Share

Bab 6

Author: Irstia88
last update Last Updated: 2023-09-08 19:37:52

"Barusan teman sekolah mengundangku ke acara reuni, dia juga minta agar aku ajak kamu, sekalian mengenalkan kamu sama teman-temanku. Kalau kamu keberatan aku gak akan ikut," ucap Nadine ragu-ragu menyampaikannya.

"Kapan?" tanya Sadam tanpa menoleh ke arah Nadine lawan bicaranya.

"Lusa." Nadine merasa lega saat Sadam merespon perkataannya.

"Aku akan menemani kamu ke acara itu." Sadam menoleh sekilas lalu kembali sibuk dengan layar laptopnya.

Senyuman terbit di sudut bibir Nadine, hatinya makin terasa lega. Dia pikir Sadam akan menolak pergi bersamanya ke acara reuni nanti, tapi ternyata Sadam mau ikut dengannya.

"Ngapain masih berdiri di situ?" Sadam membuyarkan lamunan Nadine yang terlihat tersenyum-senyum sendiri.

"Jangan ge-er dulu karena aku mau mengantarmu ke acara reuni. Aku hanya tak ingin orang lain curiga dengan hubungan kita yang kacau. Biarkan mereka menganggap kita ini sepasang suami istri yang harmonis," oceh Sadam sambil tersenyum miring.

Baru saja Nadine merasa bahagia karena dia pikir Sadam kembali seperti Sadam yang dia kenal, tapi ternyata Nadine salah. Seketika senyum wanita itu pun luntur.

"Pergi sana! Kerjakan pekerjaan kamu," titah Sadam dengan nada ketus.

"Pekerjaan apa?" Nadine bingung.

Sadam menoleh menatapnya tajam, bangkit berdiri dan berada tepat di hadapan Nadine. Dengan jarak yang begitu dekat Sadam menatap raut wajah yang terlihat gugup itu.

"Kamu lupa kalau tugasmu di sini adalah membantu pekerjaan Mbak Nur?"

"Aku gak menyangka kamu mengatakan hal itu dengan serius, aku pikir … "

"Kamu pikir aku main-main? Aku ingin membuatmu menderita di rumah ini, paham?"

"Baik. Aku akan mengerjakan apa yang harus aku kerjakan di rumah ini, tapi ingat Mas, aku melakukan semua itu semata-mata karena aku ingin menjadi istri yang baik untukmu, aku ingin menurut dan mengabdi padamu, aku harap kamu berubah setelah ini," timpal Nadine segera berlalu dari hadapan Sadam.

Pria itu menatap nanar punggung istrinya. Berada dekat dengan Nadine membuat sesuatu dalam hatinya terasa berdesir. Bohong jika dia bilang tak cinta pada Nadine, namun rasa benci menyelimuti perasaan itu. Kedua rasa yang sama besarnya dan datang di waktu yang bersamaan.

Masalah Sadam ingin mengantarkan Nadine ke acara reuni pun sebenarnya dia takut jika di sana banyak pria yang akan menggoda istrinya. Namun Sadam terlalu gengsi mengakui hal itu. Dia menyembunyikan perasaan cinta dengan sebuah amarah dan rasa benci.

Sadam sangat kecewa pada Nadine, dia merasa tertipu. Berulang kali dia menepis perasaan cintanya yang terselip antara belenggu kebencian, namun tak bisa dia lakukan.

"Sadam!" Tiba-tiba Saras masuk ke kamarnya.

"Ibu?"

"Apa benar yang kamu katakan tadi? Kalau ternyata Nadine sudah tidak perawan lagi?" tanya Saras memicingkan mata.

"Ibu tau dari mana? Ibu menguping pembicaraan kami?" Sadam sebenarnya tak ingin siapapun tau masalah Nadine, biar dia sendiri yang menghukum dan membuat Nadine menderita.

"Iya, ibu gak sengaja lewat dan mendengar obrolan kalian," jawab Saras.

"Kalau memang benar dia tak perawan lagi, kenapa kamu tidak menceraikannya saja?" Lanjut Saras.

"Tidak, Bu. Aku tak akan pernah menceraikan dia," bantah Sadam.

