"Mana bisa mengambil keputusan seperti itu, Pak Raka!""Stop memanggil aku dengan sebutan Bapak. Panggil aku Raka," ujar Raka penuh penekanan. Anggita mengigit bibir bawah, ia sangat kesal dengan pria di hadapannya. Kali ini si kulkas dua pintu mulai banyak bicara. Entah apa yang sedang ia rencanakan kali ini. Melihat wajah masam Anggita, Raka semakin tak kuasa dengan pesonanya. Semakin marah, wanita di hadapannya semakin menggemaskan. Ia pun menarik pinggangnya hingga wajah mereka begitu dekat. "Ih, apaan sih." Anggita mendorong tubuh besar Raka hingga menjauh. Merasa lepas kontrol, Raka pun meminta maaf karena dia tak bisa mengendalikan semuanya. "Aku minta maaf. Kamu sangat menggemaskan, jadi ...." Belum selesai bicara, Anggita sudah meninggalkan dirinya. Terpaksa Raka berlari mengejarnya hingga ke mobil. "Anggita, dengarkan saya." Raka menahan tangannya, Anggita membuang muka karena merasa malu saat Raka terus memujinya. "Saya enggak bermaksud, eh aku minta maaf dan janji
Beni pulang ke rumahnya, dirinya sangat kesal karena kejadian tadi benar-benar membuatnya tidak emosi. Tidak menyangka jika Anggita akan membalasnya dengan menjadi istri Caraka sang bos. "Agh, kenapa aku sekesal ini. Dulu saat membuangnya tak sama sekali menyesal." Beni bergumam sendiri.Tak habis pikir juga bagaimana wanita itu bisa kenal dengan Caraka padahal selama menjadi istrinya Anggita tidak pernah pergi keluar rumah ataupun bersosialisasi dengan teman-temannya yang dahulu karena pekerjaan rumah yang tiada hentinya. Bagaimana Baru beberapa bulan mereka berpisah wanita itu langsung bisa kenal bahkan menjadi calon istrinya dari sang bos."Bukanya dia dengan artis itu, kenapa bisa sama si bos? Benar-benar Anggita bikin kepala ini cenat-cenutm. Bahkan kalau di bandingkan dengan Sandra, dia kini kalah jauh dari Anggita."Proses perpisahan saja baru sekali sidang dan belum resmi tetapi bagaimana bisa mantan istrinya itu sudah menjadi calon istri dari orang lain. Pantas saja saat di
Baskoro sudah menyiapkan acara untuk mengenalkan Anggita pada rekan bisnis mereka. Semua acara sudah tersusun rapi serta dirinya persiapkan dengan matang-matang ia ingin membuat nama anggota harum dalam acara ini."Kamu sudah siap dengan semuanya Git?" tanya Baskoro. "Sudah kak," ujar Anggita.penampilan sang adik sangat cantik dan elegan. Sepertinya Anggita sudah sangat mantap untuk memperkenalkan dirinya sebagai anggota keluarga Mahesa.Acara ini sudah Baskoro susun sedemikian rupa selain menjadi acara tahunan karena mengundang beberapa investor serta pola keluarganya untuk berkumpul ini juga sebagai ajang tali silaturahmi antar sesama karyawan serta bos-bosnya memanfaatkan kesempatan ini untuk mempublikasikan tentang adiknya Anggita yang selama ini tidak pernah diketahui oleh khalayak umum.Hari ini acara itu berlangsung, rekan bisnis juga para karyawan sudah diundang. Begitu juga dengan Caraka yang mengundang semua karyawan inti mereka terutama Beni serta Gani dan juga keluargany
Wajah Anita pucat mendengar ucapan Gani. Jika di tanya takut miskinlah dia, sudah jelas dia sangat takut dengan kalimat itu. Menjadi miskin, Anita kembali menggelengkan kepala karena takut menjadi seperti Anggita dulu."Sudahlah, jangan di bayangkan. Semoga saja Mbak Gita enggak mencari-cari kesalahan kamu. Untung saja aku baik sama dia." Gani pun melewati sang istri yang sejak tadi ketakutan. Gani mengambil minum dan bertemu dengan Anggita tak sengaja."Gan, datang juga?" Anggita menyapa Gani."Eh, Mbak Gita. Datangalah, kan walau anak perusahaan kecil aku tetap harus ikut dalam perjamuan ini. Kali saja menjadi maju perusahaan kecilku." "Wah, kamu memang pekerja keras. Semoga aku bisa join dengan perusahaan kamu," ujar Anggita.Sejak menikah dengan Beni, Gani dan Rani baik padanya. Hanya saja entah Gani tak mengerti jika istrinya malah berlaku tak baik pada Anggita."Mbak, kenapa enggak bilang dari dulu kalau Mbak itu adiknya Pak Baskoro?""Oh, itu. Ah sudahlah semua tak usah di ba
