Share

Bab 7

Penulis: Irstia88
last update Terakhir Diperbarui: 2023-09-09 17:40:34

Nadine bergegas melangkah ke dekat meja kompor dimana mertuanya berdiri di tempat yang sama.

Beruntung api belum merambat ke atas wajan penggorengan hingga tak terjadi kebakaran. Hanya saja makanan yang sedang dimasak menjadi berwarna hitam dan gosong. Sudah pasti tak bisa di konsumsi, lalu Nadine mengambil lap dan membuang makanan gosong itu ke tong sampah.

"Bagus ya, buang-buang makanan seenaknya. Kamu pikir makanan itu hasil mungut? Itu aku beli loh pake uang bukan pake daon!" geram Saras.

"Maaf, Bu. Tadi aku gak sengaja bikin makanannya gosong, aku ngangkat telepon dari bapak sebentar, lupa matiin kompor." Nadine tertunduk.

"Dasar ceroboh! Ambil lagi makanan itu, cepat!" titah Saras membentak.

"Tapi, Bu. Makanannya udah gak layak makan, buat apa diambil lagi," ucap Nadine.

"Buat makan malam kamu karena sudah buang-buang makanan. Pokoknya malam ini gak ada makan malam buat kamu! Kalau mau makan, pungut tuh dari tong sampah. Lebih cocok untuk gembel seperti kamu," bentak Saras.

Kemudian wanita itu memanggil Mbak Nur. Meminta pembantunya menyiapkan makan malam.

"Mbak Nur! Cepat siapkan makan malamnya!" seru Saras lalu menoleh pada Nadine yang masih mematung berdiri dihadapannya.

"Ngapain masih berdiri di sini? Pergi sana! Nafsu makan aku bisa hilang lihat muka kamu itu!" Sarkasnya.

Buru-buru Nadine meninggalkan ruang makan. Sudut mata sudah mengeluarkan tetesan bening yang sulit dia tahan, mendapatkan caci maki dari sang mertua membuat sakit hatinya.

Di ruangan lain tak sengaja dia berpapasan dengan Prasetyo, ayah dari Sadam.

"Kamu kenapa?" tanya Prasetyo yang saat ini hendak menuju ruang makan.

"Gak apa-apa, Yah!" jawab Nadine mengusap kasar sudut matanya.

"Kita makan malam, ajak Sadam turun," titah Prasetyo.

"Iya, saya naik ke atas dulu, mau panggil Sadam," ucap Nadine lalu melangkah naik ke lantai atas.

Prasetyo menatap nanar punggung menantunya. Dia menangkap kesedihan terpancar dari wajah Nadine. Sepertinya menantunya itu habis kena marah lagi oleh Saras istrinya.

Sampai di kamar, Nadine membuka pintu. Saat yang bersamaan Sadam hendak keluar dari kamar tersebut. Hingga keduanya saling bertabrakan.

"Kalau jalan pake mata!" sungut Sadam tatapannya menusuk.

"Maaf, Mas, aku buru-buru tadi. Mas di tunggu di ruang makan sama ibu dan ayah," ucap Nadine lalu masuk ke dalam.

Sadam menoleh ke belakang melihat istrinya yang malah masuk bukannya turun sama-sama ke ruang makan.

"Kamu ngapain masuk? Bukannya mau makan malam?" tanya Sadam dengan nada ketus.

"Pas masak tadi aku gak sengaja bikin makanannya gosong karena terima telepon dari bapak. Karena itu ibumu gak bolehin aku makan malam kecuali makanan gosong yang udah aku buang ke tempat sampah. Gak mungkin aku makan makanan yang udah kotor sekalipun aku orang miskin, lebih baik aku gak makan sama sekali," ucap Nadine matanya berkaca-kaca.

"Gak usah dengerin apa kata ibuku. Ayo makan, nanti kamu bisa sakit!" Sadam kembali masuk dan menarik tangan Nadine agar turun bersamanya.

"Mas!" Nadine menatap suaminya.

