Setelah berhari-hari masa sulit berlalu, akhirnya sidang untuk Bayan dan Raka akan digelar. Sidang akan dipimpin oleh hakim agung yang berpengalaman, hal ini dikarenakan Raja masih belum sanggup untuk memimpin persidangan. Hal itu tentu saja menguntungkan bagi pihak Bayan dan Raka, mengingat tabiat Raja yang menurut mereka terlalu bias ke satu pihak.Ayudisha duduk bersama sang kakak secara berdampingan, ia juga ditemani oleh keluarga besar Bayan. Hanya saja entah kenapa jarak diantara mereka terlihat begitu nyata, hal ini dikarenakan aura Amor yang begitu sulit untuk didekati. Ia bersikap seolah-olah akan menikam siapapun yang berani mendekat pada adiknya. Tentu saja itu membuat orang lain merasa tidak nyaman, terutama ketiga sepupu nakal Bayan."Dia tampan, tapi sangat menyebalkan.""Ya, dia memonopoli Kakak Ayu seorang diri.""Dia bahkan lebih buruk dari Kakak Bayan. Setidaknya Kakak Bayan bisa ditipu dengan pujian-pujian berlebihan. Tapi laki-laki itu sangat sulit dibujuk, bahkan
Suasana persidangan kini telah menjadi lebih tenang. Bayan dan Raka duduk berdampingan dengan tubuh yang tegak dan berwibawa. Begitu pula dengan Amor serta Ayudisha yang terlihat kebangsawanannya.Melihat hal itu Hakim Agung pun langsung memulai persidangan."Hari ini adalah persidangan yang dilaksanakan dalam upaya keadilan untuk terlukanya sastrawan negara yang bernama Tanjung Sinarta. Yang mana pelakunya dituduhkan pada Prajurit Tingkat tinggi negara, sekaligus calon Patih Muda yaitu Raden Bayan Malaka. Adapula penganiayaan yang telah dilakukan oleh prajurit tingkat tinggi bernama Raden Raka, yang telah mengakibatkan Sastrawan Tanjung Sinarta mengalami luka parah dan harus berbaring selama berhari-hari. Maka dari itu persidangan ini resmi saya buka."Tok tok tokSuara palu pun terdengar, semua orang mulai menahan nafas menjadi lebih serius. Akan tetapi sebelum suara Hakim Agung terdengar, Amor lebih dulu mengangkat tangannya.Hakim Agung pun langsung menatap Amor dengan tatapan tid
Bayan dan Raka telah resmi keluar dari penjara. Mereka pun segera merayakannya dengan makan besar di rumah Keluarga Bayan. Suasana di rumah keluarga Bayan pun menjadi begitu ramai dan semarak. Semua orang bersuka cita atas bebasnya dua cucu paling dewasa dalam keluarga.Berkumpulnya keluarga ini bukan hanya untuk menunjukkan rasa syukur mereka terhadap bebasnya Bayan dan Raka. Namun juga sebagai bentuk doa agar Raka dapat menjalankan tugas dengan baik di perbatasan nanti. Mengingat perbatasan merupakan tempat paling rawan terjadinya serangan dan perang. Walaupun mereka yakin Raka akan baik-baik saja, tetap saja mereka khawatir akan terjadi sesuatu yang tidak terduga.Bayan pun memeluk sepupunya dengan perasaan enggan."Raka, aku harap kamu tidak mati di perbatasan. Kalau kamu sampai mati, maka hilang sudah orang waras di rumah ini." ucap Bayan mengeluh.Mendengar keluhan anaknya, Gada pun langsung memukul kepala Bayan dengan keras. Ia sebagai salah satu penghuni rumah ini pun langsung
