Fery baru saja selesai rapat, saat dirinya masuk ke ruangan. Ia melihat sebuah kotak kecil berada di atas mejanya. Ia mengambil kotak tersebut, terdapat namanya dan alamat kantornya namun tidak diketahui dari siapa kotak ini dikirim.Ferry terus saja membolak-balikkan kotak tersebut. Lalu ia menggerakkan naik turun ingin tahu sebenarnya benda apa yang ada di dalam kotak tersebut. Namun, ia tidak bisa menebak isi kotak tersebut. Daripada dirinya terus penasaran. Fery pun membuka bungkusan kotak tersebut, sebab sudah jelas jika bingkisan berbentuk kotak itu adalah untuk dirinya.Saat ia membuka pembungkus kotak tersebut, ia melihat sebuah surat kecil yang bertuliskan 'jika nanti dirinya membuka kotak ini maka dia tidak boleh terkejut'.Rasa penasaran pun semakin besar saja. Ia tidak memedulikan surat kecil itu, ia langsung membuka dan saat kotak tersebut berhasil dibuka alangkah terkejutnya Fery.Fery terlihat marah saat ngambil benda yang ada di dalam kotak tersebut. Lalu ditatapnya s
Nayla kekeh tidak ingin pergi, selama ia bisa mempertahankan rumah tangganya, maka ia akan terus memohon. Ia ingin mempertahankan rumah tangganya, tak ingin hanya karena kesalahpahaman rumah tangganya jadi taruhannya. “Apa kamu sama sekali tidak mau memberikan aku kesempatan untuk menjelaskan? Foto itu memang asli, tapi hubunganku dengan Raka hanya sebatas teman,” terang Nayla mencoba untuk menjelaskan yang sebenarnya.“Teman? Teman tapi mesra iya kan?” tuduh Fery, ia sama sekali sudah tidak mempercayainya lagi.‘”Sudahlah, Fer, usir aja wanita seperti ini. Dia sudah gak berguna, tega selingkuh pula. Apa iya kamu masih mau mempertahaannkan wania seperti ini?” Siska malah memancing profokasi hingga Fery semakin terlihat panas. Dan akhirnya terbawa suasana.Nayla menatap Siska, ia tidak sangka akan mendengarkan perkataan menyakitkan dari Siska. “Ibu, ibu adalah orang paling tua di sini, harusnya ibu menjadi penengah, bukan malah semakin memperkeruh keadaan," Nayla sama sekali tidak m
Di teriknya matahari yang begitu panas, Nayla terus melangkah tak arah tujuan. Ia tidak tahu akan pergi ke mana. Sebab ia sama sekali tidak memiliki keluarga. Ia tidak memiliki tempat untuk kembali. Sungguh hatinya nelangsa, kenapa dengan begitu mudahnya Fery menceraikannya? Dia Lebih percaya foto-foto tersebut ketimbang mendengar penjelasannya. Dan yang jadi pikirannya dari mana foto-foto tersebut, siapa yang sudah tega menciptakan kesalahpahaman diantara dirinya dan Fery.Langkah Nayla begitu gontai, entah harus seperti apa kedepannya. Tanpa ada orang yang ia cintai di sampingnya. Tubuhnya sudah terlalu lelah, lalu Nayla pun bermaksud untuk beristirahat. Penyakitnya ini membuat Ia gampang sekali kelelahan.Pandangan Nayla ia edarkan ke setiap penjuru jalanan sepi itu. Hingga ia melihat sebuah bangku kosong di bawah qpohiqn. Cepat-cepat NAYLA berteduh di sana. Nayla meletak tasnya lalu ia pun duduk. Ia duduk melamun, hingga adegan di mana dirinya diusir Fery terputar di memor
