Semakin penasaran nggak nih? Jangan lupa komentar dan kasih rate sama ulasan dong. Biar aku semangat UP. Makasih sudah baca ceritaku. Baca juga cerita menarik lainnya. 1. Terjebak cinta CEO Duda 2. Jodohku Pak Dosen season 2 dan 3 3 menikahi suami sahabatku
Bab 40A Sebuah MimpiLintang mengetuk pintu dan meneriakkan salam. Terdengar jawaban dari dalam.Begitu pintu dibuka, menampakkan sosok gadis berjilbab. Ardi berdiri mematung melihatnya."Maaf, Bu Anggi ada nggak Mbak?""Oh, kamu yang namanya Lintang?" Anak laki-laki yang wajahnya dipenuhi peluh di dahi akibat memboncengkan Ardi pun mengangguk."Ayo masuk! Ini siapa?""Itu Mas Bintang, Mbak.""Bintang." Ardi mengulurkan tangan menyalami Hana."Farhana, Mas. Biasa dipanggil Hana." Ardi mengangguk disertai seulas senyum."Hmm, mari masuk, Mas!""Bu Anggi mana, Mbak?""Bu Anggi mendadak harus ke kampus ada urusan terkait beasiswa gitu, Lin.""Wah Bu Anggi pinter ya kuliah dapat beasiswa," seru Lintang dengan ekspresi takjub, sementara Ardi melihatnya hanya mengulum senyum."Tentu, Lin. Kamu juga harus belajar rajin biar bisa sekolah tinggi, biar ayah ibumu ban
Bab 40B Sebuah Mimpi"Ya baju itu milik Laras. Dia benar-benar Laras. Ya Rabb, apa yang harus aku lakukan."Lagi, Ardi segera mengusap matanya yang mengembun."Lin, sudah beres? Ayo kita pulang! Mas lupa ada janji dengan Pakde Arham." Ardi buru-buru mengajak Lintang pulang. Walau sebenarnya itu hanya sebuah alasan untuk menghindari bertemu istrinya. Ardi belum siap dengan kondisi dirinya yang tak sempurna bertemu dengan Gita."Mbak Hana, kami pulang dulu, ya!""Ya, hati-hati, Lin, Mas!"Hana menatap heran dengan perubahan sikap Ardi. Namun dia baru saja bertemu sekali belum bisa mengenali lebih jauh tentang Ardi.*****Gita memilih duduk di selasar gedung pusat kampus setelah berjam-jam mengurus administrasi beasiswanya. Beruntung dia masih bisa mengejar waktu sebelum deadline yang diberikan. Semua berkat info dari sahabatnya Ela dan Toni. Keduanya selalu mengirimkan informasi yang ada di ka
Bab 41A Bertemu Denganmu "Mas, Mas Bintang. Kenapa Mas murung sepulang dari rumah Bu Anggi? Apa karena nggak jadi ketemu Bu Anggi?"Ardi bergeming, tak menghiraukan cerocosan Lintang. Anak laki-laki itu sudah mulai kesal karena ucapannya tidak digubris Ardi. "Lin, Mas mau ke rumah Pakde Arham dulu. Tolong pamitkan Simbok sama Pak Uwo," pinta Ardi pada Lintang yang wajahnya melongo melihat tingkah pria di depannya itu."Aneh, katanya libur ngajinya. Kok sekarang berubah, Mas Bintang mau ke rumah Pakde." Lintang hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Memilih pergi ke kamarnya, Lintang mau mengerjakan PR supaya bisa jadi anak pintar dan mendapat beasiswa seperti gurunya."Assalamu'alaikum, Pakde.""Wa'alaikumsalam. Mas Bintang kenapa kemari, hari ini libur, bukan?" tanya Pakde Arham heran. Ardi menghela napas panjang untuk menetralkan hatinya yang sedang dilanda kegundahan."Pakde, saya mohon sarannya. Ternyata istri yang sedang saya cari keberadaannya sudah ketemu.""Benarkah? A
Bab 41B Bertemu Denganmu"Anggita," pekik Pak Raihan."Mbak Anggi kenapa, Mas." Hana terkejut mendapati kakaknya menggendong Gita yang tak sadarkan diri."Telpon Bu Bidan, Na!" Hana melihat kakaknya sangat panik pun turut gemetar."Baik, Mas."Gegas Hana ambil ponsel di kamarnya dan menelpon bu bidan untuk datang memeriksa."Anggita sakit apa, Bu?" Bu bidan yang ditanya tidak menampakkan wajah kawatir justru memberikan senyum sumringah."Selamat Pak Raihan sudah menjadi calon ayah. Tolong istrinya dijaga kesehatannya. Jangan terlalu capek dan banyak pikiran. Ini saya berikan vitamin untuk satu bulan. Setiap bulan silakan dibawa periksa bidan atau dokter kandungan.Pak Raihan dan Hana hanya melongo dibuatnya."Kalau sudah tidak ada yang ditanyakan lagi, saya permisi.""Dia, kapan sadarnya, Bu?" celetuk Pak Raihan setelah buyar dari lamunannya."Beberapa menit
