Saat kereta sampai di perbatasan, banyak prajurit datang dengan raut wajah yang sedih dan marah. Mereka tidak menyangka prajurit tangguh yang paling mereka hormati akan pergi meninggalkan mereka dengan begitu cepat. Apalagi dengan cara yang begitu licik seperti yang dilakukan oleh Bayan.Mereka menahan tangis dan amarah sambil berjanji akan memenggal kepala orang yang membunuh Patih muda mereka. Mereka tak terima dengan apa yang terjadi dan tak akan memaafkan Malaka dan siap untuk pergi berperang serta mendapatkan kembali kehormatan mereka."Aku akan memenggal kepala Bayan dengan tanganku sendiri!""Tidak, akulah yang akan memenggal kepalanya!"Semua prajurit yang dulunya berada di komando Patih muda merasa marah dan berlomba-lomba untuk mendapatkan kepala Bayan. Mereka tak akan puas sampai ada pertumpahan darah di antara mereka. Di dalam kereta itu pula, Jarka masih menangis dan berpelukan dengan tubuh hangat Sina. Ia merasa bahwa hidupnya telah berubah begitu banyak dalam waktu yan
Di dalam penjara bawah tanah, Bayan terus berlatih dan membentuk kekuatan serta bersiap untuk melakukan pertempuran. Tembok-tembok di sekelilingnya sedikit rusak karena telah menjadi korban dari ambisinya untuk berlatih menjadi lebih kuat. Ia tidak tahan dan ingin segera turun ke medan perang. Bahkan sel penjara telah membengkok dan rusak parah. Sebenarnya jika Bayan ingin pergi dari tempat ini sekarang juga maka itu adalah sesuatu yang mudah untuknya. Akan tetapi ia memilih tetap diam dan menjalankan semua rencana yang telah disusun oleh Amor.Kali ini Bayan akan memenggal kepala Badra. Ia berjanji akan memamerkannya di alun-alun kota, sebagai bentuk peringatan pada orang lain untuk jangan mengganggunya."Kamu menginginkan kematian anak ku, maka jangan salahkan aku untuk membinasakan semua garis keturunan mu."Bayan merupakan seorang tentara perang yang tangguh dan kejam. Ia bukan orang suci yang akan mengampuni setiap dosa orang padanya. Di medan perang ia pernah membunuh banyak sek
Amor pergi ke rumah kediaman keluarga besar Bayan. Ia ingin bertemu dengan dua Gada untuk meminta dukungan dan mulai menyusun strategi untuk melawan Senggrala dan menggulingkan Badra. Akan tetapi dalam perjalanan ia melihat banyak batu dan kerikil bertebaran. Semua itu dilempar oleh warga sebelumnya. Mereka kesal dan marah karena menganggap bahwa perang ini sepenuhnya salah dari Bayan dan akhirnya merekalah yang mendapat getahnya. Jadi kekesalan tersebut mereka lampiaskan dengan melempar batu dan mencaci maki keluarga Bayan dari kejauhan.Amor merasa kesal melihat keluarga yang sangat mudah dimanipulasi dan tersulit emosi. Padahal jika mereka ingat keluarga Bayan telah menjadi seorang tentara dan melindungi kerajaan selama 3 generasi penuh, semenjak kerajaan ini berdiri. Akan tetapi sepertinya mereka lupa bahwa orang yang mereka lempari batu adalah orang yang akan menjadi kunci dari keselamatan mereka."Menjijikkan." ucap Amor menghina.Ia pun terus lanjutkan perjalanan, setelah sampa