Bayan menatap ke arah kiri dan kanan dengan tatapan yang begitu teliti, sambil memasang pendengaran nya setajam mungkin. Setelah memastikan bahwa semua orang telah kembali ke kediaman masing-masing, akhirnya Bayan dapat bernafas lega. Ia pun tersenyum kecil dan masuk ke kamarnya kembali.Suasana rumah yang begitu ramai sebelumnya, sekarang menjadi begitu hening dan sepi. Hanya ada suara binatang malam yang menyertai malam mereka saat ini.Bayan menatap wajah istrinya yang terlihat begitu cantik dengan cahaya api yang menyala. Wajahnya yang putih terlihat bersinar dan matanya berkilauan. Selama ada di penjara, Bayan merasa begitu merindukan istrinya yang begitu cantik ini. Jujur saja, ia merasa gerah melihat Raka setiap hari. Selain Raka yang terlalu religius hingga selalu berdoa sepanjang malam, ia juga malas bersama Raka karena Raka sibuk memuji kakak iparnya.Sekarang hanya tinggal mereka berdua di ruangan ini. Hanya ada Bayan dan Ayudisha. Tentu saja tidak ada yang bisa dilakukan
Semua anggota keluarga menjadi begitu antusias dan bahagia. Mereka berharap cucu pertama dalam keluarga ini terlahir sehat dan kuat. Hanya saja kehamilan Ayudisha masih terlalu muda untuk disiarkan pada orang lain. Hal ini dikarenakan ada mitos dan tradisi dalam keluarga mereka untuk merahasiakan kehamilan sebelum berumur 3 bulan. Apalagi ketika umur anak itu masih di bawah 3 bulan dianggap rentan keguguran. Sehingga keluarga akan berusaha keras untuk menjaga serta melakukan yang terbaik agar bayi dapat terlahir dengan selamat.Keluarga Bayan pun telah melakukan kesepakatan bersama untuk menjaga Ayudisha. Serta memberikan makanan-makanan terbaik untuk wanita itu. Selain keluarga Bayan, keluarga Amor pun merasa begitu bahagia saat mendengar Putri mereka akan memiliki seorang anak.Amor telah mengirim surat malam itu juga untuk kedua orang tuanya. Ia ingin mengabarkan bahwa cucu pertama dalam keluarga mereka sebentar lagi akan lahir. Hal itu membuat Amor tak lagi kesal pada adik iparnya
Ayudisha terus menatap perutnya yang masih datar dengan perasaan linglung dan tak percaya. Selama dua kehidupan, ini adalah pertama kalinya ia merasakan menjadi seorang ibu. Ini rasanya seperti mimpi indah yang telah dilapisi oleh madu yang sangat manis.Sejak semalam ia hanya menutup matanya tapi tak kunjung juga tertidur terlelap. Ia masih tak percaya keajaiban benar-benar datang padanya. Ia ingat ketika menikah bersama Tanjung selama puluhan tahun, tak ada satupun anak yang lahir di antara mereka. Sedangkan saat bersama Bayan, dengan rentang waktu pernikahan yang begitu singkat, mereka akan memiliki seorang anak yang akan lahir tak lama lagi.'apakah ini benar-benar nyata?''apakah ini bukan mimpi?''apakah aku benar-benar akan menjadi seorang ibu?'Pertanyaan-pertanyaan itu terus terngiang dalam pikirannya. Seolah menghantui setiap sendi dalam hidup Ayudisha. Terkadang Ayudisha akan menampar atau mencubit dirinya sendiri untuk memastikan bahwa rasa sakit itu benar-benar ada. Sehin
Ayudisha tersenyum bahagia, selama beberapa hari ini ia mendapatkan semua hal yang ia mau. Bayan akan langsung mengabulkan semua permintaannya dengan senang hati. Bahkan laki-laki itu terlihat begitu bahagia saat melakukannya."Apa lagi yang kamu inginkan, ayo sebutkan. Aku akan mengabulkannya untukmu."Melihat antusiasme Bayan, ayu pun berusaha mencari sesuatu yang benar-benar ia inginkan. Terkadang momen semacam ini memang sering dimanfaatkan untuk meminta sesuatu yang tak pernah didapatkan ketika masih gadis. Dengan alasan hamil dan ngidam maka suami dengan senang hati memaklumi semua permintaannya."Aku ingin memeluk Raka!"Mendengar permintaan istrinya, Bayan langsung terdiam. Ia menggelengkan kepalanya dengan keras."Tidak, tidak boleh. Yang lain!""Sian?""Apalagi yang itu.""Kalau begitu bolehkah aku memelukmu?" ucap Ayudisha lembut.'tidak! Istriku semakin hari semakin pandai merayu. Aku tak bisa mengimbanginya'Telinga Bayan langsung memerah. Ia merasa telah kembali lagi saa
