Share

Tidur Di Lantai

last update Last Updated: 2025-01-04 18:15:07

Livia mengambil ponselnya, menatap benda itu sejenak, lalu menggeser tanda hijau.

"Halo, Langit," sapanya dengan lembut. Suaranya begitu kontras dengan nada dingin yang tadi ia gunakan ketika berbicara dengan Rajendra.

Tanpa disengaja tangan Rajendra terkepal. Buat apa lagi laki-laki itu menelepon?

"Nyalakan loud speaker," suruh Rajendra.

Livia mendelik pada Rajendra. Tidak setuju dengan keinginan itu. Ia juga punya privasi. Tapi Rajendra kembali memerintah.

"Aku mau dengar dia bilang apa. Nyalain speakernya kalau memang nggak ada hubungan apa-apa di antara kalian."

Dengan terpaksa Livia menyalakan loudspeaker agar Rajendra percaya.

Setelahnya terdengar suara Langit dari seberang telepon.

"Liv, kamu di mana sekarang? Tadi aku ke rumahmu tapi gelap gulita. Akhirnya aku masuk dan nyalain lampu beranda."

'Sialan,' batin Rajendra. Bagaimana mungkin Langit bisa masuk ke rumah Livia. Apa Livia memberinya akses?

"Saya sedang di rumah orang tua Rajendra. Makasih ya, Lang, udah nyalain lampuny
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (5)
goodnovel comment avatar
Dyandra Mulya
GOOD Livia ...️ Biar berapa Laki² berantem Untuk memperebutkan dirimu, Berusahalah Teguh Pada KEMANDIRIAN kamu. Karena sekali wanita Terlalu Bergantung Pada Laki², Nanti Akan TERJAJAH lagi.
goodnovel comment avatar
Noni Hedwar Sibarani
Tor, tolong jangan buat livia kembali ke rajendra. Buat Livia bahagia dgn laki2 lain yg gk egois kyk rajendra & yg mencintai livia dgn tulus.
goodnovel comment avatar
Debora Susana
Langit jangan mimpi lah, kamu gak berarti apa2 buat Livia, apa setelah Rajendra tidur di lantai Livia masih belom luluh juga ???
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Ingin Adegan Seperti Di Film

    Livia terkesiap melihat Rajendra yang tiba-tiba sudah bergolek di lantai. Namun ia tidak mencegah. Ia membiarkan saja dan tidak memperlihatkan kepeduliannya. Terserah Rajendra ingin tidur di mana. Asal jangan seranjang dengannya.Hening melingkupi kamar setelah Livia menatap Rajendra yang saat ini sedang berbaring di lantai. Ia mengembuskan napas panjang. Livia lelah secara fisik dan emosional. Ia tahu, konflik ini tidak akan selesai hanya dengan diam-diaman satu malam. Tapi ia tidak punya tenaga untuk melanjutkan perdebatan.Livia mematikan lampu utama. Ia menggantinya dengan lampu tidur yang redup. Tanpa berkata apa-apa lagi Livia memejamkan matanya. Namun sebelumnya ia memastikan bahwa Gadis nyaman tidur di sebelahnya.Rajendra juga memejamkan matanya tetapi pikirannya terus bergolak. Ucapan langit tadi terus terngiang di telinganya.'Lo telat, Ndra. Lo nggak bisa perbaiki sesuatu yang udah lo hancurin.'Kalimat itu terasa bagaikan tamparan keras. Rajendra sadar apa yang ia lakukan

    Last Updated : 2025-01-05
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Terperangkap

