Fery baru saja mengirim pesan pada Nayla, jika mereka sekarang sudah resmi bercerai. Entah kenapa ada perasaan tidak rela mengetahui mereka sudah bukan lagi pasangan suami istri. Dia tahu bagaimana perjuangan mereka. Namun, mau bagaimana lagi. Fery tidak akan pernah memaafkan kesalahan Nayla yang tega berselingkuh. Meskipun itu tidaklah benar karena Fery berhasil dihasut oleh Santi dan ibunya."Mas Fery!" Teriakan Santi membuat Fery mengakhiri lamunannya. Ia secepatnya menyimpan kembali handphone ke saku jasnya."Mas, mas Fery. Ayo! Katanya mau antar aku ke rumah sakit. Kita kan mau memeriksa kandunganku," lagi Santi berteriak memanggil Fery.Fery beranjak lalu mendekat ke sumber suara teriakan Santi. Telinganya selalu sakit saat mendengar teriakan santi yang memekikkan telinga."Aku ingat, kok. Tadi ada telepon dari Kline, jadi mas angkat dulu," terang Fery berbohong. Ia sengaja tidak ingin menyebut nama Nayla lagi takut terjadi perdebatan."Ya udah ayo kita berangkat, Mas. Keburu
Raka terus saja memerhatikan Nayla dari balik kaca spion mobil. Ia ingin sekali memeluk Nayla dan mengatakan. Tenanglah semua akan baik-baik saja. Namun, apalah daya itu hanya jadi angannya saja.Kejadian tadi pun membuat Raka tahu, jika Nayla sudah resmi diceraikan oleh suaminya dan Nayla tidak bilang apa-apa. Wajar saja karena Raka pun sadar diri dia bukanlah siapa - siapa.Raka sadar diri siapa dirinya? Sampai-sampai Nayla harus bilang jika dirinya kini sudah resmi bercerai.Di dalam mobil, Maureen pun tidak hentinya terus mengumpat. Ia baru tahu jika mantan suami Nayla benar-benar kurang ajar. Tidak menghargai seorang wanita. Dan tipe pria banci versi Maureen karena beraninya main keroyokan untuk menjatuhkan seorang wanita."Cup, cup, Nay jangan menangis. Kamu harus buktikan kamu itu wanita kuat, meskipun dia menghinamu seperti tadi." Maureen mengelus-elus pundak Nayla agar bisa tenang.Maureen tidak hentinya mencoba untuk membuat Nayla terhibur namun, tidak membuat Nayla berhenti
Selama proses pemeriksaan, Fery hanya diam. Ia tidak fokus untuk memperhatikan pemeriksaan kehamilan Santi. Sungguh pertemuaan dengan Nayla membuat ia terus terpikirkan. Apalagi saat dengan jelas ia melihat Nayla terlihat baik-baik saja selepas bercerai dengannya, Padahal yang ia pikir, Nayla akan terus larut dalam kesedihannya. Karena dicerai olehnya, sebab terus ketergantungan padanya, tapi ini justru kebalikannya.yang lebih mengejutkan lagi, Nayla tengah bersama pria lain yang mungkin itu adalah selingkuhannya. Tangannya terkepal erat, kenapa dirinya masih saja memiliki perasaan cemburu? dia tidak suka melihat Nayla bersama pria lain.Santi yang melihat Fery tidak fokus, langsung kesal, dia tahu penyebab Fery seperti ini. karena tadi bertemu Nayla. Santi cemburu karena merasa jika Fery sebenarnya masih mencintai Nalya."Bisa-bisanya mas fery memikirkan Nayla saat sedang bersamaku. Nayla, ternyata kamu masih saja mengganggu mas Fery, padahal kalian sudah resmi bercerai." gumam
Semenjak pertemuaanya dengan Fery tempo hari, Nayla kini menutup akses untuk Fery, dia mengganti nomor teleponnya, agar fery tidak terus menggagu dirinya. sebab setelah petemuan itu Fery terus saja mengganggu dirinya. Dia selalu diteror dengan chat yang sama. wanita murahan. ya, setiap waktu ia selalu saja mendapakan pesan seperti itu. Atas saran Raka dan Maureen akhirmya Nayla bersedia untuk ganti nomor. Demi ketenangan hidupnya, agar proses pengobatan penyakitnya berjalan dengan lancar tidak ada hambatan berupa sesuatu yang melemahkan mental.Saat ini Nayla tengah duduk termenung. sudah dua hari dia tidak menerima pesanan kue online. seleranya untuk membuat kue hancur, dari pada hasilnya tidak memuaskan membuat Nayla memilh libur saja untuk beberapa hari kedepan.Raka baru saja pulang kerja sekitar pukul empat sore. Saat dirinya hendak ke kamar, langkahnya harus terhenti tatkala netranya melihat Nayla. Yang tengah duduk seraya melamun.Terbesit dipikirannya utuk menghampiri Nayla.
