Jangan lupa tap love dan komentarnya ya. Maaf kalau UPnya sedikit2, aku usahakan tiap hari UP. Bagian ini aku nulisnya sambil nangis, jadi aku baca ulang biar ga ada yg terlewat. Ujian bagi seseorang yang hendak berhijrah adalah keikhlasan. Yuk kasih semangat Ardi biar kuat yak. Makasih sudah baca ceritaku.
Bab 42B Belajar Ikhlas"Maafkan aku, Mas!" Satu kalimat yang membuat Ardi terpaku, detak jantung pun turut berpacu. Seakan ada pertanda tak baik yang akan terjadi. Dadanya bergemuruh saat menatap sosok bergamis marun dengan jilbab instan motif floral itu menunduk seraya merekatkan dua jemari tangan di pangkuan."Maksudmu apa, Ras?""Kita tidak bisa bersama, Mas. Menjaga jarak lebih baik untuk hidup kita kedepannya. Mas kembalilah pada Nona Jessy, dia sangat membutuhkanmu di sisinya."Bagai dihantam palu, pun juga ditusuk ribuan jarum di dadanya. Sakit tak berdarah, Ardi tidak menyangka dibalik perlakuan manis istrinya tersimpan duri-duri halus yang siap ditancapkan didadanya. Nyeri begitu terasa, bola matanya pun kian berembun. Tenggorokan terasa tercekat. Ardi hanya mampu bergeming. Merasa tak tega telah menyakiti orang yang dikasihinya, Gita segera merapikan meja makan."Sebaiknya, Mas segera pulang! Tidak bai
Bab 43A Kisah Kita Selepas Magrib, hujan mulai reda. Lintang memberanikan diri pulang membelah jalanan yang lengang pun juga gelap. Hanya sinar lampu temaram yang memancar dari kejauhan rumah milik beberapa warga. Tok,tok. "Bu Anggi, Bu...." Lintang mengetuk beberapa kali rumah yang ditempati gurunya. "Lintang, kamu belum pulang?" seru Hana dari dalam rumah. Dia menoleh keluar sembari membenarkan cardigannya. "Mas Bintang masih di sini,Mbak?" "Hmm, enggak Lin. Mas Bintang sudah pulang," jawab Hana dengan perasaan sedikit bersalah. "Hah, sudah lama? Padahal tadi hujan petir, Mbak. Aku kawatir sampai tak sabar menunggu reda, lalu bergegas kemari." "Iya beberapa waktu yang lalu masih gerimis, coba kamu segera pulang Lin. Kasian Mas Bintang kalau jalan sendiri sampai ke rumah. Hana tak sampai hati mengatakan kalau Ardi pergi sejak tadi sesaat sebelum hujan turun dengan derasnya. "Baik, Mbak." Lintang segera memacu sepedanya untuk mengejar Ardi. Begitu Lintang berlalu, Hana memb
Bab 43B Kisah Kita*****Esok hari Pak Rahmat sopir Ardi sudah memakirkan mobil di depan halaman rumah Bi Irah. Semalam Ardi sudah berpikir matang menghubungi Pak Rahmat untuk menjemputnya."Bi, saya mau ke kota untuk beberapa hari. Bibi tidak perlu ikut, nikmati saja liburan di sini dulu. Tenang saja gaji Bi Irah tidak akan saya potong," pamit Ardi disertai kelakarnya."Tapi Tuan mau tinggal di mana dan dengan siapa?" tanya Bi Irah kawatir."Bibi tidak perlu kawatir, ada Revan di sana. Saya bisa tinggal di rumahnya."Bi Irah merasa tenang mendapat jawaban dari Ardi."Saya pamit ya, Bi, Pak." Ardi menyalami pasangan suami istri paruh baya itu layaknya orang tuanya."Lin, ayo masuk mobil!" ajak Ardi pada Lintang yang sudah mengenakan pakaian seragam.Mobil melaju ke sekolah Lintang dan tepat berhenti di samping gerbang. Lintang keluar dengan penuh semangat. Dia mera
