Share

Lupa Janji

Penulis: Rachel Bee
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-18 13:59:22

Abi melahap makanan yang dibawa Risya dengan hikmat. Risya tentunya sangat bahagia. Bagaimana tidak, masakan yang ia bawa adalah kesukaan suaminya dan kini semuanya telah habis dilahap.

Memang tak sepenuhnya itu adalah hasil racikan tangannya, tapi ia memiliki rasa puas saat Abi tanpa henti memasukkan makanannya ke dalam mulutnya.

"Enak makanannya?" Abi mengangguk. "Syukurlah. Aku kira ini buruk di lidah mas."

"Pasti resepnya dari bibik?" tanya Abi yang tebakannya benar. Risya mengerucutkan bibirnya lalu mengangguk pelan. Abi paham, istrinya itu pasti tengah berusaha untuk membuatnya bangga dengan masakannya. Tak masalah, ini baru permulaan untuknya. "Tapi ini enak kok."

"Bibik yang kasih tahu bumbunya, aku yang masak. Jadi ya, sama saja itu bumbu hasil racikan bibik." Risya terdengar tak percaya diri dengan hasil masakannya karena tiba-tiba Abi bisa menebak jika itu resep dari bibik.

"Aku menghargai jerih payahmu kok. Tidak usah sedih."

Di luar gedung kantor, Carla yang tengah
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Istri kedua pilihan mertua    Terlambat Datang

    Menjelang malam, Carla yang sudah bosan menunggu kedatangan Abi akhirnya menyerah dengan keadaan. Makanan di piring Adam pun telah habis tanpa sisa. Carla tersenyum senang melihatnya. Adam sama sekali tak terpengaruh dengan suasana hatinya yang sedang kacau. Lebih baik pulang saja, batin Carla. Saat akan bersiap-siap pulang, dari arah belakang seseorang yang ternyata mengenal Carla menepuk bahunya hingga wanita itu menoleh ke belakang dan menghentikan langkahnya. "Mas Vian?" Vian, pria yang diam-diam mengikuti Carla hingga ke dalam resto mengumbar senyumnya saat ditegur oleh Carla, pujaan hatinya. "Hai Carla. Makan di sini juga?" Carla mengangguk. "Sama siapa?" "Sama Adam anak aku," tunjuknya pada bocah kecil yang sedang sibuk mengunyah buah di tangannya. "Sudah mau pulang?" Carla mengangguk lagi. "Ayo aku antar pulang." Carla terdiam sejenak. Ia lupa jika telah menyuruh pak Ujang pulang tadi sore. Ia pikir Abi akan datang setelah mengirimkan pesan. Carla menepuk dahinya, membu

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-20
  • Istri kedua pilihan mertua    Malam sendiri

    Abi masuk rumah dengan tergesa-gesa. Tadi sempat melirik ke garasi rumahnya. Di sana ada mobil Carla teronggok tapi seperti biasanya. Ia berharap Carla sudah sampai dan tengah beristirahat sekarang. Namun, pemandangan yang didapat di dalam kamarnya tak sesuai ekspektasi di kepala. Carla tak ada di sana. Pikiran Abi langsung teringat pada Adam anaknya semata wayang. Ia membuka kamar bocah kecil itu perlahan-lahan. "Adam?" Abi masuk dan meraba ranjang Adam yang dingin. "Adam tidak ada? Kemana Carla membawanya?" Abi kembali ke dalam kamarnya dan mencoba menghubungi Carla. Tak ada jawaban sama sekali. Hatinya gelisah dan kepalanya ribut dengan berbagai macam pikiran buruk tentang Adam dan Carla. "Kumohon, jawab telponnya Carla." Abi berjalan mondar-mandir mengelilingi kamar. Sudah lima kali ia memanggil tapi tetap tak ada jawaban. "Kemana perginya dia?" Abi turun ke lantai bawah hendak mengambil air minum, tiba-tiba saja tenggo