"Kapan kamu akan pergi?" ucap Bayan malas."Kenapa kakak berbicara seolah-olah kakak tidak senang melihatku di rumah. Sepertinya kakak berharap aku cepat-cepat pergi ke perbatasan."Bayan pun memutar matanya dengan bosan. Ia lelah melihat Raka yang tak kunjung pergi juga. Apalagi saat ini Bayan ingin segera membawa Ayudisha masuk ke kamar dan beristirahat. Ia ingin Ayudisha dapat istirahat dengan cukup dan sehat secara lahir batin, agar saat anaknya berumur 3 bulan nanti ia dapat berolahraga tanpa rasa was-was."Kamu telah berpamitan selama hampir 5 jam dan kamu masih belum berangkat juga. Kamu tak melihat istriku sudah terlihat lelah dan pucat, aku ingin membawanya segera masuk ke kamar dan beristirahat.""Ck, bilang saja kakak ingin bermesraan di kamar dengan kakak ipar.""Memang!" ucap Bayan tak menyangkal. "Kamu saja yang tidak peka, sejak tadi aku memberimu kode untuk cepat pergi tapi hingga sekarang tidak pergi-pergi juga."Mendengar hal itu Raka merasa sedih, ia sudah tidak men
Ayudisha menggendong putrinya sambil melihat Lo Gading yang sedang duduk dan menatap tanah. Hal tersebut membuat Ayudisha merasa heran melihat putranya itu. Apalagi Lo Gading masih tidak bergerak bahkan setelah beberapa jam."Lo Gading, apa yang sedang kamu amati? Hari sudah mulai terik, kemarilah."Akan tetapi Lo Gading masih tetap berjongkok dan terus menatap ke tanah. Setelah beberapa saat ia pun melihat ibunya dan bertanya."Bu, kenapa semut berjalan seperti bebek?""Hah?"Ayudisha pun langsung heran, sejak kapan semut berjalan seperti bebek?Lo Gading selalu bertanya pada sesuatu yang sulit ia mengerti. Akan tetapi rasa ingin tau anak itu begitu besar, sehingga ia selalu menanyakan sesuatu yang bahkan tidak pernah ditanyakan oleh orang lain."Bebek tidak berjalan seperti semut anakku. Mereka berbeda, bebek memiliki dua kali sedangkan semut memiliki lebih.""Tapi aku melihat cara mereka berjalan sama."Untuk beberapa saat Ayudisha terdiam, dan akhirnya mengingat kembali kenangan k
3 tahun kemudianBayan menatap putranya dengan tatapan tak percaya. Ia panik saat ini karena Ayudisha akan melahirkan seorang anak, tapi lihat putra nya yang berbakti itu. Dia bahkan sempat menguap saat mendengar jeritan ibunya yang kesakitan."Apakah kamu tidak khawatir ibumu kenapa-napa?"Mendengar pertanyaan Ayahnya, Lo Gading pun mengangguk."Aku khawatir." ucap Lo Gading dengan suara kecilnya.Akan tetapi raut wajahnya masih terlihat santai dan malas. Hal tersebut membuat Bayan menjadi semakin kesal."Lalu kenapa kamu terlihat seperti itu? Tidak ada raut khawatir di wajah mu, biasanya anak-anak akan menangis jika mendengar jeritan ibunya.""Apakah menangis itu berguna saat ini? Apakah tangisan ku dapat mengurangi rasa sakit yang ibu rasakan? Kalau memang begitu, aku akan menangis sekarang."Bayan pun terdiam, ia merasa putranya tidak normal. Terlalu malas dan tidak ada jejak kekanakan yang tersisa. Padahal jika diingat saat ia masih bayi, Lo Gading cenderung imut bahkan ketika di