Bab 44A Maafkan Aku Begitu masuk apartemen Jessy, Ardi disuguhi pemandangan yang tak mengenakkan. Ini jelas bukan kebiasaan Jessy, membiarkan ruangannya berantakan. Melangkahkan kaki menuju kamar, Ardi terbelalak sempurna melihat kondisi Jessy. "Jessy, apa yang kamu lakukan?" teriak Ardi. "Ar, kemana saja kamu? Ayo kita minum! Aku ingin bersenang-senang denganmu. Aku sudah pergi dari Robert. Pria s*alan itu sudah menipuku. Dia licik, Ar, kamu harus membalasnya untukku!" Jessy sudah meracau kesana kemari sembari menenggak minuman. Tampak botol miras berserakan di kamar, nakas, bahkan di ranjang pun juga. Ardi hanya menggelengkan kepala. Sefrustasi inikah Jessy pada Pak Robert, pikirnya. "Hentikan, Jess! Kamu bisa melukai bayimu. Tenanglah, aku akan menjaga kalian!" Mendengar ucapan Ardi, Jessy justru tertawa sumbang. Wajahnya sudah pucat pasi, pipinya sedikit tirus. Kecantikan pun tergerus pelan-pelan. "Buat apa kamu baik padaku, Ar? Aku sudah berbuat jahat padamu. Aku menghiana
Bab 44B Maafkan Aku"Kondisi ibunya kritis. Dia banyak mengkonsumsi minuman beralkohol dan juga obat-obatan. Sekarang kondisinya masih koma. Mohon keluarganya bersabar dan banyak berdoa!"Tubuh Ardi yang semula berdiri seketika luruh ke kursi dengan tongkat tergeletak di lantai tak dihiraukannya."Maafkan aku, Jess! Aku terlambat menolongmu. Aku hanya bisa mendoakan semoga Allah memberikan ampunan padamu." Ardi merasakan kesedihan yang luar biasa. Setelah penolakan Gita istrinya, kini Jessy teman dekatnya dalam keadaan koma. Setidaknya Ardi masih bersyukur Jessy tidak memberikan berkas rahasia perusahaan pada tangan yang salah. Jessy sudah kehilangan bayinya, entah nanti saat sadar apakah kondisi psikisnya akan baik-baik saja Ardi pun tidak tahu.Dua minggu berlalu, Revan berhasil menjalankan misinya atas perintah Ardi. Dia bekerja sama dengan kantor kepolisian berhasil meringkus Robert dan komplotannya."Mel, a
Bab 45A Izinkan Aku Bahagia Sebulan berlalu, Ardi menyibukkan diri dengan pekerjaannya. Dia tidak ingin larut dalam kesedihan yang nyata. Pesan dari Pakde Arham untuk melakukan hal yang bermanfaat selalu diingatnya. Dia tidak ingin membuang waktu dalam hal yang sia-sia.Sejenak Ardi berkutat dengan setumpuk berkas di kantor ternyata bisa melupakan masalah yang menimpanya. Namun kerinduannya pada Gita tidak bisa dipungkiri. Semakin lama justru semakin menyiksa. "Ya Rabb, adakah kesempatan untukku bahagia bersama Laras istriku, juga anak yang dikandungnya? Izinkan aku bahagia kali ini." Doa yang tulus dipanjatkan Ardi di sujud panjangnya. Kini dia tidak pernah melewatkan waktu salatnya. Berharap doa yang dipanjatkannya mampu meluluhkan hati istrinya. Saking sibuknya dia mengerjakan pekerjaan kantor, dia lupa memperhatikan kesehatannya. Nafsu makan yang hilang membuatnya lupa untuk makan teratur. Badannya semakin terlihat kurus, rambut yang mulai panjang pun dibiarkan tanpa dipotong.
