"Itu soalan lain!" Aida mau membela dirinya.
"Ssssh, jangan berdebat denganku!" Tapi Reiko langsung menggertaknya.
"Coba aku tanya padamu soal-soal yang tadi malam kamu kerjakan itu. Berapa persen kamu yakin benar, hmmm?"
"Heheehehe!"
Ditanya seperti ini , Aida malah terkekeh.
"Mas Reiko bisa menyingkir dulu, ndak?"
Tak tahu lagi harus bagaimana menjawabnya, Aida malah meminta ini.
"Badannya Mas Re
"Ehem, aku belum ada niatan untuk melakukannya lagi."Tanpa rasa bersalah, Reiko jujur bicara sesuai dengan isi hatinya. Bahkan dia juga menyematkan senyum di bibirnya pada Aida."Tapi, aku berjanji padamu suatu saat kalau waktunya tiba, aku pasti akan melakukannya nanti denganmu. Tapi tidak sekarang.""Hihihi!" Jawaban yang membuat Aida terkekeh pelan."Apa yang lucu?" Makanya Reiko menimpali lagi. Dirinya kadang tak suka kalau melihat Aida sudah ketawa seperti itu."Nggak ada! Cuma aku bingung aja, Mas Reiko tadi bilang saat yang tepat! Hihihi, bahkan kit
"Ya, melanjutkan permainan ini! Sesuai dengan harga yang sudah kubayar!"Mereka sudah melakukannya kemarin dan hari ini pun mereka melakukannya juga.Tak ada di antara mereka yang keluar kamar, bahkan Brigita sendiri sudah melarang temannya untuk datang ke kamarnya.Sean memang sudah punya perjanjian dengan Brigita."Aku akan pulang ke London dua hari lagi. Jadi aku ingin benar-benar menikmati yang sudah kubayar!""Tapi, kau harus melepaskanku besok, karena aku ada presentasi!""Hanya beberapa jam, bukan?"
Ternyata hanya satu orang yang bisa membujuknya untuk pergi sholat yaitu Bang Ibra! Hahaha!Aida hanya terkekeh pelan saja, ketika Reiko sudah keluar dari ruangannya dan dia pun melanjutkan rencana sholatnya.Lagi pula tadi dia nothing to lose saja yang dilakukannya. Kalau Reiko mau syukur. Kalau masih tetap menolak sholat, ya sudah intinya Aida hanya mengajak, bukan memaksa.Tapi pria itu menolak dan kini Aida juga sudah berusaha fokus pada ibadahnya. Meski sulit.Tuhan … apa salahkah yang kulakukan? Aku memang mencintainya dan aku menjadikan kesempatan ini untuk membuatku tidak terlalu merindukannya seperti beberap
"Aku bukan ngetawain Mas Reiko, tapi aku ngetawain namanya tadi itu, loh! Sop perontok lemak? Hihihi! Emangnya Mas Reiko menimbun lemak? Dan badanku juga sudah kecil, jadi kan nggak mungkin ada lemaknya berlebihan."Anak ini malah membuatku semakin gila! Harusnya aku buat sop perontok perasaan! Heish! keluh hati Reiko geram melihat bagaimana Aida asik sekali tertawa dan seperti tidak ada beban apa pun.Kalau aku sudah tak ada lagi perasaan padanya, aku tidak mungkin berkhayal dia memiliki sesuatu yang ... ehm, heish, apa susahnya sih dia mengikuti mauku rekonstruksi … isssh, makin gila aku!Reiko masih mengumpat dan masih emosi sendiri.
Jadi tebakanku waktu itu benar, kan? Soalnya ibunya tu, ndak ada mirip-miripnya sama dia!keluh dalam hati Aida, namun dia tidak menjawab di hadapan Reiko hanya mengangguk saja."Aku tidak menjawab pertanyaanmu waktu itu di ruang kerjaku, karena aku belum yakin denganmu. Dan aku tidak suka membicarakan tentang diriku pada orang asing yang belum aku yakini."Reiko menjawab. Dia juga sudah tidak lagi mengekang kuat-kuat rahang Aida."Jadi, saya sekarang yang sudah tahu cerita ini dan menjadi orang ketiga yang tahu setelah Bapak juga Ratu Lebah Bapak tahu, kalau ibu Rika itu ternyata bukan ibu bapak?"
