Kepergian Arfi ke Jakarta membuat Mimi merasa sepi. Bahkan baru saja menikah beberapa hari dia sudah ditinggal untuk merantau dan LDR. Meskipun Arfi berjanji hanya beberapa hari saja di Jakarta tetapi dia merasakan bahwa keberadaan Arfi sangat dibutuhkan."Mukanya nggak enak banget. Kangen sama ayang?" Tanya Santi yang menertawakan wajah murung sahabatnya pagi ini."Nggak sama sekali tapi kalau habis nelpon pasti teringat kebersamaan dalam beberapa hari ini. Ngomong-ngomong kamu akan ke kantor hari ini? Memangnya sudah diizinkan oleh Alvin?""Aku kan nebeng sama kamu, jadi pasti diizinkan. Akan lain persoalan jika aku pergi sendiri dan memakai mobil sendiri, pasti dia akan marah-marah dan nggak ngebolehin aku pergi. Setidaknya keberadaan kamu dan kehadiran kamu yang menjadi tetanggaku ada gunanya juga," kekeh Santi."Definisi memanfaatkan teman demi kepentingan pribadi. Tapi kapan ya mereka bakalan pulang? Soalnya army pasti tanya sama aku kapan balik dia bilangnya cuman kalau proye
Tak terasa pernikahan mereka berjalan sudah hampir 3 bulan lamanya. Baik Mimi maupun Arfi sama-sama belajar untuk saling memahami satu sama lain. Jarang sekali ada perdebatan yang membuat keduanya marah terlalu lama dan jika ada kesalahan pasti saling mengoreksi dan menasehati dengan cara yang baik. Seperti halnya hari ini. Mimi sedikit keberatan dengan sikap Arfi yang di rumah saja dan merasa tidak ingin bekerja di luar dengan alasan panas."Kamu tuh nggak biasanya malas-malasan gini, Yang. Apa kamu sedang merasa tidak enak badan atau memang kamu sedang ada masalah di dalam pekerjaan kamu?" tanya Mimi penasaran."Nggak juga sih. Aku merasa lagi pengen banget di rumah aja dan temenin kamu melakukan aktivitas ibu rumah tangga. Lagian, Layla baru saja pindah sekolah dan aku ingin mengantar jemput dia seperti yang pernah dia inginkan saat itu ketika mempunyai Ayah baru.""Bukan karena kamu menghindari masalah yang ada di luar sana kan? Aku tuh pengennya kamu terbuka sama aku tentang masa
"Hm, kabarnya adalah…"Arfi sengaja untuk memotong pembicaraannya agar sang Mama penasaran. Dia melirik ke arah Mimi yang mencubitnya karena gemas dengan kejahilannya terhadap sang ibu."Mama lagi sama siapa?" tanya Arfi."Lagi sama budemu, kenapa? Mau ngomong juga sama bude Syarifah?""Nggak deh. Kalau begitu mau Arfi tunggu mama datang ke sini aja nanti Arfi ceritakan Sebenarnya ada apa di sini. Jangan lupa untuk ajak Oma, tapi jangan ajak bude. Berisik soalnya," kekeh Arfi.Syarifah yang mendengarnya dari jauh merasa kesal saat Arfi meminta untuk dia tidak ikut datang ke Cilacap. Dia langsung mengambil ponsel yang sedang digunakan untuk menelpon Tiara dan menatap wajah Arfi dengan kesalnya."Pasti istrimu yang meminta kode buat nggak ke sana kan?" omel Syarifah."Apa sih, Mbak? Nggak sopan banget ngomelin anak orang," ucap Syarifah yang hendak merebut kembali ponselnya."Anak kamu ini keterlaluan Tiara. Dia selalu saja membuat masalah denganku dan dia tidak pernah menghormatiku. Ji
Sejak mengetahui jika menantunya hamil, Tiara lebih sering datang ke Cilacap dan mengunjungi Arfi juga Mimi dengan membawakan banyak makanan. Kedatangan mertuanya sungguh sangat membuat ini bahagia karena kesehatannya jelas terjamin. Bahkan mertuanya sangat over protektif dan tidak membiarkan dia melakukan pekerjaan yang melelahkan sama sekali."Jadwal untuk ke dokternya besok ya? Arfi sudah tahu belum kalau besok kamu harus check up kesehatan?" Tanya Tiara pada Mimi yang sedang meminum susu yang dibuatkan oleh mertuanya."Mimi belum bilang sama mas Arfi. Nanti deh aku kasih tahu.""Lho.. kenapa kamu ngomongnya mendadak gitu? Kalau dia nggak tahu kan jadi nggak bisa ngatur jadwal pekerjaannya. Lain kali kalau berhubungan dengan kesehatan dan juga kontrol kandungan, kamu harus mengabarinya jauh-jauh hari biar suamimu itu bisa mendampingi kamu di rumah sakit. Jangan sampai kamu berangkat ke rumah sakit sendiri dan orang beranggapan jika suami kamu tidak siaga dan tidak peduli dengan is