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-21
  • Istri kedua pilihan mertua    Berjalan-jalan di Pantai

    Pagi sekali Vian datang menjemput Carla dan Adam. Tak lupa ia juga membawa keponakannya yang seusia dengan Adam ikut bersamanya. Carla tentunya senang karena Adam akan ada teman bermain di pantai. Wajah Adam terlihat bahagia saat Vian mengajaknya masuk ke dalam mobil. Tentu saja bahagia, karena hari ini ia akan bersenang-senang di pantai. Tempat yang sudah Adam impikan sejak liburan tahun lalu. "Adam, kenalin. Ini namanya Tasya. Keponakan om yang tinggal di Surabaya. Dia lagi main ke sini jenguk kakeknya," ujar Vian memperkenalkan keponakannya pada Adam. Adam yang memang senang dengan teman banyak mengulurkan tangannya mengajak berkenalan. Tasya yang masih malu-malu hanya menunduk lalu melengos ke arah jendela mobil. "Duh, Tasya masih malu-malu," ledek Vian yang dipelototi oleh Tasya. "Kita langsung ke pantai kan, Vian?" Carla yang duduk di samping Vian menoleh pelan. Saat melihat sosok Carla, mata Vian tak berhenti memandangnya. Ber

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-22
  • Istri kedua pilihan mertua    Meluapkan emosi

    Abi tak nyenyak tidur sejak malam hingga menjelang pagi, hingga hari berikutnya pun sama. Carla terakhir kali mengirimkan pesan dua hari yang lalu sebelum makan malam lalu satu kali memanggil di sabtu pagi. Abi tak sempat membalasnya karena banyak sekali pekerjaan yang harus diselesaikannya kemarin. Abi berpikir tak masalah tak menghubungi balik Carla, karena istrinya itu adalah wanita yang mandiri. Namun tidak dengan Carla, ini semua tentang prioritas atau bukan.Minggu siang, Carla dan Adam kembali ke rumah dengan selamat. Ditemani oleh Vian dan keponakannya yang juga berniat akan pergi ke rumah neneknya. Abi yang memang sudah menunggu kepulangan Carla ke rumah, sejak satu jam yang lalu berdiri di depan pagar sambil mengawasi pekarangan rumahnya yang sedang dibersihkan.“Terima kasih sekali lagi, Vian. Maaf merepotkan,” ucap Carla sambil mengumbar senyum manisnya. Vian mengangguk dari balik kemudi. Adam yang tertidur di gendongan segera disambar oleh Abi yang ternyata telah mengamat

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-24
  • Istri kedua pilihan mertua    Dihantui trauma

    Abi membawa Carla ke rumah sakit bersama Adam yang memaksa ikut. Anak semata wayangnya itu terus menangis tak berhenti melihat ibunya dimasukkan ke sebuah ruangan darurat dengan keadaan pingsan. Pikiran buruk terus mengintai Abi. Ia takut kejadian Winda terulang lagi pada Carla.‘Tidak, tidak mungkin.’“Tolong jaga anak kita, Abi. Namanya Adam. Calon istrimu pasti wanita yang baik hati.” wajah Winda saat itu pucat. Seharusnya Abi paham mengapa mantan istrinya itu tiba-tiba menitipkan anak mereka yang baru berusia enam bulan saat itu.Mata Abi berbinar bahagia saat itu. Dua tahun menikah dengan Winda, akhirnya ia bisa memiliki buah hati yang diimpikannya selama pernikahan. Namun sayangnya, mereka berpisah sebelum mimpinya terwujud.“Mengapa kita harus berpisah, Winda.” Abi menyesal bertemu dengan Winda setelah perceraian. Semua sudah terlambat, pikirnya. Walaupun mereka kembali bersama, rasanya sudah tak sama seperti dul

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-24
  • Istri kedua pilihan mertua    Sakit parah?

