Valency menatap cemas keadaan di luar mobil, dirinya terlihat sama sekali belum ada niat untuk turun padahal mobil yang membawanya telah berhenti. “Kita sudah sampai dari sepuluh menit yang lalu, mau berapa lama lagi kamu menatap keadaan di luar?” tanya Jayden sembari bersandar santai di balik kemudi. Sontak Valency melempar tatapan kesal pada suaminya dan berkata, “Ini semua salahmu, Jay!” Dia melanjutkan, “Sudah kubilang untuk tidak mengantarku, tapi kamu tetap keras kepala!” Ekspresi gadis itu sangat kesal. Bagaimana tak kesal, Valency awalnya hanya ingin makan siang bersama Jennita. Namun, Jayden malah memaksa untuk mengantarnya langsung dengan mobil pribadinya. Bahkan, tidak ada sopir yang mengikuti, hanya Jayden sendiri! Oleh karena itu, sekarang Valency takut jika ada paparazi yang menangkapnya keluar dari mobil Jayden. Bisa-bisa akan ada masalah lain yang tercetus! “Bagaimana kalau nanti ada yang melihat kita? Kamu sendiri belum ingin pernikahan ini terbongkar, ‘kan?!”
Valency terbelalak, lalu meremas ujung kemeja yang dia kenakan demi menekan rasa gugup dan panik karena pertanyaan Christian. Bagaimana pria itu bisa melihatnya? Bukankah Jayden sendiri berkata kaca film mobilnya sangat gelap sehingga aman dari pandangan luar? Tidak, lebih penting dari itu, bagaimana mungkin Christian tahu mobil seorang Jayden Spencer?! Melihat Valency terdiam, Jennita pun bertanya dengan bingung, “Kamu benar-benar datang bersama Jayden Spencer?” Bola mata Valency bergerak risau. “Itu ….” Haruskah Valency berbohong? Akan tetapi, bagaimana bisa berbohong kalau Christian tampaknya begitu yakin dengan apa yang dia lihat? Valency menatap Jennita yang terus menatapnya lurus. Kalau Jennita tahu dia berbohong, temannya itu pasti akan sangat tersinggung dan marah besar. Akan tetapi, di sisi lain, Valency tidak bisa semudah itu mengaku dan membongkar hubungannya dengan Jayden, bukan? Tunggu … memangnya kalau mengaku berarti Valency harus membongkar hubungannya? Va
Jennita dan Christian menatap Valency dengan wajah tidak percaya. Valency dan Jayden adalah suami-istri? Berita gila macam apa ini!? “Kamu serius?! Tunggu, bagaimana? Kok bisa!? Kamu bercanda!” seru Jennita, Christian sendiri tidak lagi peduli dengan pandangan orang-orang sekitar. Toh dirinya sudah mengenakan masker dan topi. Yang jelas, informasi saat ini terlalu mengejutkan untuknya! Seorang Jayden Spencer memiliki istri? Tidak hanya itu, istrinya bukan dari kalangan atas maupun orang ternama!? Bagaimana bisa!? Valency terdiam sesaat, memandang dua orang di depannya. Kemudian, detik berikutnya dia tertawa keras. “Ha ha h
“Tutup mulut kotormu itu!” Jennita terlihat sangat marah, dia mengacungkan telunjuknya di hadapan Felix dengan mata memerah, membuat Felix yang melihatnya jadi terkekeh geli. Felix berdiri santai dan bersandar di ujung meja, memasukkan satu tangannya di saku celana. “Apa yang salah dari ucapanku?” Pria itu melirik Valency dengan seringai mengejek. “Bukankah itu adalah pekerjaanmu, Lency? Setelah menaiki ranjang Jayden Spencer dan menemani malamnya, sekarang kamu berpindah ke ranjang Christian Black,” ucap Felix merendahkan. “Bajingan!” sentak Valency dengan nada tinggi, tak terima dengan kalimat yang dilayangkan Felix untuknya. Namun pria itu ma
