Setengah jam kemudian Maureen baru saja tiba, ia langsung menanyaka keaadaan Nayla pada Raka. Raka yang selalu tahu mama nya selalu riweh hanya bisa diam, seraya memijat pelipisnya yang sakit. Sakit karena terus saja kepikiran Nayla.“Raka mana Nayla? Mama mau tahu keadaannya sekarang.” Ujar Maureen dengan riwehnya. Bahkan ia sampai menggoyang -goyangkan lengan Raka.“Nayla lagi tidur, mama bisakan suaranya dipelanin dikit. Raka yakin kalau suara mama terus di full-in seperti ini, Nayla akan terbangun." celetuk Raka dan Raka sukses mendapatkan tepukan dari Maureen.“Kamu gitu banget ke mama sendiri.” protes Maureen seraya memukul lengan Raka.“Ini kan fakta, Ma. Gini, nih, Mama suka gak nyadar."“Terserah kamu sajalah. Mama cuma mau tanya gimana keadaan Nayla, apa yang sebenarnya terjadi dengan Nayla?" Tanya maureen begitu tidak sabarannya, entahlah tiba -tiba ia begitu peduli pada Nayla, padahal ia hanya sebatas tahu namanya saja. Tapi serasa sudah mengenal lama.“kacau, Ma,” ucap
Nayal terbangun dari tidurnya, entah berapa lama ia tertidur. Yang pasti ia merasa tidur begitu nyenyak. Meskipun saat terbangun ia harus kembali diingtakan dengan kejadian yang baru saja menimpanya. Ia kembali teringat saat Fery dengan teganya mengusir dirinya, Fery sama sekali lupa, jika orang yang di usir adalah istrinya, yang sudah beberap tahun mengisi hidupnya. Istri yang tengah sakit dan membutuhkan dorongan moriil darinya. Nayla menggibas-gibaskan tangannya ke area mata, ia berusaha untuk menahan air matanya agar tidak terjatuh, sudah cukup dirinya terus bersedih, meskipun dia tahu butuh waktu untuk menyembuhakn luka yang diberikan oleh Fery. “ya Allah ampuni aku, ternyata aku tidak sesabar yang Engkau harapkan. Aku malah banyak mengeluh dan hampir saja putus asa,” gumam Nayla. Ia melihat jam yang terpasang di dinding, jarum jam sudah menunjukan pukul tujuh malam. Begitu lelapnya hingga melewatkan solat zuhur, asar dan magrib. Kini ia pun merasa tidak enak badan, badannya
"Untuk malam ini kita nginep aja di rumah Raka ya, besok pagi kita pindah ke rumah mama." Maureen berkata saat mereka tengah membereskan bekas mereka makan.Saat Maureen menyebutkan kata mama untuk dirinya, ada perasaan yang tidak bisa Nayla ungkapkan. Sungguh dia benar-benar bisa memanggil Mama pada orang yang memang mengakui kehadirannya.Sementara kepada Ibu mertuanya, meskipun ia memanggil ibu tapi sikapnya sama sekali tidak mencerminkan seorang ibu yang menyayangi seorang anaknya. Ia dengan ibu mertuanya seperti orang lain, hingga dirinya tidak bisa menemukan sosok ibu yang Ia inginkan. Tidak bisa membayangkan bagaimana sosok seorang ibu yang sesungguhnya."Tapi apa tidak apa-apa, dokter Samuel kan belum tahu." Nayla khawatir Samuel justru tidak setuju dengan dirinya tinggal di rumah mereka."Jangan panggil Dokter Samuel, dong. Panggil dia Papa oke. Nah, kalau urusan itu kamu tenang aja, Mama udah bilang kok sama papa dan dia setuju banget. Dia juga bilang kalau kamu tinggal
