"Apa maksudnya, Brian. Mengapa kau ingin bertanggung jawab atas kesalahan orang tuamu?"Brian menoleh, mendapati Luna yang sekarang menatapnya dengan tatapan kosong. Sedangkan Bibi Megan, ia sudah pergi setelah puas mengamuk dan melampiaskan semua amarahnya pada Brian."Jadi, apa yang dikatakan petugas kepolisian yang menangani kecelakaan orang tuaku saat itu, adalah kebohongan? Alasan mengapa tidak ada saksi mata, karena semua sudah diatur sebaik mungkin? Seperti itu?" Luna menghampiri Brian, menatap Brian dalam. Mencari kebenaran."Luna, tidak seperti itu," sela Brian cepat."Lalu, seperti apa! Seperti apa, Brian! Jelaskan padaku yang begitu bo*oh sampai tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi!" teriak Luna, tidak dapat lagi menahan air matanya.Luna merasa hidupnya hancur setelah kepergian kedua orang tuanya, berpikir kalau orang tuanya sengaja menabrakkan mobilnya sesuai dengan informasi yang ia dapatkan. Namun, ternyata semua itu salah.Dan, itu membuat Luna semakin merasa se
Tidak banyak yang tahu, mengenai sosok Adrian yang merupakan kakak ipar Brian, suami sah Bella. Kebanyakan orang mengenal Adrian hanya sebatas sekretaris pribadi Brian.Padahal, lebih dari itu. Meski sekarang, Adrian tidak lagi tinggal bersama Brian setelah sang istri meninggal, Adrian lebih memilih untuk kembali tinggal di apartemennya.Melanjutkan kehidupannya seperti biasa, menjadi sekretaris pribadi Brian. Tanpa pernah mengungkit mengenai dirinya yang merupakan kakak ipar bagi Brian.Karena itulah, Adrian akan selalu memberi perhatian lebih pada Bintang. Selalu menyempatkan waktu disela-sela kesibukannya, hanya untuk menjemput Bintang dari sekolahnya. Menemaninya bermain, meski Adrian merasa tubuhnya sudah meraung-raung minta istirahat."Aku harap, kali ini kau akan mendengarkan nasehatku sebagai kakak ipar, teman, dan juga sekretarismu," ujar Adrian."Aku akan memutuskan yang terbaik untuk semuanya. Tapi, mengenai Luna. Aku akan memikirkannya dengan lebih cermat lagi," jawab Brian
"Bibi Sely, Bintang rindu dengan Bibi."Sely yang masih berbincang dengan Brian di teras rumah, serentak menoleh. Melihat kedatangan Bintang yang baru pulang sekolah bersama dengan Adrian."Apalagi yang kau lakukan di sini?" tegur Adrian pada Sely yang langsung mengubah cara duduknya menjadi lebih anggun."Tentu saja Bibi Sely ingin menemui Bintang," sewot Bintang, menjawab pertanyaan Adrian."Ah, iya. Aku ingin bertemu dengan Bintang, juga ada sesuatu yang perlu aku bicarakan dengan Brian," jawab Sely dengan senyum tulusnya.Brian yang melihat perubahan sikap Sely dalam sekejap setelah kedatangan Adrian, membuat Brian membuang muka dan memutar bola matanya."Cinta memang bisa membuat orang berada dalam kepura-puraan," gumam Brian begitu pelan, hingga hanya bisa didengar oleh dirinya sendiri.Untuk Brian yang sudah mengenal Sely dengan sangat baik, terkadang masih merasa terkejut dengan perubahan sikapnya setiap kali ada Adrian di dekatnya.Sely bahkan berusaha mendekati Bintang, bukan
"Benarkah? Lalu mengapa kau baru mencarinya sekarang, bre*sek!" maki Brian, seiring kepalan tangannya yang menghantam wajah Dokter Rio dengan begitu keras, hingga darah segar keluar dari bibirnya yang sobek."Mengapa kau baru mau mengakuinya kalau kau punya anak dengan Bella!""Kau bahkan tidak peduli dengan Bella yang mengejarmu tanpa alas kaki, melarang kau untuk pergi karena anak yang dikandungnya saat itu!"Brian berteriak. Pada akhirnya ia bisa melampiaskan amarah yang selama ini ia pendam. Hari ini, ia merasa sedikit puas karena bisa menghajar dokter Rio secara langsung, atas apa yang sudah ia lakukan pada sang kakak."Kau berani berbuat tapi tidak ingin bertanggungjawab! Kau sudah menghancurkan hidup kakakku, dia bahkan mempertaruhkan nyawanya demi anak kalian. Lalu, kau baru datang sekarang, apa kau tidak tahu malu!"Brian kembali menghantam wajah Dokter Rio yang sudah tidak bertenaga di bawahnya. Brian benar-benar melampiaskan amarahnya."Aku tidak tahu, sungguh! Bella tidak p
