"Seperti ini lebih baik," ucap Aland. Dia tersenyum saat melihat pesan yang dikirimkannya pada Zoya sudah terbaca oleh wanita itu, dua tanda centang telah berubah jadi warna biru. Aland kemudian mulai naik ke atas motor maticnya, kini dia sudah bisa mengemudi kendaraan roda dua tersebut. Hanya butuh waktu satu hari untuk mempelajarinya."Sudah kembali Pak Guru," sapa nyonya Ressa, saat salah satu penghuni Homestay miliknya pulang. Meski dia sudah memiliki suami tapi tak pernah bosan memandang pria tampan itu, bahkan sering menggoda dengan sebutan Pak Guru. Aland menjawabnya dengan senyuman, semenjak tinggal di sini dia jadi lebih banyak tersenyum. orang-orang menganggapnya sebagai guru, bukan pemilik perusahaan raksasa di kota Servo."Om Erile lama sekali perginya, apa dia tidak akan kembali ke sini lagi?" tanya nyonya Ressa lagi. "Mungkin lusa dia akan kembali," jelas Aland. Sejak dua hari yang lalu Erile memang kembali ke kota, ada beberapa hal yang harus diurus, tentang penyelid
"Kenapa menatap saya seperti itu? apa memiliki alergi nyamuk terlihat aneh bagi anda?" tanya Zoya.Sementara Aland masih mematung, masih menatap Zoya lebih lekat daripada biasanya. Karena lagi-lagi selalu ada kebetulan yang seolah menghubungkan mereka.Zoya mana tau jika aroma lotion itu membuat Aland jadi teringat akan Zara. Zoya kira tentang masa lalunya tak akan melekat pada pria itu, dia adalah bagian paling tidak penting di dalam hidup Aland Floyd.Satu-satunya yang penting adalah anak mereka. Bahkan Aland dengan teganya berencana untuk menceraikan dia setelah melahirkan.Aland menggeleng perlahan, "Tidak ... hanya saja aroma lotion itu mengingatkan ku pada seseorang." Aland mengambil jeda. "Tiap malam sebelum tidur dia selalu menggunakan lotion dengan aroma itu." jelas Aland lagi, menjelaskan bukan hanya dengan kata-kata, tapi juga tatapan sendu. Banyak penyesalan yang tergambar jelas dari sorot mata itu.Dan langit di atas kepala Zoya seakan runtuh saat mendengar ucapan terseb
Sekitar jam 06.30 pagi Aland sudah mengajak mama Emma untuk mendatangi rumah Zoya. Dari dalam mobil itu, mereka mengamati rumah Zoya dari jarak aman.Tidak ingin membuat Austin merasa tak nyaman, Aland mengurungkan niat untuk mempertemukan sang mama dengan anak itu secara langsung. Biarlah kali ini mama Emma melihat dari jauh lebih dulu. Setelah hatinya sedikit tenang, barulah nanti pikiran lagi mau bagaimana.Cukup lama menunggu akhirnya mereka lihat pintu rumah Zoya yang terbuka. "Itu mereka, Ma," ucap Aland.Mama Emma tak bisa menjawabi ucapan sang anak, kedua matanya telah terkunci pada anak laki-laki itu di ujung sana. Tertawa dan mengandeng tangan sang mama, wanita bernama Zoya.Hatinya seketika terenyuh, sampai tak sadar jika ada air mata yang sudah mengalir. "Dia adalah anakmu Al, dia anakmu dan Zara."Mama Emma sangat yakin tentang hal itu. Bahunya naik turun karena tangis menahan rindu. Aland buru-buru menahan sang mama saat mama Emma hendak turun dari mobil."Jangan Ma, j