"Kenapa? Kamu cinta sama dia? Ck … pantas saja aku tak pernah setuju pada pernikahan kalian. Ternyata firasatku benar kalau dia bukan wanita baik, tapi anehnya kamu masih saja ingin mempertahankan wanita itu," tukas Saras.

"Aku ingin membuatnya menderita, jadi sampai kapanpun aku tak akan pernah menceraikan Nadine, Bu!" tegas Sadam.

"Terserah! Tapi suatu saat jika ibu menemukan wanita yang cocok untukmu, maka kamu harus menikah dengan wanita pilihan ibu dan tinggalkan wanita sampah bernama Nadine itu!" Saras melenggang pergi meninggalkan Sadam yang masih mematung berdiri mencerna ucapan ibunya.

Sadam dilema. Satu sisi dia membenci Nadine dan ingin melihatnya menderita, tapi sisi lain dia pun sangat mencintai Nadine, maka tak mungkin membuka hati untuk wanita lain. Sadam merutuk diri, merasa bodoh dan marah pada diri sendiri yang bisa-bisanya mencintai Nadine.

Dia menjatuhkan diri di atas kursi, menjambak kasar rambutnya dan terlihat begitu frustasi.

**

Saras melangkah ke dapur, melihat Nadine yang sedang sibuk memasak bersama Mbak Nur asisten rumah tangga di rumah itu.

Mbak Nur tampak membersamai wanita itu, memasak makanan untuk makan malam.

"Nur! Biarkan dia sendiri yang mengerjakan pekerjaannya. Kamu kerjakan pekerjaan lain," titah Saras, suaranya mengagetkan mereka yang tengah sibuk memasak.

Kedua orang itu membalik badan saat mengetahui keberadaan Saras.

"Tapi pekerjaan saya semuanya sudah selesai, Nyonya. Hanya tinggal masak ini saja," timpal Mbak Nur membungkukkan badan sebagai rasa hormatnya pada majikan.

"Kalau begitu biar dia saja yang mengerjakan, kamu duduk saja gak perlu bantu dia memasak," tukas Saras.

Mbak Nur melirik pada Nadine, merasa tak tega jika harus membiarkan Nadine bekerja sendiri, apalagi itu adalah tugas Mbak Nur selaku pembantu di rumah ini.

Nadine mengedipkan mata pelan, memberi isyarat jika dia tak mengapa meski harus memasak sendiri. Lagipula pekerjaannya hampir selesai.

Saras terlihat menunggu Mbak Nur beranjak dari sana, menunggu wanita itu mematuhi perintahnya.

Mau membantah tapi Saras itu majikannya, akhirnya Mbak Nur hanya menurut. Dia melangkah ke belakang, duduk di ruangan khusus yang biasa dijadikan tempat pembantu untuk beristirahat.

Nadine kembali berkutat dengan pekerjaannya. Tanpa dia sadari jika Saras melangkah mendekat.

"Sebenarnya kamu kasih apa anakku sampai-sampai dia gak mau pisah sama kamu, huh?" Saras memulai percakapan di tengah-tengah kesibukan Nadine memasak.

"Maksud Ibu apa?" Nadine melirik sekilas satu tangannya sibuk mengaduk sup.

"Jangan pura-pura lugu di depanku, gak mempan! Pasti kamu pelet anakku kan hingga dia tergila-gila sama kamu, padahal dia sudah tau kalau kamu ini udah kotor dan ternoda tapi masih saja di kukut di rumah ini, bukannya di buang!" hina Saras.

Spontan Nadine menghentikan tangannya yang tengah mengaduk sayur. Terdiam merasakan perihnya ribuan jarum yang menusuk di ulu hati. Ucapan ibu mertuanya membuat goresan baru pada luka yang masih menganga. Tuduhan, fitnah serta hinaan sepertinya akan setiap hari dia dengar dari mulut wanita itu. Tapi bukan hanya hal itu yang membuatnya terasa sesak dan sakit hati.

Nadine tak menyangka jika ternyata Sadam telah mengatakan semuanya pada Saras, tentang tuduhannya terhadap Nadine yang di tuding tidak perawan lagi.

Bukankah Sadam tak ingin semua orang tau akan hal itu? Bukankah Sadam tidak perlu melibatkan ibunya tentang apapun masalah rumah tangga mereka? Sekalipun itu hanya tuduhan yang sama sekali tidak benar, Nadine tidak terima jika Sadam mengatakannya pada Saras.

