“Irsyaaad! Astaghfirulloh, kalian berdua, STOOOOP saling pukul!"
BUG BUG!
"Aiish! Reiko, Irsyad. Stoooop!"
Risiko mau menenangkan keduanya justru malah kena pukul berkali-kali. Ibra memang harus ekstra sabar.
"STOP! STOP!"
Sampai akhirnya setelah bekerja keras sedikit kedua tangannya kembali bisa direntangkan di antara keduanya yang masih mau saling menyerang.
Sungguh membuat Ibra ngos-ngosan.
"Reiko, Irsyad--"
"Walaupun kau memukuliku, tetap aku akan berjuang mendapatkan hati Aida!"
"Aku tak akan biarkan!"
"Masya Allah, kalian berdua ni! Pantes anak nabi Adam bisa saling bunuh karena
"Mbak Aida, Kok kelihatannya pucat banget sih? Apa karena di dalam sana kelamaan dari pagi dan kecapean terus belum makan?"Selepas menyelesaikan urusan beasiswanya Aida saat itu langsung menuju ke parkiran. Dalam mobil, Fitri yang melihatnya terlihat lemas dan wajahnya memang agak sedikit pucat penasaran sekaligus khawatir."Ya paling cuman kecapean aja. Pulang yuk.""Mbak Aida beneran nggak apa-apa?"Cuma suara Aida terdengar parau. Itu yang membuat Fitri kembali menguraikan pertanyaannya.Agak curiga dia."Iya nggak apa-apa. Palingan cuma kelaperan aja. Tadi itu aku nggak nyangka kalau selama ini nunggu beasiswa. Ternyata aku aja yang kudet. Harusnya aku tanya-tanya dulu sama yang sudah pernah dapat beasiswa atau mungkin tanya-tanya
"Mbak Aida betulan mau ngebuang terrariumnya? Tapi kan itu buatannya Mbak Aida?"Yah, aku memang ingin membuangnya karena itu masih ada campur tangan orang lain pembuatannya. Bukan sepenuhnya buatanku. Itu mengingatkanku pada seseorang yang memang menyebalkan. Kurasa memang harus dibuang. Aku bisa bikin yang baru nanti. Bisik di dalam hati Aida yang memang masih kesal pada Didi karena sudah bicara macam-macam tentang dirinya ditambah Didi juga membuat Aida mendapat kesalahpahaman dari Irsyad makanya dia sebal.Seumur-umur aku kenal sama Mas Irsyad dia tidak pernah marah padaku. Kata-katanya selalu ngademin dan dia selalu membuatku tenang. Tapi tadi aku ngeliat sesuatu yang berbeda. Dia bahkan tidak mau bicara denganku dengan memanggil namaku. Ini memang seharusnya tidak jadi masalah untukku tapi aku tidak tahu kenapa ini menyakitkan sekali.
"Mas Reiko tadi di kantor, Mbak Aida." Seno menjawab sangat tenang sekali. Dan menunjukkan dia jujur, tak ada intrik yang disembunyikannya."Sebelum aku berangkat Tuan Endra sudah datang. Habis itu schedule hari ini ada rapat dengan pemilik tenan di Mall dan persiapan untuk bulan liburan bikin event di Mall. Agak padat urusan di Mall dan kata Mas Reiko dia sore ini tidak pulang cepat karena harus ke tempat temennya Pak Ibra. Kasihan aku kadang padanya, dia kerja ekstra keras. Bukan cuma ngurusin urusan di Mall tapi pikirannya juga tersita sama urusan di Pabrik yang sekarang kan makin kompleks juga sama resort dan agrowisatanya. Harus ada inovasi setiap saat yang bisa bikin orang-orang tetap datang dan tetap viral. Mas Reiko berusaha agar orang kalau datang ke Kudus atau lewat Kudus supaya punya keinginan liat agrowisatanya. Mas Reiko juga sedang me-lobi jalan pada pemerintah supaya ada dibangun akses tol dekat dengan