"Halah, aku pokoknya nggak percaya sama Mas Reiko. Palingan ini cuman buat ngegertak aku aja, kan?"Meskipun Aida dag dig dug, dia juga memberanikan diri bicara begini.Dia tidak terlalu yakin apakah Reiko betul-betul akan membuatnya tidak perawan lagi atau ini memang hanya gertakan?"Siapa bilang aku berpura-pura?""Hhh, Mas, jangan! Tolong jangan dibukaaa!"Tapi sepertinya pria itu memang serius kali ini. Dia memasukkan satu tangannya ke dalam gamis yang digunakan oleh Aida, sehingga membuat Aida menggeliat karena khawatir. Dia menarik sesuatu yang memang
"Kau bilang apa padanya?"Ibra sebenarnya tidak terlalu ingin membahas ini sekarang, tapi melihat senyum di wajah Reiko jelas saja dia semakin ingin mendengar penjelasan Reiko dan tidak terlalu terburu-buru melangkah menuju ke masjidnya."Ya, aku sudah bilang padanya kalau aku punya perasaan padanya. Meski aku belum tahu gimana perasaanku tapi itu sesuatu yang lain dan tadi malam aku tidur dengannya, Bang."Senyum itu merekah, tapi malah membuat Ibra mengerucutkan bibirnya."Kau berhasil?"Reiko tahu apa maksudnya dan dia sudah menggelengkan kepalanya.
"Jangan Mas Reiko pikir, kalau aku mau dipoligami sama Ratu Lebah, ya! Ndak sudi aku, Mas! Aku dari dulu ndak pernah kepengen tuh dipoligami, walaupun aku tahu poligami sebenarnya ndak masalah, sih. Ya buat orang, tapi buat aku ndaklah!"Mendengar pertanyaan yang diberikan oleh Reiko, Aida yang memiliki insting kuat, dia malah langsung menembak seperti itu."Kalau kemarin aku nyaranin Mas Reiko buat nikahin Ratu Lebah, itu bukan berarti aku niat untuk dipoligami, loh."Dan sebelum Reiko bicara Aida sudah lebih dulu menyerocos seperti biasa. Kalau emosi sedang naik, memang Aida selalu memberanikan diri begini."Aku menyarankan supaya nda
"Biar kubantu. Dan biarkan Reizo menenangkan dirinya dulu."Dan tiba-tiba seseorang datang, padahal tadi dia tidak ada di sana."Tuan Rafael mohon bantuannya."Dokter Juna dan Rafael akhirnya yang menggali sedangkan Reizo sendiri dalam kondisi dia yang tidak tenang. Irsyad menunggu mayat dengan terus saja bertasbih. Dia tidak meninggalkan Aida, meski dia juga tidak menyentuhnya. Hanya memastikan selalu terdengar tasbih dan sholawat di dekat mayit."Allahu Akbar."Dan tiba-tiba saja dokter Juna meninggikan suaranya. Dia kaget betul dengan apa yang dilihat nya sekarang."Raizo berdiri di sini. Atau kau duduk di sini dan teruslah tasbih. Kasihan Aida."Irsyad terpaksa menarik Reizo untuk mendekat pada Aida, sedangkan dirinya cepat-cepat menuju ke liang lahat.Subhanallah, air matanya ingin tumpah sedangkan dokter Juna juga kebingungan."Bahkan bekas daerah-darahnya juga sudah hilang. Kulitnya kembali seperti semula. Tapi dia tidak bernyawa.""Dia mirip seperti Reizo, tapi dia pucat.""Iy
"Aku tahu. Kau jangan banyak bicara!”"Ya sudah, mulailah Reizo, atau lebih baik kau suruh saja Irsyad yang melakukannya kalau memang kau tidak sanggup.""Aw … ehm ... Irsyad, kau saja yang lakukan. Aku tidak bisa."Sudah seperti yang dipikirkan oleh Irsyad, karena memang saat ini pria itu sedang benar-benar terpukul. Apa yang terjadi pada pikirannya, tapi sungguh dia memang merasa marah dan campur aduk yang tak jelas."Allahu Akbar Allahu Akbar."Dan suara lantunan azan yang begitu merdu itu pun tidak bisa membuat pria itu fokus.Aku tidak bisa menyelamatkanmu dulu dan itu semua karena aku datang terlambat. Tapi kini aku juga tidak bisa menyelamatkan istrimu, karena kemarahanku padanya. Aku meninggalkannya dan aku pikir memang dua rekanku menjaganya. Aku tidak buru-buru mencarinya. Ini semua salahku. Mungkin memang aku tidak pantas untuk menjaganya? Dan sebenarnya apa perasaanku padanya? Kenapa aku seperti makin lama makin ingin tahu tentang dirinya? Tapi kenapa dia begitu bodoh? Ken