Hari demi hari dilalui dengan suka dan duka bersama-sama. Yang membuat Mimi merasa bahagia adalah ketika ada support keluarga. Baik keluarga Arfi maupun keluarga Mina semuanya bekerja sama untuk menjaga kesehatan kandungan dan juga anak yang sedang dikandung oleh Mimi. Terlebih ketika melihat Arfi yang justru ngidam dan heboh karena semua orang kelimpungan untuk mengabulkan permintaannya."Udah 7 bulan, seharusnya sudah tidak lagi ngidam seperti dulu. Kalau kamu masih menginginkan ini dan itu artinya hanya modus kamu sebagai ayah yang manja untuk anak-anak mu," omel Tiara pada Arfy yang pagi itu meminta dibuatkan nasi goreng seperti keinginan Arfi."Di mana-mana orang ngidam itu sampai 6 bulan lamanya. Kalau lebih dari itu namanya modus!" Arfi mengulang kata-kata ibunya dengan wajah yang mirip membuat sang ibu heran dan mencubit pipi anaknya."Acara 7 bulanan besok Oma bilang mau pulang ke Cilacap. Apa nggak sebaiknya dibikinkan kayak hajatan gitu?" tanya Tiara."Sepertinya tidak us
"Sepertinya ini harus disesar dan harus melakukan kelahiran secara prematur. Posisi bayi melintang dan tidak bisa melahirkan sampai umur 9 bulan. Kalau tidak dilakukan persalinan sekarang, takutnya membahayakan pada salah satu bayi yang ada di dalam," ucap dokter saat ini sudah diperiksa dan dibawa ke UGD."Lakukan yang terbaik saja dok dan selamatkanlah semuanya," ucap Tiara mewakili Arfi yang sudah tadi diam saja karena panik dan kasihan melihat Mimi.Keduanya diminta untuk menandatangani surat penanganan dan Mimi langsung dibawa ke ruang operasi untuk melakukan sesar."Banyak-banyak berdoa saja semoga Allah melindungi anak dan istrimu. Kamu tidak ingin menemani Mimi di dalam?" Tanya Tiara."Arfi takut, Bu."Tiara menarik nafas dalam-dalam dan dia pun tak bisa mengambil alih untuk menemani Mimi yang sedang melakukan operasi di dalam. Mereka menunggunya di luar karena dokter mengatakan bahwa ruangan harus steril dari orang-orang yang tidak ada kaitanya dengan tindakan medis.Semua
"Sepertinya memang Laila sedikit cemburu dengan kelahiran kedua adik-adiknya. Kamu sebagai Ayah sambungnya harus bisa membuat anak sambung itu nyaman dan bahagia bersama dengan kalian. Resiko menikahi janda adalah harus menerima anak yang dibawa olehnya meskipun nanti kamu gunakan rasa berat dengan pengasuhan anakmu. Oma selalu mendukung keputusan kamu dan selalu akan berbahagia atas apapun yang kamu putuskan tentang hidupmu. Namun, Oma berpesan kepadamu jangan sampai kamu main tangan kepada istrimu dan jangan sampai keluarkan kata-kata yang bernada tinggi di depan anakku. Hal itu bisa membuat kamu merasa dibenci dan tidak akan dihargai oleh keluarga terlebih istri dan anak. Menikahi seorang janda itu berat tetapi pahalanya luar biasa karena bukan hanya menafkahi anak sendiri tetapi juga anak orang lain yang dibawa oleh istri. Pokoknya jangan sampai Oma mendengar kamu melakukan hal buruk kepada istri dan anaknya," ucap Ayu menasehati Arfi saat mereka sedang berjalan menuju ke ruang
Siang hari keluarga Arfi dari Banyumas datang menjenguk dan mereka kaget karena mendengar bahwa Mimi melahirkan di usia kandungan 7 bulan saja. Mereka berkunjung saat Arfi tidak berada di tempat sehingga keluarga dari Arfi yang ada di Banyumas itu hanya bertemu dengan keluarga Hakim yang di Jakarta."Menantu mu lahiran sesar, Ra?" Tanya Syarifah."Caesar ataupun normal sama saja.""Iya jelas beda dong. Melahirkan normal itu sangatlah penuh perjuangan dan benar-benar berjihad yang sebenarnya, kalau melahirkan sesar kan tidak terasa dan tahu-tahu anaknya sudah di luar," cibir Syarifah."Melahirkan itu, baik Caesar maupun normal tetap saja sakit dan seharusnya kamu sebagai wanita pun tahu bagaimana perjuangan seorang ibu melahirkan anak-anaknya," sahut Tiara yang tidak ingin membuat anak menantunya sedih mendengar ucapan dari saudaranya itu. Mimi baru saja siuman, dia tidak ingin menantunya itu sedih jika mendengar ucapan Syarifah yang memang kadang suka berbicara asal."Bukan seperti it