Mbok Ijah baru saja keluar dari kamar, sementara Raka yang sedang di balkon pun menghampiri Mbok Ijah dan menanyakan bagaimana dengan Nayla sekarang."Bagaimana dengan teman saya?" tanya Raka kepada Mbok Ijah."Temannya udah dibantu mandi sama di bantu ganti baju, tapi sedari tadi diam terus," Mbok Ijah menceritakan apa yang terjadi dengan Nayla.Raka Menghela napas seraya menyurai rambutnya ke belakang. Sungguh ia penasaran Apa yang sebenarnya terjadi dengan Nayla. Hingga Nayla terlihat semenyedihkan itu."Oke, Mbok, terima kasih ya atas bantuannya." "Iya Tuan sama-sama. kalau begitu Mbok ke bawah dulu," izin Mbok Ijah.Dengan mengangguk Raka mengizinkan Mbok Ijah untuk kembali ke bawah.karena penasaran cenderung khawatir, Raka pun masuk ke kamarnya. Ia melihat Nayla tengah duduk di ranjang dengan tatapan kosong. Raka tidak bisa tinggal diam membiarkan Nayla seperti ini.Secara perlahan, Raka mendekat ia lalu duduk hingga saling berhadapan. Nayla menyadari kehadiran Raka, hingga
Setengah jam kemudian Maureen baru saja tiba, ia langsung menanyaka keaadaan Nayla pada Raka. Raka yang selalu tahu mama nya selalu riweh hanya bisa diam, seraya memijat pelipisnya yang sakit. Sakit karena terus saja kepikiran Nayla.“Raka mana Nayla? Mama mau tahu keadaannya sekarang.” Ujar Maureen dengan riwehnya. Bahkan ia sampai menggoyang -goyangkan lengan Raka.“Nayla lagi tidur, mama bisakan suaranya dipelanin dikit. Raka yakin kalau suara mama terus di full-in seperti ini, Nayla akan terbangun." celetuk Raka dan Raka sukses mendapatkan tepukan dari Maureen.“Kamu gitu banget ke mama sendiri.” protes Maureen seraya memukul lengan Raka.“Ini kan fakta, Ma. Gini, nih, Mama suka gak nyadar."“Terserah kamu sajalah. Mama cuma mau tanya gimana keadaan Nayla, apa yang sebenarnya terjadi dengan Nayla?" Tanya maureen begitu tidak sabarannya, entahlah tiba -tiba ia begitu peduli pada Nayla, padahal ia hanya sebatas tahu namanya saja. Tapi serasa sudah mengenal lama.“kacau, Ma,” ucap
Nayal terbangun dari tidurnya, entah berapa lama ia tertidur. Yang pasti ia merasa tidur begitu nyenyak. Meskipun saat terbangun ia harus kembali diingtakan dengan kejadian yang baru saja menimpanya. Ia kembali teringat saat Fery dengan teganya mengusir dirinya, Fery sama sekali lupa, jika orang yang di usir adalah istrinya, yang sudah beberap tahun mengisi hidupnya. Istri yang tengah sakit dan membutuhkan dorongan moriil darinya. Nayla menggibas-gibaskan tangannya ke area mata, ia berusaha untuk menahan air matanya agar tidak terjatuh, sudah cukup dirinya terus bersedih, meskipun dia tahu butuh waktu untuk menyembuhakn luka yang diberikan oleh Fery. “ya Allah ampuni aku, ternyata aku tidak sesabar yang Engkau harapkan. Aku malah banyak mengeluh dan hampir saja putus asa,” gumam Nayla. Ia melihat jam yang terpasang di dinding, jarum jam sudah menunjukan pukul tujuh malam. Begitu lelapnya hingga melewatkan solat zuhur, asar dan magrib. Kini ia pun merasa tidak enak badan, badannya
"Untuk malam ini kita nginep aja di rumah Raka ya, besok pagi kita pindah ke rumah mama." Maureen berkata saat mereka tengah membereskan bekas mereka makan.Saat Maureen menyebutkan kata mama untuk dirinya, ada perasaan yang tidak bisa Nayla ungkapkan. Sungguh dia benar-benar bisa memanggil Mama pada orang yang memang mengakui kehadirannya.Sementara kepada Ibu mertuanya, meskipun ia memanggil ibu tapi sikapnya sama sekali tidak mencerminkan seorang ibu yang menyayangi seorang anaknya. Ia dengan ibu mertuanya seperti orang lain, hingga dirinya tidak bisa menemukan sosok ibu yang Ia inginkan. Tidak bisa membayangkan bagaimana sosok seorang ibu yang sesungguhnya."Tapi apa tidak apa-apa, dokter Samuel kan belum tahu." Nayla khawatir Samuel justru tidak setuju dengan dirinya tinggal di rumah mereka."Jangan panggil Dokter Samuel, dong. Panggil dia Papa oke. Nah, kalau urusan itu kamu tenang aja, Mama udah bilang kok sama papa dan dia setuju banget. Dia juga bilang kalau kamu tinggal
