Sosok itu adalah Dirga.Dirga sebenarnya sudah datang dari tadi, hanya saja dia berdiri di pojokkan, sehingga dia juga telah menyaksikan semua yang terjadi di sini.Awalnya, Dirga tidak ingin ikut campur juga tidak tertarik dengan masalah Keluarga Tjohara.Namun, ketika Dirga barusan melihat Nina hendak mengakhiri hidupnya, Dirga sudah tidak tahan lagi dan akhirnya memperlihatkan dirinya.Nina mendongak dan melihat sosok Dirga, raut wajahnya masih tidak berubah. Nina berjalan melewati Dirga dan kembali menghantamkan kepalanya ke tiang, tetapi Dirga langsung menariknya."Apa kamu rela mati begitu saja?""Kalau kamu mati, Keluarga Tjohara pasti juga akan berakhir.""Kalau kamu mati, orang-orang ini pasti akan langsung membagi-bagikan aset perusahaan.""Kalau kamu mati, ayahmu pasti adalah orang yang paling menderita.""Apa kamu benar-benar rela?""Semua orang mengatakan kalau kamu adalah pebisnis genius generasi muda Kota Tiagung, apa pun kesulitan yang kamu hadapi, kamu pasti bisa melew
Setelah ketua asosiasi memberi perintah, seorang petarung di sisinya langsung berlari ke arah Dirga.Sebuah aura yang mengerikan meluap dari tubuhnya dan dalam sekejap menenggelamkan Dirga. Akan tetapi, sebuah sosok seseorang terpental dan langsung menghantam dinding hingga kepalanya pecah."Hahaha, aku pikir pria itu sangat hebat.""Lihatlah, ini adalah akibat karena dia terlalu sombong, dia sudah mati, 'kan!""Nggak seru, aku masih belum puas.""Bocah tengik, coba kamu sombong lagi!""Hmm, orang ini bukan pria itu!"Suara tawa semua orang langsung terhenti karena saat ini mereka baru melihat dengan jelas kalau mayat yang terbaring di lantai bukanlah Dirga.Setelah mereka menolehkan kepala dan melihat dengan saksama, barulah mereka menyadari kalau Dirga masih berdiri di tempatnya semula dalam keadaan baik-baik saja. Hanya saja, salah satu kakinya masih terangkat di tengah udara."Astaga, apa yang baru saja terjadi?""Orang itu baik-baik saja?""Bagaimana mungkin?""Apa yang sebenarnya
Bimo memaksakan dirinya untuk tetap tenang."Pria ini memang aneh, apa kalian berdua bisa mengetahui tingkat kultivasi pria itu sekarang?""Nggak, pria itu benar-benar aneh. Kami berdua masih belum tahu tingkat kultivasinya.""Tuan Muda Bimo, kita harus merencanakan dengan matang. Pra ini kemungkinan akan menjadi lawan terkuat kita.""Baiklah, serahkan saja padaku."Bimo menepuk dada, kemudian mengeluarkan ponsel dan menelepon anak buahnya, memberi instruksi untuk mencari tahu identitas Dirga.Di lantai satu, saat ini ketua asosiasi sudah pergi bersama anggota asosiasinya dengan tampang yang menyedihkan.Begitu mereka pergi, para tamu yang hadir juga ikut pergi meninggalkan hotel. Lokasi pesta hanya tersisa anggota Keluarga Tjohara dan juga Dirga.Paman kedua Nina dan keluarganya tergeletak di atas lantai dengan lemas, hingga saat ini tubuh mereka masih gemetaran.Akan tetapi, dalam hal membuat keributan, mereka tidak pernah ketinggalan oleh siapa pun.Mereka bangkit berdiri dan langsu
Lutfi sama sekali tidak terkejut, apalagi takut dengan ancaman Dirga, melainkan merasa gembira.Sebelumnya Lutfi tidak ikut campur karena ingin melihat apakah Dirga akan memasang badan untuk melindungi Nina.Sekarang Lutfi sudah mendapatkan jawaban, dia sangat puas terhadap Dirga, benar-benar sangat puas.Meski semua orang, termasuk Lutfi masih belum mengetahui tingkat kultivasi Dirga, saat ini hal itu sudah tidak penting lagi baginya.Lutfi yakin kalau tingkat kultivasi Dirga pasti sudah mencapai suatu tingkatan yang tak bisa mereka jangkau dalam pandangan mereka.Di mata Dirga, semua yang disebut-sebut sebagai pendekar hanyalah seekor semut!Dengan adanya Dirga, maka Keluarga Tjohara tidak akan dilenyapkan. Dengan adanya Dirga di sisi Nina, tak akan ada orang yang bisa menyakiti Nina.Lutfi tidak begitu memusingkan hal yang lainnya."Kamu sebaiknya menepati kata-katamu dan tak ada niat lainnya, kalau nggak aku biasanya akan lebih kejam lagi saat membunuh orang tua."Dirga turun dari