Tatapan mereka saling bertemu. Sadam reflek melepas pegangan tangannya.

"Kamu masih mengkhawatirkan kesehatanku? Artinya masih ada cinta dalam hati kamu," ucap Nadine.

Sadam menghela nafas kasar. "Jangan salah paham! Aku begitu bukan berarti peduli sama kamu. Tapi kalau kamu sakit, aku yang akan repot, ngerti?" 

Nadine terus menatap lekat pria dihadapannya, menyelami mata bening itu seakan mencari-cari cinta yang terpancar diantara sorot kebencian yang akhir-akhir ini sering Nadine lihat lewat pancaran matanya.

Ditatap demikian membuat Sadam memalingkan wajahnya. Bohong jika Sadam bilang tidak mencintai lagi Nadine. Namun Sadam terus menyangkal perasaan itu dan menutupinya dengan kebencian dan amarah.

"Aku tau kamu masih mencintai aku, karena itu aku masih bertahan di sini, di rumah ini. Sekalipun aku harus tersakiti, terhina dan terjatuh berkali-kali oleh sikap kamu dan keluargamu. Aku akan tetap bertahan selama cinta kamu masih ada untukku," tegas Nadine.

"Banyak ngomong kamu ini! Ayo makan!" Sadam menarik lengan istrinya, meski dengan kasar Sadam memperlakukan Nadine. Namun hati wanita itu cukup merasa senang karena yang dia lihat, Sadam masih menyimpan cinta padanya. Hanya saja kekecewaan membuat pria itu berubah. Nadine anggap ini hanya sebuah ujian dalam rumah tangga, yang siapapun akan mengalaminya. Hanya tinggal bagaimana Nadine kuat menghadapi semua ujian itu, bertahan selama masih ada cinta dihati suaminya.

Sampai di ruang makan, nampak Saras melotot melihat Sadam membawa Nadine ke sana.

"Untuk apa kamu bawa wanita itu ke sini? Ibu sedang menghukumnya karena sudah membuang-buang makanan, apa dia tidak bilang?" tukas Saras.

"Dia bilang. Tapi aku gak mau repot kalau misalnya dia sakit. Kita juga yang repot kan, Bu?" Sadam menyeret kursi dan duduk.

Ragu-ragu Nadine pun duduk di sebelah suaminya.

"Kalau dia sakit kembalikan saja pada kedua orang tuanya. Susah amat!" celetuk Saras.

"Sebenarnya Ibu ini kenapa marah-marah terus sama Nadine, dia salah apa sama kamu? Kamu suruh kerja dia nurut, suruh ini itu dia mau dan gak pernah protes apalagi melawan." Prasetyo tampak membela menantunya.

"Ayah mau tau apa mau aku? Aku mau dia pulang ke rumahnya dan bercerai dari Sadam. Ayah gak tau saja kalau Sadam udah ketipu sama perempuan ini, Sadam hanya menikahi barang bekas! Tau kamu?" kesal Saras kemudian menggebrak meja hingga menimbulkan bunyi nyaring yang berasal dari piring dan sendok yang ada di atas meja itu.

Saras berlalu dari ruangan tersebut tanpa menyelesaikan makan malamnya.

"Bu, makanan kamu belum habis!" sahut Prasetyo.

"Udah gak nafsu! Enek aku lihat muka dia di rumah ini!" desis Saras melangkah pergi dari sana.

Prasetyo kini menoleh pada Sadam dan Nadine secara bergantian. Kata-kata Saras barusan terasa mengganjal di hatinya. Apa maksud istrinya menyebut Nadine sebagai barang bekas? Berbagai pikiran menggelembung dalam benak pria berusia 60 tahun itu.

Nadine sendiri tertunduk tak berani mengangkat wajahnya. Genangan air mata sudah memenuhi kelopak matanya.

Sesekali menetes dan langsung dia usap dengan kasar. 

"Cepat makan!" Sadam membentak istrinya, membuat wanita itu tersentak.