Terlebih Saras sudah sangat membenci Nadine maka kebencian wanita itu akan semakin besar padanya.

"Kenapa diam? Merasa ya? Awas saja, aku gak akan membiarkan kamu berlama-lama di rumah ini. Secepatnya aku akan membuat kamu terusir oleh Sadam. Tuhan ternyata telah membuka keburukanmu secepat ini, hingga Sadam sadar jika ternyata kamu tak pantas untuknya, hanya saja saat ini Sadam masih enggan membuangmu. Tapi tunggu saja, aku tak akan tinggal diam. Ibu mana pun tak akan rela jika anaknya menikahi wanita kotor sepertimu," sinis Saras yang langsung pergi begitu saja dari sana setelah berkata-kata pedas.

Nadine mengurut dada, menahan sakit hati atas segala tuduhan dan hinaan mertuanya.

Seburuk itukah dia di mata suami dan mertuanya? Hingga mereka begitu jijik dan ingin menyingkirkan dirinya.

Suara ponsel berbunyi membuyarkan lamunan Nadine. Merogoh saku pakaian dan melihat siapa yang meneleponnya saat ini.

"Bapak?" Nadine mengusap air mata dengan kasar, menetralkan suaranya yang serak agar tak sampai ketahuan orang tuanya jika saat ini dia sedang menangis.

Dia melangkah agak jauh dari meja kompor untuk mengangkat teleponnya sebentar.

"Hallo, Pak."

"Nadine, apa kabar kamu?" Suara berat yang begitu Nadine rindukan terdengar di seberang telepon.

"Baik, Pak."

"Syukurlah. Bapak kangen sekali sama kamu."

Seketika bulir bening kembali lolos menetes ke pipi Nadine. Dia tak kuasa menahan tangis, rasanya ingin jujur saja jika saat ini dia sedang tidak baik-baik saja, tapi dia tak mampu, tak ingin membuat orang tuanya sedih.

"Nadine! Kamu becus kerja gak sih? Lihat masakanmu bau gosong!" Tiba-tiba terdengar suara Saras yang kembali ke dapur.

"Astaga!" Nadine menutup mulut melihat kuali mengeluarkan asap dan bau gosong menyeruak di seisi dapur. Nadine lupa mematikan kompor sebelum mengangkat panggilan dari bapaknya. Untung Saras masuk hingga tidak terjadi kebakaran.

"Nadine, suara siapa itu?" tanya bapaknya dari seberang telepon.

"Pak, maaf nanti aku telepon lagi. Sudah dulu ya!"

Tuuut

Panggilan telepon pun terputus secara sepihak, meninggalkan tanda tanya besar di hati bapak Nadine setelah mendengar suara bentakan seorang perempuan yang ditujukan pada putrinya.

Related chapters

  • Istri yang Kau Hinakan   Bab 7

    Nadine bergegas melangkah ke dekat meja kompor dimana mertuanya berdiri di tempat yang sama.Beruntung api belum merambat ke atas wajan penggorengan hingga tak terjadi kebakaran. Hanya saja makanan yang sedang dimasak menjadi berwarna hitam dan gosong. Sudah pasti tak bisa di konsumsi, lalu Nadine mengambil lap dan membuang makanan gosong itu ke tong sampah."Bagus ya, buang-buang makanan seenaknya. Kamu pikir makanan itu hasil mungut? Itu aku beli loh pake uang bukan pake daon!" geram Saras."Maaf, Bu. Tadi aku gak sengaja bikin makanannya gosong, aku ngangkat telepon dari bapak sebentar, lupa matiin kompor." Nadine tertunduk."Dasar ceroboh! Ambil lagi makanan itu, cepat!" titah Saras membentak."Tapi, Bu. Makanannya udah gak layak makan, buat apa diambil lagi," ucap Nadine."Buat makan malam kamu karena sudah buang-buang makanan. Pokoknya malam ini gak ada makan malam buat kamu! Kalau mau makan, pungut tuh dari tong sampah. Lebih cocok untuk gembel seperti kamu," bentak Saras.Kemu

