“Ayah ingin mengadakan konferensi pers?”Jayden yang sedang berada di kantor mendongak dari dokumennya saat mendengar kabar yang dibawakan oleh Jacob. “Tuan … tidak terlihat kaget,” ucap Jacob saat melihat ekspresi tenang atasannya.Kepala Jayden kembali tertunduk dan lanjut menuliskan sesuatu di dokumen yang berada di hadapan. “Setelah membongkar kenyataan perihal latar belakang Felix, tentu saja dia akan mengambil langkah ini,” ucapnya. “Ini adalah hal yang sudah kuduga.”Jacob, yang tidak mengerti mengenai apa yang atasannya bicarakan, hanya terdiam. Dia sama sekali tidak tahu menahu mengenai pertengkaran Rosa dan Jayden, juga rahasia di balik latar belakang Felix sebagai anak hasil perselingkuhan Albert.Tiba-tiba, Jayden terdengar bertanya, “Kapan konferensi akan diadakan?”“Dalam lima menit, Tuan.” Jacob menjawab dan mengeluarkan ponselnya. Dia mengoperasikan benda pipih itu sesaat sebelum kemudian meletakkannya di hadapan Jayden.Tampak layar ponsel menunjukkan sosok Albert ya
“Lihat di sana! Itu Valency Lambert!” “Benar, itu dia!”Melihat sosok Valency yang muncul dan melangkah menuju panggung konferensi, keributan pun tercipta di antara para reporter. Perhatian mereka yang tadi terpaku pada Albert, sekarang beralih terhadap kedatangan wanita tersebut.Dengan senyum tipis dan tenang terpatri di wajahnya, Valency menaikkan panggung konferensi dan menghampiri Albert. Salah seorang pengacara di meja tersebut langsung mempersilakan wanita itu untuk duduk, bisa menduga kalau dia hadir untuk menjadi bagian dari konferensi tersebut.“Untuk apa kamu ke sini?” tanya Albert dengan wajah bingung. Valency melirik Albert sekilas, tapi belum menjawab. Dia meraih microphone di atas meja, lalu tersenyum ke arah kamera. “Aku yakin kalian bertanya-tanya apa tujuanku datang ke sini. Persilakan aku untuk meluruskan bahwa niatanku bukanlah untuk membela Tuan Spencer.” Ucapan Valency mengejutkan semua orang, ada juga yang meremehkan pernyataannya. Hal itu membuat Valency me
Popularitas dan eksistensi keluarga Spencer membuat mereka tak lepas dari sorotan publik. Buktinya, konferensi pers yang diadakan oleh Albert tak hanya tayang secara langsung di televisi, bahkan sampai ditayangkan secara live streaming di akun-akun youtube infotainment. “Mulia? Heh.” Suara Felix kembali mengudara ketika melihat komentar pada layar ponsel genggamnya. Dia mulai mendapatkan keberaniannya kembali saat ini. “Aku masih tidak habis pikir kenapa kalian begitu mengagungkan wanita itu,” cetus Felix, jemari tangannya begitu lincah menggeser layar ponsel. “Semulia apa pun dirinya, mengakui hal memalukan seperti itu sama saja dengan menggali kuburannya sendiri! Dasar wanita kampungan tidak punya otak.” Mendengar hal tersebut, Eric justru mendengus diiringi tatapan sinis yang menghunus. “Tiba-tiba aku menyesal menjadikan pria bodoh sepertimu partner bekerja sama.” “Setiap kali aku berkata buruk tentang Lency, kau selalu saja marah.” Felix mengernyit bingung. “Dia sudah bertindak
Tak hanya para wartawan, orang-orang yang duduk di kursi penonton pun menyuarakan keterkagetannya. Mereka saling berbisik, tidak menyangka gadis yang selama ini sering dipandang sebelah mata itu memiliki latar belakang yang tidak biasa.“Mengejutkan! Victoria Lambert adalah Victoria Jones?!” “Jadi, selain istri Jayden Spencer, dia juga keturunan keluarga Jones, pengusaha desain yang ternama dari Utopia?” “Felix Smith pasti menyesali keputusannya membuang Valency demi Cecilia. Keluarga Owen hanyalah batu kerikil dibandingkan Jones.” Valency mendengus. Tatapannya datar menatap para penonton serta wartawan yang berada satu atmosfer dengannya saat ini. Begitulah netizen. Beberapa saat lalu, dirinya dimaki dan dihina karena memiliki tujuan lain ketika menikah dengan Jayden dan dianggap tidak setara. Lalu, sekarang? Tidak sampai satu jam, ucapan negatif itu tiba-tiba tertelan dan berganti menjadi pujian karena latar belakang ibunya yang tidak biasa.Sementara itu di kediaman Spencer, Ang