"Sadam, bukan begitu cara kamu memperlakukan istri. Tak baik kamu kasar sama wanita," tegur Prasetyo.

"Istri yang bagaimana dulu yang harus aku perlakukan dengan baik. Kalau yang macam dia memang sudah sepantasnya mendapatkan sikap kasar dariku." Sadam melawan ucapan ayahnya.

"Kamu kenapa menikahinya kalau hanya untuk kamu sakiti seperti itu? Ibumu marah bukannya kamu bela, malah ikut-ikutan marah sama dia. Suami macam apa kamu ini?" kesal Prasetyo.

"Awalnya aku ingin menikahi wanita ini karena cinta, tapi setelah tau jika wanita ini tak lebih dari sampah yang tak sengaja aku pungut dan aku bawa ke rumah, aku baru sadar jika dia tak pantas aku jadikan seorang istri. Seperti yang ibu bilang tadi, apa Ayah gak dengar?" tukas Sadam sambil menatap ke arah istrinya dengan tatapan menghina.

Mata mereka beradu, Nadine melihat ekspresi kebencian dan penghinaan dari suaminya. Bahkan tak segan-segan mempermalukan Nadine di hadapan ayahnya sendiri.

"Sadam. Ayah mau bicara sama kamu di taman setelah kamu makan nanti. Ayah tunggu kamu di sana." Prasetyo tampak tak berselera makan lagi. Dia beranjak dari sana.

"Kenapa tidak bicara di sini saja?" tanya Sadam.

"Aku ingin bicara empat mata." Prasetyo melanjutkan langkahnya.

Bab terkait

  • Istri yang Kau Hinakan   Bab 8

    "Apa kamu mencintai Nadine?" Pertanyaan itu terlontar dari mulut Prasetyo ketika Sadam menghampirinya di taman belakang dimana terlihat permukaan air kolam renang yang begitu tenang dan berwarna biru gelap."Kenapa Ayah menanyakan hal itu?" Sadam malah balik bertanya bukannya menjawab pertanyaan ayahnya tadi.Pria berusia 60 tahun itu menoleh pada putra semata wayangnya. Pewaris tunggal dari perusahaan yang dulu dia kelola dari nol hingga sekarang sudah menjadi perusahaan cukup besar dan ternama."Jawab saja, apa susahnya," tukas pria berkumis itu menatap tajam manik mata putranya."Dulu iya, aku sangat mencintainya tapi sekarang setelah aku tau jika ternyata aku menikahi wanita yang salah. Cinta itu sudah terkubur bersama kekecewaan dan rasa sakit hatiku," jawab Sadam."Semudah itu cintamu luntur hanya karena Nadine diduga tidak perawan lagi? Jika memang kamu sudah tidak mencintai Nadine, maka lebih baik kamu ceraikan saja dia, kembalikan dia pada orang tuanya. Seburuk apapun Nadine

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-11
  • Istri yang Kau Hinakan   Bab 9

    "Jangan lama-lama jabatan tangannya, itu laki orang loh, May!" tiba-tiba muncul Rena masih sahabat kami juga.Nadine baru menyadari jika sedari tadi Maya belum melepaskan tangannya dari Sadam.Spontan Maya melepaskan setelah mendapat teguran dari Rena."Maaf," ucap Maya mengukir senyum terbaiknya pada Sadam.Pria itu membalas senyuman yang tak kalah maut, membuat siapapun yang melihat akan meleleh dibuatnya."Mari kita duduk di sana," ajak Maya menunjuk ke arah sebuah kursi yang melingkar di sudut ruangan.Nadine dan Sadam melangkah mengikuti Maya dengan Rena yang berjalan lebih dulu.Mereka duduk disana sambil mengobrol banyak hal. Mengenang keseruan mereka saat bersekolah, maupun menceritakan keseharian dan kesibukan mereka saat ini."Ngomong-ngomong ini tempat punya dia. Maya sedang sibuk bisnis cafe dan karaoke, sudah buka cabang dimana-mana. Hebat kan?" tutur Rena."Hebat sekali. Kamu wanita karir yang sukses," puji Nadine."Oh jadi ini tempat kamu?" Sadam mengedarkan pandangan k