    "Halo Bunda, Gadis sudah siap mandi." Rajendra menyapa Livia sambil membawa Gadis di gendongannya ke dalam kamar.Livia yang juga sedang bersiap-siap setelah selesai mandi hanya menoleh sekilas tanpa ekspresi.Rajendra meletakkan Gadis di atas kasur dengan hati-hati. Anak itu tampak ceria walau matanya tampak sedikit mengantuk. Ia terus berceloteh."Anak Papa ngomong apa sih, Sayang? Papa nggak ngerti nih. Cepet gede ya, Nak," ujar Rajendra sambil memakaikan baju Gadis dengan hati-hati.Setelah mengeringkan rambutnya, Rajendra juga menyisir rambut Gadis dengan lembut. Ia harap Livia menghargai kepeduliannya ini. Selesai dengan rambut, Rajendra membedaki pipi Gadis pelan-pelan."Selesai deh. Anak Papa udah cantik kayak Bunda." Rajendra tersenyum senang. Sementara Gadis menatap dengan mata bulatnya.Usai berkata demikian Rajendra melirik ke arah Livia. Berharap akan mendapat tanggapan. Tapi sikap Livia sama seperti tadi. Ia tidak peduli pada Rajendra sedikit pun. Mau Rajendra melakukan

    Last Updated : 2025-01-05
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Berbagai Cara Untuk Menyakitinya

    Air muka Livia sontak berubah ketika nama Langit disebut. Ia tahu Lola tidak bermaksud buruk, namun rasa tidak nyaman tetap menyelimutinya."Saya bisa mengatur semuanya, Tante," jawab Livia tegas tapi tenang.Lola menatap Livia dengan kehangatan seorang ibu. "Liv, Tante ngerti kamu terbiasa mandiri, tapi kamu baru tiga bulan melahirkan. Kalau kamu terus memaksakan diri nanti kamu sendiri yang kewalahan.Livia menunduk, menggenggam sendoknya dengan erat. Ia sadar yang dikatakan Lola ada benarnya, namun hatinya terlalu berat untuk menerima bantuan, apalagi tinggal lebih lama di rumah itu.Rajendra yang diam sedari tadi, membuka suaranya. "Liv, Tante Lola cuma mau membantu, bukan bermaksud mengatur kamu. Soal terapi besok biar aku yang antar. Tinggalin Gadis di rumah. Dan tentang janji kamu pagi ini dengan orang lain, aku juga bisa mengantar dan menemani kamu."Livia terdiam. Sebenarnya janji yang ia maksud dengan seseorang hanyalah akal-akalan belaka agar ia diizinkan pulang ke rumah."

    Last Updated : 2025-01-06
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Itu Cara Yang Mainstream

    Rajendra menggenggam setir dengan erat. Ia mengerahkan seluruh kekuatannya untuk tidak meluapkan amarah yang memuncak. Pemandangan Livia duduk di mobil Langit dengan senyuman tipis tapi mengabaikannya menghantamnya lebih keras dari argumen mana pun yang pernah mereka lalui."Pagi yang luar biasa." Rajendra menggumam sinis. Ia mencoba menenangkan dirinya sendiri. Namun, rasa sakitdi dadanya tidak kunjung reda.Sementara itu di dalam mobil Langit Livia merasa puas karena sudah membuat Rajendra kesal. Masih hangat di ingatannya saat dulu Rajendra menurunkannya di jalan hanya karena Utary."Kamu nggak apa-apa, Liv?" tanya Langit sambil menurunkan volume musik di mobilnya."Nggak apa-apa. I'm happy," jawab Livia membalas senyuman Langit.Langit tertawa. "Rajendra pasti bakalan tambah marah sama aku.""Biarin aja. Hobinya kan emang marah-marah."Tawa Langit bertambah lebar mendengar ucapan Livia."Gimana tinggal di rumah mertua? Betah?" tanyanya kemudian."Tante Lola dan Om Erwin sih baik.

    Last Updated : 2025-01-06
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Ajakan Ke Pesta

    Rajendra duduk di kantornya dengan pikiran penuh. Bayangan Livia dan Langit yang tengah bersama terus menghantui benaknya. Perasaan marah, kesal, kecewa, serta frustrasi bercampur menjadi satu.Rajendra mengambil ponselnya yang tergeletak di atas meja lalu membuka kontak Livia.Ia ketikkan pesan singkat."Jadi kamu sengaja melakukan ini agar membuatku terlihat bodoh? Jika iya, selamat, kamu berhasil."Sebelum pesan itu terkirim Rajendra menghapusnya. Ia sadar tindakannya hanya akan membuat keadaan menjadi semakin buruk."Kenapa dia selalu membuat segalanya menjadi rumit?" Rajendra menggumam pelan sambil menyandarkan tubuhnya ke kursi.Ketika lamunannya sedang dalam Tasia masuk ke ruangannya dengan setumpuk berkas."Pak, ini harus ditandatangani hari ini biar bisa saya follow up," kata Tasia dengan sopan."Taruh disitu, nanti saya tanda tangan."Tasia mengangguk."Hari ini Bapak nggak ada jadwal meeting tapi saya hanya ingin mengingatkan bahwa nanti malam Bapak harus menghadiri undanga