Di luar hujan begitu derasnya. Fery yang saat ini hendak tidur seketika tidak bisa tidur, ia terus saja keingatan pada Nayla.Dia tidak tahu Nayla di mana, Apakah dia kehujanan? Atau sudah berada di tempat aman untuk berteduh? Sungguh Fery dibuat pusing memikirkannya.Santi yang saat ini tengah memeluk Fery dari belakang, mulai menyadari jika sang suami belum juga tidur. Dia yakin Fery saat ini sedang memikirkan Nayla. Dia kesal padahal, dia sendiri yang mengusir Nayla dan meminta cerai. lalu kenapa sekarang suaminya ini malah mengingat kembali Nayla? Apa dia tidak rela? tanya Santi dalam benaknya. Ini tidak boleh terjadi! Santi tidak ingin jika Fery mencabut lagi niatnya. "Mas kok belum tidur? Ini sudah malam," ucap santi seraya dirinya semakin memeluk erat tubuh Fery dari belakang. Ia mencari kenyamanan dan kehangatan."Mas gak bisa tidur, kamu kalau ngantuk tidur saja duluan." titah Fery dan ditolak Santi. Mana mungkin dirinya membiarkan suaminya mengingat Nayla."Gak bisa gitu d
Santi terbangunkan oleh suara notip telepon di handphone miliknya. Ia pun berusaha untuk mengumpulkan kesadarannya. Entah siapa tengah malam seperti ini ada orang yag menghuni dirinya. Sungguh ini sangat mengganggu.Saat Santi lihat, mendapati satu nomor asing masuk. Ia pun mengerutkan keningnya menerka-nerka siapa orang yang menghubungi dirinya. Namun, ia sama sekali tidak menemukan jawaban.Awalnya, ia ingin mengabaikannya. Namun, sesuatu mengusik pandangannya. Saat tidak sengaja satu pesan yang masuk terbuka. Santi sampai melototkan kedua matanya, ia benar-benar terkejut dengan isi pesan tersebut.sebuah pesan ancaman yang diberikan seseorang padanya.takut ketahuan, ia langsung menghapus pesan tersebut dan langsung mnonaktikan handphone nya.mendadak Santi jadi merasa panas dingin, ia benar-benar takut dengan ancaman itu. sebab ancaman tersebut bisa mempengaruhi hubungannya dengan Fery, ia tidak ingin hal yang tidak diinginkan terjadi.santi mencoba untuk tertidur kembali, ia mem
Dua bulan berlalu begitu cepat, selama itu pula Nayla tinggal bersama orang tua Raka. Di sana Nayla mendapatkan cinta dan kasih dari seseorang yang bernama mama dan papa. Meskipun awalnya, Nayla merasa canggung. Namun, seiring dengan berjalannya waktu Nayla bisa menyesuaikan diri.Selama dua bulan itu pula, Nayla belum pernah bertemu lagi dengan Fery. Jangankan bertemu saling bertukar informasi dari handphone pun tidak pernah sama sekali. Hingga baru saja ia mendapatkan pesan dari Fery. Pesan yang membuat dirinya Menghela napas. {kita sudah resmi bercerai, ambilah akte perceraian mu di pengadilan}Seperti itulah bunyi pesan yang di kirimkan oleh fery. Nayla sama sekali tidak merasa sedih, ia justru terlihat tenang dan biasa saja. ia menghela napas lagi, sejurus kemudian meletakkan kembali ponselnya di atas nakas. kini dirinya resmi memiliki status seorang single, wanita yang ditinggal cerai oleh suaminya.Rasanya Nayla ingin tertawa saja, ternyata nasib rumah tangganya harus berak
Fery baru saja mengirim pesan pada Nayla, jika mereka sekarang sudah resmi bercerai. Entah kenapa ada perasaan tidak rela mengetahui mereka sudah bukan lagi pasangan suami istri. Dia tahu bagaimana perjuangan mereka. Namun, mau bagaimana lagi. Fery tidak akan pernah memaafkan kesalahan Nayla yang tega berselingkuh. Meskipun itu tidaklah benar karena Fery berhasil dihasut oleh Santi dan ibunya."Mas Fery!" Teriakan Santi membuat Fery mengakhiri lamunannya. Ia secepatnya menyimpan kembali handphone ke saku jasnya."Mas, mas Fery. Ayo! Katanya mau antar aku ke rumah sakit. Kita kan mau memeriksa kandunganku," lagi Santi berteriak memanggil Fery.Fery beranjak lalu mendekat ke sumber suara teriakan Santi. Telinganya selalu sakit saat mendengar teriakan santi yang memekikkan telinga."Aku ingat, kok. Tadi ada telepon dari Kline, jadi mas angkat dulu," terang Fery berbohong. Ia sengaja tidak ingin menyebut nama Nayla lagi takut terjadi perdebatan."Ya udah ayo kita berangkat, Mas. Keburu