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-13
  • Istri yang Kau Hinakan   Bab 10

    Plaaak!Satu tamparan keras mendarat di pipi Nadine hingga tubuh wanita itu terhuyung.Kulit putih itu bersemu merah akibat cap jari yang dilayangkan suaminya. Tak seberapa sakit jika dibandingkan dengan hatinya yang kini terluka namun tak berdarah. Dipermalukan di depan umum seperti ini tak ada satu wanita pun yang mau, apalagi yang mempermalukan dirinya tak lain adalah suaminya sendiri."Berani kasar pada istrimu sendiri? Pria macam apa kamu ini?" Tiba-tiba terdengar suara seorang pria mendekat ke arah mereka."Aksan?" gumam Nadine cukup kaget dengan kemunculan pria itu yang secara tiba-tiba dan tak terduga. Sadam menoleh ke arah sumber suara, menatap tajam pria yang kini sudah berada tepat di hadapannya."Bukan urusanmu, mau aku apakan dia terserahku, dia istriku!" tegas Sadam."Ya, dia memang istrimu. Tapi kelakuan kamu itu tidak mencerminkan perilaku seorang suami terhadap istrinya. Karena ini tempat umum, dan aku berhak mencegah tindakan kasar pria terhadap seorang perempuan."

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-14
  • Istri yang Kau Hinakan   Bab 11

    "Jangan, Mas Ampun!" pekik Nadine saat Sadam mengambil sabuk yang tergantung pada gagang pintu lemari.Sudah bisa dia duga, apa yang akan dilakukan sang suami dengan menggunakan sabuk di tangannya itu.Saat tangan Sadam terangkat dengan menggenggam sabuk yang hendak dilayangkan pada tubuh mulus istrinya, saat itu juga Nadine gegas bersimpuh pada kaki suaminya."Ampun! Jangan lakukan itu padaku. Aku mohon!" Tangis wanita itu memecah heningnya malam."Aku berani bersumpah demi apapun, aku tidak pernah punya hubungan apa-apa dengan Aksan. Pria itu memang sudah lama menyukaiku, tapi aku tidak pernah menyukainya. Sumpah demi Tuhan!" lirih Nadine.Pria itu menurunkan tangan yang menggenggam sabuk. Lemah seketika tubuh Sadam saat mendengar sumpah dari mulut istrinya. Dia memang sudah keterlaluan memperlakukan Nadine. Tak seharusnya dia berlaku seperti ini. Bertindak kasar pada perempuan bukanlah tabiat yang biasa dilakukannya.Bahkan baru sekali ini dia mengotori tangannya dengan menampar wa

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-15
  • Istri yang Kau Hinakan   Bab 12

    Byurrr!Nadine reflek terbangun saat wajahnya basah di siram oleh seseorang.Posisinya yang semula terbaring kini langsung terduduk. Kedua tangan mengusap wajahnya yang basah."Enak banget jam segini masih tidur! Kamu pikir ini rumahmu bisa enak-enakan tidur sampe siang, hah?" bentak Saras."Maaf, Bu, tapi kepalaku pusing. Aku mau istirahat sebentar boleh ya, nanti aku bangun kok," pinta Nadine memelas. Air minum yang diguyurkan ke wajahnya membuat Nadine menggigil kedinginan."Jangan manja! Bangun dan cepat bekerja! Kalau sampai gak turun juga, aku siram kamu pakai air panas, mau?" ancam Saras."Tapi, Bu. Aku sakit." Nadine memeluk tubuhnya yang kedinginan."Dasar perempuan jal*ng!" Saras menyeret tubuh Nadine, menarik lengannya hingga Nadine tersungkur ke bawah lantai."Ampun, Bu. Lepaskan aku!" Nadine memohon."Kalau gak mau aku seret ya kamu bangun dong! Baju udah numpuk belum di gosok jadi cepat sekarang juga bereskan semuanya!" Saras melepas kasar lengan Nadine."Aku izin cuci m