    Last Updated : 2025-01-06
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan

    Livia mencengkeram sprei di sisi badannya. Napasnya sesak akibat mencoba menahan bobot tubuh Rajendra yang berada di atasnya. Lelaki itu terus bergerak. Menghujam dengan kencang dan menghentak dengan cepat. Membuat Livia melenguh kesakitan. Namun, apa Rajendra peduli? Tentu tidak. Lelaki itu sibuk menikmati sendiri tanpa mau tahu perasaan Livia. Hujaman tajam terus diberikan, hentakan demi hentakan Livia terima. Hanya lirihan perih yang terus terlontar dari bibirnya. Sampai tubuh Rajendra mengejang. Lelaki itu mendapat pelepasannya. Beberapa detik setelah sensasi itu pergi Rajendra menarik diri. Ia buru-buru mengenakan pakaiannya. "Pergi! Tidur di sofa!" perintah lelaki itu pada Livia yang masih berbaring di tempat tidur. Suaranya sedingin tatapannya. Livia cepat mengenakan pakaiannya atau Rajendra akan marah. Diambilnya tongkat yang tersandar di sisi tempat tidur kemudian berjalan terpincang-pincang menuju sofa. Di sanalah Livia tidur setiap malam. Lebih tepatnya sejak i

    Last Updated : 2024-10-08
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Dikhianati Di Depan Mata

    Betapa terkejutnya Livia mendengar pengakuan perempuan yang kemudian ia ketahui bernama Utary itu.Bagaimana bisa perempuan itu hamil? Apa itu artinya Rajendra sudah mengkhianati Livia?Dengan hatinya yang hancur Livia menahan air matanya di depan Utary. Ia tidak boleh menangis menunjukkan kelemahannya."Nggak mungkin kamu mengandung anak Rajendra. Suami saya orangnya sangat setia. Dia nggak mungkin mengkhianati saya. Tolong jangan menipu.""Aku nggak menipu. Anak ini memang anak Rajendra. Kami melakukannya atas dasar perasaan cinta," ucap Utary bangga. "Justru aku yang harusnya meragukan kamu. Perempuan seperti kamu istrinya Rajendra? Nggak mungkin!" Utary memindai sekujur tubuh Livia dari puncak kepala hingga bawah kaki, menunjukkan betapa tidak percayanya dia. Perempuan itu terkejut ketika melihat Livia bertumpu pada sebuah tongkat. "Nggak mungkin kamu istrinya. Kamu hanya pembantu di rumah ini kan?" hinanya dengan pandangan merendahkan."Saya bukan pembantu. Saya istri Rajendra ya

    Last Updated : 2024-10-08
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Dia Hanya Pembantu

    Suara yang ditimbulkan kotak makan membuat Rajendra dan wanitanya terkejut. Keduanya sontak memisahkan diri setelah tadi larut dalam ciuman panas yang membara.Rajendra menggeram kesal menyadari Livialah yang datang. Apalagi perempuan itu langsung membuka pintu tanpa mengetuknya terlebih dahulu. Tadi saking asyik berciuman ia tidak tahu bahwa Livia sudah mengetuk pintu."Mau apa?" tanya lelaki itu dingin pada Livia yang berdiri membatu.Segala pertanyaan yang tersusun runut di benak Livia buyar begitu saja mengetahui perbuatan Rajendra dan wanita yang berciuman dengannya adalah Utary."Kamu lagi!" seru Utary jengkel. "Ndra, kenapa kamu biarkan perempuan itu datang ke sini? Tadi di rumah kamu dia mengaku-ngaku jadi istrimu. Tapi Tante Marina bilang dia hanya pembantu. Jadi mana yang benar?""Ya, dia hanya pembantu," kata Rendra menjawab sambil memandang Livia dengan tatapannya yang tajam. Ia benci Livia yang selalu saja datang ke kantornya untuk mengantar makanan.Hancur sudah hati Liv

