Nayla masih terduduk lesu di lantai kamarnya. Sungguh ini di luar kendalinya. Setelah ia merasa lebih baik. Nayla hendak menyusul Fery yang mungkin saja ada di kamar Santi.Dengan sedikit berlari Nayla menuju kamar Santi. Dirinya ingin meminta maaf atas kelancangannya karena meninggikah suaranya. Berulang kali Nayla mengetuk pintu kamar Santi namun tidak ada yang merespons. “Mas, buka pintunya! Nayla minta maaf. Nayla memang salah. Nayla janji tidak akan seperti tadi lagi, Nayla juga janji tidak akan meminta ini itu lagi. Tapi tolong buka pintunya.” Nayla terus menangis meraung di depan pintu kamar Santi. Di dalam kamar Santi memang ada Fery dan ia sengaja tidak ingin menemui Nayla dulu. Fery ingin membuat Nayla benar-benar menyadari kesalahannya. Padahal, tidak ada yang salah dengan Nayla. Justru di sini Fery lah yang salah. Ia tidak lagi peka seperti dulu. Sedangkan Nayla ingin ada yang memperhatikan dirinya. Agar ia merasa benar-benar dibutuhkan kehadirannya hingga semangat untu
Siska tahu Nayla tak sadarkan diri. Tapi.. dengan teganya ia sama sekali tidak peduli. Yang ada dirinya malah pergi dan memanggil asisten rumah tangga untuk membawa Nayla ke kamarnya. Para asisten saling berdesas-desus merasa kasihan pada Nyonyanya yang selalu saja diperlakuakan tidak adil.Berkat bantuan dua asisten rumah tangga, Nayla berhasil dibawa ke kamar. Setelah itu mereka bingung harus sperti apa lagi agar nyonya nya bisa siuman.“Neli, tolong bawakan minyak angin. Mungkin dengan diberi minyak angin bisa membuat Nyonya bangun.”“Baik, bi, tunggu saya cari dulu minyak anginnya.”Neli yang tak lain asisten rumah tangga yang bekerja di sana, langsung mencari minyak angin. Beruntung minyak anginnya ada di kamar, jadi tidak usah repot-repot lagi mencarinya.“Bi Sri ini minyak anginnya.” Neli memberikan minyak angin dan langsung diraih oleh Bi Sri, Bi Sri langsung saja mengoleskan minyak angin pada hidung dsn pelipis Nayla. Tidak lupa, Neli menggosokkan kedua tangannya pad
Keesokan paginya.Biasanya, pagi-pagi buta Nayla sudah disibukkan dengan memasak di dapur. Membuat sarapan kesukaan suami dan mertuanya. Namun untuk kali ini tidak, ia ingin terbebas dari semua aktivitas yang dulu sering ia lakukan. Karena setelah ia pikir untuk apa melakukan jika apa yang ia lakukan tidak pernah dihargai.Apa itu artinya apa yang ia lakukan dulu tidak ikhlas? Jawabnya tentu saja ikhlas bahkan ia akan mendahulukan orang-orang yang ia sayangi ketimbang dirinya. Padahal seharusnya ia yang mendapatkan perhatian bukan sebaliknya.Ba’da salat subuh, Nayla berjalan menuju teras belakang di mana di sana ada kolam ikan, ia membawa serta merta satu toples kecil berisi gula pasir. Nayla terus menelusuri pinggiran kolam hingga saat ia mendapatkan apa yang ia cari, sebuah senyum yang lebar terlukis di sana di bibir pucatnya. Tanpa berpikir lama Nayla langsung mendekat ke arah koloni semut yang sedang berjalan antre tanpa saling mendahului. Ya, sesuatu yang dilihat Nayla memang
