Pagi-pagi sekali Lady bangun. Membuatkan sarapan yang simpel, menyiapkan kemeja Firdaus yang masih tidur. Jika bukan karena permintaan Jack, tidak mungkin Lady mau bangun sepagi itu. Apalagi jadwalnya adalah pukul sembilan nanti.“Hey…sudah bangun?” Lady tersenyum, menatap Firdaus yang masih memasang wajah datar padanya. “Aku sudah menyiapkan sarapan, dan juga pakaianmu hari ini.”Kening Firdaus mengerut. Dia menatap Lady dari atas hingga bawah. Sudah rapi, dan ini masih pagi sekali untuk wanita itu.“Tumben.”Firdaus hanya diam saja. Tidak tersentuh sama-sekali. Jika ini terjadi sebelum dia mengetahui perselingkuhan sang istri, mungkin Firdaus akan merasa sangat senang. Dan tidak akan membandingkan dengan mantan istrinya. Tapi semua terasa hambar saat ini.Rasanya ini adalah lelucon di pagi hari. “Aku minta maaf karena semalam menamparmu. Selama ini mungkin sifatku tidak bisa memberikan kenyamanan untukmu. Itu benar-benar di luar kendaliku, aku sungguh minta maaf.”“Ya.”Kening Lady
Jack berlari ke arah Dita yang mendadak muncul dan menuju ke arah truk, berusaha untuk menghentikan wanita itu. Lady hendak mengejar, tapi Charlie menghambat. Menahan Lady, sambil tersenyum miring.“Dasar sialan, menyingkir dari sana, sialan.”Bruk—pukulan itu mengenai tepat di perut Jack. Dita tersenyum miring, sambil memainkan tangannya. Sebelum Jack berhasil meraihnya, dia kembali menghindar ke arah kiri. Pukulan Jack hanya mengenai angin.“Sialan, kau benar-benar wanita murahan. Sini kau, aku akan membunuhmu.”Dengan gerakan cepat, Jack berusaha menyerang lagi. Tapi gerakan Dita jauh lebih cepat. Lagi-lagi pukulan itu hanya mengenai angin kosong. Tidak menyerah, dia berusaha menyamai gerakan Dita. Satu pukulan dia tuju pada wajah Dita, namun serangan di perutnya membuatnya terlempar jauh.Jack mengerang, memegangi perutnya. Dita cekatan membuka bagasi truk itu, dan menatap Charlie yang mengangguk bangga.“Dasar sialan, kau…apa yang kau lakukan padanya.”Lady mendorong Charlie kasa
Dita PoVSuara tembakan memenuhi dermaga. Kapal-kapal berusaha bergerak menjauh, tapi itu tidak lepas dari pengawasan Charlie. Dia bergerak sangat cepat, begitu juga denganku yang berusaha mengimbangi gerakan mereka. Sebagai orang baru dalam dunia mereka, jelas aku tidak bisa se-ekspert mereka.Charlie melompat, mensejajarkan langkah larinya denganku. Kami menaiki kontainer, melompat dari satu anak tangga ke tangga lainnya.Ini menyenangkan.“Tembak, Dita.”Aku mengangguk tanpa mengulang dua kali perintah. Begitu kakiku menapak di darat, tanganku menekan pistol. Satu dua musuh di depan tumbang. Aku tersenyum puas. Bidikanku tidak meleset. Charlie tersenyum, lalu menarik tanganku berlari ke depan.Kami berada di tengah. Emilio, lelaki itu memimpin di depan bersama Curis. Beberapa orang berpakaian serba hitam mulai mengepung kami. Tapi tak mengurungkan semangat kami. Sesuai dengan rencana, aku tetap berada di dekat Charlie, dan posisi kami sudah hampir menuju ke tengah. Jantung transaks
Dita POVKehidupan terus berjalan. Alur kisah hidupku pun berubah. Ditemani segelas kopi, dan dinginnya udara malam. Aku sedang duduk di taman yang dikelilingi oleh gedung bertingkat. Di gedung itu banyak informasi penting tersimpan. Pusat bisnis salah satu teknologi besar di Indonesia sedang berjalan di sana. Diawasi dengan ketat, karena itu termasuk aset negara.Kamuflase. Aku mengatakan demikian karena setelah mengenal Charlie dan apa yang ada di bawah kekuasaannya. Kini otakku mulai paham sistem pemerintahan itu adalah bentuk halus. Gedung tinggi yang tepat di hadapanku saat ini adalah milik salah satu pemilik Shadow economic. Mereka berkamuflase, menyamar dan bekerja sama dengan pihak pemerintahan.Kenapa?Karena masyarakat percaya pemerintah bukan?Udara malam kota Jakarta malam ini cukup sepi, dan hening. Aku tidak tahu apakah karena sudah memasuki musim ujian. Jadi muda-mudi yang biasanya senang menghabiskan malam hari diluar, kini sedang bergelut dengan lembaran kertas dan