    Last Updated : 2024-10-08

Latest chapter

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Ajakan Ke Pesta

    Rajendra duduk di kantornya dengan pikiran penuh. Bayangan Livia dan Langit yang tengah bersama terus menghantui benaknya. Perasaan marah, kesal, kecewa, serta frustrasi bercampur menjadi satu.Rajendra mengambil ponselnya yang tergeletak di atas meja lalu membuka kontak Livia.Ia ketikkan pesan singkat."Jadi kamu sengaja melakukan ini agar membuatku terlihat bodoh? Jika iya, selamat, kamu berhasil."Sebelum pesan itu terkirim Rajendra menghapusnya. Ia sadar tindakannya hanya akan membuat keadaan menjadi semakin buruk."Kenapa dia selalu membuat segalanya menjadi rumit?" Rajendra menggumam pelan sambil menyandarkan tubuhnya ke kursi.Ketika lamunannya sedang dalam Tasia masuk ke ruangannya dengan setumpuk berkas."Pak, ini harus ditandatangani hari ini biar bisa saya follow up," kata Tasia dengan sopan."Taruh disitu, nanti saya tanda tangan."Tasia mengangguk."Hari ini Bapak nggak ada jadwal meeting tapi saya hanya ingin mengingatkan bahwa nanti malam Bapak harus menghadiri undanga

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Itu Cara Yang Mainstream

    Rajendra menggenggam setir dengan erat. Ia mengerahkan seluruh kekuatannya untuk tidak meluapkan amarah yang memuncak. Pemandangan Livia duduk di mobil Langit dengan senyuman tipis tapi mengabaikannya menghantamnya lebih keras dari argumen mana pun yang pernah mereka lalui."Pagi yang luar biasa." Rajendra menggumam sinis. Ia mencoba menenangkan dirinya sendiri. Namun, rasa sakitdi dadanya tidak kunjung reda.Sementara itu di dalam mobil Langit Livia merasa puas karena sudah membuat Rajendra kesal. Masih hangat di ingatannya saat dulu Rajendra menurunkannya di jalan hanya karena Utary."Kamu nggak apa-apa, Liv?" tanya Langit sambil menurunkan volume musik di mobilnya."Nggak apa-apa. I'm happy," jawab Livia membalas senyuman Langit.Langit tertawa. "Rajendra pasti bakalan tambah marah sama aku.""Biarin aja. Hobinya kan emang marah-marah."Tawa Langit bertambah lebar mendengar ucapan Livia."Gimana tinggal di rumah mertua? Betah?" tanyanya kemudian."Tante Lola dan Om Erwin sih baik.

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Berbagai Cara Untuk Menyakitinya

    Air muka Livia sontak berubah ketika nama Langit disebut. Ia tahu Lola tidak bermaksud buruk, namun rasa tidak nyaman tetap menyelimutinya."Saya bisa mengatur semuanya, Tante," jawab Livia tegas tapi tenang.Lola menatap Livia dengan kehangatan seorang ibu. "Liv, Tante ngerti kamu terbiasa mandiri, tapi kamu baru tiga bulan melahirkan. Kalau kamu terus memaksakan diri nanti kamu sendiri yang kewalahan.Livia menunduk, menggenggam sendoknya dengan erat. Ia sadar yang dikatakan Lola ada benarnya, namun hatinya terlalu berat untuk menerima bantuan, apalagi tinggal lebih lama di rumah itu.Rajendra yang diam sedari tadi, membuka suaranya. "Liv, Tante Lola cuma mau membantu, bukan bermaksud mengatur kamu. Soal terapi besok biar aku yang antar. Tinggalin Gadis di rumah. Dan tentang janji kamu pagi ini dengan orang lain, aku juga bisa mengantar dan menemani kamu."Livia terdiam. Sebenarnya janji yang ia maksud dengan seseorang hanyalah akal-akalan belaka agar ia diizinkan pulang ke rumah."

