen menikahimu, aku menerima kekuranganmu dan kelebihanmu. Apa kata mereka tentang keluargamu, aku tak peduli. Aku hanya sayang kamu dan ingin kamu jadi istriku. Tak peduli status kamu yang janda, aku hanya ingin kamu dan mengertilah. Jangan buat aku menunggu lebih lama, aku nggak bisa. Saat aku berusaha menjauhimu saat itu, ketahuilah jika aku sangat sangat tersiksa.”“Ya. Aku paham itu dan maafkan aku jika sudah membuatmu tersinggung dengan hal ini. Mengajakmu berbincang berdua seperti ini hanya ingin mengetahui apa komitmen kamu setelah menikah. Setelah dirasa aku yakin maka aku pun tidak akan meragukan cintamu lagi."“Tidak sama sekali, tentu aku suka caramu untuk mengajakku berbincang berdua saja. Dengan hal semacam ini, kita bisa sama-sama terbuka untuk mengeluarkan
"Cie yang udah resmi dilamar sama pujaan hati. Gimana rasanya mau jadi manten lagi?" goda Santi.Mimi memutuskan untuk bekerja seperti biasa setelah acara kemarin. Dia tidak ingin terlalu terpikirkan hal-hal yang akan dilakukan sebelum menikah dengan Arfi. Namun sebelum berangkat menuju ke pabrik dia mampir terlebih dahulu ke rumah Santi untuk menyapa dan melihat kabar sahabatnya yang sedang ngidam itu."Alhamdulillah rasanya kayak lagi dapat durian runtuh sepohon pohonnya," kekeh Mimi. "BTW any busway, Alvin ke mana? Rumahnya sepi banget, tumben.""Arfi tadi ngajak Alvin sama Bima buat ke hotel, survei tempat yang bakalan dijadikan resepsi besok. Katanya mengundang beberapa kali rekan teman saja, kamu tahu?""Aku belum bahas soal itu dengan Arfi soalnya dia bilang aku nggak boleh mikirin apapun selain menjaga kesehatan aku dan Laila. Rumah ibu yang sibuk wara wiri sama beberapa tetangga yang membantu karena Ibu juga mengundang pihak keluarga Bapak untuk menjadi wali nikah aku sehing
Mimi merasa terharu sekaligus bahagia melihat Arfi sangat dekat dengan Laila. Bahkan dia sampai tak henti-hentinya mengucap syukur di dalam hati lantaran sudah dianugerahkan lelaki yang sangat baik seperti Arfi sebagai pengganti Ardan.“Laila suka dengan makanan ini?” tanya Arfi.“Suka, Om.”“Kok Om, panggil Papa.”“Iya, Pa. Boleh Laila tambah eskrimnya?”Bocah yang kini sudah terlihat bertambah dewasa itu tak sungkan lagi mengatakan keinginannya. Dia bahkan lebih suka berdekatan dengan Arfi daripada dengan Mimi.“Besok kita makan siang di sini lagi ya, Pa.”“Iya, Sayang. Kalau Mama udah tinggal di rumah Papa nanti, Laila akan ke sini setiap Laila ingin. Sekarang, kalau Mama kamu pengin aja dulu.”“Yaah…”“Modus banget sih,” kekeh Mimi yang merasa jika Arfi memang sengaja mengatakan itu agar Laila benar benar tak mau berubah pikiran mengganti peran Arfi dalam menjadi ayah sambung Laila.“Nanti ikut aku ya? Habis makan siang ini.” Arfi menyuapkan potongan beef pada Laila, lalu melirik
‘Mas, nanti kamu mau ke toko nggak?” tanya Mely pada Ardan yang baru selesai mandi.“Kenapa?”“Ya nggak kenapa napa. Hanya tanya,” jawab Mely.Ardan pun tak begitu peduli dengan pertanyaan Mely yang terkesan seperti menginginkan dia pergi. Kali ini Ardan ingin santai dan berusaha menikmati hidupnya saja. Malas jika harus selalu dipenuhi penyesalan dan berujung pada tidak semangat pada hidupnya.Mely sudah berjanji dengan suaminya bahwa pagi ini fardhan akan datang ke rumah untuk mengambil pakaian ganti Nesya. Namun, sampai siang hari Ardan tidak kunjung pergi hingga membuat dia kesal sendiri."Memangnya nggak ada kegiatan yang bisa kamu lakukan di luar rumah apa, Mas?" Tanya Melly."Emangnya kenapa sih? Di luar sedang panas dan cuacanya benar-benar gak mendukung buat kerja di bawah terik sinar matahari. Kalau kamu memang ingin pergi, ya pergi saja nggak usah pakai alasan tanya kenapa aku nggak pergi dari rumah untuk bekerja."Ardan pun sudah mulai merasa bosan jika selalu diminta untu