Beni dan juga ibunya memilih untuk pulang lebih dulu karena wanita itu masih syok apalagi harus berhadapan dengan Anggita yang ternyata adalah adik dari Baskoro membuat bu Neni menjadi sakit kepala karena terkejut dengan hal tersebut."Rani cepat ambilkan minum untuk ibu." Beni meminta sang adik untuk mengambilkan air minum untuk ibunya tersebut dan bu Neni memilih untuk menyandarkan diri di sofa ruang tamu mereka.Wanita itu menatap ke atap rumahnya ia masih benar-benar tidak menyangka karena menantu yang selama ini dirinya hina dan pandang sebelah mata ternyata menyimpan sebuah rahasia besar mengapa anggota tidak mengatakan sejak awal jika dia anak orang kaya seandainya dirinya mengetahui hal itu lebih dulu tentu saja ia akan memperlakukan anggota dengan baik. Bu Neni menatap ke arah Beni yang tengah mengusap wajahnya dengan gusar."Kenapa kamu tidak membawa Anggita saja untuk kembali ke sini dan menjadi istrimu?" Ia yakin putranya itu tampan dan juga dahulu anggota terlihat sangat
Memang setelah tadi memperingatkan kakaknya itu perihal jika ia tidak boleh terlalu mengekang Anggita, Evan segera pamit karena dirinya tidak ingin jika sang adik justru kembali pergi menjauhi saudara-saudaranya lagi ia tidak menginginkan hal itu terjadi. Cukup dua tahun mereka kehilangan Anggita dan sekarang ia tidak ingin hal itu kembali terjadi lagi.Baskoro menatap sengit ke arah istrinya itu, kenapa justru Fanya seperti berpihak kepada Anggita padahal dirinya hanya ingin yang terbaik untuk adiknya tersebut dan tidak menginginkan hal lainnya lagi.Fanya juga tidak terlalu menyukai sang suami yang terlalu mengatur adiknya itu. "Anggita juga memiliki privasi lagi pula untuk apa dia menikah lebih cepat biarkan dia menikmati kesendiriannya daripada menikah cepat lalu ia menyesal kembali untuk apa traumanya saja belum terobati kenapa kamu terus-terusan menjodohkan Anggita dengan Caraka sedangkan Caraka saja santai-santai dan tidak menuntut untuk menikahi Anggita secara cepat," ungkap F
Anggita benar-benar merajuk kepada kakaknya itu, bahkan dia tidak mau keluar dari kamar dirinya tidak ingin bertemu dengan Baskoro. Seharusnya lelaki itu datang menemuinya dan mengatakan jika dirinya salah karena terlalu mentolerir tentang kehidupannya. Dirinya juga bukanlah seorang anak kecil yang semuanya harus diatur oleh kakaknya.Beberapa kali Fanya memanggilnya untuk sarapan bersama, tetapi Anggita tidak juga keluar dari kamarnya ia lebih memilih menahan rasa laparnya daripada harus melihat wajah kakaknya tersebut ia takut jika kembali bertemu dengan Baskoro justru lelaki itu akan kembali lagi mengatakan perihal Caraka dan mengatakan bagaimana ia harus menghadapi Caraka.Baskoro tengah sarapan bersama dengan istri dan juga anaknya ia tidak melihat kehadiran sang adik di meja makan tersebut. Dirinya memang tidak merasa bersalah karena ia hanya ingin yang terbaik untuk adiknya tersebut apa salahnya jika ia terlalu mengatur Anggita dirinya hanya takut jika adiknya kembali ke jurang
Melihat anak itu di bawa ke dalam ambulans, ia juga langsung membawa Bunga ke dalam mobilnya untuk mengikuti Sasy.Anggita meminta sang sopir untuk mengikuti ambulans tersebut, ia juga belum masih berusaha untuk menenangkan sang keponakan yang terus-terusan menangis tanpa henti itu. Melihat bunga yang terus-terusan menangis itu hal tersebut membuat dirinya merasa tidak senang karena dirinya juga bingung harus bagaimana."Bunga, Sasy kenapa?" tanya Anggita. Dirinya berusaha untuk mengorek informasi dari keponakan yaitu bagaimana bisa saksi dalam keadaan seperti itu? Bunga menangis terus. "Sasy, Dia tadi terpelesetan nggak, saat itu aku sudah berada di bawah dan sasy kembali lagi ke atas karena kotak pensilnya tertinggal, tetapi sepertinya dia terpeleset." Begitu penjelasan dari Bunga. Anggita berusaha untuk menenangkan keponakannya itu ia tidak ingin jika Bunga merasa trauma akan hal tersebut apalagi keponakannya tersebut sampai menangis tersedu-sedu. Sasy adalah sahabat karibnya ten