Nayla yang baru saja selesai mandi terlihat segar terlebih baju yang digunakannya terlihat segar dan degradasi dengan kulitnya sangat cocok hingga terlihat tidak berlebihan. Melainkan terlihat anggun, cantik dan segar.Hari ini adalah jadwal dirinya untuk cek up, ia berniat untuk mengetahui Fery. Karena seperti biasa Fery selalu mengantar dirinya cek up.Nayla yang sedang memperhatikan pantulan dirinya di cermin. Begitu banyak perbedaan yang terjadi. Tubuhnya terlihat kurus, Wajahnya tirus dan sangat pucat. Belum lagi rambutnya yang mulai rontok. Intinya sudah tidak ada lagi yang menarik dirinya. Saat dirinya sibuk mengamati pantulan dirinya di cermin tiba-tiba ia dikagetkan dengan suara pintu yang dibuka dengan begitu keras. Hingga Nayla sampai terperanjat.Ia melihat suaminya datang dengan wajah yang terlihat marah. Masalah apa lagi ini? Nayla hanya bertanya dalam hatinya.“Mas ada apa? Aku....”Plak....Satu tamparan mendarat di pipi Nayla, Nayla langsung terdiam seraya tanganny
Hari ini adalah jadwal Nayla untuk kembali check up. Awalnya dia ingin memberitahu Ferry namun, malah terjadi sesuatu yang mengakibatkan dirinya tidak jadi memberitahu Fery. Lagi pula dia sudah tidak memiliki lagi hasrat untuk sembuh mungkin kematian adalah solusi terbaik untuk saat ini.Hatinya masih terasa sakit mengingat kejadian tadi, ia merasa hidup dengan orang lain, merasa hidup sendiri. Suaminya berubah dan dirinya yang menyebabkan ini semua.Saat ini Nayla tengah berjalan sendiri di tengah teriknya matahari. Dia sengaja tidak membawa sopir, ia ingin menyendiri mengikuti ke mana langkah kakinya melangkah.Sepanjang perjalanan Ia hanya bisa menangis, dia tidak peduli meskipun orang lain memperhatikannya. Sungguh dia tidak peduli jika orang mengangap dirinya gila sekalipun.Sorot matanya terlihat kosong namun, tubuhnya sesekali bergetar karena sesegun menangis. Andai saja dirinya memiliki keluarga lengkap, mungkin di saat ada masalah seperti ini pelabuhan terakhirnya adalah kelu
Sepanjang perjalanan menuju rumah sakit. Dilalui dengan keheningan, Dokter Raka yang sibuk menyetir dan Nayla yang sibuk melamun seraya tatapan matanya melihat ke arah jendela. Sekilas Raka melirik ke arah Nayla, ia merasa jika tengah terjadi sesuatu pada Nayla. Sebagai dokter yang akan menanganinya, tentu dia harus tahu tidak boleh ada sesuatu hal yang mengganggu masa pengobatannya. Jika seandainya ada, maka dia harus mencari jalan keluarnya harus mencari solusinya.Bukan tanpa Alasan suasana hati dan pikiran, sebenarnya mempengaruhi kesehatan. Dan Raka ingin yang terbaik untuk pasiennya. Maka dia selalu berkata pada setiap pasiennya bukan hanya kepada Nayla saja agar mereka tidak boleh stress. Mereka harus bahagia, mereka harus melepaskan semua bebannya tapi tetap ingat pasrahkan semuanya kepada Allah."Kenapa sih dari tadi kamu diam? Jika kamu diam seperti ini maka kita tidak akan cepat akrab loh dan selamanya akan merasa canggung." Tutur Dokter Raka saat Nayla hanya diam.Mende
Di pemeriksaan kali ini dokter Raka lah yang menangani semuanya. Karena mulai sekarang dan seterusnya dokter Samuel tidak akan kembali ke rumah sakit karena pensiun.Beruntung dokter Raka adalah tipe yang mudah beradaptasi, hingga Nayla merasa tidak canggung. Seolah-olah mereka sudah kenal lama. Bahkan mereka sepakat untuk berbicara tidak terlalu formal. Seperti biasa saat melakukan check up, Nayla harus berperang dengan rasa takutnya pada jarum suntik. Biasanya saat dokter menyuntikkan obat maka ia akan bersembunyi di bawah ketiak suaminya.Sekarang? Sudah dua kali pemeriksaan ia tidak pernah ditemani Fery. Alhasil saat dokter akan menyuntikkan obat dibagian tubuhnya. Ia akan memejamkan mata seraya memegang apa pun yang ada didekatnya dan mendadak jadi tegang.Kali ini Nayla melakukan hal yang sama, ia memejamkan mata seraya berpegang pada lengan dokter Raka. Tentu saja hal ini membuat dokter Raka kesulitan untuk menyuntikkan obat."Nayla rileks jangan tegang seperti ini?" Ujar dokte