    Abi duduk di tepi ranjang rumah sakit sambil menggenggam tangan Carla yang terasa dingin. Setengah jam yang lalu ia tersadar lalu dibawa oleh perawat ke ruangan ini. Bersama Abi, ada Adam yang sejak tadi ikut sibuk membantu ayahnya mengurus perawatan sang ibu. Hati anak yang mana tak akan hancur melihat ibunya tengah berada dalam keadaan menahan sakit hingga tak sadarkan diri. "Pa, mama akan sembuh kan?" tanya Adam memelas. Abi tersenyum lalu mengangguk. Satu tangannya menarik pinggang putra kesayangannya untuk duduk di pangkuannya. Adam menuruti keinginan ayahnya. Kesempatan itu tak disia-siakan oleh Abi untuk memeluknya. "Mama pasti sembuh. Mama hanya capek," bisik Abi di telinga Adam untuk menyemangatinya. Adam mencebikkan bibirnya. Ia merasa bersalah melihat ibunya jatuh sakit setelah pergi seharian bermain dengannya. Padahal, kemarin ibunya baik-baiknya saja saat bersamanya. "Harusnya kita berdua tidak main ke pantai kemarin. Mama kenapa

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-27
  • Istri kedua pilihan mertua    Perkelahian di rumah sakit

    Al dan Vian berjalan cepat menuju ruang rawat inap Carla yang terletak di lantai tiga. Keduanya terburu-buru hingga hampir membuat orang terjatuh. Vian yang membawa parsel buah dan buket bunga hanya bisa pasrah tangannya ditarik oleh Al menuju lift yang akan membawa mereka ke lantai tiga. Sesampainya di lantai tiga, Al mengecek satu persatu nomor kamar. Saat tangannya tengah menghitung, matanya tak sengaja melihat satu sosok mirip Abi sedang duduk di kursi tunggu sambil memejamkan matanya. "Itu dia orangnya," tunjuk Al. Keduanya pun bergegas menghampiri Abi. "Bagaimana keadaan Carla? Apa yang terjadi sebenarnya?" Al terus bertanya tanpa henti. Tanpa mengucap salam, pria itu kembali bertanya sebelum Abi sempat menjawab pertanyaannya. "Kau menyakitinya? Dimana perasaanmu?" "Tak bisakah kak Al tak mencurigaiku terus? Abi melirik ke arah Vian yang menatapnya dengan tatapan datar. Abi tersenyum sinis saat melihat buket bunga berada di tangan pria itu. "Apa kamu berusaha memiliki istri

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-28
  • Istri kedua pilihan mertua    Bukan Penyakit Serius

    Carla itu kuat. Penyakit yang dideritanya hampir satu tahun ke belakang tak ada yang mengetahuinya. Ia memang sering mengeluh nyeri di sekitar perut. Sering sekali datang untuk periksa namun hasilnya selalu saja diagnosa penyakit lambung.Pernah satu kali Carla curiga dengan rambutnya yang sering sekali rontok. Namun selalu diabaikan olehnya. Dirinya yakin, itu semua karena stress yang berlebihan. Mungkin karena pernikahannya penuh dengan tekanan, membuat dirinya memiliki penyakit itu."Mas Abi kemana, Mas?" tanya Carla yang baru saja sadar dari tidur panjangnya. Lebih dari lima jam ia tak sadarkan diri lalu terbangun menjelang malam hari.Ia mencari keberadaan suaminya. Kecewa, tapi ia hanya bisa pasrah."Dia pulang," sahut Vian singkat. Wajah kesal itu tak ingin berkomentar banyak tentang keberadaan Abi yang tengah dicari-cari oleh Carla. Menyebalkan, pikirnya. "Oh, aku pikir dia nungguin aku disini." bibir Carla menekuk. Senyum

