Dirga menekan tombol menjawab panggilan telepon, kemudian langsung mendengar suara gelisah gurunya dari ujung ponsel."Dirga, bawa Naomi ke Tiagung, di sana ada orang yang akan menjemput kalian berdua.""Tut, tut, tut ...."Panggilan telepon terputus. Dirga baru pertama kali melihat gurunya segelisah ini, dia tak banyak pikir lagi dan segera mencari Naomi.Setelah Dirga membawa Naomi pulang dan berpamitan dengan kedua orang tua Dirga, Dirga langsung pergi meninggalkan Kota Pandora dengan membawa Sasa juga.Pada saat yang bersamaan, Zira, Alin, Lilian dan juga Aisa juga tengah di dalam pesawat menuju Tiagung.Keesokan harinya di pagi hari, Dirga dan kedua orang lainnya tiba di bandara internasional Tiagung.Sasa baru pertama kali pergi sejauh ini, selain itu dia pergi bersama dengan Dirga. Sepanjang jalan Sasa terlihat sangat bersemangat."Wah, tempat ini indah sekali. Pasti banyak makanan enak di sini.""Pak Dirga, nanti kita mau makan apa?""Kak Naomi, di sini ada tahu fermentasi ngga
Bimo Tjohara, tuan muda Keluarga Tjohara dari Kota Tiagung.Berdasarkan informasi yang ditampilkan, Bimo berusia tiga puluh tiga tahun, dia adalah salah satu pria generasi muda Keluarga Tjohara yang luar biasa dan genius dalam berbisnis.Namun, orang ini mempunyai hati yang terdistorsi dan sangat kejam. Bimo akan melakukan cara apa pun demi mencapai tujuannya. Lima tahun yang lalu, Bimo membuat suatu rencana untuk mencelakai Presdir Grup Tjohara beserta keluarganya demi merebut Grup Tjohara hingga ke tangannya.Setelah melakukan konspirasi, Bimo membunuh menyewa pembunuh dan melarikan diri ke luar negeri.Bisa dipastikan bahwa Bimo adalah orang yang dibimbing oleh pihak misterius itu, kali ini tujuan Bimo kembali ke Tiagung adalah untuk merebut kekuasaan keluarganya.Keluarga Tjohara juga tidak sederhana, berdasarkan informasi, leluhur mereka merupakan saudara leluhur Keluarga Tjohara yang merupakan salah satu penguasa Kota Damon.Setelah mencerna informasi-informasi tersebut, Dirga se
Dirga mengenali wajah Nina, dia telah melihat foto Nina pada informasi yang diberikan oleh Yoyo sebelumnya.Selain itu, Dirga juga mengenali Lutfi Tjohara.Hanya saja, hal yang membuat Dirga terkejut adalah dia tak menyangka kalau mereka berdua akan datang secepat ini.Nina tak tahu harus berkata apa, sementara Lutfi berjalan hingga berhadapan dengan Dirga, kemudian dia tersenyum dan berkata, "Lumayan juga, persis seperti yang dikatakan oleh Rafan.""Dirga, aku dan gurumu sudah lama saling mengenal. Kita harusnya nggak bertemu dalam situasi seperti ini.""Tapi, kamu harusnya sudah tahu beberapa hal juga, jadi aku nggak akan bicara terlalu banyak.""Kamu dan putriku, Nina, punya perjanjian pernikahan. Besok aku akan mengumumkan kabar ini.""Kelak, aku akan menyerahkan Nina kepadamu.""Apa?"Nina terkejut, dia kebingungan, sementara Dirga terlihat tetap tenang.Karena hal ini sudah dikatakan oleh gurunya melalui telepon barusan.Lutfi mengeluarkan sebuah cincin."Nina, hal ini harusnya n
Dirga tidak akan menuruti Kaleb, dia mengangkat tangan lalu menampar Kaleb hingga terpental.Kejadian barusan sontak membuat Yoyo terkejut.Akan tetapi, Dirga langsung menatapnya dengan tatapan mata yang tajam sebelum Yoyo sempat bicara.Sontak, Yoyo ketakutan hingga sekujur tubuhnya gemetaran, kelopak matanya berkedut dan bulu kuduknya merinding.Tatapan mata Dirga seperti pedang yang tajam, sontak menyayat hati Yoyo.Rasa takut ini adalah rasa takut yang tak pernah Yoyo rasakan sebelumnya."Ka ... kamu berani memukulku?""Sialan, aku akan membunuhmu!"Kaleb marah besar, dia tak pernah dipermalukan seperti ini sebelumnya.Kaleb bangkit berdiri, tetapi sebelum dia berjalan hingga ke hadapan Dirga, Dirga kembali menamparnya hingga berguling di lantai."Nggak mungkin!""Kamu hanyalah orang biasa!""Bagaimana mungkin kamu ...."Kaleb hampir kehilangan akal sehatnya, dia tidak mengerti bagaimana Dirga bisa menghajarnya. Kaleb tidak mengerti bagaimana mungkin dirinya tak berdaya melawan Dir