"Oma Emma?" tanya Zoya dengan suara yang terdengar gemetar. Nama itu membuatnya melemah, seseorang yang bahkan lebih dia takuti dibandingkan Aland."Iya Ma, Oma Emma namanya. Dia nenek yang sangat baik, bukan hanya memberikanku mainan ini tapi dia juga memelukku dengan sangat erat. Aku menyukainya!" terang Austin antusias, apalagi dia sambil membayangkan pelukannya dengan Oma Emma tadi. Rasanya seperti memeluk neneknya sendiri. kasih sayang yang tak pernah dia dapatkan, karena selama ini di dalam hidupnya hanya ada sang mama. Tidak ada yang lain.Mendengar cerita itu, Zoya segera menarik Austin untuk lebih dekat. Kedua matanya bergerak liar memandang ke sekitar. Benarkah mama Emma ada di sini? dimana? Zoya mencarinya dengan cemas. Jantungnya sudah bergemuruh hebat."Apa kamu tau siapa nama lengkap Oma Emma itu?" tanya Zoya kemudian, kini dua telapak tangannya sudah basah dengan keringat dingin. Semoga saja ini adalah Emma yang lain."Tau Ma, nama lengkapnya adalah Oma Emma Floyd."D
"I-iya, dia sedikit mirip dengan Austin," jawab Zoya dengan suara yang terdengar putus-putus. Zoya sesaat tergugu saat memandang foto itu. Ada desiran nyeri di dalam hatinya ketika melihat foto tersebut, apalagi saat mendengar Aland yang menyebut bahwa foto itu adalah foto istrinya.Aland seolah bangga sekali mengakui Zara sebagai istri, sesuatu hal yang selama ini tidak pernah Zoya bayangkan. Rasanya sangat tidak mungkin jika Aland benar-benar menganggapnya sebagai istri. Apalagi setelah 6 tahun waktu berlalu. Zoya justru berpikir, Aland telah kembali pada kekasihnya dulu, Adeline.Apa yang dia dengar ini sangat-sangat tidak mungkin.Puas memandangi fotonya sendiri, akhirnya Zoya buru-buru meletakkan foto itu kembali di atas meja, bahkan sedikit mendorongnya agar lebih dekat kepada Aland."Apa kamu masih mencari istrimu itu?" tanya Zoya, dia coba mengendalikan hatinya sendiri agar tidak terbawa perasaan. "Apa sebelum Zara pergi dia sedang hamil anak kalian?" tanyanya lagi, lalu menel
Melihat Zoya yang begitu antusias mempertanyakan tentang penyelidikannya, justru membuat Aland terdiam. Dia takut Zoya akan marah Jika dia katakan yang sebenarnya. "Maaf, aku tidak bermaksud membuatmu terkejut seperti itu, hanya banyak kebetulan saja. Salah satunya wajah Austin," jawab Aland.Ya, akhirnya dia putuskan untuk menjawab seperti itu saja. Dan dilihat jelas olehnya Zoya yang menghembuskan nafasnya secara perlahan."Baiklah, sepertinya kamu tidak ingin aku tau," balas Zoya kemudian, cukup kecewa atas jawaban Aland tersebut. Tapi dia tak ingin terlalu nampak jika ingin tahu. Jangan sampai Aland justru merasa curiga dengan sikapnya."Ya sudah, pulanglah, aku akan meminta Austin dan Elea untuk istirahat."Namun sebelum Zoya beranjak, Aland sudah lebih dulu berucap menahan. "Zoy.""Apa?""Besok kan akhir pekan, apa boleh aku mengajak Austin pergi?""Untuk menemui mama mu? tidak boleh, jika ingin bertemu datang saja ke restoran," balas Zoya dengan tegas. Enak saja ingin menemui
Rama adalah salah satu orang yang paling berharga di dalam hidup Zoya, pria yang membantunya berhasil hingga seperti ini. Apa yang dia dapatkan sekarang jauh lebih baik ketimbang jadi istri seorang pria konglomerat. Zoya bisa berdiri di kakinya sendiri, tak ada yang menatapnya dengan remeh seperti dulu."Austin, biarkan om Rama makan dulu, makanannya sudah siap," ucap Zoya, dia datang ke ruang tengah dan melihat kedua orang itu masih sibuk bermain, Austin terus bicara membanggakan tentang robot mainannya. "Baik Ma, aku akan masuk ke kamar, bermain sebentar lagi lalu tidur," jawab Austin."Tidak ingin menemani Om makan?" tanya Rama pula. Dan Austin langsung menggeleng, "Besok kita bermain di pantai saja, malam ini aku akan bermain dengan Robot ku dulu," tawar bocah itu hingga membuat Rama tertawa. Austin yang sangat menyukai robot itu sampai telah menceritakan asal usulnya pula, tentang Oma Emma, nenek baik yang telah memberikannya robot."Oke, kalau begitu masuk lah ke kamar mu.