Dita POVAku tidak tahu apa yang Charlie rencanakan kali ini. Tapi semenjak kejadian itu, Firdaus selalu di suruh ini dan itu. Tanpa perlawanan. Seperti saat ini, Firdaus sedang membersihkan ruanganku. Ya, ruanganku. Charlie memberikan ruangan khusus untukku di rumah sakit. Padahal aku bukan siapa-siapa. Ruangannya dan ruanganku terhubung secara langsung, hanya di pisah dengan tirai sebenarnya. Tapi tidak apa, ini lebih daripada cukup.Firdaus berpindah ke tongkat pel. Dia sedang membersihkan lantai. Sesekali aku mendapatinya memperhatikanku.“Kau butuh sesuatu?”Dari pantulan cermin di hadapanku, dia memang sedang menatapku sendu. Aku berbalik dan menatapnya.“Tidak. Charlie sudah menyiapkan semuanya.”Wajah Firdaus langsung ditekuk. Dia lanjut membersihkan sudut-sudut lantai. Jujur aku kasihan melihatnya seperti itu. Tapi aku jauh lebih kasihan melihat diriku dulu. Ternyata dulu aku juga menjadi pesuruh baginya.Aku hendak berdiri dan pergi, tapi terhalang karena tubuh Firdaus mengh
Charlie POV“Mobil sudah siap, Tauke Besar.”Hansen gagah berdiri di belakang sofa, tempat Charlie tengah duduk dan membaca layar tabletnya. Sudah seharusnya dia yang turun tangan sendiri dengan hal ini. Dalam sekejap mobil hitam yang dikemudikan Hansen sudah melaju di jalanan Jakarta yang masih ramai. Tidak ada kata sepi untuk ibu kota ini, walau sebentar lagi gelar itu akan pindah.Dari kaca spion depan, Hansen mengamati sesekali tuannya itu. Terlihat tenang, dan tidak mengatakan apapun. Walau dia tau, kejadian di rumah sakit, itu sangat mengubah temperamen Charlie.Mobil sudah tiba di daerah gedung mall di salah satu daerah Jakarta. Sepi. Mobil memasuki daerah parkir, dan menuju ke ruangan dimana tidak ada orang tahu bahwa ruangan itu ada di sana.Butuh 30 menit mobil memutari jalan yang menuju ke bawah. Ada penjaga yang 24 jam bersiap di depan pintu. Hanya orang-orang tertentu yang bisa masuk. Ruangan itu masih hidup, seperti tidak kenal ada siang dan malam.Itu adalah salah satu
Nama Dita terus memenuhi isi kepalanya. Bayangan apa yang dulu dia lakukan berputar kembali di pikirannya. Firdaus duduk terdiam, dengan air mata yang menetes, di dalam ruangan dimana mereka dulu pernah menghabiskan waktu bersama.Sekarang Firdaus punya kelemahan besar, yaitu fakta bahwa Dita hamil anaknya. Andai saja sosok itu tidak berbohong, mungkin Dita masih tetap di sisinya. Dan rencananya tidak akan ketahuan. Dia bisa mendapatkan impiannya, dengan wanita yang dia cintai.Pertanyaannya. Apakah Firdaus selama ini mencintai Dita?Ya. Dia mencintai Dita. Tapi tidak saat mengetahui mereka tidak bisa punya keturunan. Dan hal itu juga yang Firdaus sesali hingga detik ini. Padahal dia seorang dokter, tapi tidak tahu bahwa Lady selama ini menjadi dalang di balik hancurnya rumah tangga mereka. Tolol dan sangat bodoh.Lalu, apa sekarang dia menyerah?Firdaus tersenyum setelah air matanya berhenti mengalir. Cukup sudah beberapa jam dia habiskan untuk merenung. Dia sudah mengambil keputusan
“Bayinya sehat, tidak perlu khawatir, ibu Dita. Untuk pemeriksaan kedepan, sekitar 1 bulan lagi. Dan satu lagi….” Angga tersenyum lembut sambil mengamati layar di depannya. Seorang malaikat kecil tengah bergerak di dalam “selamat, bayinya cantik seperti ibu.”Dita bisa merasakan detak jantungnya. Pergerakan kecil di perutnya juga semakin terasa. Dia menangis bahagia, akhirnya setelah penantian 5 tahun. Titipan Tuhan ini ada juga padanya. Semua wanita memiliki kemauan sendiri, termasuk memiliki seorang anak. Baik itu laki-laki atau perempuan, semuanya sama saja bagi Dita.Angga—kisahnya ada di novel Jadilah Mamaku—sigap membantu Dita untuk duduk. Lalu memberikan beberapa resep lainnya.“Karena anda juga mantan seorang perawat, saya tidak perlu menjelaskan lebih detail terkait penanganan selama mengandung bukan?”“Tidak perlu dok, saya akan melakukan yang terbaik.”“Baiklah. Jangan lupa datang di tanggal yang sudah ditentukan, ibu Dita.”Pelayanan rumah sakit itu memang tidak usah dirag