Brak!!"Kurang ajar! Mereka benar-benar sudah mempermainkan diriku!" Amuk Fery yang tiba-tiba itu. Hal ini mengandung tanda tanya besar Santi dan Siska. Pasalnya baru saja datang tapi Fery sudah ngamuk. Padahal, tadinya Santi lah yang akan marah kare Fery begitu lama. Santi sampai kesal sendiri dengan kepergian Fery yang ia suruh beli martabak Tapi satu jam lebih tidak kunjung kembali."Awas saja, aku tidak terima kalian permainkan aku seperti ini!" Gumam Fery dengan napas yang sudah terlihat turun naik itu.Santi dan Siska menghampiri Fery. Mereka bermaksud ingin menanyakan martabak pesanan Santi. Belum juga ia berkata sepatah katamu, langsung disela oleh Fery."Tolong jangan ganggu Fery, aku benar-benar sedang tidak baik-baik saja. Masalah martabak besok saja.'' ujar Fery lalu ia langsung meninggalkan Santi dan Siska. Santi dan Siska Hanya bisa saling pandang. Bertanya-tanya ada apa gerangan yang terjadi dengan Fery."Bu, Mas Fery kenapa? " Tanya Santi dengan raut penuh tanda ta
"Gak usah repot-repot beli martabak. Soalnya maunya juga sekarang bukan besok. Memang kamu habis ketemu siapa sih tadi? Pulang kok dalam keadaan marah." Santi sengaja langsung to the poin pada maksud perkataannya.Dia tahu risikonya apa. Fery akan marah, namun bagi Santi itu jauh lebih baik ketimbang rasa penasarannya terus memenuhi pikirannya.Dugaan Santi benar, Fery sudah memasang wajah serius. Seolah-olah tatapan matanya itu mengisyaratkan sebuah pertanyaan, 'apa maksud kamu?'. Santi berusaha untuk tenang, ia akan tetap bertindak seperti orang yang ngidam yang pura-pura merajuk. Berharap kemarahan Fery sedikit berkurang."Kamu bicara apa, sih! Mas gak habis ketemu siapa-siapa. Jangan asal tuduh segala." Fery menolak dengan tuduhan yang dilontarkan oleh Santi. Namun, ini Justru membuat Santi percaya jika Fery memang habis bertemu seseorang dan orang itu adalah Nayla."Mas tahu tidak? Semenjak aku hamil feeling ku selalu kuat. Apa yang tengah kamu rasakan, yang kamu alami secara lang
"Kau baik-baik saja kan?" Tanya Raka saat melihat Nayla yang terdiam. Seraya sorot matanya menatap ke arah luar jendela mobil.Merasa terpanggil, membuat Nayla menolehkan kepalanya. Ia melupakan sesuatu, jika dirinya saat ini tidaklah sendiri. Ada Raka di sampingnya.Nayla tersenyum, lalu ia pun berbicara yang mana membuat Raka terkejut bukan main."Aku mau punya bayi, mengandung dan melahirkan. Sebelum aku benar-benar harus kehilangan rahimku," tutur Nayla dengan begitu serius. Bahkan Raka pun begitu serius mendengarkannya."Sebenarnya aku mau sembuh, aku siap jika rahimku di angkat. Asal seperti kataku. Aku ingin mengandung terlebih dahulu. Saat bersama Mas Fery entah kenapa aku Sulit hamil. Padahal aku tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi apa pun. Tapi kenapa dengan Santi , ia bisa begitu cepat hamil?" Rupanya itulah yang sedari tadi ia pikirkan. Memikirkan kenapa Santi begitu cepat hamil sedangkan dirinya sulit. Sementara itu, Raka masih tidak berbicara sepatah katapun. Rak