Sesuatu yang Fery lihat adalah istrinya tercinta. Awalnya ia ingin keluar dari mobil, namun urungkan dirinya memilih melihat dari jarak jauh, sang istri tengah menggendong seorang bayi.Fery dapat melihat dengan jelas wajah berbinar di wajah sang istri. Tiba-tiba hatinya terasa teriris. Memiliki bayi adalah harapan istrinya sejak dulu. Tapi ... kini harapan itu seolah-olah kandas, seolah-olah terkikis tidak ada lagi harapan untuk bisa memilikinya.Tak terasa air mata Fery luluh, ia paling tidak tega jika melihat istrinya menggendong seorang bayi. Lalu ia teringat akan perlakuannya pada Nayla dengan penyesalan ia mengusap wajahnya.''Maafkan aku Nayla. Maafkan. Bukan maksudku berbuat kasar sama kamu. Harusnya Mas bisa ngontrol diri," ujarnya seraya terus menatap sang istri.Padahal ia sudah berjanji pada dirinya untuk tidak menyakitinya. Fery terus saja memperhatikan istrinya dari jarak jauh. Sejenak ia melihat ke arah jam tangannya yang menunjukkan pukul 3 sore."Kenapa dia keluar gak
Fery begitu menyesal saat melihat Nayla hidup bahagia. Tawanya yang jarang ia lihat saat hidup dengannya, kini justru terlihat dengan jelas saat Nayla hidup dengan pria lain.Kenapa dulu dia menyia-nyiakan wanita sebaik Nayla? Kenapa dia begitu bodohnya melepaskan permata demi sebongkah batu yang sama sekali tidak ada nilainya?Ia memejamkan matanya, merasa percuma penyesalan yang ia rasakan sekarang. Sebab penyesalannya tidak akan membuat semuanya kembali seperti semula.Siska yang sedari tadi ada di samping Fery, memegangi pundaknya. Ia menyadarkan Fery untuk segera pergi."Anggap saja ini adalah karma untuk kita, karena kita sudah menyakiti Nayla. Sepertinya kita memang pantas mendapatkan ini semua. Sekarang lebih baik kita pergi. Mari kita tata ulang hidup kita dari nol'' tutur Siska."Fery tahu, Bu. Tuhan benar-benar membayar kontan kejahatan yang sudah kita lakukan pada Nayla," ucap Fery menimpali Perkataan Siska.Sekali lagi, Fery menghela napas berat sejurus kemudian la dan Sis
Raka hanya bisa tertunduk rapuh, saat dokter yang menangani Nayla mengatakan jika Nayla harus dioperasi. Bayinya harus secepatnya dilahirkan sebelum sesuatu yang buruk terjadi.Ia berharap semoga ini adalah jalan terbaik. Ia berharap banyak semoga istri dan anaknya bisa selamat. Sebab ia tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya jika bayi mereka harus tiada. Tentunya membuat down sang istri dan ia tidak mau itu terjadi.Lampu tanda operasi sudah padam, itu artinya operasi yang dijalani Nayla sudah selesai. Namun, ia sama sekali tidak mendengar suara tangisan bayi. Terdengar sunyi senyap. Ini membuat Raka khawatir. Ditambah dokter tidak kunjung membuka pintu ruangan operasi. Maureen yang melihat Raka gelisah langsung menghampiri sang anak."Tenang Raka, semuanya pasti akan baik-baik saja, berdoalah." Tutur Maureen seraya mengusap-usap punggung Raka."Raka tidak bisa tenang, Ma. Raka belum tahu keadaan istri dan anak Raka." Jawab Raka begitu lemah."Ya, mama tahu. Mama juga khawatir. Ta
