Anggita benar-benar merajuk kepada kakaknya itu, bahkan dia tidak mau keluar dari kamar dirinya tidak ingin bertemu dengan Baskoro. Seharusnya lelaki itu datang menemuinya dan mengatakan jika dirinya salah karena terlalu mentolerir tentang kehidupannya. Dirinya juga bukanlah seorang anak kecil yang semuanya harus diatur oleh kakaknya.Beberapa kali Fanya memanggilnya untuk sarapan bersama, tetapi Anggita tidak juga keluar dari kamarnya ia lebih memilih menahan rasa laparnya daripada harus melihat wajah kakaknya tersebut ia takut jika kembali bertemu dengan Baskoro justru lelaki itu akan kembali lagi mengatakan perihal Caraka dan mengatakan bagaimana ia harus menghadapi Caraka.Baskoro tengah sarapan bersama dengan istri dan juga anaknya ia tidak melihat kehadiran sang adik di meja makan tersebut. Dirinya memang tidak merasa bersalah karena ia hanya ingin yang terbaik untuk adiknya tersebut apa salahnya jika ia terlalu mengatur Anggita dirinya hanya takut jika adiknya kembali ke jurang
Melihat anak itu di bawa ke dalam ambulans, ia juga langsung membawa Bunga ke dalam mobilnya untuk mengikuti Sasy.Anggita meminta sang sopir untuk mengikuti ambulans tersebut, ia juga belum masih berusaha untuk menenangkan sang keponakan yang terus-terusan menangis tanpa henti itu. Melihat bunga yang terus-terusan menangis itu hal tersebut membuat dirinya merasa tidak senang karena dirinya juga bingung harus bagaimana."Bunga, Sasy kenapa?" tanya Anggita. Dirinya berusaha untuk mengorek informasi dari keponakan yaitu bagaimana bisa saksi dalam keadaan seperti itu? Bunga menangis terus. "Sasy, Dia tadi terpelesetan nggak, saat itu aku sudah berada di bawah dan sasy kembali lagi ke atas karena kotak pensilnya tertinggal, tetapi sepertinya dia terpeleset." Begitu penjelasan dari Bunga. Anggita berusaha untuk menenangkan keponakannya itu ia tidak ingin jika Bunga merasa trauma akan hal tersebut apalagi keponakannya tersebut sampai menangis tersedu-sedu. Sasy adalah sahabat karibnya ten
Caraka terlihat sangat kacau, dirinya merasa jika hidupnya benar-benar hampa tanpa adanya sang Putri apalagi putrinya itu terlihat belum ada tanda-tanda jika ia akan segera sadar hal itulah yang membuat pria itu semakin merasa hancur karena baginya sang buah hati adalah satu-satunya belahan jiwa yang selama ini ada untuknya semangat hidupnya untuk kembali bangkit lagi dari rasa traumanya itu. Walaupun anaknya memang sudah mendapatkan donor darah, tetapi dokter belum juga memberikan kabar baik kepada mereka karena para tenaga medis masih mengobservasi keadaan dari putrinya itu mereka juga mengatakan sudah melakukan yang terbaik.Sasy belum juga sadar setelah operasi panjang itu. Anggita masih di rumah sakit, sementara Bunga dan Fanya sudah pulang. Karena anak itu sudah sangat kelelahan seharian menangis bahkan tadi saat pulang pun keponakannya itu masih tertidur pulas. Anggita masih berada di rumah sakit karena dirinya takut jika nanti tiba-tiba sasi akan kembali membutuhkan donor dar
Akhirnya Caraka makan, Anggita pun ikut makan kembali dengannya. Tak ada pembicaraan apa pun, keduanya fokus pada makanan masing-masing saja. Anggita juga merasa bersyukur karena akhirnya Caraka mau makan walaupun harus dirinya sedikit paksa, dirinya heran walaupun sudah tua mengapa lelaki itu harus dipaksa dahulu seperti anak kecil saja."Kamu juga dimakan jangan cuma dilihat ini saja memangnya nasinya bisa hilang tiba-tiba," ujar Caraka."Kamu jangan bikin mood aku hancur.""Makanya makan, mau aku suapi?" Anggita tiba-tiba tersedak makanan yang tengah dirinya kunyah itu sampai ia terbatuk-batuk. Wanita tersebut kesulitan untuk membuka botol minum.Caraka langsung saja merebutnya dan dirinya yang membukakan botol minum tersebut lalu kembali memberikannya kepada Anggita. "Jika tidak bisa membuka sendiri apa sulitnya untuk meminta tolong jangan memaksakan," ujar Caraka kembali."Terima kasih tanganku licin dan aku juga kan sedang lemas makanya itu aku tidak bisa membuka botol minumnya