"Innalillahi wa innalillahi roji'un."Irsyad yang lebih dulu menyadari tentang kepergian seseorang yang sangat dicintainya.Tak tahulah dia harus bagaimana. Tangannya masih menjahit bekas luka saat tadi mengeluarkan bayi. Dan matanya kini basah dengan air mata yang berusaha untuk ditahan olehnya."Hey, bangun! Jangan main-main! Buka matamu!" Tapi lain Irsyad, lain juga pria yang ada di samping Aida yang tadi diberikan oleh Aida rambutnya yang memang rontok. “Bangun! Buka matamu!" Pria itu kembali memaksa."Reizo, kau memintanya bagaimanapun, dia tidak akan bangun. Lukanya terlanjur parah. Lambungnya tersayat, asam lambung di lambungnya menyebar di tubuhnya dan kau tahu? Asam lambung itu sangat berbahaya. Dia bisa melukai dan membakar organ lainnya. Ditambah lagi… lihat ini. Beruntung Aida melahirkan bayinya lebih cepat. Aku tidak tahu kalau ditunda lagi, mungkin bayi-bayi itu juga akan terkena masalah dengan sel kankernya. Pertumbuhan tidak normal dan kau bisa lihat sendiri."Memang a
"Aida."Mereka semua kaget melihat ada beling yang menancap di tubuh Aida dari belakang dan tembus ke depan. Wanita itu pun agak kesulitan untuk bicara."Kau."Leo sudah memegang senjatanya untuk menembak orang di belakang Aida."Kau tidak akan pernah bisa mendapatkan kami. Chip itu sudah kami bawa."Tapi Alexander yang terluka parah, dia juga bisa menggunakan transportasi. Dan Alexander kloningan yang ada di belakang Aida sudah mengambil chip itu. Di saat yang bersamaan, Alexander yang terluka menghilang lalu dia mendekat pada Alexander yang baru keluar dari kapsul lalu membawa pria itu pergi. Sisa sembilan kapsul lagi yang kacanya pecah sekarang.DOOR DOOR DOOR!Makanya Leo yang sudah memegang senjata cepat-cepat mengarahkan senjatanya ke kepala mereka."Aida!” Dan kini Dokter Juna dengan cepat berusaha untuk masuk mengambil Aida."Cepat bawa dia ke rumah sakit!”Rafael yang bicara, lalu dia menatap Jo dan Leo, dia sudah mengaktifkan peledaknya.“Kita harus cari atau semua orang di
"Ah tidak. Aku hanya mendengar cerita dari Alan.”"Dan Alan." Kini Alexander menunjuk pada Aida dengan senyum kecut di bibirnya. "Kalau bukan karena ada pengkhianat seperti dirinya, aku pasti menang dari Rafael," ujarnya lagi dan kini dia menekankan sambil berjalan mendekat pada Aida."Bisakah kau berdiri diam di sana dan tidak mendekat padaku? Aku risih jika bukan suamiku dekat padaku.""Dan kau tahu? Aku menyukaimu. Kau bisa hidup damai denganku dan bekerja denganku. Untuk menjadi suamimu aku juga tidak masalah. Karena kau adalah wanita yang menarik. Hanya saja, aku harus tekankan padamu keselamatanmu itu bergantung pada keloyalanmu padaku dan aku tidak suka pengkhianatan.""Ehm, kenapa kau menyimpan gudang senjata di apartemen suamiku?""Oh, kau membicarakan senjata di lemari yang baru kebuka?”Aida tak mau Alexander mendekat lagi sehingga dia kembali menanyakan sesuatu untuk mendistraksinya.Tipe orang yang suka show of. Aku harus membuatnya menceritakan semua hal. Ini adalah cara