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-17
  • Istri yang Kau Hinakan   Bab 13

    "Nadine!" teriak Sadam saat melihat istrinya tergeletak di lantai kamar mandi dengan pakaian basah, wajah pucat dan bibir membiru.Mbak Nur yang berdiri di depan pintu tampak menutup mulut dengan kedua tangannya.Segera Sadam membopong tubuh Nadine, membawa wanita itu ke kamar. "Mbak Nur, ambilkan air hangat dan bawa ke kamarku!""Baik, Tuan." Mbak Nur segera menuruti perintah majikannya.Saat Sadam hendak melangkah naik ke atas tangga, seketika Saras dan Prastyo menghampiri."Kenapa Nadine? Apa yang terjadi sama dia?" tanya Prasetyo heran.Saras tampak terdiam, mendelik sinis tanpa merasa berdosa sama sekali.Sadam melirik ke arah ibunya dan berkata, "tanya saja Ibu, apa yang sudah Ibu lakukan pada istriku."Sadam melanjutkan langkahnya menuju kamar. Dia teramat kesal pada ibunya yang sudah berani mengurung Nadine di kamar mandi. Sadam memang membenci Nadine tapi dia juga tak mau melihat istrinya tak berdaya seperti ini. Kalaupun harus Nadine menderita, tapi bukan begini caranya. Sam

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-26
  • Istri yang Kau Hinakan   Bab 14

    Baru saja sembuh dari sakit Saras sudah menyuruh Nadine melakukan pekerjaan rumah yang seharusnya menjadi pekerjaan Mbak Nur saja.Nadine tak bisa menolak, hanya pekerjaan rumah saja baginya memang tak berat. Dia menuruti apapun perintah ibu mertuanya, berharap agar Saras bisa bersikap lebih baik lagi dari sebelumnya. Namun semua itu hanyalah mimpi belaka bagi Nadine. Karena sampai kapanpun Saras tak akan pernah menerima dia jadi menantunya."Bu … stok makanan di kulkas habis," papar Mbak Nur menghampiri majikannya yang tengah duduk di ruang keluarga."Suruh Nadine kesini, biar dia yang pergi belanja!" titah Saras.Mbak Nur terdiam sebentar, dia tau betul jika saat ini Nadine masih lemah tubuhnya karena baru saja sembuh dari sakit."Kenapa masih di situ?" Saras menatap heran melihat Mbak Nur masih berdiri mematung di tempat."Biar saya saja yang belanja, Bu," ucap Mbak Nur."Kamu mau bantah aku? Cepat panggil Nadine!" sentak Saras nada suaranya tinggi."Ba-baik, Bu." Mbak Nur tergopoh

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-28
  • Istri yang Kau Hinakan   Bab 1

    Malam pertama seharusnya menjadi malam paling indah dan tak terlupakan di sepanjang hidup. Namun tidak bagi pasangan pengantin baru yang satu ini. Di duga tak perawan lagi oleh suaminya, Nadine menerima caci maki dari orang yang pertama merenggut kesuciannya yaitu Sadam yang tak lain adalah pria yang baru saja mengucapkan ijab kabul siang tadi.Suami sah, kekasih sekaligus tambatan hati bagi Nadine. Kini tiba-tiba saja menjadi seseorang yang menghancurkan hatinya, menggoreskan luka yang begitu dalam atas tuduhan yang tak jelas dan tanpa bukti.Hanya karena tak ada bercak darah yang keluar saat malam pertama mereka. Sadam memvonis Nadine sudah tak perawan lagi, dan pria itu mengklaim Nadine sebagai penipu."Katakan dengan siapa kamu melakukannya sebelum denganku malam ini?" Sadam mengangkat wajah Nadine yang sedari tadi tertunduk dan hanya menangis tanpa bisa membela diri.Berulang kali pun Nadine membantah tuduhan suaminya, pria itu teta