Hubungan antara Nayla dan Raka sudah semakin dekat. Apalagi setelah keputusan mereka yang akan melangsungkan pernikahan setelah masa iddha Nayla habis sekitar dua bulan lagi. Sudah mantap mereka pikirkan.Semenjak bersama Raka pun, Nayla jarang sekali merasakan sakit di perutnya. Ia seperti seorang wanita yang sehat. Tidak memiliki penyakit apa pun.Bahkan ia selalu dibuat tertawa tanpa henti oleh Raka. Selain itu kedua orang tua Raka pun sangat menyayangi dirinya. Ini membuat daya tahan tubuh Nayla bagus sehingga sangat mempengaruhi pada proses pengobatan nya.makan siang ini, Raka sengaja mengajak Nayla pergi. untuk melakuan makan siang bersama. sepertinya kegiatan makan bersama sangat jadi agenda wajib keduanya.Mungkin saja orang yang melihat mereka akan menggap mereka adalah sepasang kekasih, ' mereka berdua terlihat begitu akrab dan serasi."Hari ini kita mau makan di mana? Bosan sepertinya tiap hari di restoran itu," terang Raka."Terserah kamu saja, aku ngikut. soalnya aku ti
Acara Makan siang Raka dan Nayla terpaksa harus terganggu akibat kehadiran Manda. Bahkan Raka yang memutuskan untuk makan siang satu piring berdua bersama Nayla, tidak luput dari gangguan Manda. Manda seperti tidak ingin membuat Raka dan Nayla dekat.Manda seolah-olah sengaja ingin membuat perhatian Raka teralihkan. ia hanya ingin dirinya saja yang diperhatikan. Bahkan ketika mereka hendak pulang, Manda memaksa untuk ikut. Dengan alasan ingin melihat situasi di rumah sakit sebelum besok dirinya bekerja di sana.Dalam perjalanan pulang, Manda lebih mendominasi. Kehadiran Nayla benar-benar sudah tidak dianggap ada. Namun, Nayla sama sekali tidak tersinggung karena baginya kehadirannya dianggap gaib adalah sesuatu hal biasa.Lama-lama Manda semakin keterlaluan, hingga Diperlakukan seperti itu membuat Nayla tidak terima. Ia seperti hantu keberadaannya tidak dihiraukan. Lalu Nayla pun memilih untuk naik taksi saja. Setidaknya itu lebih aman untuk mata dan hatinya."Raka, tolong turunkan ak
"Sebenarnya kamu punya hubungan apa dengan wanita tadi? Kenapa aku merasa jika kalian memiliki hubungan spesial. Benar kan Raka?" Terka Manda. Ia sudah tidak sabar ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi antara Raka dan Nayla.Karena Manda merasa ada hal aneh dengan hubungan Raka dan Nayla. Tidak terlihat seperti seorang dokter dengan pasiennya. Melainkan seperti seorang kekasih. Ya, seperti itulah yang Manda lihat."Dia pasien ku, Manda." jawab Raka namun Manda merasa tidak puas dengan jawaban tersebut."Aku gak percaya. Tatapan kamu, perhatian kamu benar-benar beda. Jujur saja Raka." Desak Manda.Raka yang posisinya tengah menyetir pun hanya bisa menghela napas. Dia tahu sifat Manda. Dia tipe wanita tidak menyerah. Jika ada sesuatu hal yang membuat ia penasaran. Maka sampai kapanpun ia akan terus mengorek sampai ia menemukan jawabannya."Kenapa kebiasaan kamu itu tidak hilang? Aku kira tiga tahun ini kamu akan banyak berubah. Ternyata tidak sama sekali." Tutur Raka tanpa menatap ke a
Nayla terus saja kepikiran kejadian tadi. Saat ia melihat dengan jelas Santi sedang bersama dengan Morgan. Dia tahu Morgan karena saat Masih status kekasih Santi, mereka sering pergi bertiga. Bahkan ia tahu jika mereka sudah putus lalu kenapa ia Justru harus melihat mereka berdua.Harusnya, ia bersikap masa bodoh saja. Sebab ia sudah tidak memiliki hubungan apapun dengan Santi. Secara sengaja Santi sudah memutuskan hubungan pertemanan mereka hanya karena memperebutkan satu pria.Namun, apa yang sekarang terjadi? Di saat dirinya sudah melepaskan Fery, Santi justru bermain serong dengan mantan kekasihnya.Memang benar bukan haknya lagi untuk ikut campur. Hanya saja ia tidak suka dengan cara Santi mempermainkan sebuah hubungan "Pak, Tolong putar balik. Kita ketempat awal." Titah Nayla. Ia ingin memperingati Santi. Ia ingin membuat Santi sadar dan tetap fokus pada Fery.Karena belum terlalu jauh, sehingga Nayla tidak perlu menunggu lama untuk sampai ke tempat awal.."Pak, tunggu sebenta