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-30

Bab terbaru

  • Istri kedua pilihan mertua    Ambil Alih

    "Makan! Maunya apa sih nih anak?" bentak Risya pada Fariska yang sejak tadi terus membungkam mulutnya dengan tangan sambil menggelengkan kepalanya. "Mama sibuk ini!" "Mau kak Adam!" Fariska berteriak keras memanggil nama Adam. Risya mendelikkan matanya lalu menarik tangan Fariska yang menutup mulutnya dengan paksa. Gadis kecil itu menangis kencang berteriak memanggil nama Adam. Benar saja, begitu Adam turun dari tangga, Fariska berlari menghampirinya. Hampir saja gadis kecil itu terjatuh, beruntung Adam dengan sigap menggendongnya. "Fariska kenapa nangis?" Adam mengusap air mata adik tirinya itu dengan tangan. Fariska menggeleng ketakutan tapi matanya melirik ke arah Risya yang sedang berkacak pinggang. "Kamu memang pengacau ya, di rumah ini! Gara-gara kamu, Fariska jadi enggak nurut lagi sama saya! bentak Risya yang semakin membuat Fariska ketakutan. "Yang pengacau itu tante. Sejak tante masuk rumah ini, tidak ada kedamaian sama sekali," celetuk Adam. "Lepaskan Fariska!" Risya m

  • Istri kedua pilihan mertua    Tak Ingin Seperti Dulu

    "Pa, Adam mau bicara." Abi menghentikan pekerjaannya. Ia membuka kacamata yang sejak tadi bertengger di hidungnya. Anak semata wayangnya dengan Winda itu tiba-tiba masuk ke dalam ruang kerjanya tanpa mengetuk pintu. Pasti ada sesuatu hal serius yang ingin dibicarakan olehnya. "Ada apa?" Abi mempersilakan Adam duduk di salah satu sofa. Adam pun duduk berhadapan dengan ayahnya. "Sepertinya ada pembicaraan serius?" "Kenapa papa enggak pernah bilang kalau Fariska punya sedikit kelainan. Ah, bukan kelainan tapi ada keterlambatan tumbuh kembang. Papa sudah bawa dia ke dokter anak?" tanya Adam panjang lebar. Abi melepas kacamata yang bertengger di hidungnya. Pelipisnya berdenyut tiba-tiba mendengar pertanyaan Adam yang selama ini ia sembunyikan. Fariska memang memiliki keterlambatan pertumbuhan sejak kecil. Fisiknya terlalu lemah dan sering sakit-sakitan. Abi bukannya tak pernah membawanya ke dokter, hanya saja dirinya banyak sekali pekerjaan beberapa tahun belakangan. Karirnya sempat h

  • Istri kedua pilihan mertua    Janji Adam Dan Fariska

    Sesuai janjinya semalam, Adam menjemput Jihan lebih dulu baru berangkat ke kampus. Dua sahabat itu kembali akrab setelah delapan tahun berpisah. Adam masih seperti dulu, selalu memberi perhatian lebih pada Jihan dan itulah yang membuat hati gadis itu selalu berbunga-bunga bahagia. "Adam, nanti pulangnya bareng apa enggak?" tanya Jihan sebelum turun dari mobil. Adam melirik sekilas lalu mengangguk. Sebuah senyuman manis terbit di bibir Jihan. "Jam tiga kan?" "Iya. Soalnya Rayhan hari ini kuliah siang. Oh ya, kamu jadi ikut kumpulan hari ini?" tanya Jihan lagi. "Sepertinya tidak. Aku tadi membatalkannya sebelum jemput kamu." Jihan mengerutkan dahinya. Biasanya, Adam paling senang ikut perkumpulan mahasiswa yang sering membahas tentang isu sosial. "Kenapa?" Jihan terlihat penasaran. "Aku ingin meluangkan waktu sejenak buat adik tiri aku." Adam mengubah cara duduknya hingga kini berhadapan dengan Jihan. Pria tampan itu menggaruk-garuk dagunya memikirkan sesuatu yang sepertinya sanga