"Sudahlah, tidak usah lagi bicarakan tentang mereka. Terserah mereka mau melakukan apa, itu bukan urusan kita," ucap Zoya, yang tidak ingin pembicaraan ini jadi menjalar ke mana-mana.Kebenaran tentang Aland sudah dia kubur dalam-dalam, Zoya tidak ada niat sedikitpun untuk mengungkapkannya. Apalagi berbagi pada orang lain, termasuk Rama."Kamu benar, itu bukan urusan kita," balas Rama, bibirnya tersenyum saat mengucapkan kalimat tersebut. Tadi memang begitu antusias untuk membahas tentang keluarga Floyd tersebut, tapi setelah mendengar ucapan Zoya, kini rasa penasarannya pun seketika menghilang.Rama kemudian mengambil gelas minumnya berisi teh hangat, dia seduh itu untuk menghangatkan tubuhnya yang terasa dingin. "Kamu juga harus minum," kata Rama, dia memberikan gelasnya untuk Zoya karena tadi Zoya tidak membuat minum untuknya sendiri.Kata Zoya dia tak suka minuman hangat, tapi sekarang Rama justru memaksanya."Aku tidak mau," tolak Zoya."Sedikit saja," balas Rama.Zoya mendengus,
Erile benar-benar menepati ucapannya pada Prisila, pagi ini dia datang ke rumah utama keluarga Floyd dan langsung menghadap pada mama Emma, Aland dan juga Zoya. Sementara si kecil Austin sudah pergi ke sekolahnya."Ya Tuhan, jadi kalian memiliki hubungan. Astaga, Mama senang sekali," ucap mama Emma, kedua matanya sampai berkaca-kaca, ingin menangis saling bahagianya. Jika dulu mungkin mama Emma akan menentang hubungan tersebut, apalagi jika mengingat bagaimana latar belakang Erile yang hanya seorang asisten pribadi.Tapi sekarang semuanya telah benar-benar berubah mama Emma lagi melihat kedudukan seseorang untuk jadi pendamping anak-anaknya. Dia telah banyak belajar, bahwa harta bisa dicari, namun kebahagiaan tak bisa dibeli dengan uang. Jadi kini siapapun yang bisa membahagiakan anak-anaknya, maka akan dia dukung dengan sepenuh hati."Umur kalian sudah matang, lebih baik langsung menikah saja," putus wanita paruh baya tersebut.Zoya sudah terkekeh, lucu sendiri melihat sikap ibu mer
"Erile?!""Sstt!!" kata Prisila, buru-buru dia membekap mulut Zoya agar tidak mengeluarkan suara yang lebih tinggi karena keterkejutannya. Sungguh, tentang hubungannya dengan Erile pun hingga kini masih belum dia percaya juga.Semuanya dimulai saat salju pertama turun di kota Servo. Malam itu dingin sekali, tiba-tiba Erile menggenggam tangannya hingga membuat Prisila marah.Dan yang paling membuatnya terkejut adalah Erile menyatakan cinta, lalu bicara takut kehilangan sebab mama Emma sudah berulang kali membicarakan tentang perjodohannya.Sejak saat itu selalu ada saja cara yang membuat mereka bertemu hingga akhirnya kini keduanya sepakat untuk bersama."Aku tidak akan menjelaskan apapun padamu tentang bagaimana aku dan Erile bisa bersama. Tapi sekarang kami memang sedang menjalin hubungan," jelas Prisila, saat mengatakan itu kedua pipinya sontak berubah jadi merah merona.Selama ini Pricilla adalah wanita yang mandiri dan ketika cinta menyentuh hatinya membuatnya jadi malu sendiri."