Tepat tanggal 15 Bulan Atas, semua menghadap langit. Malam itu begitu sunyi tanpa ada kabut ataupun awan yang menyelimuti. Hanya ada bulan dengan cahaya terangnya yang dikelilingi oleh cincin berwarna-warni, hal ini menandakan bahwa esok akan sangat cerah. Akan tetapi hal itu juga mencerminkan ketenangan sebelum badai. Esok semua orang bergerak untuk mewujudkan ambisi mereka masing-masing. Akan tetapi mereka semua memiliki satu kesamaan yaitu menginginkan kemenangan.Amor duduk dan menghadap semua prajurit terpilih yang telah dikumpulkan oleh Tuan Gada. Mereka adalah prajurit khusus yang bergerak di malam hari dan bergerilya di hutan belantara. Merekalah prajurit yang di latih oleh Tuan Gada secara langsung. Mereka kejam dan tak kenal ampun , akan tetapi mereka selalu di didik sebagai seorang prajurit yang mencintai tanah airnya. Hal itulah yang membuat mereka sepakat untuk berkumpul malam ini. Mereka sepakat untuk membuat satu keputusan yaitu..."Kami siap mengabdi pada Yang Mulia de
Istana yang terlihat megah dan penuh dengan keagungan, malam ini terlihat begitu suram dan mencekam. Tak ada yang berani bersuara dan mengganggu para prajurit khusus yang berpakaian gelap memasuki istana dan mengobrak-abriknya. Karena ketika mereka bersuara satu tombak akan berhasil menancap di jantung mereka. Bahkan saat ini ratu yang biasanya terlihat begitu anggun malam ini terlihat begitu menyedihkan. Sang ratu hanya mampu menunduk dan memeluk kedua putranya agar terhindar dari mata mematikan para prajurit khusus, yang terlihat tak kenal ampun dan tak segan untuk membunuh mereka.Amor yang melihat pemandangan itu langsung mencibir dengan sinis, ia tidak heran melihat Badra mengabaikan anak dan istrinya mengingat betapa egois dan bodohnya orang itu. Bahkan mahkota emas di kepalanya tak bisa membuat otak dan pikirannya berpikir jernih dan mampu berpikir layaknya orang bijak."Kemana suamimu?"Walaupun wanita itu terlihat menyedihkan dan lemah, akan tetapi Amor tak merasa bersimpati
Penjara bawah tanah masih tenang seperti biasanya. Tak ada yang tau seperti apa kekacauan yang terjadi di luar sana. Akan tetapi Bayan mampu merasakan hal itu. Walaupun pendengaran nya sedikit terbatas akibat dinding penjara yang terlalu tebal. Namun Bayan selalu tau bahwa istana tak sedang baik-baik saja saat ini.Saat Bayan berkonsentrasi dan berdiri di depan sel penjaranya. Semua orang langsung menelan ludah. Tangan Bayan yang sedang bersandar di sel berhasil membuat mereka takut. Apalagi selama beberapa saat berada satu lingkungan dengan Bayan, mereka tau betapa kuatnya pukulan Bayan karena tembok sedikit bergetar karenanya. Hal itulah yang membuat mereka enggan berurusan dengan laki-laki itu.Tak lama seorang laki-laki pun datang ke penjara bawah tanah. Laki-laki itu berpakaian gelap dan wajahnya tak terlihat, apalagi pencahayaan di penjara bawah tanah sangat minim di malam hari. Laki-laki itu terus berjalan menuju sel Bayan dan langsung memberi hormat."Tuan Bayan, saya diperint
Di Lereng Gunung Baru.Jalan rahasia yang telah dibuat oleh kerajaan Malaka telah menembus ke arah lereng gunung baru yang berbatasan langsung dengan kerajaan Palinggih. Saat mereka keluar dari jalan rahasia suara air terjun telah datang menyambut mereka. Hal tersebut membuat baterai tersenyum sumringah dengan penuh kemenangan. Tak ada yang tahu ke mana ia akan pergi saat ini dan itu berhasil membuatnya merasa senang. Apalagi ia membayangkan betapa jengkelnya wajah Amor yang sombong itu saat mengetahui bahwa ia telah berhasil keluar dari istana dengan selamat."Hahaha."Badra terus tertawa sambil memegang perutnya yang sedikit sakit karena tertawa secara berlebihan. Ia tidak tahu bahwa mengalahkan Amor dan Bayan akan sebahagia ini. Ia pun tak sabar untuk melihat bagaimana reaksi dua orang itu saat mengetahui apa yang akan ia lakukan pada Ayudisha.Badra pun memegang sebuah peta yang diberikan oleh seorang mata-mata menuju kediaman yang telah disiapkan Amor untuk Ayudisha. "Ayo kita b