Nayla menjerit seraya terus membaca istighfar, saat secara tiba-tiba sebuah batu terlempar dan mengenainya tepat di kepalanya.Meskipun batu itu terlihat kecil, namun lemparannya begitu sangat keras hingga membuat kepalanya terluka dan berdarah.Pelakunya yang tidak lain adalah Santi, memilih untuk melarikan diri. ia justru merasa puas sendiri karena bisa membuat Nayla celaka. Tak ada yang bisa Nayla lakukan, ingin meneriaki Santi namun ia tak memiliki tenaga untuk berteriak supir taksi yang sedari tadi menunggu Nayla, refleks langsung menolong Nayla. Saat mendengar suara teriaknya. supir tersebut begitu kaget saat ia melihat darah menetes dari balik kerudung Nayla."Astagfirulah, kepala Nyonya terluka, saya antar Nyonya ke rumah sakit, ya." usul sang supir taksi tersebut. awalnya Nayla ingin menolak. namun kepalanya justru terasa sakit dan pusing ."iya, tolong antar saya ke rumah sakit, maaf jika saya merepotkan pak supir," sesal Nayla merasa tidak enak hati."Sama sekali tidak dir
Fery begitu menyesal saat melihat Nayla hidup bahagia. Tawanya yang jarang ia lihat saat hidup dengannya, kini justru terlihat dengan jelas saat Nayla hidup dengan pria lain.Kenapa dulu dia menyia-nyiakan wanita sebaik Nayla? Kenapa dia begitu bodohnya melepaskan permata demi sebongkah batu yang sama sekali tidak ada nilainya?Ia memejamkan matanya, merasa percuma penyesalan yang ia rasakan sekarang. Sebab penyesalannya tidak akan membuat semuanya kembali seperti semula.Siska yang sedari tadi ada di samping Fery, memegangi pundaknya. Ia menyadarkan Fery untuk segera pergi."Anggap saja ini adalah karma untuk kita, karena kita sudah menyakiti Nayla. Sepertinya kita memang pantas mendapatkan ini semua. Sekarang lebih baik kita pergi. Mari kita tata ulang hidup kita dari nol'' tutur Siska."Fery tahu, Bu. Tuhan benar-benar membayar kontan kejahatan yang sudah kita lakukan pada Nayla," ucap Fery menimpali Perkataan Siska.Sekali lagi, Fery menghela napas berat sejurus kemudian la dan Sis
Raka hanya bisa tertunduk rapuh, saat dokter yang menangani Nayla mengatakan jika Nayla harus dioperasi. Bayinya harus secepatnya dilahirkan sebelum sesuatu yang buruk terjadi.Ia berharap semoga ini adalah jalan terbaik. Ia berharap banyak semoga istri dan anaknya bisa selamat. Sebab ia tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya jika bayi mereka harus tiada. Tentunya membuat down sang istri dan ia tidak mau itu terjadi.Lampu tanda operasi sudah padam, itu artinya operasi yang dijalani Nayla sudah selesai. Namun, ia sama sekali tidak mendengar suara tangisan bayi. Terdengar sunyi senyap. Ini membuat Raka khawatir. Ditambah dokter tidak kunjung membuka pintu ruangan operasi. Maureen yang melihat Raka gelisah langsung menghampiri sang anak."Tenang Raka, semuanya pasti akan baik-baik saja, berdoalah." Tutur Maureen seraya mengusap-usap punggung Raka."Raka tidak bisa tenang, Ma. Raka belum tahu keadaan istri dan anak Raka." Jawab Raka begitu lemah."Ya, mama tahu. Mama juga khawatir. Ta