  • Istri kedua pilihan mertua    Perubahan Dari Adam

    Adam berdiri di depan gudang belakang yang masih penuh dengan tumpukan kardus dan barang-barang besar milik Risya. Diamatinya satu persatu barang itu hingga mulutnya berdecak kesal. Ada pakaian, kosmetik, skin care dan barang keperluan wanita yang tercecer di meja panjang dekat peralatan untuk fotosyut. Dahinya mengernyit heran. Entah pekerjaan apa yang dilakukan oleh ibu tirinya itu hingga membuat aura rumah mewah ini jadi tidak ekslusif lagi. Waktu kecil, bahkan dirinya saja enggan mengubah isi perabotan rumah dengan mainannya karena tak mau rumahnya tercemar. "Memangnya tante Risya itu kerja apa, Pak Us?" tanya Adam pada salah satu penjaga rumah yang dikenalnya sejak dirinya masih kecil. Pak Us masih mengenalnya ternyata walau dirinya sudah lama pergi dari rumah ini. "Oh, beliau itu beauty vlogger. Sering banget syuting di sini. Kalau lagi ada barang baru, bisa sampai satu hari," ujar pak Us yang dibalas anggukan oleh Adam. "Terus, pak Us sering awasi mereka?" "Sering. Pak Abi

  • Istri kedua pilihan mertua    Adam Mulai Mengancam

    "Papa kenapa menyerahkan hampir separuh lebih saham papa sama Adam?" Suasana di dalam mobil menjadi sedikit lebih tegang karena kedua ayah anak itu saling diam setelah pertemuan bersama Al tadi. Adam menampakkan wajah seriusnya yang baru kali ini ditunjukkan di depan ayahnya. Abi melirik anaknya yang masih membutuhkan jawaban atas pertanyaan yang baru saja ia layangkan kepadanya. "Papa, lebih percaya sama kamu daripada tante Risya. Semenjak kamu pergi meninggalkan papa, segalanya lebih sulit dilalui." Abi pun mulai bercerita tentang kesulitan yang ia jalani semenjak perceraiannya dengan Carla hingga terpuruknya kondisi keuangan rumah tangganya. Risya yang hidup mewah selalu saja minta dibelikan barang-barang di luar kebutuhan. Jika tidak memberikan, Abi diancam oleh paman Risya yang seorang anggota dewan. "Lalu sekarang? Papa sudah mulai berani?" tanya Adam mengerutkan dahinya. "Pamannya sudah meninggal, nenekmu sudah tak b

  • Istri kedua pilihan mertua    Balik Nama

    Abi benar-benar melakukan tugasnya dengan baik sebagai seorang ayah untuk Adam. Ia pergi mengantarnya ke kampus untuk melakukan pendaftaran lalu ke pabrik dan setelahnya pergi ke kantor pusat. Rencananya, Adam ingin bertemu dengan Al. Sudah lama dirinya tak berjumpa dengan om kesayangannya itu. "Selamat siang, om Al." Adam berlari menghampiri Al yang sedang menyantap makan siangnya di meja tengah ruangannya. Ada Kesya dan anaknya juga di sana, melongo kaget melihat Adam yang datang tiba-tiba. "Adam? Astaga, apa kabar kamu? Kenapa baru muncul?" Al menepuk-nepuk punggung Adam yang sudah lama tak dilihatnya sejak delapan tahun lalu ia tinggalkan di Sidney. "Om kangen sama kamu. Katanya kamu ke Jakarta lusa tapi kok tidak ada informasinya. Kamu ke sini sama siapa?" Adam menoleh ke belakang. "Sama papa, om," tunjuk Adam pada ayahnya yang datang sambil menenteng makanan yang tadi ia pesan sebelum datang ke kantor. "Oh sama Ab