Di gelapnya malam, Badra bersama prajurit khusus terus bersembunyi di balik semak-semak. Mereka dengan tenang mengawasi para penjaga dengan sedikit bersabar. Badra bahkan merasa kesal saat melihat banyaknya penjaga di kediaman ini. Hal tersebut membuktikan betapa perhatiannya Amor pada sang adik. Hanya sangat disayangkan, saat ini Badra membawa banyak prajurit khusus. Mereka adalah prajurit-prajurit yang dilatih dengan kekuatan tempur yang luar biasa. Jadi akan sangat mudah untuk mengalahkan mereka semua."Ayo bergerak." Perintah Badra.Semuanya langsung bergerak dan melumpuhkan para penjaga dengan sekali hentakan dan tanpa suara. Badra pun dapat masuk dengan leluasa tanpa hambatan. Ia bergerak menuju kamar yang paling di jaga ketat oleh para penjaga. Dari pengamatan sekilas, dapat disimpulkan bahwa saat ini anggota keluarga Ayudisha yang berada di tempat ini hanya ayahnya saja. Amor di istana kerajaan dan putri Minah di berada di kediaman keluarga Bayan. "Lumpuhkan dulu ayahnya, bar
Ayudisha menggendong putrinya sambil melihat Lo Gading yang sedang duduk dan menatap tanah. Hal tersebut membuat Ayudisha merasa heran melihat putranya itu. Apalagi Lo Gading masih tidak bergerak bahkan setelah beberapa jam."Lo Gading, apa yang sedang kamu amati? Hari sudah mulai terik, kemarilah."Akan tetapi Lo Gading masih tetap berjongkok dan terus menatap ke tanah. Setelah beberapa saat ia pun melihat ibunya dan bertanya."Bu, kenapa semut berjalan seperti bebek?""Hah?"Ayudisha pun langsung heran, sejak kapan semut berjalan seperti bebek?Lo Gading selalu bertanya pada sesuatu yang sulit ia mengerti. Akan tetapi rasa ingin tau anak itu begitu besar, sehingga ia selalu menanyakan sesuatu yang bahkan tidak pernah ditanyakan oleh orang lain."Bebek tidak berjalan seperti semut anakku. Mereka berbeda, bebek memiliki dua kali sedangkan semut memiliki lebih.""Tapi aku melihat cara mereka berjalan sama."Untuk beberapa saat Ayudisha terdiam, dan akhirnya mengingat kembali kenangan k
3 tahun kemudianBayan menatap putranya dengan tatapan tak percaya. Ia panik saat ini karena Ayudisha akan melahirkan seorang anak, tapi lihat putra nya yang berbakti itu. Dia bahkan sempat menguap saat mendengar jeritan ibunya yang kesakitan."Apakah kamu tidak khawatir ibumu kenapa-napa?"Mendengar pertanyaan Ayahnya, Lo Gading pun mengangguk."Aku khawatir." ucap Lo Gading dengan suara kecilnya.Akan tetapi raut wajahnya masih terlihat santai dan malas. Hal tersebut membuat Bayan menjadi semakin kesal."Lalu kenapa kamu terlihat seperti itu? Tidak ada raut khawatir di wajah mu, biasanya anak-anak akan menangis jika mendengar jeritan ibunya.""Apakah menangis itu berguna saat ini? Apakah tangisan ku dapat mengurangi rasa sakit yang ibu rasakan? Kalau memang begitu, aku akan menangis sekarang."Bayan pun terdiam, ia merasa putranya tidak normal. Terlalu malas dan tidak ada jejak kekanakan yang tersisa. Padahal jika diingat saat ia masih bayi, Lo Gading cenderung imut bahkan ketika di