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-23

Bab terbaru

  • Istri yang Kau Hinakan   Bab 14

    Baru saja sembuh dari sakit Saras sudah menyuruh Nadine melakukan pekerjaan rumah yang seharusnya menjadi pekerjaan Mbak Nur saja.Nadine tak bisa menolak, hanya pekerjaan rumah saja baginya memang tak berat. Dia menuruti apapun perintah ibu mertuanya, berharap agar Saras bisa bersikap lebih baik lagi dari sebelumnya. Namun semua itu hanyalah mimpi belaka bagi Nadine. Karena sampai kapanpun Saras tak akan pernah menerima dia jadi menantunya."Bu … stok makanan di kulkas habis," papar Mbak Nur menghampiri majikannya yang tengah duduk di ruang keluarga."Suruh Nadine kesini, biar dia yang pergi belanja!" titah Saras.Mbak Nur terdiam sebentar, dia tau betul jika saat ini Nadine masih lemah tubuhnya karena baru saja sembuh dari sakit."Kenapa masih di situ?" Saras menatap heran melihat Mbak Nur masih berdiri mematung di tempat."Biar saya saja yang belanja, Bu," ucap Mbak Nur."Kamu mau bantah aku? Cepat panggil Nadine!" sentak Saras nada suaranya tinggi."Ba-baik, Bu." Mbak Nur tergopoh

  • Istri yang Kau Hinakan   Bab 13

    "Nadine!" teriak Sadam saat melihat istrinya tergeletak di lantai kamar mandi dengan pakaian basah, wajah pucat dan bibir membiru.Mbak Nur yang berdiri di depan pintu tampak menutup mulut dengan kedua tangannya.Segera Sadam membopong tubuh Nadine, membawa wanita itu ke kamar. "Mbak Nur, ambilkan air hangat dan bawa ke kamarku!""Baik, Tuan." Mbak Nur segera menuruti perintah majikannya.Saat Sadam hendak melangkah naik ke atas tangga, seketika Saras dan Prastyo menghampiri."Kenapa Nadine? Apa yang terjadi sama dia?" tanya Prasetyo heran.Saras tampak terdiam, mendelik sinis tanpa merasa berdosa sama sekali.Sadam melirik ke arah ibunya dan berkata, "tanya saja Ibu, apa yang sudah Ibu lakukan pada istriku."Sadam melanjutkan langkahnya menuju kamar. Dia teramat kesal pada ibunya yang sudah berani mengurung Nadine di kamar mandi. Sadam memang membenci Nadine tapi dia juga tak mau melihat istrinya tak berdaya seperti ini. Kalaupun harus Nadine menderita, tapi bukan begini caranya. Sam

  • Istri yang Kau Hinakan   Bab 12

    Byurrr!Nadine reflek terbangun saat wajahnya basah di siram oleh seseorang.Posisinya yang semula terbaring kini langsung terduduk. Kedua tangan mengusap wajahnya yang basah."Enak banget jam segini masih tidur! Kamu pikir ini rumahmu bisa enak-enakan tidur sampe siang, hah?" bentak Saras."Maaf, Bu, tapi kepalaku pusing. Aku mau istirahat sebentar boleh ya, nanti aku bangun kok," pinta Nadine memelas. Air minum yang diguyurkan ke wajahnya membuat Nadine menggigil kedinginan."Jangan manja! Bangun dan cepat bekerja! Kalau sampai gak turun juga, aku siram kamu pakai air panas, mau?" ancam Saras."Tapi, Bu. Aku sakit." Nadine memeluk tubuhnya yang kedinginan."Dasar perempuan jal*ng!" Saras menyeret tubuh Nadine, menarik lengannya hingga Nadine tersungkur ke bawah lantai."Ampun, Bu. Lepaskan aku!" Nadine memohon."Kalau gak mau aku seret ya kamu bangun dong! Baju udah numpuk belum di gosok jadi cepat sekarang juga bereskan semuanya!" Saras melepas kasar lengan Nadine."Aku izin cuci m