Raka khawatir dengan keadaan Nayla, ia sungguh takut. Jika terjadi sesuatu hal yang buruk pada Nayla. Baginya Nayla adalah hidupnya, ia tidak akan bisa hidup dengan tenang jika terjadi sesuatu yang buruk padanya. Semenjak tahu dirinya hamil, Nayla begitu senang. Ia bahkan mengikuti setiap apa yang dilarang oleh Raka. Termasuk ia dilarang kecapean. Ia dilarang keluar rumah. Ia cukup bedrest di kamar saja.Nayla tahu apa yang dilakukan Raka semata-mata demi keselamatan dirinya. Ia tahu suaminya itu begitu mencintai dirinya, tentunya tidak ingin ada sesuatu hal yang buruk terjadi padanya. Nayla justru merasa tersanjung, ia kini menyadari jika cinta suaminya begitu besar. Namun, di balik kebahagiaannya itu. Nayla memendam sesuatu yang sangat besar. Apa itu? Dia harus bisa menahan rasa sakit. Ya, sewaktu-waktu perutnya Akan terasa sakit, bahkan pernah keluar darah meksipun hanya Sedikit. Dan selama itu pula ia tidak pernah mengatakan pada Raka.Nayla yakin jika dirinya mengadu Raka akan
Nayla tersadar dari pingsannya. Saat matanya sudah terjaga ia mencari sosok suaminya. Nayla mengerutkan kening saat melihat suaminya tengah duduk melamun. Terlihat seperti ada beban yang tengah dipikulnya.Nayla pun very untuk mencari tahu. Nayla beranjak, ia lalu berjalan ke arah Raka seraya mendorong stan infusan.Saking larut dalam lamunan, membuat kehadiran Nayla yang ada di depan matanya sama sekali tidak disadarinya.Nayla pun ikut terduduk di samping Raka, kemudian menepuk pelan pundak Raka hingga Raka terlonjak kaget."Mas," Panggil Nayla seraya menepuk pelan pundak Raka.Raka yang terkejut, semakin terkejut saja melihat Nayla tiba-tiba duduk di sampingnya."Ya Tuhan, sayang Kenapa kamu bangun? Ayo kembali lagi ke ranjang," ujar Raka ia pun hendak menggendong Nayla namun ditahan."Turunin Mas, enggak usah digendong. Aku bisa jalan sendiri," Protes Nayla namun tidak didengarkan oleh Raka."Pokoknya kamu jangan dulu banyak gerak, ya,""Aku udah sehat, Mas. Jangan berlebihan. Lag
Pagi ini, entah kenapa Nayla merasa malas untuk melakukan aktivitas apapun. Yang ia mau hanyalah diam dan merebahkan tubuhnya di atas kasur. Raka datang ke kamar, ia melihat sang istri tengah berbaring dengan berselimutkan selimut tebal berwarna biru laut.Tak biasanya memang, hingga Raka pun dibuat keheranan. Raka duduk di samping Nayla. Ia lalu ikut menenggelamkan tubuhnya di bawah selimut Yang sama. Tak lupa sebuah pelukan mendarat di sana hingga Nayla pun dibuat kaget.Kaget karena tiba-tiba ada yang memeluknya dari belakang."Astaghfirullah, mas. Aku kaget." Keluh Nayla seraya membalikkan tubuhnya lalu balas memeluk Raka.Akhir-akhir ini aroma tubuh Raka seperti candu baginya, ini membuat Nayla enggan untuk menjauh dari Raka. Raka sama sekali tidak keberatan saat Nayla selalu saja menempel padanya. Justru ia merasa senang, setidaknya hubungan mereka akan semakin lengket."Mas," panggil Nayla pada Raka."Hmmm," balas Raka."Pernikahan kita sudah lama, tapi kenapa aku tidak hamil
Setelah menunggu selama dua Minggu lamanya, akhirnya hasil dari tes DNA mereka keluar.Alex dan Raka menyerahkan amplop berisi hasil tes DNA pada Nayla. Mereka ingin nayla yang membacanya. Agar tidak dikira melakukan kecurangan."Buka dan bacalah hasilnya," ujar Alex seraya menyerahkan amplop tersebut."Kenapa harus aku?" Tanya balik Nayla."Biar kamu jadi orang pertama yang tahu. Karena kalau aku sudah yakin jika kamu memang adik perempuan ku, Naina."Tanpa rasa ragu, Nayla pun ngambil amplop tersebut lalu membaca hasil dari tes tersebut.Nayla terlihat serius, membaca hasil tes DNA tersebut. Matanya terus memindai satu persatu kata-kata yang tertulis di sana. Hingga matanya pun berakhir di bagian akhir yang tertulis di sana 99,99% cocok. Itu artinya mereka memang saudara.Kertas yang dipegang nayla Langsung terjatuh. Disertai dengan tubuhnya ikut limbung, beruntung Raka ada di samping sang istri jadi ia bisa langsung menahan tubuh Nayla.Air mata Nayla luruh, ia lalu menatap Alex ya