"Jadi, Bintang," Luna tidak sanggup melanjutkan kalimatnya sakin terkejutnya akan fakta yang baru saja ia ketahui.'Jadi, anak Adrian yang dimaksud oleh Dokter Rio adalah Bintang?' Luna merasa otaknya kali ini bekerja dengan begitu lamban karena baru memahaminya setelah penjelasan yang berulang kali diutarakan oleh Brian dan Adrian.'Dan, Ayah biologis Bintang adalah Dokter Rio!'Sebuah fakta yang benar-benar mengejutkan Luna, hingga Luna merasa tidak bisa lagi berkata-kata. "Adrian, Rio tidak akan mengambil alih hak asuh Bintang 'kan?" gumam Brian yang tiba-tiba menjadi cemas.Melihat tidak ada pergerakan yang ditunjukkan oleh Dokter Rio selama dua hari ini, membuat Brian menaruh curiga. Tidak mungkin Dokter Rio diam saja setelah mengetahui semuanya. Brian bahkan tidak bisa memprediksi, langkah apa yang kiranya akan ditempuh oleh Dokter Rio."Itu tidak akan mudah, saat ini saya yang terdaftar sebagai Ayah Bintang yang sah secara hukum. Meski Dokter Rio adalah ayah Biologis Bintang, n
"Brian, aku benar-benar tidak tahu. Guru Bintang menelpon, jadi aku segera ke sekolah. Aku tidak memprediksi akan terjadi hal seperti ini," jelas Luna yang ketakutan melihat Brian yang begitu marah.Luna bahkan merasa semuanya terlalu tiba-tiba. Luna seolah masih bisa merasakan kalau Bintang baru saja berada dalam pelukannya, namun sekarang Bintang sudah dibawa pergi oleh Dokter Rio.Luna hanya bisa meremas jari-jemarinya, tanpa sadar ia menggigit bibir bawahnya karena cemas. Luna tahu kalau semua ini salahnya. Seandainya Luna lebih dulu menelpon Brian sebelum berkunjung ke sekolah Bintang, hal ini pasti tidak akan terjadi.Luna tidak akan masuk ke dalam perangkap dokter Rio, dan Bintang akan tetap bersama mereka. Sehingga Brian dan Adrian bisa bekerja dengan aman di kantor, tanpa harus berlari kemari dengan perasaan yang campur aduk."Brian, aku…."Luna berusaha mendekati Brian yang baru saja mengamuk, melampiaskan amarahnya. Namun, Brian menolak untuk didekati, api yang membakar dala
"Dia pergi!" lirih Brian, menatap nanar pada lemari besar yang sudah kosong. Brian melakukan ini setiap hari, melangkah ke ruang ganti pakaian hanya untuk melihat lemari besar yang sudah kosong tak berisi."Dia benar-benar pergi," ucapnya sembari tertawa getir.Brian berjalan keluar dan tersandung sebuah kaleng bekas minuman yang nyaris membuatnya terjatuh. Brian menatap sekelilingnya, ada banyak barang yang berserakan dimana-mana. Sangat kotor.Tiba-tiba Brian tertawa, menertawakan dirinya yang sekarang hanya sendiri. Bintang pada akhirnya kembali pada ayah kandungnya. Dan, Luna, istrinya. Dia juga pergi meninggalkan Brian sendirian, sesuai dengan permintaan Brian yang sekarang disesalinya. Mengapa ia mengatakan hal itu pada Luna, dan mengapa Luna benar-benar meninggalkannya disaat ia sendiri tahu kalau Brian sedang hancur dan tidak baik-baik saja.Sudah dua pekan berlalu sejak Bintang akhirnya bertemu dengan Brian setelah direbut oleh Dokter Rio. Dan, pada akhirnya Bintang harus teta
"Tuan Brian, saya mohon! Kalau saya dipecat, bagaimana saya akan menghidupi keluarga saya?" Seorang pria paruh baya tampak menyedihkan, berlutut di hadapan Brian dengan kedua tangan yang disatukan, memohon-mohon."Pak, silahkan berdiri." Adrian membantu pria paruh baya itu untuk berdiri dan tidak lagi berlutut.Bukan Brian yang merasa kasihan, justru Adrian yang merasa tak tega. Apalagi saat ia melihat Brian yang sedikit pun tidak bergeming.Brian hanya membaca berkas-berkas pekerjaannya dengan jauh lebih teliti, Brian tidak akan gegabah lagi. Brian akan memastikan, bahwa tidak ada lagi orang-orangnya yang berusaha menyaingi tikus got dalam hal mencuri."Kau pikir kau siapa! Hanya karena kau memiliki jabatan yang tinggi kau jadi seenaknya, tidak punya rasa kasihan pada orang lain, masalah ini bahkan sudah bertahun-tahun dan kau mengungkitnya lagi!" Karena kesal melihat Brian, pria paruh baya itu akhirnya berteriak menyuarakan kekesalannya."Pak!" tegur Adrian, 'apakah dia belum pernah