Bab 45B Izinkan Aku Bahagia "Van, bagaimana kondisi Ardi? Satpam bilang Ardi sakit parah." "Alhamdulillah sudah ditangani dokter, Mel." "Syukurlah." Melia ikut duduk di samping Revan. Dia melihat Revan meliukkan badan dan kepalanya ke kiri ke kanan. "Capek, ya?" ujar Melia yang diangguki Revan. "Sini aku pijit." "Sebentar saja mijitnya, aku mau pergi keluar dulu setelah ini. Tolong jaga Ardi dulu, Mel!" "Oke." ***** Sudah lewat sebulan sejak Gita mengusir suaminya, tak tampak lagi batang hidung kekasih hatinya itu. Bertanya pada Lintang, anak itu juga tidak tahu menahu. Katanya hanya pamit sebentar ke kota, tetapi yang terjadi justru sebulan lamanya tidak kembali. Hanya sekali Pak Rahmat sopirnya mengantarkan barang belanjaan untuk Bi Irah. Gita terkejut waktu mendatangi rumah Lintang ternyata dia cucu Bi Irah. Dia merasa senang bertemu kembali dengan asisten RT suaminya. Wanita paruh baya itu sudah dianggap seperti ibunya. Gita semakin menanggung rindu yang menyeruak di dada
Bab 46A Pulang "Mas Bintang." Gita terpaku di ambang pintu, menutupi mulutnya yang menganga. Dunianya seakan runtuh melihat kekasih halalnya tak berdaya. "Kenapa dengan Mas Bintang, Van?" Gita mendekat dan memeluk suaminya yang tertidur dengan selang infus melingkar di tangannya. "Maafkan aku, Mas!" "Kalau tidak keberatan, aku minta tolong kamu rawat Ardi, Ras. Hari ini aku melamar Melia, apa kamu tidak kasian dengan kami. Acaranya berantakan sejak aku mendengar Ardi mengunci diri di kamar. Satpam tidak bisa mendengar suaranya saat berteriak memanggil." Gita tercengang, dia semakin bersalah melihat kondisi suaminya. "Jadi, kalian sudah resmi lamaran?" "Belum, harusnya sekarang sudah selesai acaranya. Kamu mau kan tinggal di sini?" "Jangan tanya lagi, ini tanggung jawabku, Van. Tapi, nanti kalau Mas Bintang tahu aku di sini, dia pasti ma..." "Nggak, dia nggak mungkin marah sama kamu, Ras. Justru dia akan senang karena selama ini dia berusaha memantaskan diri untuk menjadi su
Bab 137 EndingSakha sudah seperti buka puasa. Sekian purnama tidak menyentuh istrinya, kerinduan pun berada di puncaknya. "Wajah Mas masih sakit, ini. Aku obatin, ya?""Nggak perlu, Rahma. Aku butuh obat rindu.""Mas!"Rahma sudah tidak bisa mengelak, ia pun merasakan rindu yang menggebu. Keduanya melewati malam panjang ditemani rembulan yang sinarnya menyusup dari celah gorden. Sentuhan lembut Sakha menyapa Rahma membuat hati wanita itu mengembang. Seulas senyum terukir di bibir merahnya."Tenang, Nak, Abi mau mengunjungimu."Sakha memperlakukan istrinya dengan lembut walau di dalam sana sudah menahan gair*h yang memuncak. Ia tidak ingin membuat trauma istrinya yang sedang hamil besar.Satu jam berbagi peluh membuat keduanya kelelahan. Sakha memberikan kecupan hangat di kening Rahma. Hingga wanita itu memejamkan mata menikmati ketulusan suaminya."Terima kasih, Sayang.""Terima kasih juga, Mas."Waktu kian berlalu, detik tergerus oleh menit hingga menit berganti menjadi jam. Purnama
Bab 136 Rindu "Percuma, Arga. Kakakmu dari dulu sudah begitu," imbuh Pak Ardi ketus."Ya Allah, Pa, Arga. Ini salah paham," lirih Sakha yang merasakan tubuhnya sudah lunglai."Apa?! Astaghfirullah, ini pasti salah paham.""Pa, Arga, tunggu!" teriakan Sakha tidak digubris dua lelaki beda generasi itu. Pak Ardi dan Arga sudah masuk mobil meninggalkan kediaman untuk menemui Rahma yang terbaring di rumah sakit."Astaga, Mas Sakha kenapa?" Dari dalam rumah keluar satpam yang sedari tadi dicari Sakha."Bapak kemana saja? Muka saya sudah babak belur kayak maling, nih," dengkus Sakha sambil menahan nyeri akbitan tamparan papanya dan juga pukulan Sakha."Ayo, Pak. Kita ke dalam dulu. Bi, Bibi. Tolong ambilkan air kompres untuk Pak Sakha!" "Hah, Mas Sakha kenapa?""Jangan banyak omong, cepat ambilkan."Bibi ART pun mengangguk. Gegas ia ke dapur mengambil air kompres."Maaf, Mas. Tadi saya membereskan kamar Mbak Rahma sama bibi." Satpam mengucap dengan sedikit takut membuat Sakha penasaran."Me