Pernikahan tinggal menunggu hari dan tentu saja sepasang calon pengantin sama-sama menunggu dengan tidak sabar acara resepsi dan juga ijab kabul yang akan dikeluarkan di sebuah hotel besok. Malam ini Mimi dijemput oleh pihak keluarga lelaki untuk menginap di hotel agar besok pagi sudah siap untuk melakukan ijab Kabul. Hanya Mimi dan Laila saja karena keluarga Mimi yang belum hadir akan menyusul besok pagi. Irah terpaksa harus menunggu di rumah karena saudara dari pihak suaminya belum ada yang datang."Seharusnya Darusman itu datang kemarin-kemarin, Yu. Masak ijab kabulnya saja besok hari ini belum datang. Tempat tinggalnya kan nggak begitu jauh, cuma lain kota saja.""Darusman kan memang belum sempat, Bu RT. Mungkin sedang ada banyak pekerjaan di rumah sehingga belum sempat datang ke sini." Irah pun mencoba untuk menutupi kekhawatirannya takut jika mungkin saja keluarga dari mendiang suaminya tidak ada yang datang."Kalau mereka tidak datang bagaimana, Yu? Kasihan Mimi, menikah tetap
"Kamu kenapa wajahnya seperti itu sih saat melihat mantan istri kamu bersanding di pelaminan dengan lelaki lain? Kamu cemburu karena sekarang mantan istri kamu itu sangat cantik dan bahagia bersama dengan penggantimu itu?" Tanya Meli saat keduanya sedang dalam perjalanan pulang menuju ke rumah."Nggak usah ngomong apa-apa kalau memang kamu tidak tahu perasaanku. Lagian aku mau ngajak mau pulang karena memang kita sudah tidak ada urusan di sana dan sudah selesai.""Yang namanya kondangan itu ya makan menikmati hidangan yang ada sambil melihat pemandangan yang disuguhkan oleh pemilik hajat. Sedangkan kamu, makan saja belum sudah mengajak pulang. Seharusnya kamu itu menikmati hidangan yang ada dan jangan terpengaruh dengan pemandangan indah di depan sana. Hal itu malah justru membuatku berpikir jika kamu masih ada perasaan dan cemburu terhadap pasangan yang pernah kamu nikahi itu," omel Melly.Ardan Lebih baik diam saja daripada menanggapi ucapan yang terus saja di barondongkan Mely terh
"Papa udah pulang ya mah?" tanya Laila yang masih teringat Ardan."Sudah, Sayang. Kenapa?"Laila menggeleng. Dia sudah sedikit tenang karena Arfi mau menggendongnya dan ikut bersalaman dengan para tamu. Terlebih saat ada festival bunga dan juga pembawaan beberapa hadiah-hadiah dari para karyawan untuk di Mimi dan Arfi. Semua teman-teman Arfi melakukan hal konyol dan berjoget bersama di depan pasangan yang sedang berbahagia itu. Mereka juga melakukan games yang membuat suasana resepsi begitu sangat meriah."Ini yang kamu sebut sebagai kejutan, Mas?" tanya Mimi."Ya. Aku nggak begitu paham kalau yang beginian tapi Seno dan Bima yang merancang semuanya.""Lalu Alvin?""Di bagian komando dan juga setting semua yang ada di sini. Aku sudah janji untukmu, mengadakan pesta yang tidak pernah terlupakan. Malam ini adalah malam yang sangat indah dan aku tidak ingin melewatkannya satu detik pun bersama dengan kamu dan teman-teman kita."Semua teman-teman bersorak dan memberikan bunga-bunga yang
Pagi ini adalah pagi yang membahagiakan karena semalam adalah waktu yang paling berkesan di hati Arfi. Untuk pertama kalinya dia bisa mendapatkan sesuatu yang belum pernah dia lakukan dan Mimi benar-benar memberikan dia sesuatu kebahagiaan yang luar biasa. Meskipun dia seorang janda tetapi dia bisa memposisikan dirinya sebagai wanita yang mempesona. Untuk pertama kalinya juga dia bisa menikmati surga dunia dengan sangat sempurna.Pagi sekali Laila sudah datang ke kamar di mana Arfi dan Mimi beristirahat semalam. Bocah itu menagih janji untuk pergi ke pantai bersama dengan Rizal. Hanya saja Laila ingin menawarkan Arfi dan Mimi untuk ikut ke pantai bersama dengan keluarga yang lain."Mama sama papa mau ikut ke pantai nggak?"tanya Laila."Kalian berangkat dahulu aja ya Nanti papa nyusul sama mama.""Ya…kok gitu? Padahal Laila pengen liburan ke pantai bareng sama mama dan papa baru Laila."Arfi melirik ke arah Mimi yang baru saja selesai melakukan salat subuh. Mereka kesiangan."Papa sama