Hari begitu cerah dan kehidupan di Malaka menjadi begitu membahagiakan. Tak ada lagi perselisihan dan keributan yang berarti dan kehidupan masyarakat jauh lebih sejahtera dari sebelumnya. Sejak kelahiran Pangeran mahkota keberuntungan selalu menghampiri Malaka tidak ada akhirnya. Seolah bayi lucu itu memang ditakdirkan untuk membawa banyak keberuntungan untuk semua orang.Ayudisha menggendong putranya sambil menatap ke arah pohon mangga tempat ia biasa duduk bersama dengan Bayan. Tempat yang biasa ia gunakan untuk mengelus perutnya yang sekarang nyeri dan tak nyaman. Akan tetapi kali ini ia sudah tak merasakan sakitnya lagi dan menikmati kebahagiaan tanpa beban yang berarti."Kamu adalah anugerah terindah yang diberikan tuhan padaku di kehidupan ini." ucap Ayudisha pada anaknya.Entah anak itu mengerti apa yang diucapkan oleh ibunya, atau dia terlalu senang dalam gendongannya, tapi dapat Ayudisha melihat dengan jelas bahwa anak itu tersenyum. Sangat tampan dan manis. Hal tersebut memb
Suara tangisan seorang bayi yang terdengar nyaring telah berhasil membuat semua orang di istana merasa bersyukur. Mereka pun langsung tersenyum dan mengucapkan selamat pada masing-masing anggota keluarga. Tak lupa mereka mengucapkan syukur yang mendalam pada Tuhan yang telah menitipkan sebuah kehidupan baru untuk keluarga mereka.Setelah itu pintu ruang persalinan pun terbuka dan Bibi Bayan menatap semua anggota keluarganya dengan senyum merekah. "Seorang bayi laki-laki telah lahir dengan selamat.""Bayi laki-laki?!!"Setelah itu ibu Ayudisha pun keluar dan membawa bayi di pelukannya yang telah bersih oleh air hangat. Hal tersebut membuat semua orang langsung bersorak bahagia. Bayi itu berkulit putih dengan hidung yang mancung. Mengingatkan Putri Minah dengan Amor ketika dilahirkan pertama kalinya.Sian, Daka dan Jiru pun tak kalah girang. Mereka melihat keponakan mereka untuk pertama kalinya dan itu membuat mereka bersyukur dengan suara yang keras."Syukurlah dia tidak mirip Kakak B
Semua orang khawatir akan keadaan Ayudisha, mereka takut karena merasa Ayudisha lemah dan tak tahan dengan rasa sakit. Akan tetapi hanya Ayudisha yang tau bagaimana ia menikmati rasa sakitnya dengan perasaan bahagia. Rasa sakit itu membuatnya sadar bahwa bayi di dalam perutnya benar-benar hidup. Bayi itu benar-benar ada dan itu terjadi dalam hidupnya di kehidupan ini.Hampir setiap detik dalam hidup Ayudisha di kehidupan sebelumnya, ia merasa kesepian dan cemburu melihat anak orang lain. Ia mengalami banyak kesedihan dan rasa sakit hanya karena ia tidak bisa memiliki anaknya sendiri. Terkadang wanita menjadi begitu tidak berharga ketika mereka tidak bisa memiliki seorang anak untuk suaminya. Seolah mereka adalah sebuah benda yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Seolah ia adalah benda yang cacat dan mereka sangat menyesal setelah membelinya.Akan tetapi sekarang ia memiliki seorang laki-laki yang menerimanya bahkan jika ia tidak akan memiliki anak seumur hidupnya. Ia memiliki lak
Bayan memeluk Ayudisha dan membuat tubuh Ayudisha lebih nyaman saat berbaring. Setiap malam Bayan akan mengatur cara Ayudisha tidur karena Ayudisha sudah tidak nyaman dengan perut besarnya. Terkadang Ayudisha akan memiliki nafas yang sedikit pendek karena kesulitan saat bernafas."Lebih nyaman?" tanya Bayan lembut.Ayudisha pun mengangguk dan tersenyum. Ia benar-benar dilayani oleh suaminya dengan sangat baik. Setiap ketidaknyaman yang ia alami selalu Bayan perhatikan. "Kalau begitu selamat tidur istriku yang cantik." ucap Bayan sambil mencium kening istrinya."Selamat tidur juga suamiku yang tampan."Keduanya saling merayu tanpa ada rasa malu terlihat di wajah mereka. Sangat berbeda ketika mereka masih pengantin baru. Sekarang mereka lebih leluasa dalam mengungkapkan rasa cinta hingga tidak ada kecanggungan.Setelah itu keduanya tertidur sambil berpelukan. Malam ini sangat ramai mengingat hampir setiap anggota keluarga berada di tempat yang sama. Ayudisha sebenarnya tidak terlalu ny