Bab 135 PulangPenerbangan Padang-Jakarta akhirnya pesawat mendarat di bandara Soekarno Hatta. Sakha memang sengaja belum mengabari orang rumah tepat hari apa pulangnya. Ia harus menyiapkan keperluan Cantika dan neneknya di rumah sakit ternama di Jakarta. Setelahnya, Toni yang akan menemani Cantika untuk proses operasi mata neneknya."Pak Toni tolong Cantika ditemani sampai keperluannya tidak kurang satupun," ucao Sakha sambil menyenderkan punggung di sofa tunggu bandara. Mereka masih menunggu bagasi."Siap, Pak. Oya, Pak Sakha yakin tidak perlu ditemani pulang sampau rumah terlebih dulu?" tanya Toni basa-basi."Ckkk, bukankah Pak Toni senang langsung bisa menemani Cantika?" Sakha justru balik bertanya membuat Toni terkesiap."Nanti kalau Cantika bingung di kota ini, Pak Toni yang repot, kan? Gadis itu nggak ada duanya,"ucap Sakha terkekeh."Dia gadis yang pintar, Pak. Nggak mungkin nyasar di kota ini," balas Toni sambil tersenyum."Pak Toni nggak takut Cantika nyasar, tapi takut dia k
Bab 134 Tuntas"Terima kasih atas kerja samanya, Pak Sakha."Seorang pimpinan petugas kepolisian menjabat tangan serta mengucap terima kasih pada Sakha di ruang kerjanya. Sebab Sakha telah membantu petugas kepolisian untuk menegakkan keadilan. Tuntas sudah tugas Sakha di kota ini."Kalau begitu, saya pamit dulu, Pak. Saya harus menemui warga untuk m3nyampaikan hak-haknya,"ucap Sakha yang diangguki petugas. Sakha kembali menaiki mobilnya yang disopiri Toni menuju kediaman Pak Cokro. Di rumah orang terhormat di kampungnya itu telah berkumpul banyak warga. Ada juga karyawan Sakha yang sudah lebih dulu sampai di sana. Sementara itu, Cantika absen karena harus menemani neneknya melakukan diagnosis oleh dokter di rumah sakit."Kita sudah sampai, Pak." Toni menoleh lalu menggelengkan kepalanya. Ia tahu betul Sakha dangat kelelahan beberapa hari terakhir. Sebab anak bosnya itu kejar target melumpuhkan musuh ayahnya. Beruntung Cantika bisa diajak kerja sama, pun Pak Cokro dengan senang hati mem
Bab 133 Tertangkap TanganSenja menampakkan warna jingga yang indah di cakrawala. Cantika segera pulang ke rumahnya karena sang nenek pasti lama menunggu. Seharusnya, ia pulang siang hari, tetapi demi membantu pihak keamanan untuk menggrebek Robert, kepulangannya molor."Nek, nek." Cantika mendapati neneknya tiduran di kamar. Gadis itu mendekat lalu mengusap lembut wajah sang nenek. Setitik bulir bening menetes membasahi pipi mulusnya. wanita ini telah merawatnya sejak kecil. Cantika yatim piatu, entah di mana orang tuanya kini iapun tidak tahu. Kata Sang nenek orang tuanya telah meninggal. Tapi sunggu misterius baginya."Ika. Kamu sudah pulang?""Iya, Nek. Ika mau siapin baju buat kita ke rumah sakit. Nenek akan diobati dokter di sana biar bisa melihat lagi."Ucapan Cantika tersendat karena isakan kecil menyusul."Bukannya tadi siang kamu sudah pulang?""Hah, enggak. Ika barusan pulang dari bekerja."Cantika sedikit heran, apa ada yang datang ke rumah. Kenapa neneknya merasa ia sudah