Akhir-akhir ini Prisila sangat sibuk, entah sudah berapa lama sejak mama Emma meminta bantuan Zoya untuk menanyakan tentang status anaknya itu. Apakah sekarang Prisila sedang dekat dengan pria atau tidak?Merasa memiliki hutang pada sang mama, jadi malam ini Zoya bertekad untuk bertemu dengan kak Prisila. Jam 9 malam dia hendak keluar dari dalam kamar, padahal sudah hampir 30 menit dia berbaring dengan sang suami. "Aku harus bertemu kak Prisila sekarang Al, besok pagi dia pasti buru-buru pergi ke rumah sakit. Alasanya sedang ada pergantian manajemen," ucap Zoya. "Ya ampun sayang, ini kan sudah malam. Besok saja kita ke rumah sakit kak Prisila, aku akan temani," balas Aland yang tak rela ditinggal sang istri. Padahal mereka masih saling memeluk erat, berbagi kehangatan dari dinginnya cuaca di luar. "Aku mohon sayang, izinkan aku pergi sekarang," mohon Zoya, bahkan menatap penuh permohonan. "Oh my God, kenapa istriku terlihat menggemaskan seperti ini. Aku tidak akan sanggup menolak k
Hari pun bergulir.Dari hari berganti jadi minggu. Tidak disadari oleh semua orang kini hubungan Prisila dan Erile nampak canggung. Sepertinya terjadi sesuatu saat mereka pulang bersama ketika salju pertama turun di kota Servo.Memasuki musim dingin, Zoya juga dilarang pergi ke luar rumah. Namun kali ini mama Emma memenuhi semua kebutuhannya bahkan melimpahkan semua kasih sayang yang dia punya."Zoya, mama baru saja membuat sup. Ayo makan agar tubuhmu hangat," ajak mama Emma, dia datang dari dapur dan menghampiri sang menantu yang sedang berada di ruang tengah.Saat ini waktu masih menunjukkan jam 10 pagi, Austin masih sekolah, Aland pergi ke kantor karena ada beberapa urusan, sementara Prisila juga sudah pergi ke rumah sakit. Jadi di rumah hanya ada mama Emma dan Zoya saja."Tapi aku belum lapar, Ma," jawab Zoya, bukan apa-apa, beberapa saat lalu mama Ema sudah memberinya irisan buah."Tidak apa-apa, sedikiiit saja. Mama akan suapi kamu," balas mama Emma, masih kukuh ingin Zoya makan
Tiba di ruangan sang manager, Prisila dan Erile langsung bertemu dengan seorang wanita yang mengaku bahwa cincin berliannya hilang. Wanita itu masih muda, namun sungguh Prisila tak pernah mengingat pernah mengundang wanita itu dalam pernikahan sang adik.'Siapa yang membawa wanita ini masuk ke dalam pesta.' batin Prisila pula, dia datang dengan sorot matanya yang tajam."Akhirnya kamu datang juga, Aku hanya ingin menuntut ganti rugi tapi kenapa penanganannya buruk sekali seperti ini," ucap wanita tersebut, seseorang bernama Hailey."Maaf Nona, tapi dari rekaman CCTV yang tertangkap sejak Anda masuk ke dalam ballroom anda sudah tidak menggunakan cincin.""Mana CCTVnya? sejak tadi aku ingin melihat rekaman itu tapi kamu terus mengela," balas Hailey pula, tak gentar dengan semua kemauannya. dia harus mendapatkan ganti rugi atas kehilangan ini."Saya tidak menunjukkan CCTV lebih awal karena ingin mendengar kejujuran anda, tapi ternyata anda tetap kukuh dalam kebohongan. Saat rekaman CCTV