"Terlalu jauh kalau harus membunuhmu. Aku tidak bisa melawanmu karena sekarang aku juga sedang mengandung. Tapi coba keluarkan dulu saja masnya supaya kau tidak membuang waktuku lebih lama berdiri.""Ah … kau pasti lelah. Kau ingin duduk?” tanyanya lagi.“Kau tunggu di sini! Biar kuambilkan kursi dari ruang kerja suamimu supaya kau bisa duduk.”Dia cukup baik juga. Bisik hati Aida lagi. Sesuatu yang membuat dirinya juga penasaran.Ada sisi baiknya. Apakah ini dari gen yang dimiliki oleh ayahnya Tuan Rafael? Dan ada sisi buruknya, apakah ini dari gen yang dimiliki oleh temannya Tuan Rafael? Karena dia memiliki gabungan gen yang berbeda.Aida tak peduli larangan Alexander untuk mengambil sesuatu dari ruang kerja suaminya, tapi dia sempat mendekat pada tempat emas dan mengambil sesuatu dari sana. Sesuatu yang diselipkan di balik kerudungnya. Di tempat yang tidak bisa terlihat oleh siapa pun tentu saja."Kau duduklah di sini!”"Terima kasih." Aida menjawab dengan ucapan sesantai itu dan d
"Kau sudah mengecek semua isi ruangan di sini?" Aida bertanya masih dengan posisinya berdiri di belakang dinding."Tentu saja. Aku mengecek semuanya termasuk semua lingerie yang kau punya. Wow. Ini sangat menarik sekali. Kau tidak memiliki dua bagian penting bagi tubuh wanita, tapi kamu miliki banyak sekali lingerie. Untuk apa kau memakai itu?"Wajah Alexander seakan-akan ingin menertawai Aida. Dan Aida juga tahu alasan kenapa dia harus memiliki baju itu."Lucu, ya? Aku pun merasakan hal yang sama. Tapi itu kemauan suamiku. Aku tidak tahu apa yang dia pikirkan, tapi dia memintaku untuk memakai itu.”"Sepertinya dia sangat suka berkhayal.”"Tidak. Dia bukan orang yang suka berkhayal. Dia adalah orang yang menggunakan logikanya. Dia lebih baik daripada aku.""Tapi untuk apa dia memberikanmu ini?""Menurutmu untuk apa?" tanya Aida di bibirnya.Setidaknya aku bisa mengulur waktu. Aku harus bisa membuat dirinya banyak bercerita sampai ada orang yang menyelamatkanku, pikir di dalam hati Aid
"Selamat datang di tempat tinggalku.""Ini adalah rumahku. Ini adalah apartemen milik Mas Reiko-ku. Bagaimana kalau bisa bilang kalau ini adalah tempat tinggalmu?" Aida pikir, dia akan dibawa ke mana oleh orang yang menculiknya, tapi lagi-lagi dia dibawa ke apartemen yang dulu ditempati bersama dengan suaminya."Haha, tapi sayangnya dia sudah tidak ada di sini. Dan tempat ini aku yang tinggali. Kau sendiri juga tidak meninggalinya.""Apa yang kau cari di sini?""Haha. Kau sangat curigaan sekali."Sebenarnya Aida tidak melucu dan dia bertanya serius, tapi pria yang ada di hadapannya justru selalu saja tertawa setiap kali mendengar pertanyaan darinya. Aida yakin sekali ada sesuatu yang dicari oleh Alexander di sana. Sesuatu yang tidak bisa dia dapatkan."Relax. Kau baru sampai di rumahku sebaiknya kau bersantai dulu. Kenapa mundur terus? Kau mau ke mana, hmm? Ruangan ini tetap segini saja. Dan di belakangmu sudah ada rak buku."Pria di hadapan Aida terus maju karena itulah dia berusaha
"Romo, kami sudah cari ke mana-mana tapi tidak ada. Di rumahnya Pakde Waluyo juga nggak ada, terus kita udah cari di sekeliling rumah Romo juga nggak ada. Tadi aku tanya sama ibunya Mbak Aida juga nggak ada di dalam kamarnya.""Lah, ke mana Aida? Apa mungkin dibawa sama Reizo atau dia ketemu sama Dokter Juna? Tadi itu kan Raditya ngebicarain soal Dokter Juna dan mungkin aja dia cerita ke Dokter Juna kalau dia habis ngomong sama Raditya?""Bisa jadi, Romo. Tapi tadi aku telepon Mbak Aida handphone-nya ketinggalan tuh. Dia ndak bawa handphone.""Mungkin sengaja handphone-nya ndak dibawa supaya ndak ketahuan sama Reizo dia ke mana.""Tapi kan mereka punya alat-alat yang sama. Pasti bisa komunikasi, Romo. Soalnya kata Mbak Aida itu kalau sudah pakai itu, semuanya bisa saling komunikasi. Terus mereka juga sudah tahu di mana letak koordinat masing-masing.""Yo embuh, aku ndak tahu, lah. Lagian kamu kalau udah tahu kayak gitu kok malah nanya sama orang yang nggak tahu?""Hehehe. Habisnya aku