Nayla bertingkah seperti seorang anak kecil yang kegirangan. kegirangan karena sudah menaiki berbagai macam wahana permainan. Atau bisa dikatakan wahana permainan tak luput dari percobaannya. Ia tidak peduli meski ditertawakan oleh pengunjung lain.Sekarang Nayla dan Raka tengah menaiki bianglala raksasa, tidak ada perasaan takut sedikitpun di hati Nayla. Yang ada dia begitu senang. kapan terakhir dia menaiki bianglala dan Nayla ingat. Dia sama sekali belum pernah menaiki wahana bianglala ini. ini kali pertamanya selama hidup 25 tahun menaiki wahana seperti ini. Sama halnya seperti Raka, ini juga kali pertama dirinya menaiki permainan ini. Raka begitu bahagia melihat Nayla pun bahagia. sungguh meskipun belum sepenuhnya bisa memiliki Nayla melihat wanita yang dicintai sudah sangat bahagia. Itu sesuatu yang luar biasa."Raka lihatlah pemandangan dari sini! Indah bukan?" ungkap Nayla saat bianglala berhenti tepat dibagian tertinggi. Sepertinya memang sengaja agar bisa melihat pemandanga
Tanpa Nayla dan Raka ketahui, jika sedari tadi ada yang terus mengikuti mereka. dia marah melihat Nayla sebahagia itu. Dia tidak rela jika Nayla sebahagia itu dengan pria lain.Orang yang sedari tadi memperhatikan Nayla dan Raka adalah Fery. Dia tak sengaja bertemu dengan Nayla dan Raka saat dirinya baru saja membeli Martabak pesanan Santi."Dia sampai mengganti nomornya, dia benar-benar sudah melupakan aku. Tidak ada sedikitpun wajah bersedih setelah aku ceraikan."Ferry terus saja bergumam dengan tak hentinya memperhatikan Nayla dan Raka yang saat ini tengah menikmati makanan.Fery karena kesal akhirnya menghampiri Nayla dan Raka. Tanpa sedikitpun berpikir akibat yang akan terjadi pada dirinya.Tanpa aba-aba Fery langsung menarik tangan hingga Nayla. Hingga Nayla terseret dan hampir saja terjatuh.Raka yang melihat Nayla ditarik seperti itu merasa tidak terima. Terlebih saat tahu siapa sosok orang yang sudah berani melakukan hal tersebut."Hai i apa yang kamu lakukan? kenapa menari
Brak!!"Kurang ajar! Mereka benar-benar sudah mempermainkan diriku!" Amuk Fery yang tiba-tiba itu. Hal ini mengandung tanda tanya besar Santi dan Siska. Pasalnya baru saja datang tapi Fery sudah ngamuk. Padahal, tadinya Santi lah yang akan marah kare Fery begitu lama. Santi sampai kesal sendiri dengan kepergian Fery yang ia suruh beli martabak Tapi satu jam lebih tidak kunjung kembali."Awas saja, aku tidak terima kalian permainkan aku seperti ini!" Gumam Fery dengan napas yang sudah terlihat turun naik itu.Santi dan Siska menghampiri Fery. Mereka bermaksud ingin menanyakan martabak pesanan Santi. Belum juga ia berkata sepatah katamu, langsung disela oleh Fery."Tolong jangan ganggu Fery, aku benar-benar sedang tidak baik-baik saja. Masalah martabak besok saja.'' ujar Fery lalu ia langsung meninggalkan Santi dan Siska. Santi dan Siska Hanya bisa saling pandang. Bertanya-tanya ada apa gerangan yang terjadi dengan Fery."Bu, Mas Fery kenapa? " Tanya Santi dengan raut penuh tanda ta
"Gak usah repot-repot beli martabak. Soalnya maunya juga sekarang bukan besok. Memang kamu habis ketemu siapa sih tadi? Pulang kok dalam keadaan marah." Santi sengaja langsung to the poin pada maksud perkataannya.Dia tahu risikonya apa. Fery akan marah, namun bagi Santi itu jauh lebih baik ketimbang rasa penasarannya terus memenuhi pikirannya.Dugaan Santi benar, Fery sudah memasang wajah serius. Seolah-olah tatapan matanya itu mengisyaratkan sebuah pertanyaan, 'apa maksud kamu?'. Santi berusaha untuk tenang, ia akan tetap bertindak seperti orang yang ngidam yang pura-pura merajuk. Berharap kemarahan Fery sedikit berkurang."Kamu bicara apa, sih! Mas gak habis ketemu siapa-siapa. Jangan asal tuduh segala." Fery menolak dengan tuduhan yang dilontarkan oleh Santi. Namun, ini Justru membuat Santi percaya jika Fery memang habis bertemu seseorang dan orang itu adalah Nayla."Mas tahu tidak? Semenjak aku hamil feeling ku selalu kuat. Apa yang tengah kamu rasakan, yang kamu alami secara lang