Raka khawatir dengan keadaan Nayla, ia sungguh takut. Jika terjadi sesuatu hal yang buruk pada Nayla. Baginya Nayla adalah hidupnya, ia tidak akan bisa hidup dengan tenang jika terjadi sesuatu yang buruk padanya. Semenjak tahu dirinya hamil, Nayla begitu senang. Ia bahkan mengikuti setiap apa yang dilarang oleh Raka. Termasuk ia dilarang kecapean. Ia dilarang keluar rumah. Ia cukup bedrest di kamar saja.Nayla tahu apa yang dilakukan Raka semata-mata demi keselamatan dirinya. Ia tahu suaminya itu begitu mencintai dirinya, tentunya tidak ingin ada sesuatu hal yang buruk terjadi padanya. Nayla justru merasa tersanjung, ia kini menyadari jika cinta suaminya begitu besar. Namun, di balik kebahagiaannya itu. Nayla memendam sesuatu yang sangat besar. Apa itu? Dia harus bisa menahan rasa sakit. Ya, sewaktu-waktu perutnya Akan terasa sakit, bahkan pernah keluar darah meksipun hanya Sedikit. Dan selama itu pula ia tidak pernah mengatakan pada Raka.Nayla yakin jika dirinya mengadu Raka akan
Nayla tersadar dari pingsannya. Saat matanya sudah terjaga ia mencari sosok suaminya. Nayla mengerutkan kening saat melihat suaminya tengah duduk melamun. Terlihat seperti ada beban yang tengah dipikulnya.Nayla pun very untuk mencari tahu. Nayla beranjak, ia lalu berjalan ke arah Raka seraya mendorong stan infusan.Saking larut dalam lamunan, membuat kehadiran Nayla yang ada di depan matanya sama sekali tidak disadarinya.Nayla pun ikut terduduk di samping Raka, kemudian menepuk pelan pundak Raka hingga Raka terlonjak kaget."Mas," Panggil Nayla seraya menepuk pelan pundak Raka.Raka yang terkejut, semakin terkejut saja melihat Nayla tiba-tiba duduk di sampingnya."Ya Tuhan, sayang Kenapa kamu bangun? Ayo kembali lagi ke ranjang," ujar Raka ia pun hendak menggendong Nayla namun ditahan."Turunin Mas, enggak usah digendong. Aku bisa jalan sendiri," Protes Nayla namun tidak didengarkan oleh Raka."Pokoknya kamu jangan dulu banyak gerak, ya,""Aku udah sehat, Mas. Jangan berlebihan. Lag
Pagi ini, entah kenapa Nayla merasa malas untuk melakukan aktivitas apapun. Yang ia mau hanyalah diam dan merebahkan tubuhnya di atas kasur. Raka datang ke kamar, ia melihat sang istri tengah berbaring dengan berselimutkan selimut tebal berwarna biru laut.Tak biasanya memang, hingga Raka pun dibuat keheranan. Raka duduk di samping Nayla. Ia lalu ikut menenggelamkan tubuhnya di bawah selimut Yang sama. Tak lupa sebuah pelukan mendarat di sana hingga Nayla pun dibuat kaget.Kaget karena tiba-tiba ada yang memeluknya dari belakang."Astaghfirullah, mas. Aku kaget." Keluh Nayla seraya membalikkan tubuhnya lalu balas memeluk Raka.Akhir-akhir ini aroma tubuh Raka seperti candu baginya, ini membuat Nayla enggan untuk menjauh dari Raka. Raka sama sekali tidak keberatan saat Nayla selalu saja menempel padanya. Justru ia merasa senang, setidaknya hubungan mereka akan semakin lengket."Mas," panggil Nayla pada Raka."Hmmm," balas Raka."Pernikahan kita sudah lama, tapi kenapa aku tidak hamil
Setelah menunggu selama dua Minggu lamanya, akhirnya hasil dari tes DNA mereka keluar.Alex dan Raka menyerahkan amplop berisi hasil tes DNA pada Nayla. Mereka ingin nayla yang membacanya. Agar tidak dikira melakukan kecurangan."Buka dan bacalah hasilnya," ujar Alex seraya menyerahkan amplop tersebut."Kenapa harus aku?" Tanya balik Nayla."Biar kamu jadi orang pertama yang tahu. Karena kalau aku sudah yakin jika kamu memang adik perempuan ku, Naina."Tanpa rasa ragu, Nayla pun ngambil amplop tersebut lalu membaca hasil dari tes tersebut.Nayla terlihat serius, membaca hasil tes DNA tersebut. Matanya terus memindai satu persatu kata-kata yang tertulis di sana. Hingga matanya pun berakhir di bagian akhir yang tertulis di sana 99,99% cocok. Itu artinya mereka memang saudara.Kertas yang dipegang nayla Langsung terjatuh. Disertai dengan tubuhnya ikut limbung, beruntung Raka ada di samping sang istri jadi ia bisa langsung menahan tubuh Nayla.Air mata Nayla luruh, ia lalu menatap Alex ya