    Last Updated : 2023-09-09
  • Istri yang Kau Hinakan   Bab 8

    "Apa kamu mencintai Nadine?" Pertanyaan itu terlontar dari mulut Prasetyo ketika Sadam menghampirinya di taman belakang dimana terlihat permukaan air kolam renang yang begitu tenang dan berwarna biru gelap."Kenapa Ayah menanyakan hal itu?" Sadam malah balik bertanya bukannya menjawab pertanyaan ayahnya tadi.Pria berusia 60 tahun itu menoleh pada putra semata wayangnya. Pewaris tunggal dari perusahaan yang dulu dia kelola dari nol hingga sekarang sudah menjadi perusahaan cukup besar dan ternama."Jawab saja, apa susahnya," tukas pria berkumis itu menatap tajam manik mata putranya."Dulu iya, aku sangat mencintainya tapi sekarang setelah aku tau jika ternyata aku menikahi wanita yang salah. Cinta itu sudah terkubur bersama kekecewaan dan rasa sakit hatiku," jawab Sadam."Semudah itu cintamu luntur hanya karena Nadine diduga tidak perawan lagi? Jika memang kamu sudah tidak mencintai Nadine, maka lebih baik kamu ceraikan saja dia, kembalikan dia pada orang tuanya. Seburuk apapun Nadine

    Last Updated : 2023-09-11
  • Istri yang Kau Hinakan   Bab 9

    "Jangan lama-lama jabatan tangannya, itu laki orang loh, May!" tiba-tiba muncul Rena masih sahabat kami juga.Nadine baru menyadari jika sedari tadi Maya belum melepaskan tangannya dari Sadam.Spontan Maya melepaskan setelah mendapat teguran dari Rena."Maaf," ucap Maya mengukir senyum terbaiknya pada Sadam.Pria itu membalas senyuman yang tak kalah maut, membuat siapapun yang melihat akan meleleh dibuatnya."Mari kita duduk di sana," ajak Maya menunjuk ke arah sebuah kursi yang melingkar di sudut ruangan.Nadine dan Sadam melangkah mengikuti Maya dengan Rena yang berjalan lebih dulu.Mereka duduk disana sambil mengobrol banyak hal. Mengenang keseruan mereka saat bersekolah, maupun menceritakan keseharian dan kesibukan mereka saat ini."Ngomong-ngomong ini tempat punya dia. Maya sedang sibuk bisnis cafe dan karaoke, sudah buka cabang dimana-mana. Hebat kan?" tutur Rena."Hebat sekali. Kamu wanita karir yang sukses," puji Nadine."Oh jadi ini tempat kamu?" Sadam mengedarkan pandangan k

    Last Updated : 2023-09-13
  • Istri yang Kau Hinakan   Bab 10

    Plaaak!Satu tamparan keras mendarat di pipi Nadine hingga tubuh wanita itu terhuyung.Kulit putih itu bersemu merah akibat cap jari yang dilayangkan suaminya. Tak seberapa sakit jika dibandingkan dengan hatinya yang kini terluka namun tak berdarah. Dipermalukan di depan umum seperti ini tak ada satu wanita pun yang mau, apalagi yang mempermalukan dirinya tak lain adalah suaminya sendiri."Berani kasar pada istrimu sendiri? Pria macam apa kamu ini?" Tiba-tiba terdengar suara seorang pria mendekat ke arah mereka."Aksan?" gumam Nadine cukup kaget dengan kemunculan pria itu yang secara tiba-tiba dan tak terduga. Sadam menoleh ke arah sumber suara, menatap tajam pria yang kini sudah berada tepat di hadapannya."Bukan urusanmu, mau aku apakan dia terserahku, dia istriku!" tegas Sadam."Ya, dia memang istrimu. Tapi kelakuan kamu itu tidak mencerminkan perilaku seorang suami terhadap istrinya. Karena ini tempat umum, dan aku berhak mencegah tindakan kasar pria terhadap seorang perempuan."