  • Istri kedua pilihan mertua    Ancaman Baru

    "Selamat pagi," sapa Adam dengan senyum cerah di bibirnya. Abi membalas sapaan anaknya dengan senyuman lebar. Belum pernah senyumnya selebar ini sejak delapan tahun lalu. "Sarapan sama papa, yuk. Ini semua makanan kesukaan kamu. Papa yang pesan semuanya sama si mbak." "Pa, nanti aku mau daftar kuliah ya. Sama Jihan dan Rayhan," ujar Adam sambil mengunyah makanannya. "Kamu butuh motor enggak? Nanti papa belikan kamu motor atau mungkin mobil buat kuliah nanti," tanya Abi. Adam melirik ke samping kanan ayahnya, ada ibu tirinya tengah memelototinya hingga matanya hampir keluar dari lubangnya. Pemuda tampan itu menyeringai. "Papa punya uang buat beli mobil? Kalau Adam sih, apa saja mau. Yah, walaupun mama Carla sudah kasih semua yang Adam butuhkan." Adam melirik sekali lagi pada wanita yang masih duduk di samping ayahnya. "Papa bisa kok belikan kamu mobil. Nanti papa mampir dealer mobil sepulang kerja. Atau, kamu mau sekalian ikut? Papa jemput kamu di kampus atau—" "Nanti aku ke kan

  • Istri kedua pilihan mertua    Datang Untuk Membalas

    Setelah berbincang cukup lama, Adam dan Abi naik ke lantai dua. Adam berniat ingin tinggal di rumah ayahnya setelah dibujuk oleh Bimo dan Abi. Kata Bimo, rumah itu adalah rumahnya yang ditinggalkan oleh Carla sebelum bercerai. Adam berhak tinggal di sana, tak boleh ada yang melarang. Abi menunjukkan kamar masa kecil Adam yang masih rapi seperti saat terakhir ia meninggalkannya. Adam meraba bantal dan ranjang yang masih bersih. Meja dan lemari yang berisi pakaian serta mainan masa kecilnya tak satupun berpindah.Adam terdiam sejenak. Memorinya kembali ke masa kecil sebelum ia pindah. Ada bayangan ibu dan ayahnya tengah duduk di tepi ranjang membicarakan rencana mereka yang akan berlibur ke luar kota. Wajah ibunya terlihat jelas menggambarkan rasa bahagianya saat itu. Ayahnya pun sama. Namun semua berganti dengan pertengkaran yang terjadi saat neneknya datang membicarakan pernikahan kedua ayahnya. Adam meremat tangannya lalu berbalik menghadap ayahnya yang masih setia berdiri di bela

  • Istri kedua pilihan mertua    Pertemuan Ayah Dan Anak

    "Hari ini kamu mau pergi ke rumah papa kamu, Dam?" tanya Rayya yang kini sibuk menata meja makan. Sahabat Carla itu sangat senang memasak, pagi hari ia sudah siap menyajikan makanan untuk anggota keluarganya yang akan beraktivitas di luar rumah. "Kalau menurut tante sih, besok saja." Adam mengerutkan dahinya. Entah kenapa, larangan Rayya seperti sebuah misteri tersembunyi tentang kehidupan ayahnya. "Memangnya kenapa, tante?" "Papa kamu itu—" "Dia lagi depresi sekarang. Kami takutnya kamu dilabrak habis-habisan sama istrinya," ujar Bimo sedikit frontal. "Depresi kenapa, om? Ada sesuatu yang saya lewatkan selama pergi ke Sidney?" tanya Adam dengan wajah keheranan. Bimo dan Rayya saling berpandangan dan memberi kode satu sama lain. Adam semakin curiga dengan gerak-gerik mereka berdua. "Papa kamu, telah menikah lagi. Kita semua tidak tahu apa alasannya." Bimo menaruh sendok makan lalu mengusap mulutnya menggunakan lap makan. "Dia sekarang sudah tidak berada di kantor mama kamu." "K

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status