Valency menghempaskan tangan Felix, membuat pria itu terhuyung mundur ke belakang selagi mengusap lengannya. Christian bersiul dalam hati, kagum dengan sosok Valency. Dia kira hanya Jennita yang seperti singa betina, ternyata Valency juga sama! Aktor itu pun melipat tangannya di dada, berdiri santai di hadapan Felix yang terlihat mati kutu. “Besok-besok, kenali dulu lawanmu, Tuan Muda Smith.” Dia terkekeh. Felix melotot. “Diam kamu! Jangan ikut campur urusanku dengan Valency!” Alis kanan Jennita tertaut erat. “Felix, jangan tidak tahu diri! Kamu dan Valency juga tidak ada urusan lagi kecuali di pengadilan!” Emosi mencapai ubun-ubun, otak Felix tidak bisa lagi bekerja dengan benar. Dia langsung meraih sebuah g
Valency terdiam, nada suara Jayden yang terdengar beda membuatnya sadar kalau suaminya sedang marah. Mata Valency melirik ragu pada Jayden, menggeleng pelan untuk memberikan kode. Dia berharap semoga Jayden mau mengerti dan tak membuka identitasnya di sini. “Valey ...,” panggil Jayden kembali, dengan suara rendah penuh penekanan. Hal itu membuat Valency menghela napas panjang, jika sudah begini dia takkan bisa lagi menghindar. Baru saja kaki Valency hendak mendekat pada Jayden, tetapi Jennita segera menahan tangannya dan membuat gadis itu berhenti. “Kenapa kamu mau saja disuruh-suruh sih?!” ucap Jessica mendelik. Dia pun menatap tajam dan tak suka pada pria misterius di hadapannya. “Kamu siapa berani menyuruh-nyuruh Valency?!” “Apa kamu merasa dirimu sudah sehebat Jayden Spencer?” ucap Jennita sinis. Kalimat yang diucapkan Jennita membuat Valency dan Christian menghela napas berat. Apa Jennita buta?! Katanya fans berat Jayden, masa tidak sadar siapa pria di depan itu!? Val
“... dua sirloin, satu ribeye, dan satu potato au gratin. Itu saja pesanannya, Tuan?” Jayden menganggukkan kepala, lalu menyerahkan kembali menu di tangan kepada sang pelayan. “Tolong hidangkan anggur-nya segera.” “Baik, Tuan,” ucap sang pelayan seraya pergi meninggalkan ruangan VVIP tersebut. Setelah sang pelayan pergi, Jayden pun menatap dua orang di depannya. “Karena aku mendadak bergabung dan mengganggu makan siang kalian, makanan hari ini aku yang akan menanggungnya. Kalian jangan sungkan.” Pria itu pun tersenyum sopan. Jennita tersenyum lebar dengan mata berbinar, merasa sangat tersanjung dengan kesopanan Jayden. “T-tidak mengganggu! Tidak mengganggu sama sekali, Tuan Spencer. Bisa satu meja bersamamu, ini sungguh luar biasa!” Sungguh, Jennita tidak bisa menyembunyikan semangat dan rasa senangnya. Bagaimana tidak? Ayahnya saja yang seorang pebisnis besar sangat sulit mengatur pertemuan bersama Jayden. Namun kini … Jayden sendiri yang langsung ingin bergabung dalam makan si
Jayden tersenyum kecil melihat wajah Valency yang mulai memucat. “Santai saja, aku hanya bercanda Valey,” ucapnya. Tanpa sadar sejak tadi Valency terus menahan napasnya, terlalu takut dengan sikap Jayden yang tak bisa dia tebak. Ingin rasanya dia memarahi pria itu karena telah membuatnya sangat kacau hari ini, tapi … tidak mungkin dia melakukan itu di depan Jennita dan Christian! Sementara itu Jayden kembali menatap Christian dengan tatapan menantang. “Tidakkah kau merasa bahwa dia sangat menggemaskan? Berlian sepertinya, tentu harus selalu kujaga.” Christian terdiam. Raut wajahnya yang sejak tadi menunjukkan keramahan kini berubah menjadi serius, pikirannya mencerna ucapan Jayden yang penuh teka-teki. ‘Ah, sepertinya kini aku mengerti …,’ pikir Christian. Di tengah ketegangan antara Jayden dan Christian, Jennita yang sejak tadi diam malah tertawa renyah menanggapi ucapan Jayden. “Ha ha ha, itu sangat benar Tuan Spencer! Lency-ku ini sangat menggemaskan sejak dulu, Anda memi