    Last Updated : 2023-09-14
  • Istri yang Kau Hinakan   Bab 11

    "Jangan, Mas Ampun!" pekik Nadine saat Sadam mengambil sabuk yang tergantung pada gagang pintu lemari.Sudah bisa dia duga, apa yang akan dilakukan sang suami dengan menggunakan sabuk di tangannya itu.Saat tangan Sadam terangkat dengan menggenggam sabuk yang hendak dilayangkan pada tubuh mulus istrinya, saat itu juga Nadine gegas bersimpuh pada kaki suaminya."Ampun! Jangan lakukan itu padaku. Aku mohon!" Tangis wanita itu memecah heningnya malam."Aku berani bersumpah demi apapun, aku tidak pernah punya hubungan apa-apa dengan Aksan. Pria itu memang sudah lama menyukaiku, tapi aku tidak pernah menyukainya. Sumpah demi Tuhan!" lirih Nadine.Pria itu menurunkan tangan yang menggenggam sabuk. Lemah seketika tubuh Sadam saat mendengar sumpah dari mulut istrinya. Dia memang sudah keterlaluan memperlakukan Nadine. Tak seharusnya dia berlaku seperti ini. Bertindak kasar pada perempuan bukanlah tabiat yang biasa dilakukannya.Bahkan baru sekali ini dia mengotori tangannya dengan menampar wa

    Last Updated : 2023-09-15
  • Istri yang Kau Hinakan   Bab 12

    Byurrr!Nadine reflek terbangun saat wajahnya basah di siram oleh seseorang.Posisinya yang semula terbaring kini langsung terduduk. Kedua tangan mengusap wajahnya yang basah."Enak banget jam segini masih tidur! Kamu pikir ini rumahmu bisa enak-enakan tidur sampe siang, hah?" bentak Saras."Maaf, Bu, tapi kepalaku pusing. Aku mau istirahat sebentar boleh ya, nanti aku bangun kok," pinta Nadine memelas. Air minum yang diguyurkan ke wajahnya membuat Nadine menggigil kedinginan."Jangan manja! Bangun dan cepat bekerja! Kalau sampai gak turun juga, aku siram kamu pakai air panas, mau?" ancam Saras."Tapi, Bu. Aku sakit." Nadine memeluk tubuhnya yang kedinginan."Dasar perempuan jal*ng!" Saras menyeret tubuh Nadine, menarik lengannya hingga Nadine tersungkur ke bawah lantai."Ampun, Bu. Lepaskan aku!" Nadine memohon."Kalau gak mau aku seret ya kamu bangun dong! Baju udah numpuk belum di gosok jadi cepat sekarang juga bereskan semuanya!" Saras melepas kasar lengan Nadine."Aku izin cuci m

    Last Updated : 2023-09-17
  • Istri yang Kau Hinakan   Bab 13

    "Nadine!" teriak Sadam saat melihat istrinya tergeletak di lantai kamar mandi dengan pakaian basah, wajah pucat dan bibir membiru.Mbak Nur yang berdiri di depan pintu tampak menutup mulut dengan kedua tangannya.Segera Sadam membopong tubuh Nadine, membawa wanita itu ke kamar. "Mbak Nur, ambilkan air hangat dan bawa ke kamarku!""Baik, Tuan." Mbak Nur segera menuruti perintah majikannya.Saat Sadam hendak melangkah naik ke atas tangga, seketika Saras dan Prastyo menghampiri."Kenapa Nadine? Apa yang terjadi sama dia?" tanya Prasetyo heran.Saras tampak terdiam, mendelik sinis tanpa merasa berdosa sama sekali.Sadam melirik ke arah ibunya dan berkata, "tanya saja Ibu, apa yang sudah Ibu lakukan pada istriku."Sadam melanjutkan langkahnya menuju kamar. Dia teramat kesal pada ibunya yang sudah berani mengurung Nadine di kamar mandi. Sadam memang membenci Nadine tapi dia juga tak mau melihat istrinya tak berdaya seperti ini. Kalaupun harus Nadine menderita, tapi bukan begini caranya. Sam