Apa yang Mas Reiko rencanakan sebenarnya? setitik bening pun tumpah dan segera di hapus oleh jari jemari Aida dari sudut matanya.Mas Reiko memberikan semuanya untukku lalu apa arti aroma strawberry itu? Kenapa menyiksaku makin dalam dengan kebaikan dan keromantisanmu yang membuatku makin sulit melangkah? Ini terlalu indah, ini terlalu menyakitkan kalau hanya jadi kenangan. Ya Rob, aku ga akan rela berpisah dari pria seromantis dirinya Allahu Robbi.Sesak hati Aida menyaksikan apa yang dipandang oleh matanya. Sesuatu yang begitu menyayat ke dalam relung sanubarinya. Sesuatu yang Aida tak tahu ke mana akan di bawa tapi memang menyisakan perih.Mungkinkah dia ingin menyiapkan segala yang terindah untukku sebelum dia meninggalkanku dengan wanita itu? Memulai hubungannya berdua dengannya? Tapi Ya Robbi... kenapa aku jadi berpik
"Iya Mbak." Seno yang mendengar langsung merespon."Dan Mas Reiko itu kan kalau kerja selalu bawa omprengan bekel itu loh. Jadi dia gunain waktu luangnya saat istirahat selepas salat makan sambil ngerjain proyek terrariumnya itu Mbak Aida. Kalau lagi nggak ada kerjaan dan dia udah nyelesaiin urusan kerjaannya lebih cepat dia juga ngerjain ini lagi sampe jam pulang jam lima."Berkedut kepala Aida."Jadi Mas Reiko makan sambil ngerjain ini?""Iya Fit. Sambil makan kadang sambil liatin desain atau mikir mo digimanain gitu kayaknya." Senyum Seno terurai dan dia membayangkan memang tak seperti berbohong.Semua natural jelas membuat Aida makin bingung, tapi dia memang belum merespon. Dari tadi yang tanya-tanya Fitri."Tadinya dia mau buat ter
"Hmmm. Ya tapi Mbak....""Udah biarkan saja Sayang, Mbak Aida sudah memutuskan begitu kok kamu yang repot?""Ish, abisnya--""Inggrid kadang sesuatu memang gak sesuai sama inginnya kita. Tapi kalau seseorang sudah menentukan begitu biarkanlah. Gak mesti kan tiap orang mengikuti inginmu?"Setelah Seno mengingatkan, Inggrid pun tak mengatakan apapun lagi."Lagi pula yang diputuskan Mbak Aida ini lebih ke arah menghargai suaminya. Sama seperti Mas Reiko yang bikin terrarium bisa aja nyuruh orang. Tapi karena karena dia ingin kesempurnaan. Ingin memberikan yang terbaik untuk pasangannya makanya dia buat sendiri."Memberikan yang terbaik? Tapi kenapa masih menduakanku di belakang? Apa sebenarnya yang terjadi sih?
Apa dia-- ehmAida tidak berani melanjutkan apa yang ada di pikirannya justru dia kini menunduk mengarahkan pandangan matanya pada buku yang dibacanya.Yang kutahu Mas Reiko selama beberapa bulan terakhir ini dia selalu saja pulang ke rumah. Jadi tidak mungkin kalau dia tidak pulang tanpa memberitahukanku. Apa sekarang hubungan mereka sudah semakin serius, sampai--Lagi-lagi Aida menghempaskan napas seakan-akan semakin berat kalau terus memikirkan ke sana.Dia bilang, dia ingin aku memasakkannya soto. Lalu dia juga membelikanku pakaian yang tidak berguna itu. Aku lihat sendiri tadi ada di dalam kamarku. Jadi tidak mungkin kan dia tidak pulang?Inginnya Aida mempercayai apa yang ada dalam benaknya! Tapi sayangnya sekarang sudah selarut ini tapi be
"Mau tahu sih. Tapi apakah itu lebih penting daripada aku mengurus suamiku yang sekarang wajahnya babak belur?"Aida malah membalikkan pertanyaan macam itu."Dah Mas, nggak usah banyak pikiran. Kalau Mas Reiko mau cerita ya cerita saja. Tapi aku mau mengambil air hangat dulu buat bersihin mukanya."Setelah melemparkan senyumnya, Aida berdiri dan meninggalkan tempat itu menuju dapur! Tentu dengan perasaan di dalam hatinya yang menyesal juga.Lagi-lagi aku ingin mengutuki diriku sendiri. Kenapa juga aku tidak bilang padanya kalau memang aku ingin tahu. Semuanya! Aku ingin dia menceritakan semuanya yang membuat pengap hatiku. Cuma kenapa aku memilih untuk menahan bicara?Hanya sepersekian detik dari Aida berdiri, tanya itu sudah menggerogoti hatinya sendiri.