Nayla langsung mendorong tubuh Alex yang ingin memeluk dirinya. Lagi pula ia masih bingung apa yang sebenarnya terjadi. Kenapa Alex malah mengatakan dirinya adalah adiknya."Lex, kamu jangan kurang ajar. Di depan suamiku kau mau memelukku? Dan kamu juga mas, kenapa malah diam saja?" Cerocos Nayla pada Raka.Raka beranjak, ia berusaha untuk menenangkan Nayla agar tidak salah paham."Tenang sayang, sekarang kamu duduk dulu. Biar aku jelaskan semuanya." Titah Raka dan Nayla pun mengikuti instruksi dari Raka tersebut."Alex terpisah dari adik perempuannya dua puluh dua tahun lalu, saat itu Alex berusia sepuluh tahun sedangkan adik perempuannya berusia tahun. Dan kau mau tahu siapa yang melakukan hal ini? Dia adalah orang tua Fery. Orang tua Fery menculik adik perempuannya Alex. Setelah itu harta kedua orang tua Alex pun tiba-tiba beralih tangan atas nama ayah Fery," sejenak Alex terdiam ia berusaha untuk menelan salivanya terlebih dahulu."Lalu hubungannya dengan aku apa, Mas,?"tanya Nayl
Setelah kejadian di Maldives , hidup Fery dan Siska jadi kacau. Mereka terus saja diteror oleh Alex. Alex tidak akan berhenti mengganggu mereka jika mereka mau memberi tahu di mana keberadaan adik perempuannya.Sedangkan Santi, hidupnya pun tidak kalah kacau ia jadi buronan, karena bukti kejahatannya sudah diserahkan oleh Alex pada polisi. Bukan hanya itu saja, Santi pun diusir oleh Fery saat ia tahu jika bayi yang ada di kandungan Santi bukanlah miliknya. Sedangkan kehidupan Nayla, ia kembali bisa berdamai dengan keadaan. Raka menepati janjinya, ia tidak izinkan Fery untuk mendekati Nayla lagi.Pernah suatu ketika, Fery datang pada Nayla. Ia memaksa agar Nayla ikut dengannya dan memintanya untuk meninggalkan Raka. Namun, Raka mengancam Fery sehingga ia tidak pernah berani lagi mendatangi Nayla. Paling dia hanya mengawasi Nayla dari kejauhan saja.Seperti saat ini misalnya, Fery terus saja memperhatikan nayla. Rasa cintanya kini sudah berubah menjadi sebuah obsesi semata. Semakin la
Orang yang baru saja menahan Alex adalah Raka. Sejak sepuluh menit yang lalu. Raka sudah merasakan ada hal yang akan terjadi pada Alex dan Siska. Dan inilah kejadiannya. Dari kejauhan Raka melihat Alex mencekik Siska.Sekuat tenaga Raka berlari agar secepatnya dapat menghentikan tingkah Alex yang mungkin saja bisa membuat Siska mati."Apa yang kamu lakukan alex? Dia bisa mati!" Raka berkata seraya menarik tubuh Alex untuk menjauh dari tubuh Siska. Napasnya Alex sudah terlihat begitu ngos-ngosan. Karena menahan amarahnya. Sementara Siska dia terus saja terbatuk-batuk. Kemudian, Siska tidak hentinya memaki Alex."Kau gila Lex! Kau hampir membuat aku kehilangan nyawaku. Dasar penipu!""Ini adalah balasan untuk orang jahat seperti kamu!" Alex mengambil sesuatu dari saku celananya. Ternyata ia ngambil dompet, ia mengeluarkan uang seratus ribuan dari sana dan melemparkannya tepat di wajah Siska."Pergi dari sini! Aku sudah muak terus bersandiwara. Sekarang kau tunggu saja apa yang akan ter