Raka terus saja memerhatikan Nayla dari balik kaca spion mobil. Ia ingin sekali memeluk Nayla dan mengatakan. Tenanglah semua akan baik-baik saja. Namun, apalah daya itu hanya jadi angannya saja.Kejadian tadi pun membuat Raka tahu, jika Nayla sudah resmi diceraikan oleh suaminya dan Nayla tidak bilang apa-apa. Wajar saja karena Raka pun sadar diri dia bukanlah siapa - siapa.Raka sadar diri siapa dirinya? Sampai-sampai Nayla harus bilang jika dirinya kini sudah resmi bercerai.Di dalam mobil, Maureen pun tidak hentinya terus mengumpat. Ia baru tahu jika mantan suami Nayla benar-benar kurang ajar. Tidak menghargai seorang wanita. Dan tipe pria banci versi Maureen karena beraninya main keroyokan untuk menjatuhkan seorang wanita."Cup, cup, Nay jangan menangis. Kamu harus buktikan kamu itu wanita kuat, meskipun dia menghinamu seperti tadi." Maureen mengelus-elus pundak Nayla agar bisa tenang.Maureen tidak hentinya mencoba untuk membuat Nayla terhibur namun, tidak membuat Nayla berhenti
Fery begitu menyesal saat melihat Nayla hidup bahagia. Tawanya yang jarang ia lihat saat hidup dengannya, kini justru terlihat dengan jelas saat Nayla hidup dengan pria lain.Kenapa dulu dia menyia-nyiakan wanita sebaik Nayla? Kenapa dia begitu bodohnya melepaskan permata demi sebongkah batu yang sama sekali tidak ada nilainya?Ia memejamkan matanya, merasa percuma penyesalan yang ia rasakan sekarang. Sebab penyesalannya tidak akan membuat semuanya kembali seperti semula.Siska yang sedari tadi ada di samping Fery, memegangi pundaknya. Ia menyadarkan Fery untuk segera pergi."Anggap saja ini adalah karma untuk kita, karena kita sudah menyakiti Nayla. Sepertinya kita memang pantas mendapatkan ini semua. Sekarang lebih baik kita pergi. Mari kita tata ulang hidup kita dari nol'' tutur Siska."Fery tahu, Bu. Tuhan benar-benar membayar kontan kejahatan yang sudah kita lakukan pada Nayla," ucap Fery menimpali Perkataan Siska.Sekali lagi, Fery menghela napas berat sejurus kemudian la dan Sis
Raka hanya bisa tertunduk rapuh, saat dokter yang menangani Nayla mengatakan jika Nayla harus dioperasi. Bayinya harus secepatnya dilahirkan sebelum sesuatu yang buruk terjadi.Ia berharap semoga ini adalah jalan terbaik. Ia berharap banyak semoga istri dan anaknya bisa selamat. Sebab ia tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya jika bayi mereka harus tiada. Tentunya membuat down sang istri dan ia tidak mau itu terjadi.Lampu tanda operasi sudah padam, itu artinya operasi yang dijalani Nayla sudah selesai. Namun, ia sama sekali tidak mendengar suara tangisan bayi. Terdengar sunyi senyap. Ini membuat Raka khawatir. Ditambah dokter tidak kunjung membuka pintu ruangan operasi. Maureen yang melihat Raka gelisah langsung menghampiri sang anak."Tenang Raka, semuanya pasti akan baik-baik saja, berdoalah." Tutur Maureen seraya mengusap-usap punggung Raka."Raka tidak bisa tenang, Ma. Raka belum tahu keadaan istri dan anak Raka." Jawab Raka begitu lemah."Ya, mama tahu. Mama juga khawatir. Ta