Nayla langsung mendorong tubuh Alex yang ingin memeluk dirinya. Lagi pula ia masih bingung apa yang sebenarnya terjadi. Kenapa Alex malah mengatakan dirinya adalah adiknya."Lex, kamu jangan kurang ajar. Di depan suamiku kau mau memelukku? Dan kamu juga mas, kenapa malah diam saja?" Cerocos Nayla pada Raka.Raka beranjak, ia berusaha untuk menenangkan Nayla agar tidak salah paham."Tenang sayang, sekarang kamu duduk dulu. Biar aku jelaskan semuanya." Titah Raka dan Nayla pun mengikuti instruksi dari Raka tersebut."Alex terpisah dari adik perempuannya dua puluh dua tahun lalu, saat itu Alex berusia sepuluh tahun sedangkan adik perempuannya berusia tahun. Dan kau mau tahu siapa yang melakukan hal ini? Dia adalah orang tua Fery. Orang tua Fery menculik adik perempuannya Alex. Setelah itu harta kedua orang tua Alex pun tiba-tiba beralih tangan atas nama ayah Fery," sejenak Alex terdiam ia berusaha untuk menelan salivanya terlebih dahulu."Lalu hubungannya dengan aku apa, Mas,?"tanya Nayl
Setelah kejadian di Maldives , hidup Fery dan Siska jadi kacau. Mereka terus saja diteror oleh Alex. Alex tidak akan berhenti mengganggu mereka jika mereka mau memberi tahu di mana keberadaan adik perempuannya.Sedangkan Santi, hidupnya pun tidak kalah kacau ia jadi buronan, karena bukti kejahatannya sudah diserahkan oleh Alex pada polisi. Bukan hanya itu saja, Santi pun diusir oleh Fery saat ia tahu jika bayi yang ada di kandungan Santi bukanlah miliknya. Sedangkan kehidupan Nayla, ia kembali bisa berdamai dengan keadaan. Raka menepati janjinya, ia tidak izinkan Fery untuk mendekati Nayla lagi.Pernah suatu ketika, Fery datang pada Nayla. Ia memaksa agar Nayla ikut dengannya dan memintanya untuk meninggalkan Raka. Namun, Raka mengancam Fery sehingga ia tidak pernah berani lagi mendatangi Nayla. Paling dia hanya mengawasi Nayla dari kejauhan saja.Seperti saat ini misalnya, Fery terus saja memperhatikan nayla. Rasa cintanya kini sudah berubah menjadi sebuah obsesi semata. Semakin la
Orang yang baru saja menahan Alex adalah Raka. Sejak sepuluh menit yang lalu. Raka sudah merasakan ada hal yang akan terjadi pada Alex dan Siska. Dan inilah kejadiannya. Dari kejauhan Raka melihat Alex mencekik Siska.Sekuat tenaga Raka berlari agar secepatnya dapat menghentikan tingkah Alex yang mungkin saja bisa membuat Siska mati."Apa yang kamu lakukan alex? Dia bisa mati!" Raka berkata seraya menarik tubuh Alex untuk menjauh dari tubuh Siska. Napasnya Alex sudah terlihat begitu ngos-ngosan. Karena menahan amarahnya. Sementara Siska dia terus saja terbatuk-batuk. Kemudian, Siska tidak hentinya memaki Alex."Kau gila Lex! Kau hampir membuat aku kehilangan nyawaku. Dasar penipu!""Ini adalah balasan untuk orang jahat seperti kamu!" Alex mengambil sesuatu dari saku celananya. Ternyata ia ngambil dompet, ia mengeluarkan uang seratus ribuan dari sana dan melemparkannya tepat di wajah Siska."Pergi dari sini! Aku sudah muak terus bersandiwara. Sekarang kau tunggu saja apa yang akan ter