  • Istri yang Kau Hinakan   Bab 11

    "Jangan, Mas Ampun!" pekik Nadine saat Sadam mengambil sabuk yang tergantung pada gagang pintu lemari.Sudah bisa dia duga, apa yang akan dilakukan sang suami dengan menggunakan sabuk di tangannya itu.Saat tangan Sadam terangkat dengan menggenggam sabuk yang hendak dilayangkan pada tubuh mulus istrinya, saat itu juga Nadine gegas bersimpuh pada kaki suaminya."Ampun! Jangan lakukan itu padaku. Aku mohon!" Tangis wanita itu memecah heningnya malam."Aku berani bersumpah demi apapun, aku tidak pernah punya hubungan apa-apa dengan Aksan. Pria itu memang sudah lama menyukaiku, tapi aku tidak pernah menyukainya. Sumpah demi Tuhan!" lirih Nadine.Pria itu menurunkan tangan yang menggenggam sabuk. Lemah seketika tubuh Sadam saat mendengar sumpah dari mulut istrinya. Dia memang sudah keterlaluan memperlakukan Nadine. Tak seharusnya dia berlaku seperti ini. Bertindak kasar pada perempuan bukanlah tabiat yang biasa dilakukannya.Bahkan baru sekali ini dia mengotori tangannya dengan menampar wa

  • Istri yang Kau Hinakan   Bab 10

    Plaaak!Satu tamparan keras mendarat di pipi Nadine hingga tubuh wanita itu terhuyung.Kulit putih itu bersemu merah akibat cap jari yang dilayangkan suaminya. Tak seberapa sakit jika dibandingkan dengan hatinya yang kini terluka namun tak berdarah. Dipermalukan di depan umum seperti ini tak ada satu wanita pun yang mau, apalagi yang mempermalukan dirinya tak lain adalah suaminya sendiri."Berani kasar pada istrimu sendiri? Pria macam apa kamu ini?" Tiba-tiba terdengar suara seorang pria mendekat ke arah mereka."Aksan?" gumam Nadine cukup kaget dengan kemunculan pria itu yang secara tiba-tiba dan tak terduga. Sadam menoleh ke arah sumber suara, menatap tajam pria yang kini sudah berada tepat di hadapannya."Bukan urusanmu, mau aku apakan dia terserahku, dia istriku!" tegas Sadam."Ya, dia memang istrimu. Tapi kelakuan kamu itu tidak mencerminkan perilaku seorang suami terhadap istrinya. Karena ini tempat umum, dan aku berhak mencegah tindakan kasar pria terhadap seorang perempuan."

  • Istri yang Kau Hinakan   Bab 9

    "Jangan lama-lama jabatan tangannya, itu laki orang loh, May!" tiba-tiba muncul Rena masih sahabat kami juga.Nadine baru menyadari jika sedari tadi Maya belum melepaskan tangannya dari Sadam.Spontan Maya melepaskan setelah mendapat teguran dari Rena."Maaf," ucap Maya mengukir senyum terbaiknya pada Sadam.Pria itu membalas senyuman yang tak kalah maut, membuat siapapun yang melihat akan meleleh dibuatnya."Mari kita duduk di sana," ajak Maya menunjuk ke arah sebuah kursi yang melingkar di sudut ruangan.Nadine dan Sadam melangkah mengikuti Maya dengan Rena yang berjalan lebih dulu.Mereka duduk disana sambil mengobrol banyak hal. Mengenang keseruan mereka saat bersekolah, maupun menceritakan keseharian dan kesibukan mereka saat ini."Ngomong-ngomong ini tempat punya dia. Maya sedang sibuk bisnis cafe dan karaoke, sudah buka cabang dimana-mana. Hebat kan?" tutur Rena."Hebat sekali. Kamu wanita karir yang sukses," puji Nadine."Oh jadi ini tempat kamu?" Sadam mengedarkan pandangan k