Raka khawatir dengan keadaan Nayla, ia sungguh takut. Jika terjadi sesuatu hal yang buruk pada Nayla. Baginya Nayla adalah hidupnya, ia tidak akan bisa hidup dengan tenang jika terjadi sesuatu yang buruk padanya. Semenjak tahu dirinya hamil, Nayla begitu senang. Ia bahkan mengikuti setiap apa yang dilarang oleh Raka. Termasuk ia dilarang kecapean. Ia dilarang keluar rumah. Ia cukup bedrest di kamar saja.Nayla tahu apa yang dilakukan Raka semata-mata demi keselamatan dirinya. Ia tahu suaminya itu begitu mencintai dirinya, tentunya tidak ingin ada sesuatu hal yang buruk terjadi padanya. Nayla justru merasa tersanjung, ia kini menyadari jika cinta suaminya begitu besar. Namun, di balik kebahagiaannya itu. Nayla memendam sesuatu yang sangat besar. Apa itu? Dia harus bisa menahan rasa sakit. Ya, sewaktu-waktu perutnya Akan terasa sakit, bahkan pernah keluar darah meksipun hanya Sedikit. Dan selama itu pula ia tidak pernah mengatakan pada Raka.Nayla yakin jika dirinya mengadu Raka akan
Nayla tersadar dari pingsannya. Saat matanya sudah terjaga ia mencari sosok suaminya. Nayla mengerutkan kening saat melihat suaminya tengah duduk melamun. Terlihat seperti ada beban yang tengah dipikulnya.Nayla pun very untuk mencari tahu. Nayla beranjak, ia lalu berjalan ke arah Raka seraya mendorong stan infusan.Saking larut dalam lamunan, membuat kehadiran Nayla yang ada di depan matanya sama sekali tidak disadarinya.Nayla pun ikut terduduk di samping Raka, kemudian menepuk pelan pundak Raka hingga Raka terlonjak kaget."Mas," Panggil Nayla seraya menepuk pelan pundak Raka.Raka yang terkejut, semakin terkejut saja melihat Nayla tiba-tiba duduk di sampingnya."Ya Tuhan, sayang Kenapa kamu bangun? Ayo kembali lagi ke ranjang," ujar Raka ia pun hendak menggendong Nayla namun ditahan."Turunin Mas, enggak usah digendong. Aku bisa jalan sendiri," Protes Nayla namun tidak didengarkan oleh Raka."Pokoknya kamu jangan dulu banyak gerak, ya,""Aku udah sehat, Mas. Jangan berlebihan. Lag
Pagi ini, entah kenapa Nayla merasa malas untuk melakukan aktivitas apapun. Yang ia mau hanyalah diam dan merebahkan tubuhnya di atas kasur. Raka datang ke kamar, ia melihat sang istri tengah berbaring dengan berselimutkan selimut tebal berwarna biru laut.Tak biasanya memang, hingga Raka pun dibuat keheranan. Raka duduk di samping Nayla. Ia lalu ikut menenggelamkan tubuhnya di bawah selimut Yang sama. Tak lupa sebuah pelukan mendarat di sana hingga Nayla pun dibuat kaget.Kaget karena tiba-tiba ada yang memeluknya dari belakang."Astaghfirullah, mas. Aku kaget." Keluh Nayla seraya membalikkan tubuhnya lalu balas memeluk Raka.Akhir-akhir ini aroma tubuh Raka seperti candu baginya, ini membuat Nayla enggan untuk menjauh dari Raka. Raka sama sekali tidak keberatan saat Nayla selalu saja menempel padanya. Justru ia merasa senang, setidaknya hubungan mereka akan semakin lengket."Mas," panggil Nayla pada Raka."Hmmm," balas Raka."Pernikahan kita sudah lama, tapi kenapa aku tidak hamil
Setelah menunggu selama dua Minggu lamanya, akhirnya hasil dari tes DNA mereka keluar.Alex dan Raka menyerahkan amplop berisi hasil tes DNA pada Nayla. Mereka ingin nayla yang membacanya. Agar tidak dikira melakukan kecurangan."Buka dan bacalah hasilnya," ujar Alex seraya menyerahkan amplop tersebut."Kenapa harus aku?" Tanya balik Nayla."Biar kamu jadi orang pertama yang tahu. Karena kalau aku sudah yakin jika kamu memang adik perempuan ku, Naina."Tanpa rasa ragu, Nayla pun ngambil amplop tersebut lalu membaca hasil dari tes tersebut.Nayla terlihat serius, membaca hasil tes DNA tersebut. Matanya terus memindai satu persatu kata-kata yang tertulis di sana. Hingga matanya pun berakhir di bagian akhir yang tertulis di sana 99,99% cocok. Itu artinya mereka memang saudara.Kertas yang dipegang nayla Langsung terjatuh. Disertai dengan tubuhnya ikut limbung, beruntung Raka ada di samping sang istri jadi ia bisa langsung menahan tubuh Nayla.Air mata Nayla luruh, ia lalu menatap Alex ya