Para anggota keluarga kini telah berkumpul. Walaupun tidak semuanya tapi itu cukup ramai mengingat sebentar lagi mereka akan menyambut kedatangan anggota keluarga yang baru. Apalagi anak Ayudisha dan Bayan akan menjadi cucu pertama di keluarga masing-masing.Umur kandungan Ayudisha sudah sembilan bulan dan tinggal menghitung hari untuk melihat bayi itu dilahirkan ke dunia. Hal tersebut membuat anggota keluarga sangat antusias untuk mempersiapkan banyak hal untuk kelahiran nanti. "Apakah persiapannya sudah cukup?"Mendengar pertanyaan ibunya, Amor pun menggelengkan kepala dengan pasrah."Ibu telah menanyakan itu sebanyak tiga kali dan jawabannya masih tetap sama. Persiapan sudah cukup dan kita hanya tinggal menunggu Ayudisha melahirkan."Putri Minah yang melihat Amor dengan tatapan tidak suka. Ia sering bertanya-tanya terus menerus karena ia sebenarnya sangat gugup. Maklum saja ini pertama kalinya ia akan menjadi nenek, walaupun ia sangat berharap bahwa cucu pertamanya akan berasal da
Di Senggrala hampir semua tabib dikumpulkan untuk menyembuhkan penyakit Raja. Akan tetapi hingga kini masih belum ada solusinya. Menurut keterangan tabib, hal tersebut dikarenakan ada ulat bulu langka yang menyerang burung Yang Mulia. Hal tersebut membuat Sang Raja pun tak terima dengan tuduhan itu. Ia sangat yakin bahwa wanita itu menaruh racun di tubuhnya hingga membuat tubuhnya menjadi seperti ini."Maaf Yang Mulia, tapi hasil dari pemeriksaan saya hampir sama dengan tabib yang lainnya."Mendengar hal tersebut, Raja Senggrala langsung berteriak marah. Ia memarahi semua orang, akan tetapi ia masih terbaring lemah dan tak bisa bangun untuk melampiaskan nya secara fisik.Tak lama Raja merintih lagi, ia kesakitan dan hal tersebut membuat para tabib menjadi panik dan khawatir. Ulat bulu memang dapat membuat gatal-gatal, akan tetapi entah kenapa sangat sulit disembuhkan hingga membuat bengkak dan panas. Jadi para tabib semakin bingung bagaimana cara menyembuhkannya. Mereka pun berusaha u
Matahari telah terbit dibalik bukit perbatasan Malaka. Akan tetapi mereka masih berdiri sambil menunduk dan berdoa pada orang-orang yang telah meninggal di bukit ini.Ratusan prajurit telah gugur di medan pertempuran tanpa ada kemenangan yang mereka bawa. Keduanya meninggal tangis dan luka pada orang-orang yang telah mereka tinggalkan.Keempatnya menangis dalam diam sambil mengingat kakak mereka yang telah meninggal dengan cara yang begitu menyakitkan. Setelah itu, Yuda pun menatap ketiga adik Bayan sambil mengucapkan perpisahan."Senang berkenalan dengan kalian.""Kami juga senang berkenalan denganmu.""Ya, aku harap kita akan bertemu lagi tapi tidak di medan perang."Jiru, Daka, Sian dan Yuda. Mereka adalah calon prajurit tangguh yang akan memimpin pasukan di kerajaan mereka masing-masing. Selama perjalanan mereka telah berkenalan dan sudah saling mengenal. Akan tetapi mereka selalu tau bahwa persahabatan mereka ditakdirkan untuk berlalu dalam waktu yang sangat singkat.Keempatnya a