Di balik topeng kulit manusia itu, wajah Zira menampakkan senyuman yang hangat dan juga lembut."Dirga, sudah lama kita nggak bertemu!"Zira bergumam dengan suara pelan, pandangan matanya tak teralihkan dari sosok Dirga.Tiba-tiba, Dirga melihat ke arah Zira hingga membuat Zira terkejut dan buru-buru bersembunyi.Dirga saat ini sedang berjalan menuju pintu gerbang Grup Tjohara. Barusan, Dirga tiba-tiba merasa ada sepasang mata yang sedang mengawasinya dari puncak gedung di seberang gedung kantor Grup Tjohara.Akan tetapi, sepasang mata itu tidak memberikan suatu perasaan bahaya apa pun, melainkan suatu kehangatan yang sudah tidak asing lagi.Dirga menghentikan langkah kakinya."Barusan pasti ada orang yang mengawasiku dari atas, tapi siapa?"Ketika Dirga berniat memeriksanya, Nina berjalan ke luar.Raut wajah Nina terlihat tidak begitu baik, sepertinya dia baru saja mengalami sesuatu yang membuatnya ketakutan. Dirga juga tidak tahu apa yang baru saja terjadi, hanya saja Nina sebelumnya
Belasan petarung keluar dari kegelapan, mereka semua merupakan Dewa Master kelas atas.Mereka adalah petarung yang diutus oleh Bimo untuk menghentikan Dirga juga untuk mencari tahu kemampuannya."Bunuh dia!"Dirga malas untuk melawan mereka, setelah mengucapkan perintah tersebut, dia segera berbalik dan naik ke dalam mobil."Sialan, apa kamu meremehkan kami semua?"Belasan pendekar Dewa Master itu merasakan penghinaan yang amat terdalam, mereka segera menyerang ke arah mobil Dirga.Namun, pada saat ini sebuah kekuatan mengerikan turun dari atas langit. Mereka semua tertekan hingga ke permukaan tanah dalam sekejap."Kalian masih belum pantas membuat Pak Dirga turun tangan.""Matilah kalian semua!"Orang yang datang adalah pendekar Kaisar Master Bayangan, serangannya langsung menghancurkan belasan pendekar Dewa Master hingga hanya tersisa kabut darah.Di kediaman Keluarga Tjohara.Saat ini, Bimo sudah mengutus anak buahnya untuk menangkap seluruh anggota Keluarga Tjohara, termasuk Lutfi.
Selesai bicara, Dirga langsung berjalan masuk.Ketika melihat sosok Dirga, Bimo sontak tertegun. Kemudian, Bimo bertanya dengan suara gemetaran, "Ka ... kamu masih hidup?""Tentu saja aku masih hidup. Orang-orang yang kamu utus terlalu payah. Mereka semua sudah dibantai oleh anak buahku.""Bagaimana? Apa kamu terkejut?""Kamu sudah mempersiapkan semua ini begitu lama dan sempurna, selain itu kamu juga mengenakan topeng kulit manusia.""Tapi kenapa kamu nggak terus memakainya? Kenapa kamu keluar secepat ini hanya untuk mengantarkan nyawamu padaku?"Setelah terkejut sejenak, Bimo segera menenangkan dirinya kembali."Dirga, aku telah meremehkanmu. Tapi, apa kamu pikir dengan begini kamu telah menang?""Kamu salah, aku adalah pemenang pada akhir permainan ini.""Bala bantuanku sebentar lagi datang. Di antara mereka ada pendekar Kaisar Master. Aku nggak percaya kalau tingkat kultivasimu sudah mencapai Kaisar Master.""Orang yang ada di belakangku jauh lebih kuat di luar ekspektasimu. Kamu s
Dirga hanya tak menyangka kalau Sendi adalah pembunuh nomor satu dari Aula Pelindung Naga.Namun, Dirga tak tertarik untuk mengetahui alasan kenapa Sendi berpura-pura begitu lemah di depan keluarganya sendiri.Hal yang ingin Dirga tahu saat ini adalah siapa pembunuh pendekar-pendekar yang diutus oleh orang yang berada di belakang Bimo itu.Awalnya Dirga mengira kalau pembunuh para pendekar itu adalah anak buah yang diutus oleh gurunya, tetapi setelah dipikir baik-baik sepertinya ada yang aneh.Dirga tiba-tiba teringat sepasang mata yang mengawasinya ketika datang ke gedung kantor Nina sebelumnya. Setelah sekarang diingat-ingat kembali, Dirga merasa kalau semuanya menjadi semakin aneh.Sepertinya ada orang yang mengawasi Dirga secara diam-diam!Saat memikirkan hal ini, Dirga langsung menelepon Naomi. Naomi tak menjawab panggilan telepon dari Dirga, tetapi Naomi meninggalkan pesan suara untuk Dirga.Naomi dan Sasa sedang fokus berlatih.Dirga menjadi tenang, kemudian dia menghubungi pend