Esok harinya, Lintang berlari dari arah memarkir sepeda usangnya bersandar di pagar. "Mas Bintang, Mas. Kamu dimana?" "Ada apa, Lin?" "Mas Bintang mana Mbok?" Bi Irah yang sedang memasak ketela rebus diguncang-guncangkan lengannya. "Itu di kebun sama Pak Uwo." "Mas Bintang." Ardi melihat Lintang berhenti berlari dengan napas ngos-ngosan. Beberapa kali menarik napas panjang. "Kamu kenapa lari kayak dikejar setan gitu, Lin?" seru Ardi. "Bu Anggi, Mas." "Bu Anggi kenapa?" Jantung Ardi berdebar tak karuan, wajah Lintang menyiratkan kondisi istrinya sedang tidak baik-baik saja. "Hari ini bu Anggi nggak masuk ngajar, Mas. Denger-denger Bu Anggi kemarin sore pingsan di rumahnya." "Apa?" Bagai petir menyambar, Ardi tercengang mendengarnya. Pikiran buruk pun menghantuinya. Langit yang mulai menggelap seakan menjadi pertanda hal buruk yang akan dihadapinya. "Ayo, Lin, kita ke rumah Bu Anggi sekarang!" "Tapi, Mas. Ini sudah mendung gelap." "Hujan belum turun, Lin. Tidak ada hala
Bab 42A Belajar Ikhlas "Na, Lin, kenalkan ini Tuan Ardi." Lintang dan Hana memandang heran Gita dan Ardi secara bergantian. "Ras," seru Ardi tak terima istrinya menyebutnya tuan. "Mas Bintang ini majikan saya waktu di kota. Jadi, saya kuliah sambil kerja di rumahnya." "Oh," jawab keduanya serentak. "Kalau begitu saya pamit dulu ya Bu Anggi, mau ngerjain tugas di pesantren. Mas Bintang masih mau ngobrol dengan Bu Anggi, kan?" Hana pun tersenyum seakan sudah bersekongkol dengan Lintang untuk memberikan ruang ngobrol bagi dua insan yang membuat mereka menaruh curiga. "Ya, kamu kerjakan tugas dengan baik saja, Lin. Nanti Mas bisa balik sendiri kalau sudah selesai ngobrol dengan gurumu." Lintang memberi kode oke dengan dua jarinya. Gita menjadi salah tingkah saat Lintang pergi disusul Hana yang pamit ke kamar. Tak ingin sesuatu yang diharapkan terjadi di kamar karena mereka hanya berdua, Gita memilih turun dari ranjangnya. "Kamu mau kemana, Ras?" Ardi berusaha mencegah Gita, tet
Bab 42B Belajar Ikhlas"Maafkan aku, Mas!" Satu kalimat yang membuat Ardi terpaku, detak jantung pun turut berpacu. Seakan ada pertanda tak baik yang akan terjadi. Dadanya bergemuruh saat menatap sosok bergamis marun dengan jilbab instan motif floral itu menunduk seraya merekatkan dua jemari tangan di pangkuan."Maksudmu apa, Ras?""Kita tidak bisa bersama, Mas. Menjaga jarak lebih baik untuk hidup kita kedepannya. Mas kembalilah pada Nona Jessy, dia sangat membutuhkanmu di sisinya."Bagai dihantam palu, pun juga ditusuk ribuan jarum di dadanya. Sakit tak berdarah, Ardi tidak menyangka dibalik perlakuan manis istrinya tersimpan duri-duri halus yang siap ditancapkan didadanya. Nyeri begitu terasa, bola matanya pun kian berembun. Tenggorokan terasa tercekat. Ardi hanya mampu bergeming. Merasa tak tega telah menyakiti orang yang dikasihinya, Gita segera merapikan meja makan."Sebaiknya, Mas segera pulang! Tidak bai
Bab 43A Kisah Kita Selepas Magrib, hujan mulai reda. Lintang memberanikan diri pulang membelah jalanan yang lengang pun juga gelap. Hanya sinar lampu temaram yang memancar dari kejauhan rumah milik beberapa warga. Tok,tok. "Bu Anggi, Bu...." Lintang mengetuk beberapa kali rumah yang ditempati gurunya. "Lintang, kamu belum pulang?" seru Hana dari dalam rumah. Dia menoleh keluar sembari membenarkan cardigannya. "Mas Bintang masih di sini,Mbak?" "Hmm, enggak Lin. Mas Bintang sudah pulang," jawab Hana dengan perasaan sedikit bersalah. "Hah, sudah lama? Padahal tadi hujan petir, Mbak. Aku kawatir sampai tak sabar menunggu reda, lalu bergegas kemari." "Iya beberapa waktu yang lalu masih gerimis, coba kamu segera pulang Lin. Kasian Mas Bintang kalau jalan sendiri sampai ke rumah. Hana tak sampai hati mengatakan kalau Ardi pergi sejak tadi sesaat sebelum hujan turun dengan derasnya. "Baik, Mbak." Lintang segera memacu sepedanya untuk mengejar Ardi. Begitu Lintang berlalu, Hana memb