Lutfi bangkit berdiri, lalu berjalan hingga ke sisi Nina."Nina, kamu nggak menyalahkan Kakek, 'kan?"Lutfi terlihat tenang, di dalam hatinya dia juga sangat mengerti bahwa menanyakan hal seperti ini sebenarnya tak ada gunanya.Namun, Lutfi tak kuasa untuk bertanya, dia merasa tidak tega saat melihat Nina yang dari awal terlihat tidak senang.Nina sekarang terlihat tidak bersemangat, seperti mayat hidup. Hal ini membuat Lutfi sangat tidak tega dan merasa bersalah.Sekarang Lutfi tidak bisa hanya memikirkan tentang Nina, dia juga tidak bisa melakukan apa pun untuknya.Nina tak berkata apa-apa, pandangan mata yang kosong menatap sekeliling, tak ada orang yang tahu apa yang saat ini Nina sedang pikirkan.Namun, semuanya dapat melihat rasa tidak bahagia dan kesedihannya."Huft ...."Lutfi menghela napas dan berkata kembali, "Kakek tahu kamu sangat sedih, Kakek juga tahu kamu pasti sangat benci Kakek.""Tapi, Kakek juga nggak bisa apa-apalagi. Kakek harus melakukan ini agar bisa menyelamatk
Sosok itu adalah Dirga.Dirga sebenarnya sudah datang dari tadi, hanya saja dia berdiri di pojokkan, sehingga dia juga telah menyaksikan semua yang terjadi di sini.Awalnya, Dirga tidak ingin ikut campur juga tidak tertarik dengan masalah Keluarga Tjohara.Namun, ketika Dirga barusan melihat Nina hendak mengakhiri hidupnya, Dirga sudah tidak tahan lagi dan akhirnya memperlihatkan dirinya.Nina mendongak dan melihat sosok Dirga, raut wajahnya masih tidak berubah. Nina berjalan melewati Dirga dan kembali menghantamkan kepalanya ke tiang, tetapi Dirga langsung menariknya."Apa kamu rela mati begitu saja?""Kalau kamu mati, Keluarga Tjohara pasti juga akan berakhir.""Kalau kamu mati, orang-orang ini pasti akan langsung membagi-bagikan aset perusahaan.""Kalau kamu mati, ayahmu pasti adalah orang yang paling menderita.""Apa kamu benar-benar rela?""Semua orang mengatakan kalau kamu adalah pebisnis genius generasi muda Kota Tiagung, apa pun kesulitan yang kamu hadapi, kamu pasti bisa melew
Setelah ketua asosiasi memberi perintah, seorang petarung di sisinya langsung berlari ke arah Dirga.Sebuah aura yang mengerikan meluap dari tubuhnya dan dalam sekejap menenggelamkan Dirga. Akan tetapi, sebuah sosok seseorang terpental dan langsung menghantam dinding hingga kepalanya pecah."Hahaha, aku pikir pria itu sangat hebat.""Lihatlah, ini adalah akibat karena dia terlalu sombong, dia sudah mati, 'kan!""Nggak seru, aku masih belum puas.""Bocah tengik, coba kamu sombong lagi!""Hmm, orang ini bukan pria itu!"Suara tawa semua orang langsung terhenti karena saat ini mereka baru melihat dengan jelas kalau mayat yang terbaring di lantai bukanlah Dirga.Setelah mereka menolehkan kepala dan melihat dengan saksama, barulah mereka menyadari kalau Dirga masih berdiri di tempatnya semula dalam keadaan baik-baik saja. Hanya saja, salah satu kakinya masih terangkat di tengah udara."Astaga, apa yang baru saja terjadi?""Orang itu baik-baik saja?""Bagaimana mungkin?""Apa yang sebenarnya
Bimo memaksakan dirinya untuk tetap tenang."Pria ini memang aneh, apa kalian berdua bisa mengetahui tingkat kultivasi pria itu sekarang?""Nggak, pria itu benar-benar aneh. Kami berdua masih belum tahu tingkat kultivasinya.""Tuan Muda Bimo, kita harus merencanakan dengan matang. Pra ini kemungkinan akan menjadi lawan terkuat kita.""Baiklah, serahkan saja padaku."Bimo menepuk dada, kemudian mengeluarkan ponsel dan menelepon anak buahnya, memberi instruksi untuk mencari tahu identitas Dirga.Di lantai satu, saat ini ketua asosiasi sudah pergi bersama anggota asosiasinya dengan tampang yang menyedihkan.Begitu mereka pergi, para tamu yang hadir juga ikut pergi meninggalkan hotel. Lokasi pesta hanya tersisa anggota Keluarga Tjohara dan juga Dirga.Paman kedua Nina dan keluarganya tergeletak di atas lantai dengan lemas, hingga saat ini tubuh mereka masih gemetaran.Akan tetapi, dalam hal membuat keributan, mereka tidak pernah ketinggalan oleh siapa pun.Mereka bangkit berdiri dan langsu