Di luar hujan begitu derasnya. Fery yang saat ini hendak tidur seketika tidak bisa tidur, ia terus saja keingatan pada Nayla.Dia tidak tahu Nayla di mana, Apakah dia kehujanan? Atau sudah berada di tempat aman untuk berteduh? Sungguh Fery dibuat pusing memikirkannya.Santi yang saat ini tengah memeluk Fery dari belakang, mulai menyadari jika sang suami belum juga tidur. Dia yakin Fery saat ini sedang memikirkan Nayla. Dia kesal padahal, dia sendiri yang mengusir Nayla dan meminta cerai. lalu kenapa sekarang suaminya ini malah mengingat kembali Nayla? Apa dia tidak rela? tanya Santi dalam benaknya. Ini tidak boleh terjadi! Santi tidak ingin jika Fery mencabut lagi niatnya. "Mas kok belum tidur? Ini sudah malam," ucap santi seraya dirinya semakin memeluk erat tubuh Fery dari belakang. Ia mencari kenyamanan dan kehangatan."Mas gak bisa tidur, kamu kalau ngantuk tidur saja duluan." titah Fery dan ditolak Santi. Mana mungkin dirinya membiarkan suaminya mengingat Nayla."Gak bisa gitu d
Fery begitu menyesal saat melihat Nayla hidup bahagia. Tawanya yang jarang ia lihat saat hidup dengannya, kini justru terlihat dengan jelas saat Nayla hidup dengan pria lain.Kenapa dulu dia menyia-nyiakan wanita sebaik Nayla? Kenapa dia begitu bodohnya melepaskan permata demi sebongkah batu yang sama sekali tidak ada nilainya?Ia memejamkan matanya, merasa percuma penyesalan yang ia rasakan sekarang. Sebab penyesalannya tidak akan membuat semuanya kembali seperti semula.Siska yang sedari tadi ada di samping Fery, memegangi pundaknya. Ia menyadarkan Fery untuk segera pergi."Anggap saja ini adalah karma untuk kita, karena kita sudah menyakiti Nayla. Sepertinya kita memang pantas mendapatkan ini semua. Sekarang lebih baik kita pergi. Mari kita tata ulang hidup kita dari nol'' tutur Siska."Fery tahu, Bu. Tuhan benar-benar membayar kontan kejahatan yang sudah kita lakukan pada Nayla," ucap Fery menimpali Perkataan Siska.Sekali lagi, Fery menghela napas berat sejurus kemudian la dan Sis
Raka hanya bisa tertunduk rapuh, saat dokter yang menangani Nayla mengatakan jika Nayla harus dioperasi. Bayinya harus secepatnya dilahirkan sebelum sesuatu yang buruk terjadi.Ia berharap semoga ini adalah jalan terbaik. Ia berharap banyak semoga istri dan anaknya bisa selamat. Sebab ia tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya jika bayi mereka harus tiada. Tentunya membuat down sang istri dan ia tidak mau itu terjadi.Lampu tanda operasi sudah padam, itu artinya operasi yang dijalani Nayla sudah selesai. Namun, ia sama sekali tidak mendengar suara tangisan bayi. Terdengar sunyi senyap. Ini membuat Raka khawatir. Ditambah dokter tidak kunjung membuka pintu ruangan operasi. Maureen yang melihat Raka gelisah langsung menghampiri sang anak."Tenang Raka, semuanya pasti akan baik-baik saja, berdoalah." Tutur Maureen seraya mengusap-usap punggung Raka."Raka tidak bisa tenang, Ma. Raka belum tahu keadaan istri dan anak Raka." Jawab Raka begitu lemah."Ya, mama tahu. Mama juga khawatir. Ta