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Terperangkap

    "Halo Bunda, Gadis sudah siap mandi." Rajendra menyapa Livia sambil membawa Gadis di gendongannya ke dalam kamar.Livia yang juga sedang bersiap-siap setelah selesai mandi hanya menoleh sekilas tanpa ekspresi.Rajendra meletakkan Gadis di atas kasur dengan hati-hati. Anak itu tampak ceria walau matanya tampak sedikit mengantuk. Ia terus berceloteh."Anak Papa ngomong apa sih, Sayang? Papa nggak ngerti nih. Cepet gede ya, Nak," ujar Rajendra sambil memakaikan baju Gadis dengan hati-hati.Setelah mengeringkan rambutnya, Rajendra juga menyisir rambut Gadis dengan lembut. Ia harap Livia menghargai kepeduliannya ini. Selesai dengan rambut, Rajendra membedaki pipi Gadis pelan-pelan."Selesai deh. Anak Papa udah cantik kayak Bunda." Rajendra tersenyum senang. Sementara Gadis menatap dengan mata bulatnya.Usai berkata demikian Rajendra melirik ke arah Livia. Berharap akan mendapat tanggapan. Tapi sikap Livia sama seperti tadi. Ia tidak peduli pada Rajendra sedikit pun. Mau Rajendra melakukan

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Ingin Adegan Seperti Di Film

    Livia terkesiap melihat Rajendra yang tiba-tiba sudah bergolek di lantai. Namun ia tidak mencegah. Ia membiarkan saja dan tidak memperlihatkan kepeduliannya. Terserah Rajendra ingin tidur di mana. Asal jangan seranjang dengannya.Hening melingkupi kamar setelah Livia menatap Rajendra yang saat ini sedang berbaring di lantai. Ia mengembuskan napas panjang. Livia lelah secara fisik dan emosional. Ia tahu, konflik ini tidak akan selesai hanya dengan diam-diaman satu malam. Tapi ia tidak punya tenaga untuk melanjutkan perdebatan.Livia mematikan lampu utama. Ia menggantinya dengan lampu tidur yang redup. Tanpa berkata apa-apa lagi Livia memejamkan matanya. Namun sebelumnya ia memastikan bahwa Gadis nyaman tidur di sebelahnya.Rajendra juga memejamkan matanya tetapi pikirannya terus bergolak. Ucapan langit tadi terus terngiang di telinganya.'Lo telat, Ndra. Lo nggak bisa perbaiki sesuatu yang udah lo hancurin.'Kalimat itu terasa bagaikan tamparan keras. Rajendra sadar apa yang ia lakukan

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Tidur Di Lantai

    Livia mengambil ponselnya, menatap benda itu sejenak, lalu menggeser tanda hijau."Halo, Langit," sapanya dengan lembut. Suaranya begitu kontras dengan nada dingin yang tadi ia gunakan ketika berbicara dengan Rajendra.Tanpa disengaja tangan Rajendra terkepal. Buat apa lagi laki-laki itu menelepon?"Nyalakan loud speaker," suruh Rajendra.Livia mendelik pada Rajendra. Tidak setuju dengan keinginan itu. Ia juga punya privasi. Tapi Rajendra kembali memerintah."Aku mau dengar dia bilang apa. Nyalain speakernya kalau memang nggak ada hubungan apa-apa di antara kalian."Dengan terpaksa Livia menyalakan loudspeaker agar Rajendra percaya.Setelahnya terdengar suara Langit dari seberang telepon."Liv, kamu di mana sekarang? Tadi aku ke rumahmu tapi gelap gulita. Akhirnya aku masuk dan nyalain lampu beranda."'Sialan,' batin Rajendra. Bagaimana mungkin Langit bisa masuk ke rumah Livia. Apa Livia memberinya akses?"Saya sedang di rumah orang tua Rajendra. Makasih ya, Lang, udah nyalain lampuny