  • Istri yang Kau Hinakan   Bab 8

    "Apa kamu mencintai Nadine?" Pertanyaan itu terlontar dari mulut Prasetyo ketika Sadam menghampirinya di taman belakang dimana terlihat permukaan air kolam renang yang begitu tenang dan berwarna biru gelap."Kenapa Ayah menanyakan hal itu?" Sadam malah balik bertanya bukannya menjawab pertanyaan ayahnya tadi.Pria berusia 60 tahun itu menoleh pada putra semata wayangnya. Pewaris tunggal dari perusahaan yang dulu dia kelola dari nol hingga sekarang sudah menjadi perusahaan cukup besar dan ternama."Jawab saja, apa susahnya," tukas pria berkumis itu menatap tajam manik mata putranya."Dulu iya, aku sangat mencintainya tapi sekarang setelah aku tau jika ternyata aku menikahi wanita yang salah. Cinta itu sudah terkubur bersama kekecewaan dan rasa sakit hatiku," jawab Sadam."Semudah itu cintamu luntur hanya karena Nadine diduga tidak perawan lagi? Jika memang kamu sudah tidak mencintai Nadine, maka lebih baik kamu ceraikan saja dia, kembalikan dia pada orang tuanya. Seburuk apapun Nadine

  • Istri yang Kau Hinakan   Bab 7

    Nadine bergegas melangkah ke dekat meja kompor dimana mertuanya berdiri di tempat yang sama.Beruntung api belum merambat ke atas wajan penggorengan hingga tak terjadi kebakaran. Hanya saja makanan yang sedang dimasak menjadi berwarna hitam dan gosong. Sudah pasti tak bisa di konsumsi, lalu Nadine mengambil lap dan membuang makanan gosong itu ke tong sampah."Bagus ya, buang-buang makanan seenaknya. Kamu pikir makanan itu hasil mungut? Itu aku beli loh pake uang bukan pake daon!" geram Saras."Maaf, Bu. Tadi aku gak sengaja bikin makanannya gosong, aku ngangkat telepon dari bapak sebentar, lupa matiin kompor." Nadine tertunduk."Dasar ceroboh! Ambil lagi makanan itu, cepat!" titah Saras membentak."Tapi, Bu. Makanannya udah gak layak makan, buat apa diambil lagi," ucap Nadine."Buat makan malam kamu karena sudah buang-buang makanan. Pokoknya malam ini gak ada makan malam buat kamu! Kalau mau makan, pungut tuh dari tong sampah. Lebih cocok untuk gembel seperti kamu," bentak Saras.Kemu

  • Istri yang Kau Hinakan   Bab 6

    "Barusan teman sekolah mengundangku ke acara reuni, dia juga minta agar aku ajak kamu, sekalian mengenalkan kamu sama teman-temanku. Kalau kamu keberatan aku gak akan ikut," ucap Nadine ragu-ragu menyampaikannya."Kapan?" tanya Sadam tanpa menoleh ke arah Nadine lawan bicaranya."Lusa." Nadine merasa lega saat Sadam merespon perkataannya."Aku akan menemani kamu ke acara itu." Sadam menoleh sekilas lalu kembali sibuk dengan layar laptopnya.Senyuman terbit di sudut bibir Nadine, hatinya makin terasa lega. Dia pikir Sadam akan menolak pergi bersamanya ke acara reuni nanti, tapi ternyata Sadam mau ikut dengannya. "Ngapain masih berdiri di situ?" Sadam membuyarkan lamunan Nadine yang terlihat tersenyum-senyum sendiri."Jangan ge-er dulu karena aku mau mengantarmu ke acara reuni. Aku hanya tak ingin orang lain curiga dengan hubungan kita yang kacau. Biarkan mereka menganggap kita ini sepasang suami istri yang harmonis," oceh Sadam sambil tersenyum miring.Baru saja Nadine merasa bahagia

DMCA.com Protection Status