Raka khawatir dengan keadaan Nayla, ia sungguh takut. Jika terjadi sesuatu hal yang buruk pada Nayla. Baginya Nayla adalah hidupnya, ia tidak akan bisa hidup dengan tenang jika terjadi sesuatu yang buruk padanya. Semenjak tahu dirinya hamil, Nayla begitu senang. Ia bahkan mengikuti setiap apa yang dilarang oleh Raka. Termasuk ia dilarang kecapean. Ia dilarang keluar rumah. Ia cukup bedrest di kamar saja.Nayla tahu apa yang dilakukan Raka semata-mata demi keselamatan dirinya. Ia tahu suaminya itu begitu mencintai dirinya, tentunya tidak ingin ada sesuatu hal yang buruk terjadi padanya. Nayla justru merasa tersanjung, ia kini menyadari jika cinta suaminya begitu besar. Namun, di balik kebahagiaannya itu. Nayla memendam sesuatu yang sangat besar. Apa itu? Dia harus bisa menahan rasa sakit. Ya, sewaktu-waktu perutnya Akan terasa sakit, bahkan pernah keluar darah meksipun hanya Sedikit. Dan selama itu pula ia tidak pernah mengatakan pada Raka.Nayla yakin jika dirinya mengadu Raka akan
Nayla tersadar dari pingsannya. Saat matanya sudah terjaga ia mencari sosok suaminya. Nayla mengerutkan kening saat melihat suaminya tengah duduk melamun. Terlihat seperti ada beban yang tengah dipikulnya.Nayla pun very untuk mencari tahu. Nayla beranjak, ia lalu berjalan ke arah Raka seraya mendorong stan infusan.Saking larut dalam lamunan, membuat kehadiran Nayla yang ada di depan matanya sama sekali tidak disadarinya.Nayla pun ikut terduduk di samping Raka, kemudian menepuk pelan pundak Raka hingga Raka terlonjak kaget."Mas," Panggil Nayla seraya menepuk pelan pundak Raka.Raka yang terkejut, semakin terkejut saja melihat Nayla tiba-tiba duduk di sampingnya."Ya Tuhan, sayang Kenapa kamu bangun? Ayo kembali lagi ke ranjang," ujar Raka ia pun hendak menggendong Nayla namun ditahan."Turunin Mas, enggak usah digendong. Aku bisa jalan sendiri," Protes Nayla namun tidak didengarkan oleh Raka."Pokoknya kamu jangan dulu banyak gerak, ya,""Aku udah sehat, Mas. Jangan berlebihan. Lag
Pagi ini, entah kenapa Nayla merasa malas untuk melakukan aktivitas apapun. Yang ia mau hanyalah diam dan merebahkan tubuhnya di atas kasur. Raka datang ke kamar, ia melihat sang istri tengah berbaring dengan berselimutkan selimut tebal berwarna biru laut.Tak biasanya memang, hingga Raka pun dibuat keheranan. Raka duduk di samping Nayla. Ia lalu ikut menenggelamkan tubuhnya di bawah selimut Yang sama. Tak lupa sebuah pelukan mendarat di sana hingga Nayla pun dibuat kaget.Kaget karena tiba-tiba ada yang memeluknya dari belakang."Astaghfirullah, mas. Aku kaget." Keluh Nayla seraya membalikkan tubuhnya lalu balas memeluk Raka.Akhir-akhir ini aroma tubuh Raka seperti candu baginya, ini membuat Nayla enggan untuk menjauh dari Raka. Raka sama sekali tidak keberatan saat Nayla selalu saja menempel padanya. Justru ia merasa senang, setidaknya hubungan mereka akan semakin lengket."Mas," panggil Nayla pada Raka."Hmmm," balas Raka."Pernikahan kita sudah lama, tapi kenapa aku tidak hamil
Setelah menunggu selama dua Minggu lamanya, akhirnya hasil dari tes DNA mereka keluar.Alex dan Raka menyerahkan amplop berisi hasil tes DNA pada Nayla. Mereka ingin nayla yang membacanya. Agar tidak dikira melakukan kecurangan."Buka dan bacalah hasilnya," ujar Alex seraya menyerahkan amplop tersebut."Kenapa harus aku?" Tanya balik Nayla."Biar kamu jadi orang pertama yang tahu. Karena kalau aku sudah yakin jika kamu memang adik perempuan ku, Naina."Tanpa rasa ragu, Nayla pun ngambil amplop tersebut lalu membaca hasil dari tes tersebut.Nayla terlihat serius, membaca hasil tes DNA tersebut. Matanya terus memindai satu persatu kata-kata yang tertulis di sana. Hingga matanya pun berakhir di bagian akhir yang tertulis di sana 99,99% cocok. Itu artinya mereka memang saudara.Kertas yang dipegang nayla Langsung terjatuh. Disertai dengan tubuhnya ikut limbung, beruntung Raka ada di samping sang istri jadi ia bisa langsung menahan tubuh Nayla.Air mata Nayla luruh, ia lalu menatap Alex ya