    Last Updated : 2023-10-26
  • Istri yang Kau Hinakan   Bab 14

    Baru saja sembuh dari sakit Saras sudah menyuruh Nadine melakukan pekerjaan rumah yang seharusnya menjadi pekerjaan Mbak Nur saja.Nadine tak bisa menolak, hanya pekerjaan rumah saja baginya memang tak berat. Dia menuruti apapun perintah ibu mertuanya, berharap agar Saras bisa bersikap lebih baik lagi dari sebelumnya. Namun semua itu hanyalah mimpi belaka bagi Nadine. Karena sampai kapanpun Saras tak akan pernah menerima dia jadi menantunya."Bu … stok makanan di kulkas habis," papar Mbak Nur menghampiri majikannya yang tengah duduk di ruang keluarga."Suruh Nadine kesini, biar dia yang pergi belanja!" titah Saras.Mbak Nur terdiam sebentar, dia tau betul jika saat ini Nadine masih lemah tubuhnya karena baru saja sembuh dari sakit."Kenapa masih di situ?" Saras menatap heran melihat Mbak Nur masih berdiri mematung di tempat."Biar saya saja yang belanja, Bu," ucap Mbak Nur."Kamu mau bantah aku? Cepat panggil Nadine!" sentak Saras nada suaranya tinggi."Ba-baik, Bu." Mbak Nur tergopoh

    Last Updated : 2023-10-28

Latest chapter

  • Istri yang Kau Hinakan   Bab 14

    Baru saja sembuh dari sakit Saras sudah menyuruh Nadine melakukan pekerjaan rumah yang seharusnya menjadi pekerjaan Mbak Nur saja.Nadine tak bisa menolak, hanya pekerjaan rumah saja baginya memang tak berat. Dia menuruti apapun perintah ibu mertuanya, berharap agar Saras bisa bersikap lebih baik lagi dari sebelumnya. Namun semua itu hanyalah mimpi belaka bagi Nadine. Karena sampai kapanpun Saras tak akan pernah menerima dia jadi menantunya."Bu … stok makanan di kulkas habis," papar Mbak Nur menghampiri majikannya yang tengah duduk di ruang keluarga."Suruh Nadine kesini, biar dia yang pergi belanja!" titah Saras.Mbak Nur terdiam sebentar, dia tau betul jika saat ini Nadine masih lemah tubuhnya karena baru saja sembuh dari sakit."Kenapa masih di situ?" Saras menatap heran melihat Mbak Nur masih berdiri mematung di tempat."Biar saya saja yang belanja, Bu," ucap Mbak Nur."Kamu mau bantah aku? Cepat panggil Nadine!" sentak Saras nada suaranya tinggi."Ba-baik, Bu." Mbak Nur tergopoh

  • Istri yang Kau Hinakan   Bab 13

    "Nadine!" teriak Sadam saat melihat istrinya tergeletak di lantai kamar mandi dengan pakaian basah, wajah pucat dan bibir membiru.Mbak Nur yang berdiri di depan pintu tampak menutup mulut dengan kedua tangannya.Segera Sadam membopong tubuh Nadine, membawa wanita itu ke kamar. "Mbak Nur, ambilkan air hangat dan bawa ke kamarku!""Baik, Tuan." Mbak Nur segera menuruti perintah majikannya.Saat Sadam hendak melangkah naik ke atas tangga, seketika Saras dan Prastyo menghampiri."Kenapa Nadine? Apa yang terjadi sama dia?" tanya Prasetyo heran.Saras tampak terdiam, mendelik sinis tanpa merasa berdosa sama sekali.Sadam melirik ke arah ibunya dan berkata, "tanya saja Ibu, apa yang sudah Ibu lakukan pada istriku."Sadam melanjutkan langkahnya menuju kamar. Dia teramat kesal pada ibunya yang sudah berani mengurung Nadine di kamar mandi. Sadam memang membenci Nadine tapi dia juga tak mau melihat istrinya tak berdaya seperti ini. Kalaupun harus Nadine menderita, tapi bukan begini caranya. Sam