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Aku Papanya, Bukan Omnya

    Livia keluar dari kamar dengan langkah pincang yang tegas. Tongkatnya menekan lantai dengan bunyi yang menggema di lorong.Ia menuruni tangga pelan-pelan. Setiap langkah terasa seperti pelampiasan emosinya. Sesampainya di ruang keluarga, ia menjatuhkan tubuhnya ke sofa.Irama napasnya terdengar berat, matanya menatap langit-langit. Bayangan-bayangan masa lalu muncul seperti film yang diputar ulang. Pengkhianatan, rasa sakit yang dipendam, dan kini situasi yang membuatnya merasa seperti tahanan di rumah orang lain.Sofa ini memang cocok untukku, pikirnya sinis. Karena tempat tidur itu terlalu penuh dengan beban masa lalu.*"Shit!" Rajendra mengumpat kesal pada Livia yang tidak tahu tempat untuk bertengkar. "Kenapa dia selalu keras kepala?" gumamnya pada dirinya sendiri."Gadis Papa tunggu sebentar ya, Nak. Papa panggil bundamu yang keras kepala itu dulu." Rajendra meletakkan bantal di sekeliling Gadis agar ia tidak jatuh.Rajendra berdiri dengan gerakan cepat. Ia benar-benar merasa fr

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Masa Lalumu Lebih Sempit Dari Sofa Tempatku Tidur

    Lola keluar dari kamar dengan Gadis yang masih pulas dalam gendongannya. Ia membawa sang cucu menemui kakeknya.Erwin yang sedang duduk di sofa menyambut dengan senyum lebar."Mas, ini cucu kita. Coba Mas lihat. Dia cantik kan, Mas?" Nada bangga terdengar jelas dalam suara Lola lalu ia duduk di sebelah suaminya.Lola mengajarkan Erwin cara memegang bayi. "Hati-hati, Mas," ujarnya sambil menahan senyum melihat betapa kakunya Erwin.Erwin sedikit membungkuk. Ia mendekatkan wajahnya ke Gadis. Mengamati setiap detail wajah bayi mungil itu. "Dia mirip Rajendra," simpulnya. Hidungnya mancung. Pipinya juga chubby kayak Rajendra waktu kecil."Rajendra yang duduk di seberang orang tuanya mengamati dalam diam. Senyumnya perlahan muncul mendengar orang tuanya mendeskripsikan bagaimana dirinya dan Gadis memiliki kesamaan."Anak ini butuh kebahagiaan tapi kebahagian itu cuma bisa didapat kalau kalian kembali bersama, Ndra," lanjut Erwin."Aku lagi berusaha menaklukkan hati Livia, Pi. Dan aku ngga

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Begitu Sulit Untuk Memaafkanmu

    Sewaktu Rajendra pergi berbelanja, Livia duduk dengan Lola di ruang keluarga. Hatinya begitu gelisah meski ia sudah mencoba untuk bersikap setenang mungkin. Ia merasa terperangkap dalam situasi ini. Rajendra sudah menjebaknya. Tahu akan begini lebih baik tadi ia menolak waktu Rajendra mengajaknya. Tapi bagaimana dengan Gadis? Livia merasa serba salah. Ia ingin menjemput Gadis, namun yang terjadi ia malah terjebak di sini. Seharusnya ia sadar sejak awal bahwa Rajendra tidak akan mudah mengembalikan Gadis padanya."Liv, sebenarnya Tante ingin membicarakan mengenai hubungan kamu dan Rajendra," kata Lola mengawali obrolan."Iya, Tante. Gimana?" balas Livia dengan sopan.Lola mengambil napas sejenak sebelum berkata. "Livia, Tante tahu hubungan kalian lagi nggak baik. Tapi apa kamu nggak kasihan sama Gadis? Dia butuh keluarga yang utuh, Liv. Dan maaf, kamu jangan sampai tersinggung. Dengan keadaan fisik kamu yang sekarang kamu butuh bantuan Rajendra untuk mengurus Gadis."Perkataan Lola mem

DMCA.com Protection Status