Hari begitu cerah dan kehidupan di Malaka menjadi begitu membahagiakan. Tak ada lagi perselisihan dan keributan yang berarti dan kehidupan masyarakat jauh lebih sejahtera dari sebelumnya. Sejak kelahiran Pangeran mahkota keberuntungan selalu menghampiri Malaka tidak ada akhirnya. Seolah bayi lucu itu memang ditakdirkan untuk membawa banyak keberuntungan untuk semua orang.Ayudisha menggendong putranya sambil menatap ke arah pohon mangga tempat ia biasa duduk bersama dengan Bayan. Tempat yang biasa ia gunakan untuk mengelus perutnya yang sekarang nyeri dan tak nyaman. Akan tetapi kali ini ia sudah tak merasakan sakitnya lagi dan menikmati kebahagiaan tanpa beban yang berarti."Kamu adalah anugerah terindah yang diberikan tuhan padaku di kehidupan ini." ucap Ayudisha pada anaknya.Entah anak itu mengerti apa yang diucapkan oleh ibunya, atau dia terlalu senang dalam gendongannya, tapi dapat Ayudisha melihat dengan jelas bahwa anak itu tersenyum. Sangat tampan dan manis. Hal tersebut memb
Suara tangisan seorang bayi yang terdengar nyaring telah berhasil membuat semua orang di istana merasa bersyukur. Mereka pun langsung tersenyum dan mengucapkan selamat pada masing-masing anggota keluarga. Tak lupa mereka mengucapkan syukur yang mendalam pada Tuhan yang telah menitipkan sebuah kehidupan baru untuk keluarga mereka.Setelah itu pintu ruang persalinan pun terbuka dan Bibi Bayan menatap semua anggota keluarganya dengan senyum merekah. "Seorang bayi laki-laki telah lahir dengan selamat.""Bayi laki-laki?!!"Setelah itu ibu Ayudisha pun keluar dan membawa bayi di pelukannya yang telah bersih oleh air hangat. Hal tersebut membuat semua orang langsung bersorak bahagia. Bayi itu berkulit putih dengan hidung yang mancung. Mengingatkan Putri Minah dengan Amor ketika dilahirkan pertama kalinya.Sian, Daka dan Jiru pun tak kalah girang. Mereka melihat keponakan mereka untuk pertama kalinya dan itu membuat mereka bersyukur dengan suara yang keras."Syukurlah dia tidak mirip Kakak B
Semua orang khawatir akan keadaan Ayudisha, mereka takut karena merasa Ayudisha lemah dan tak tahan dengan rasa sakit. Akan tetapi hanya Ayudisha yang tau bagaimana ia menikmati rasa sakitnya dengan perasaan bahagia. Rasa sakit itu membuatnya sadar bahwa bayi di dalam perutnya benar-benar hidup. Bayi itu benar-benar ada dan itu terjadi dalam hidupnya di kehidupan ini.Hampir setiap detik dalam hidup Ayudisha di kehidupan sebelumnya, ia merasa kesepian dan cemburu melihat anak orang lain. Ia mengalami banyak kesedihan dan rasa sakit hanya karena ia tidak bisa memiliki anaknya sendiri. Terkadang wanita menjadi begitu tidak berharga ketika mereka tidak bisa memiliki seorang anak untuk suaminya. Seolah mereka adalah sebuah benda yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Seolah ia adalah benda yang cacat dan mereka sangat menyesal setelah membelinya.Akan tetapi sekarang ia memiliki seorang laki-laki yang menerimanya bahkan jika ia tidak akan memiliki anak seumur hidupnya. Ia memiliki lak
Bayan memeluk Ayudisha dan membuat tubuh Ayudisha lebih nyaman saat berbaring. Setiap malam Bayan akan mengatur cara Ayudisha tidur karena Ayudisha sudah tidak nyaman dengan perut besarnya. Terkadang Ayudisha akan memiliki nafas yang sedikit pendek karena kesulitan saat bernafas."Lebih nyaman?" tanya Bayan lembut.Ayudisha pun mengangguk dan tersenyum. Ia benar-benar dilayani oleh suaminya dengan sangat baik. Setiap ketidaknyaman yang ia alami selalu Bayan perhatikan. "Kalau begitu selamat tidur istriku yang cantik." ucap Bayan sambil mencium kening istrinya."Selamat tidur juga suamiku yang tampan."Keduanya saling merayu tanpa ada rasa malu terlihat di wajah mereka. Sangat berbeda ketika mereka masih pengantin baru. Sekarang mereka lebih leluasa dalam mengungkapkan rasa cinta hingga tidak ada kecanggungan.Setelah itu keduanya tertidur sambil berpelukan. Malam ini sangat ramai mengingat hampir setiap anggota keluarga berada di tempat yang sama. Ayudisha sebenarnya tidak terlalu ny