  • Istri yang Kau Hinakan   Bab 12

    Byurrr!Nadine reflek terbangun saat wajahnya basah di siram oleh seseorang.Posisinya yang semula terbaring kini langsung terduduk. Kedua tangan mengusap wajahnya yang basah."Enak banget jam segini masih tidur! Kamu pikir ini rumahmu bisa enak-enakan tidur sampe siang, hah?" bentak Saras."Maaf, Bu, tapi kepalaku pusing. Aku mau istirahat sebentar boleh ya, nanti aku bangun kok," pinta Nadine memelas. Air minum yang diguyurkan ke wajahnya membuat Nadine menggigil kedinginan."Jangan manja! Bangun dan cepat bekerja! Kalau sampai gak turun juga, aku siram kamu pakai air panas, mau?" ancam Saras."Tapi, Bu. Aku sakit." Nadine memeluk tubuhnya yang kedinginan."Dasar perempuan jal*ng!" Saras menyeret tubuh Nadine, menarik lengannya hingga Nadine tersungkur ke bawah lantai."Ampun, Bu. Lepaskan aku!" Nadine memohon."Kalau gak mau aku seret ya kamu bangun dong! Baju udah numpuk belum di gosok jadi cepat sekarang juga bereskan semuanya!" Saras melepas kasar lengan Nadine."Aku izin cuci m

  • Istri yang Kau Hinakan   Bab 11

    "Jangan, Mas Ampun!" pekik Nadine saat Sadam mengambil sabuk yang tergantung pada gagang pintu lemari.Sudah bisa dia duga, apa yang akan dilakukan sang suami dengan menggunakan sabuk di tangannya itu.Saat tangan Sadam terangkat dengan menggenggam sabuk yang hendak dilayangkan pada tubuh mulus istrinya, saat itu juga Nadine gegas bersimpuh pada kaki suaminya."Ampun! Jangan lakukan itu padaku. Aku mohon!" Tangis wanita itu memecah heningnya malam."Aku berani bersumpah demi apapun, aku tidak pernah punya hubungan apa-apa dengan Aksan. Pria itu memang sudah lama menyukaiku, tapi aku tidak pernah menyukainya. Sumpah demi Tuhan!" lirih Nadine.Pria itu menurunkan tangan yang menggenggam sabuk. Lemah seketika tubuh Sadam saat mendengar sumpah dari mulut istrinya. Dia memang sudah keterlaluan memperlakukan Nadine. Tak seharusnya dia berlaku seperti ini. Bertindak kasar pada perempuan bukanlah tabiat yang biasa dilakukannya.Bahkan baru sekali ini dia mengotori tangannya dengan menampar wa

  • Istri yang Kau Hinakan   Bab 10

    Plaaak!Satu tamparan keras mendarat di pipi Nadine hingga tubuh wanita itu terhuyung.Kulit putih itu bersemu merah akibat cap jari yang dilayangkan suaminya. Tak seberapa sakit jika dibandingkan dengan hatinya yang kini terluka namun tak berdarah. Dipermalukan di depan umum seperti ini tak ada satu wanita pun yang mau, apalagi yang mempermalukan dirinya tak lain adalah suaminya sendiri."Berani kasar pada istrimu sendiri? Pria macam apa kamu ini?" Tiba-tiba terdengar suara seorang pria mendekat ke arah mereka."Aksan?" gumam Nadine cukup kaget dengan kemunculan pria itu yang secara tiba-tiba dan tak terduga. Sadam menoleh ke arah sumber suara, menatap tajam pria yang kini sudah berada tepat di hadapannya."Bukan urusanmu, mau aku apakan dia terserahku, dia istriku!" tegas Sadam."Ya, dia memang istrimu. Tapi kelakuan kamu itu tidak mencerminkan perilaku seorang suami terhadap istrinya. Karena ini tempat umum, dan aku berhak mencegah tindakan kasar pria terhadap seorang perempuan."

  • Istri yang Kau Hinakan   Bab 9

    "Jangan lama-lama jabatan tangannya, itu laki orang loh, May!" tiba-tiba muncul Rena masih sahabat kami juga.Nadine baru menyadari jika sedari tadi Maya belum melepaskan tangannya dari Sadam.Spontan Maya melepaskan setelah mendapat teguran dari Rena."Maaf," ucap Maya mengukir senyum terbaiknya pada Sadam.Pria itu membalas senyuman yang tak kalah maut, membuat siapapun yang melihat akan meleleh dibuatnya."Mari kita duduk di sana," ajak Maya menunjuk ke arah sebuah kursi yang melingkar di sudut ruangan.Nadine dan Sadam melangkah mengikuti Maya dengan Rena yang berjalan lebih dulu.Mereka duduk disana sambil mengobrol banyak hal. Mengenang keseruan mereka saat bersekolah, maupun menceritakan keseharian dan kesibukan mereka saat ini."Ngomong-ngomong ini tempat punya dia. Maya sedang sibuk bisnis cafe dan karaoke, sudah buka cabang dimana-mana. Hebat kan?" tutur Rena."Hebat sekali. Kamu wanita karir yang sukses," puji Nadine."Oh jadi ini tempat kamu?" Sadam mengedarkan pandangan k