Nayla langsung mendorong tubuh Alex yang ingin memeluk dirinya. Lagi pula ia masih bingung apa yang sebenarnya terjadi. Kenapa Alex malah mengatakan dirinya adalah adiknya."Lex, kamu jangan kurang ajar. Di depan suamiku kau mau memelukku? Dan kamu juga mas, kenapa malah diam saja?" Cerocos Nayla pada Raka.Raka beranjak, ia berusaha untuk menenangkan Nayla agar tidak salah paham."Tenang sayang, sekarang kamu duduk dulu. Biar aku jelaskan semuanya." Titah Raka dan Nayla pun mengikuti instruksi dari Raka tersebut."Alex terpisah dari adik perempuannya dua puluh dua tahun lalu, saat itu Alex berusia sepuluh tahun sedangkan adik perempuannya berusia tahun. Dan kau mau tahu siapa yang melakukan hal ini? Dia adalah orang tua Fery. Orang tua Fery menculik adik perempuannya Alex. Setelah itu harta kedua orang tua Alex pun tiba-tiba beralih tangan atas nama ayah Fery," sejenak Alex terdiam ia berusaha untuk menelan salivanya terlebih dahulu."Lalu hubungannya dengan aku apa, Mas,?"tanya Nayl
Setelah kejadian di Maldives , hidup Fery dan Siska jadi kacau. Mereka terus saja diteror oleh Alex. Alex tidak akan berhenti mengganggu mereka jika mereka mau memberi tahu di mana keberadaan adik perempuannya.Sedangkan Santi, hidupnya pun tidak kalah kacau ia jadi buronan, karena bukti kejahatannya sudah diserahkan oleh Alex pada polisi. Bukan hanya itu saja, Santi pun diusir oleh Fery saat ia tahu jika bayi yang ada di kandungan Santi bukanlah miliknya. Sedangkan kehidupan Nayla, ia kembali bisa berdamai dengan keadaan. Raka menepati janjinya, ia tidak izinkan Fery untuk mendekati Nayla lagi.Pernah suatu ketika, Fery datang pada Nayla. Ia memaksa agar Nayla ikut dengannya dan memintanya untuk meninggalkan Raka. Namun, Raka mengancam Fery sehingga ia tidak pernah berani lagi mendatangi Nayla. Paling dia hanya mengawasi Nayla dari kejauhan saja.Seperti saat ini misalnya, Fery terus saja memperhatikan nayla. Rasa cintanya kini sudah berubah menjadi sebuah obsesi semata. Semakin la
Orang yang baru saja menahan Alex adalah Raka. Sejak sepuluh menit yang lalu. Raka sudah merasakan ada hal yang akan terjadi pada Alex dan Siska. Dan inilah kejadiannya. Dari kejauhan Raka melihat Alex mencekik Siska.Sekuat tenaga Raka berlari agar secepatnya dapat menghentikan tingkah Alex yang mungkin saja bisa membuat Siska mati."Apa yang kamu lakukan alex? Dia bisa mati!" Raka berkata seraya menarik tubuh Alex untuk menjauh dari tubuh Siska. Napasnya Alex sudah terlihat begitu ngos-ngosan. Karena menahan amarahnya. Sementara Siska dia terus saja terbatuk-batuk. Kemudian, Siska tidak hentinya memaki Alex."Kau gila Lex! Kau hampir membuat aku kehilangan nyawaku. Dasar penipu!""Ini adalah balasan untuk orang jahat seperti kamu!" Alex mengambil sesuatu dari saku celananya. Ternyata ia ngambil dompet, ia mengeluarkan uang seratus ribuan dari sana dan melemparkannya tepat di wajah Siska."Pergi dari sini! Aku sudah muak terus bersandiwara. Sekarang kau tunggu saja apa yang akan ter