Zoya tidak tau harus menjawab apa ucapan suaminya tersebut. Dulu mungkin Zoya akan merasa senang tiap kali melihat penyesalan suaminya seperti ini. Tiap sekarang Zoya sudah tidak seperti dulu lagi, karena kini jadi merasa iba pula jika Aland terus diselimuti oleh perasaan bersalah di masa lalu.Sementara yang Zoya inginkan sekarang adalah mereka sama-sama bahagia, tak lagi terbelenggu dengan masa lalu."Terima kasih, karena kamu masih memberiku kesempatan kedua," kata Aland lagi.Zoya tetap tak tau harus menjawab apa, jadi dari semua ucapan suaminya tersebut hanya dia jawab dengan pelukan yang semakin erat. Zoya bahkan langsung mendongak dan mencium lehih dulu bibir suaminya, ciuman yang langsung disambut oleh Aland.Hingga akhirnya mereka berdua saling berpagut dengan mesra, mengirim cinta yang ada di dalam hati melalui ciuman tersebut.Malam pertama setelah menikah meraka hanya tidur saling memeluk, Aland tak ingin sesuatu hal terjadi pada kandungan sanb istri.**Malam pun bergul
"Berikan nomor ponsel Anda," ucap Rama, ketika mobilnya sudah berhenti tepat di depan pintu gerbang rumah nona Adeline."Untuk apa?" tanya Adeline pula, dia pikir mereka berdua sudah tidak ada urusan lagi. Toh sekarang Adeline telah benar-benar coba merelakan Aland, dia tidak akan mengganggu pernikahan itu.Adeline malas mengakui, tapi semua ucapan Rama memang benar. Saat dia putusnya untuk tetap berusaha menghancurkan pernikahan tersebut yang ada hanya dialah yang akan hancur."Berikan saja, atau saya tidak akan membuka pintu," kata Rama, yang terdengar seperti ancaman di telinga Adeline.Sebuah sikap pemaksa yang tidak cocok jika disandingkan dengan wajahnya yang hangat. Karena malas berdebat dan merasa tenaganya sudah habis jadi Adeline dengan terpaksa mencatat nomornya di ponsel milik pria ini.Rama yang tidak mudah percaya pada Adeline pun memeriksa lebih dulu nomor ponsel tersebut dan untungnya ponsel milik Nona muda ini benar-benar berdering."Apa kamu pikir Aku mencatat nomor
Sudah hampir 2 jam Adeline tertidur di sofa tersebut, tapi belum ada tanda-tanda bahwa wanita itu akan terbangun. Sementara saat ini waktu sudah menunjukkan jam 5 sore, Rama harusnya sudah pulang sejak beberapa menit yang lalu."Astaga, wanita itu tidur atau pingsan? Kenapa dia tidak bangun-bangun juga," gumam Rama, lebih terdengar seperti menggerutu. Adeline tertidur seolah selama ini dia tidak pernah tidur nyenyak seperti itu.Dengan sangat terpaksa akhirnya dia berniat untuk membangunkan wanita itu. Rama berjalan mendekati sofa, berdiri di samping Adeline yang tertidur pulas. Rama kemudian menggerakkan tangan kanannya untuk menyentuh pundak wanita itu, lalu menggoyangnya secara perlahan."Nona Adeline! Bangunlah," kata Rama, bicaranya memang terdengar pelan tapi goyangan yang dia ciptakan dari tangannya cukup kuat. Hingga membuat Adeline akhirnya benar-benar terbangun dari tidur.Adeline menguap namun belum sadar saat ini dia berada di mana."Nona Adeline!" kata Rama lagi, dan akhi
Tepat jam 9 pagi akhirnya pengantin dipanggil untuk keluar menuju tempat pengucapan janji suci. Ballroom yang awalnya terasa cukup bising kini seketika jadi hening ketika Zoya dan Aland berjalan bersama melewati taburan kelopak bunga berwarna putih."Mama!" pekik Austin yang duduk di kursi paling depan bersama dengan Elea dan kak Prisila, kebahagiaan bocah itu tidak bisa dikendalikan.Namun Zoya hanya bisa bisa tersenyum ke arah sang anak, senyum tanda bahwa dia pun juga merasa sangat bahagia pada hari ini.Zoya cantik sekali dengan gaun pengantinnya yang menjuntai panjang. Begitu serasi dengan Aland yang berada di sampingnya.Pernikahan itu banyak dihadiri orang-orang, sebagian Zoya mengetahuinya sebab dulu dia pun bekerja di perusahaan Aland. Sebagian lagi dia tidak mengenal dan cukup tau bahwa semuanya adalah kenalan keluarga Floyd.Pernikahan itu pun disiarkan oleh satu stasiun televisi, hingga siapapun bisa melihatnya. Termasuk Sofia yang terduduk di ruang tengah rumah keluarga E