Bab 132 Mencuri barangSakha merencanakan strategi untuk menangkap Robert beserta anak buahnya. Dia telah mengumpulkan bukti-bukti dibantu oleh Pak Cokro dan Cantika. Bekerja sama dengan pihak berwajib, Sakha ingin pekerjaan di proyek pembangunan jalan tol berjalan lancar. Ia ingin segera pulang sebelum istrinya melahirkan. Janji di awal hanya pergi satu dua bulan. Hingga kini kehamilan Rahma terhitung masuk trimester tiga.Semalam ia menelpon istrinya."Sayang, maafkan aku baru sempat menelpon. Pekerjaan di sini sungguh menyita waktu. Sinyal juga susah karena lokasi di tengah hutan.""Ia Mas. Aku tahu, yang penting kamu sehat dan baik-baik saja di sana. Aku percaya Mas melakukan kerja keras di sana. Ada Pak Toni yang menemani, aku pun lega.""Iya, Sayang. Selesai proyek di sini, aku segera kembali ke Jakarta. Doakan tidak sampai melewatkan kelahiran anak kita, ya.""Iya, Mas.""Jam segini kok belum tidur, Sayang?""Hmm, akhir-akhir ini aku susah tidur, Mas. Nggak tahu, pikiran selalu
Bab 131 TipuanHari berganti hari hingga menjadi minggu, Cantika berperan dengan tipuannya sebagai wanita penggoda Sakha. Dia bersikap manja saat bersama laki-laki itu. Sesekali meluncurkan rayuan saat di depan Robert. Toni sampai harus menahan diri untuk tidak tertawa saat melihat aksi mesra keduanya. Akting Sakha dan Cantika layak diberi apresiasi seperti bintang sinetron"Gimana, Sayang. Kita ambil saja proyek dengan Pak Robert. Track recordnya sudah tidak diragukan lagi. Bagi hasil keuntungannya juga besar. Ayolah, nanti setelah proyek selesai, kita bisa liburan ke pulau yang indah berdua," ungkap Cantika dengan gaya centilnya.Robert yang melihat dari balik meja kerjanya tersenyum menyeringai. Dia memang memerintahkan Cantika untuk merayu Sakha supaya bisa diajak kerja sama. Dengan nama perusahan Sakha, kerja ilegal Robert bisa disamarkan."Baiklah, saya perlu membaca surat kerjasamanya terlebih dulu Pak Robert. Paling lama tiga hari, saya akan memberi kabar hasilnya.""Jangan lam
Bab 130 SepakatSetengah jam, Sakha dan Toni duduk di luar kamar yang dimasuki Cantika dan wanita yang sudah renta tadi. "Pak, gimana? Kenapa gadis itu belum keluar juga?"Sakha hanya mengedikkan bahu. Ia lalu beranjak dari duduk dan mendekati kamar. Berhenti sejenak di depan pintu yang sedikit terbuka. Tampak di sana Cantika sedang membenarkan posisi yang nyaman untuk wanita tua tadi."Nek, istirahat saja. Ika baik-baik saja, kok.""Jadi gadis itu biasa dipanggil Ika. Pantas tidak ada yang kenal Cantika."Sakha mengembuskan napasnya kasar. Ia baru sadar kalau Cantika bekerja untuk menghidupi wanita tua yang pantas jadi neneknya itu.Beberapa menit kemudian, Cantika sudah turun dari ranjang dan berniat keluar. Sakha segera kembali ke kursi duduk bersama Toni."Gimana, Pak?" tanya Toni penasaran.Sakha hanya memajukan dagu ke arah pintu kamar di mana Cantika keluar dari sana."Kenapa kalian masih ada di sini? Sana pergi, jangan ganggu aku!"Cantika melenggang masuk ke sebuah ruangan ke
Bab 129B Ancaman"Berhenti! Atau kalian babak belur keluar dari sini.""Ups, sial. Gadis ini kuat juga, Bos.""Awas!" pekik Sakha saat bogeman Cantika mengenai Rahang kiri Toni.Tidak keras tetapi mampu membuat nyeri di pipi Toni."Astaga, perempuan ini ganas sekali."Sakha jengkel sekaligus menahan tawa. Bisa-bisanya ia dan Toni dikalahkan perempuan."Oke,oke. Kami mundur. Sekarang katakan. Apa tujuanmu berbuat licik padaku, hah?"Sakha mencoba bernegosiasi. Ia tidak ingin salah melangkah dan akhirnya usahanya membela hak warga gagal."Aku jelas butuh uang. Jadi kalian pergi saja. Karena kedatangan kalian ke sini hanya akan membuat masalah bagiku.""Oke, berapa uang yang kamu butuhkan? Aku bisa mencukupi lebih banyak dari yang diberikan Robert. Kamu tahu dia bukan siapa-siapa. Dia mantan napi karena sudah menipu ayahku. Sekarang katakan butuh uang berapa kamu? 100juta, 200juta, setengah milyar?"Cantika terkesiap mendengar uang yang besarnya menggoda."Pak. Jangan gila! Pak Ardi tidak