Wanita itu benar-benar merasa malu mengapa saat-saat seperti ini justru Caraka mengatakan hal tersebut. Untuk menghindari lelaki itu semakin memojokkannya maka ia memilih untuk segera masuk ke ruangan dari Sasy sebagai pelarian.Anggita tak tega melihat wajah gadis kecil yang sedang terbaring di ranjang itu. Hatinya benar-benar merasa sedih melihat anak dari Caraka terbaring lemah seperti itu, walaupun ia bukan ibu dari anak tersebut, tetapi dirinya bisa merasakan sedih yang begitu mendalam entahlah dirinya berusaha tersenyum membalas senyuman dari Sasy saat melihat dirinya.Sasy tersenyum saat ia masuk. Tak banyak bicara, Anggita duduk di pinggir ranjang sambil menatap wajah Sasy. Anak kecil itu terlihat baru saja menangis karena dari sudut matanya berkaca-kaca, anggota langsung saja menyeka air mata yang masih ada di pipi dari Sasy."Anak cantik tidak boleh menangis nanti cantiknya luntur loh." Anggita mengusap pipi dari gadis mungil yang ada di hadapannya, bagaimana bisa seorang an
Tak banyak pembicaraan antara Anggita dan Caraka di dalam mobil Karena kini Caraka semakin peka terhadap wanita itu ia juga tidak ingin terlihat seperti orang yang mengejar-ngejar Anggita karena dirinya sadar sepertinya Anggita bukan tipikal wanita yang menyukai laki-laki agresif maka dari itu dirinya memilih untuk biasa-biasa saja dan tidak ingin membuat jika wanita yang sudah mendonorkan darahnya untuk putrinya itu merasa tidak nyaman berada di dekatnya."Aku langsung pulang ya." Caraka juga memilih untuk langsung pamit setelah mengantarkan Anggita sampai di depan pintu gerbang, ia hanya menitip salam untuk Baskoro saja karena dirinya memang tidak bisa mampir ia juga harus mengejar waktu untuk bisa ke kantor karena memang ada meeting penting yang tidak bisa dirinya tinggalkan.Anggita mengangguk lalu dirinya segera masuk ke rumah baru saja menginjakkan kaki di rumah itu ia sudah diberondong berbagai macam pertanyaan dari kakak-kakaknya yang berada di meja makan."Bagaimana keadaan S
Anggita sungguh tak menyangka demi uang dan harta, ibu mertuanya bisa bersikap baik. Sedangkan dulu, saat ia terhina sebagai gadis kampung, mana pernah wajah manis dan senyum itu muncul di bibir ibu mertuanya. "Mungkin saja jika dulu aku mengatakan yang sesungguhnya perihal siapa diriku yang sebenarnya aku tidak akan mengetahui jika ternyata keluargamu pandai bermuka dua," ungkap Anggita. Wanita itu memilih untuk melipat kedua tangannya di dada kini ia tidak mau lagi diinjak-injak oleh mantan ibu mertuanya tersebut.Mendengar hal tersebut membuat Bu Neni menjadi sedikit keterlaluan bahkan dirinya pun memperlakukan Anggita melebihi pembantu karena jika pembantu mendapatkan pembayaran dan menantunya tersebut hanya mendapatkan cacian saja dari dirinya dan juga Beni. Setelah ia mengetahui jika Anggita adalah orang kaya bahkan kekayaannya melebihi kekayaan dari menantunya yang selalu ia banggakan iya benar-benar merasa sangat menyesal maka dari itu tadi dirinya memaksa untuk ikut ke pers
Persidangan berjalan dengan tegang karena banyak sanggahan dari Beni. Walaupun sudah ditolak oleh Anggita, tetapi lelaki itu bersikukuh ingin tetap mempertahankan rumah tangganya bahkan banyak hal-hal yang bertolak belakang diceritakan oleh Beni di dalam pengadilan tersebut.Pak Alam melirik ke arah Anggita, melihat kliennya begitu santai menanggapi ucapan dari Beni membuat pengacara itu menjadi sangat senang karena Anggita tidak terpancing dengan ocehan ocehan yang dibuat oleh Beni."Saya memiliki bukti jika Beni berselingkuh dengan nona Sandra coba lihat semua bukti ini." Pak Alam menyerahkan bukti-bukti yang sudah dirinya kumpulkan selama ini untuk semakin memperkuat persidangan. "Bahkan klien saya di rumah itu pun dijadikan seperti seorang pembantu, tidak pernah mendapatkan nafkah seperti uang bulanan," ungkap Pak Alam lagi.Lelaki itu adalah seorang pengacara hebat maka setiap argumen yang dirinya berikan pasti akan menambah poin plus untuk kliennya. Dirinya adalah seorang pengac