Nayla langsung mendorong tubuh Alex yang ingin memeluk dirinya. Lagi pula ia masih bingung apa yang sebenarnya terjadi. Kenapa Alex malah mengatakan dirinya adalah adiknya."Lex, kamu jangan kurang ajar. Di depan suamiku kau mau memelukku? Dan kamu juga mas, kenapa malah diam saja?" Cerocos Nayla pada Raka.Raka beranjak, ia berusaha untuk menenangkan Nayla agar tidak salah paham."Tenang sayang, sekarang kamu duduk dulu. Biar aku jelaskan semuanya." Titah Raka dan Nayla pun mengikuti instruksi dari Raka tersebut."Alex terpisah dari adik perempuannya dua puluh dua tahun lalu, saat itu Alex berusia sepuluh tahun sedangkan adik perempuannya berusia tahun. Dan kau mau tahu siapa yang melakukan hal ini? Dia adalah orang tua Fery. Orang tua Fery menculik adik perempuannya Alex. Setelah itu harta kedua orang tua Alex pun tiba-tiba beralih tangan atas nama ayah Fery," sejenak Alex terdiam ia berusaha untuk menelan salivanya terlebih dahulu."Lalu hubungannya dengan aku apa, Mas,?"tanya Nayl
Setelah kejadian di Maldives , hidup Fery dan Siska jadi kacau. Mereka terus saja diteror oleh Alex. Alex tidak akan berhenti mengganggu mereka jika mereka mau memberi tahu di mana keberadaan adik perempuannya.Sedangkan Santi, hidupnya pun tidak kalah kacau ia jadi buronan, karena bukti kejahatannya sudah diserahkan oleh Alex pada polisi. Bukan hanya itu saja, Santi pun diusir oleh Fery saat ia tahu jika bayi yang ada di kandungan Santi bukanlah miliknya. Sedangkan kehidupan Nayla, ia kembali bisa berdamai dengan keadaan. Raka menepati janjinya, ia tidak izinkan Fery untuk mendekati Nayla lagi.Pernah suatu ketika, Fery datang pada Nayla. Ia memaksa agar Nayla ikut dengannya dan memintanya untuk meninggalkan Raka. Namun, Raka mengancam Fery sehingga ia tidak pernah berani lagi mendatangi Nayla. Paling dia hanya mengawasi Nayla dari kejauhan saja.Seperti saat ini misalnya, Fery terus saja memperhatikan nayla. Rasa cintanya kini sudah berubah menjadi sebuah obsesi semata. Semakin la
Orang yang baru saja menahan Alex adalah Raka. Sejak sepuluh menit yang lalu. Raka sudah merasakan ada hal yang akan terjadi pada Alex dan Siska. Dan inilah kejadiannya. Dari kejauhan Raka melihat Alex mencekik Siska.Sekuat tenaga Raka berlari agar secepatnya dapat menghentikan tingkah Alex yang mungkin saja bisa membuat Siska mati."Apa yang kamu lakukan alex? Dia bisa mati!" Raka berkata seraya menarik tubuh Alex untuk menjauh dari tubuh Siska. Napasnya Alex sudah terlihat begitu ngos-ngosan. Karena menahan amarahnya. Sementara Siska dia terus saja terbatuk-batuk. Kemudian, Siska tidak hentinya memaki Alex."Kau gila Lex! Kau hampir membuat aku kehilangan nyawaku. Dasar penipu!""Ini adalah balasan untuk orang jahat seperti kamu!" Alex mengambil sesuatu dari saku celananya. Ternyata ia ngambil dompet, ia mengeluarkan uang seratus ribuan dari sana dan melemparkannya tepat di wajah Siska."Pergi dari sini! Aku sudah muak terus bersandiwara. Sekarang kau tunggu saja apa yang akan ter