  • Istri yang Kau Hinakan   Bab 8

    "Apa kamu mencintai Nadine?" Pertanyaan itu terlontar dari mulut Prasetyo ketika Sadam menghampirinya di taman belakang dimana terlihat permukaan air kolam renang yang begitu tenang dan berwarna biru gelap."Kenapa Ayah menanyakan hal itu?" Sadam malah balik bertanya bukannya menjawab pertanyaan ayahnya tadi.Pria berusia 60 tahun itu menoleh pada putra semata wayangnya. Pewaris tunggal dari perusahaan yang dulu dia kelola dari nol hingga sekarang sudah menjadi perusahaan cukup besar dan ternama."Jawab saja, apa susahnya," tukas pria berkumis itu menatap tajam manik mata putranya."Dulu iya, aku sangat mencintainya tapi sekarang setelah aku tau jika ternyata aku menikahi wanita yang salah. Cinta itu sudah terkubur bersama kekecewaan dan rasa sakit hatiku," jawab Sadam."Semudah itu cintamu luntur hanya karena Nadine diduga tidak perawan lagi? Jika memang kamu sudah tidak mencintai Nadine, maka lebih baik kamu ceraikan saja dia, kembalikan dia pada orang tuanya. Seburuk apapun Nadine

  • Istri yang Kau Hinakan   Bab 7

    Nadine bergegas melangkah ke dekat meja kompor dimana mertuanya berdiri di tempat yang sama.Beruntung api belum merambat ke atas wajan penggorengan hingga tak terjadi kebakaran. Hanya saja makanan yang sedang dimasak menjadi berwarna hitam dan gosong. Sudah pasti tak bisa di konsumsi, lalu Nadine mengambil lap dan membuang makanan gosong itu ke tong sampah."Bagus ya, buang-buang makanan seenaknya. Kamu pikir makanan itu hasil mungut? Itu aku beli loh pake uang bukan pake daon!" geram Saras."Maaf, Bu. Tadi aku gak sengaja bikin makanannya gosong, aku ngangkat telepon dari bapak sebentar, lupa matiin kompor." Nadine tertunduk."Dasar ceroboh! Ambil lagi makanan itu, cepat!" titah Saras membentak."Tapi, Bu. Makanannya udah gak layak makan, buat apa diambil lagi," ucap Nadine."Buat makan malam kamu karena sudah buang-buang makanan. Pokoknya malam ini gak ada makan malam buat kamu! Kalau mau makan, pungut tuh dari tong sampah. Lebih cocok untuk gembel seperti kamu," bentak Saras.Kemu

  • Istri yang Kau Hinakan   Bab 6

    "Barusan teman sekolah mengundangku ke acara reuni, dia juga minta agar aku ajak kamu, sekalian mengenalkan kamu sama teman-temanku. Kalau kamu keberatan aku gak akan ikut," ucap Nadine ragu-ragu menyampaikannya."Kapan?" tanya Sadam tanpa menoleh ke arah Nadine lawan bicaranya."Lusa." Nadine merasa lega saat Sadam merespon perkataannya."Aku akan menemani kamu ke acara itu." Sadam menoleh sekilas lalu kembali sibuk dengan layar laptopnya.Senyuman terbit di sudut bibir Nadine, hatinya makin terasa lega. Dia pikir Sadam akan menolak pergi bersamanya ke acara reuni nanti, tapi ternyata Sadam mau ikut dengannya. "Ngapain masih berdiri di situ?" Sadam membuyarkan lamunan Nadine yang terlihat tersenyum-senyum sendiri."Jangan ge-er dulu karena aku mau mengantarmu ke acara reuni. Aku hanya tak ingin orang lain curiga dengan hubungan kita yang kacau. Biarkan mereka menganggap kita ini sepasang suami istri yang harmonis," oceh Sadam sambil tersenyum miring.Baru saja Nadine merasa bahagia

DMCA.com Protection Status