Valency duduk dengan gelisah di salah satu ruang dalam gedung tempat konferensi diadakan. Sambil memangku dagu, dia melirik arloji di tangan. Beberapa kali dia mendongak, menatap ke arah pintu keluar dimana suara bising para wartawan masih ramai terdengar.Valency menghela napas. Saat ini, dia sedang menunggu keadaan di luar konferensi tenang sebelum bisa pulang. Sudah setengah jam berlalu, tapi keadaan di luar masih sangat ramai. Padahal, sudah ada pengecoh yang berpura-pura sebagai Valency dan Albert yang berusaha mengalihkan perhatian para reporter agar mengira mereka berdua sudah pergi dari tempat tersebut.‘Sampai kapan aku harus di sini …,’ pikir Valency sembari menggulir layar ponselnya dengan wajah bosan.Albert yang duduk tak jauh dari Valency ikut merasakan kegelisahan wanita itu. Albert pun mengalihkan pandangan ke arah Valency, menatap sang menantu yang kini pun menatap ke arahnya“Kenapa kamu melakukan semua itu?” tanyanya. Albert menghela napas sejenak, sebelum akhirnya
Jayden terpaku, dia menunduk menatap lurus Albert yang kini berlutut di hadapannya. Begitu pula dengan Valency di belakang punggung Jayden, wanita itu tercengang menatap ke arah Albert.Bagaimana tidak? Valency sedang melihat putra dari Alexander Spencer itu berlutut di depan sang suami dan memohon maaf!Ingin rasanya Valency meminta Albert untuk berdiri, tapi … masalah ini terjadi antara Albert dan Jayden, bukan dirinya!Di sisi lain, Jayden menampilkan wajah dingin, raut wajahnya tak dapat terbaca. Dia menutup mata sesaat sebelum akhirnya berkata, “Bukankah dirimu memohon maaf kepada orang yang salah, Ayah?”Albert, dengan kepalanya yang tertunduk, mengepalkan kedua tangan. Dia tahu apa yang dimaksudkan sang putra.“Seharusnya, ucapan ini kau lontarkan kepada istrimu. Dialah yang dirimu khianati untuk sekian lama.”Mendengar hal itu, Albert menutup matanya. Dia cukup sadar diri untuk mengerti maksud ucapan Jayden. Putranya itu tidak memaafkannya. Namun, Albert tidak marah. Dia meng
“Karena Jayden dinobatkan menjadi tipe pria ideal nomor satu untuk tahun ini?” tebak Verena, memotong ucapan Valency.“Iya! Itu!” seru Valency selagi masih sibuk dengan tugasnya. “Karena hal itu, dia dia jadi diagungkan oleh begitu banyak wanita muda. Bahkan, ada banyak dari mereka yang rela menunggu sampai malam di depan gerbang hanya untuk melihat Jayden pulang dengan mobilnya. Konyol! Dia bukan artis! Dia pria beristri!?”“Seseorang terdengar cemburu,” goda Verena sembari melirik Valency.“Dia suamiku, tapi para wanita itu secara terbuka menginginkannya. Bagaimana aku tidak cemburu?” Valency memutar bola matanya sesaat sebelum lanjut bekerja. Usai menarik satu garis di kertas sketsa, wanita itu menghela napas dan
Melihat sosok Eric yang muncul di sebelah Viona, raut wajah Valency seketika berubah. Masih ada sisa kemarahan dalam dirinya mengingat Eric adalah biang masalah yang menyebabkan kekacauan bagi Jayden beberapa waktu ke belakang.Dengan mata menyipit menatap tajam pada Eric, Valency membatin, ‘Apa lagi yang akan dia lakukan kali ini?!’Respon Valency yang tak bersahabat tak mendapat tanggapan apa pun dari Eric. Pria itu hanya berdiam diri di sebelah Viona, dan tak melakukan apa-apa.Melihat tidak ada tanda-tanda kegaduhan dari Eric, kening Valency pun berkerut, heran.Seolah bisa membaca isi kepala Valency, Viona tiba-tiba berujar, “Te