Para anggota keluarga kini telah berkumpul. Walaupun tidak semuanya tapi itu cukup ramai mengingat sebentar lagi mereka akan menyambut kedatangan anggota keluarga yang baru. Apalagi anak Ayudisha dan Bayan akan menjadi cucu pertama di keluarga masing-masing.Umur kandungan Ayudisha sudah sembilan bulan dan tinggal menghitung hari untuk melihat bayi itu dilahirkan ke dunia. Hal tersebut membuat anggota keluarga sangat antusias untuk mempersiapkan banyak hal untuk kelahiran nanti. "Apakah persiapannya sudah cukup?"Mendengar pertanyaan ibunya, Amor pun menggelengkan kepala dengan pasrah."Ibu telah menanyakan itu sebanyak tiga kali dan jawabannya masih tetap sama. Persiapan sudah cukup dan kita hanya tinggal menunggu Ayudisha melahirkan."Putri Minah yang melihat Amor dengan tatapan tidak suka. Ia sering bertanya-tanya terus menerus karena ia sebenarnya sangat gugup. Maklum saja ini pertama kalinya ia akan menjadi nenek, walaupun ia sangat berharap bahwa cucu pertamanya akan berasal da
Di Senggrala hampir semua tabib dikumpulkan untuk menyembuhkan penyakit Raja. Akan tetapi hingga kini masih belum ada solusinya. Menurut keterangan tabib, hal tersebut dikarenakan ada ulat bulu langka yang menyerang burung Yang Mulia. Hal tersebut membuat Sang Raja pun tak terima dengan tuduhan itu. Ia sangat yakin bahwa wanita itu menaruh racun di tubuhnya hingga membuat tubuhnya menjadi seperti ini."Maaf Yang Mulia, tapi hasil dari pemeriksaan saya hampir sama dengan tabib yang lainnya."Mendengar hal tersebut, Raja Senggrala langsung berteriak marah. Ia memarahi semua orang, akan tetapi ia masih terbaring lemah dan tak bisa bangun untuk melampiaskan nya secara fisik.Tak lama Raja merintih lagi, ia kesakitan dan hal tersebut membuat para tabib menjadi panik dan khawatir. Ulat bulu memang dapat membuat gatal-gatal, akan tetapi entah kenapa sangat sulit disembuhkan hingga membuat bengkak dan panas. Jadi para tabib semakin bingung bagaimana cara menyembuhkannya. Mereka pun berusaha u
Matahari telah terbit dibalik bukit perbatasan Malaka. Akan tetapi mereka masih berdiri sambil menunduk dan berdoa pada orang-orang yang telah meninggal di bukit ini.Ratusan prajurit telah gugur di medan pertempuran tanpa ada kemenangan yang mereka bawa. Keduanya meninggal tangis dan luka pada orang-orang yang telah mereka tinggalkan.Keempatnya menangis dalam diam sambil mengingat kakak mereka yang telah meninggal dengan cara yang begitu menyakitkan. Setelah itu, Yuda pun menatap ketiga adik Bayan sambil mengucapkan perpisahan."Senang berkenalan dengan kalian.""Kami juga senang berkenalan denganmu.""Ya, aku harap kita akan bertemu lagi tapi tidak di medan perang."Jiru, Daka, Sian dan Yuda. Mereka adalah calon prajurit tangguh yang akan memimpin pasukan di kerajaan mereka masing-masing. Selama perjalanan mereka telah berkenalan dan sudah saling mengenal. Akan tetapi mereka selalu tau bahwa persahabatan mereka ditakdirkan untuk berlalu dalam waktu yang sangat singkat.Keempatnya a