Share

Ditolak Di Mana-Mana

Penulis: Zizara Geoveldy
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-09 20:56:43
Rajendra tertegun di tempatnya. Rahang lelaki itu terkatup rapat. Irama napasnya terdengar memburu, menahan kejengkelan yang sudah tidak bisa ditaklukkan.

Rajendra memandangi Livia yang sudah kembali tidur dengan lelap seolah semua yang terjadi di rumah tersebut bukanlah urusannya. "Luar biasa," ujarnya pelan dengan nada sinis.

Sembari menahan emosi Rajendra membersihkan kotoran Randu. Tangisan anak itu menjadi-jadi, membuat keheningan malam menjadi pecah.

Dengan gerakan canggung Rajendra mengganti diaper Randu. Tangannya gemetaran, kepalanya terasa panas, dan pikirannya dipenuhi oleh rasa frustasi.

Selesai urusan BAB, Rajendra membuatkan susu untuk Randu. Sambil menuang air ke botol ia terus mengumpat sendiri. "Kenapa semua orang bikin hidup gue susah? Damn!"

Selepas membuat susu Rajendra naik ke atas tempat tidur dan memberi Randu susu melalui botol. Bayi berumur tiga bulan itu mulai tenang walaupun wajahnya masih merah oleh sisa tangisan.

Rajendra memandangi wajah mungil
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (7)
goodnovel comment avatar
Ririn Indah
ahahaha perlahan lahan Rajendra merasakan akibat dari kebodohannya suka sama Livia yg ngelawan gini
goodnovel comment avatar
Ambarwati Ambarwati
rasain tuh ndraaas
goodnovel comment avatar
amaze min1
wkwk rasain lagian begok kebangetan sih utary ninggalin anak nya dengan alasan healing malah ke luar negeri dibiarkan aja giliran livia diperlakukan rendah serendah rendahnya. nunggu semua kebongkar trus rajendra nyesel trus livia udh pergi jauh dan nggak bi.sa ditemuin sama Rajendra ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Bukan Demi Kamu

    Rajendra berdiri membatu di depan pintu rumah ibunya. Ia bagaikan dilempar ke jurang tanpa tali. Randu menggeliat di dalam gendongannya, mengeluarkan rengekan kecil. Dengan perasaan kecewa Rajendra membawa Randu kembali masuk ke mobil. "Yang sabar ya, Nak," ujarnya sambil meletakkan Randu di atas car seat. Lama Rajendra berpikir pagi itu. Akan ke mana ia membawa Randu? Di dalam perjalanan kepalanya penuh dengan pikiran yang tidak menentu. Ia terjebak dalam situasi yang tidak pernah dibayangkannya. Utary pergi, Livia tidak peduli dan sekarang ibunya juga menolak untuk membantu. Akhirnya Rajendra memutuskan kembali ke rumah. Suasana sunyi menyambutnya. Entah di mana Livia. Rajendra menurunkan Randu dari mobil dan membawanya masuk ke rumah. Sesudah menempatkan Randu di stroller Rajendra duduk di sofa dengan wajah lesu. "Kenapa semua orang tega pada gue?" gumamnya putus asa. Beberapa saat kemudian Livia muncul. Ia berjalan melewati Rajendra tanpa sepatah kata pun terlon

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-10
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Tidak Semudah Itu

    Rajendra menatap Livia sekilas sebelum membawa langkah keluar rumah. Kalimat terakhir Livia menusuk dalam ke hati Rajendra. Ia tahu hubungan mereka sudah di ujung tanduk. Namun mendengar langsung Livia mengatakan tidak mencintainya terasa begitu menyakitkan.Sambil menyetir Rajendra mencoba fokus pada tujuan utamanya yaitu menemukan pengasuh untuk Randu. Namun ternyata tidak semudah yang ia bayangkan.Saat sesekali Randu menggeliat di car seat-nya, Rajendra ikut melihat pada anak itu."Sabar ya, Sayang. Kita pasti ketemu pengasuh buat kamu," bisiknya pelan walau ia tidak sepenuhnya yakin pada ucapannya itu.Sesudah mengunjungi agen pengasuh anak dan melakukan wawancara kilat, Rajendra akhirnya menemukan pengasuh sementara untuk Randu. Dia seorang perempuan paruh baya yang bernama Bu Asih. Bu Asih terlihat lembut, pembawaannya tenang, berpengalaman, serta memiliki sertifikat pelatihan pengasuh anak.Rajendra akhirnya bisa bernapas lega walau ada kekhawatiran yang mengendap di hatinya.

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-10
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Aku Bukan Milikmu

    Rajendra terpaksa berkenalan dengan Tedi. Kemudian duduk bergabung bersama ketiganya."Jadi, Pak Rajendra, saya ke sini mau menjemput dokumen-dokumen yang dibutuhkan untuk mengurus perceraian Bapak dan Ibu Livia," kata Tedi mengawali percakapan."Siapa yang akan bercerai?" ujar Rajendra dingin.Mendadak keheningan mengisi ruangan. Langit dan Livia saling menatap, sedangkan Tedi membetulkan posisi duduknya, berusaha tetap profesional di tengah-tengah suasana yang mulai memanas.Kemudian Tedi angkat bicara. Ia berkata dengan tenang. "Pak Rajendra, saya mengerti bahwa hal ini mungkin mengejutkan atau tidak sesuai dengan harapan anda. Tapi Ibu Livia sudah memutuskan untuk mengambil jalan ini. Dan saya ada di sini untuk membantu memfasilitasi proses tersebut.Rajendra memajukan tubuhnya, menatap Tedi dengan sorot tajam. "Dengar saya baik-baik, Pak Tedi. Saya nggak pernah menyetujui perceraian ini. Dan saya yakin anda mengerti bahwa keputusan seperti ini tidak bisa dibuat secara sepihak. Ja

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-11
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Karena Kamu Adalah Livia

    Rajendra memasuki kantor sebuah firma hukum terkenal di pusat kota. Ia memutuskan memilih tempat ini untuk menangani kasusnya setelah mendengar reputasi firma hukum tersebut melalui seorang rekan bisnisnya.Setelah pintu terbuka Rajendra disambut seorang sekretaris yang mengarahkannya ke sebuah ruangan."Selamat datang, Pak Rajendra. Silakan duduk," kata seorang pria dengan setelan jas abu-abu. Namanya Yosef, pengacara ternama yang tidak pernah kalah dalam menangani kasus perceraian.Rajendra dan Yosef saling berjabat tangan. Kemudian Rajendra duduk di kursi yang tersedia."Langsung saja, Pak Yosef, saya butuh bantuan anda untuk menangani kasus perceraian saya. Istri saya ingin bercerai tapi saya tidak mau."Yosef tersenyum tipis kemudian berkata, "Kalau boleh tahu kenapa dia ingin bercerai dengan anda?""Dia cemburu melihat teman wanita saya. Dari dulu orangnya memang cemburuan. Nggak bisa ngeliat saya sama perempuan sedikit pasti akan langsung marah."Yosef tertawa mendengar keteran

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-11
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Pulang-Pulang Tantrum

    Hari pertama setelah Rajendra pergi ke Singapura Livia memanfaatkannya dengan bermain sepuasnya bersama Randu. Karena saat inilah kesempatannya untuk berinteraksi dengan anak itu sepuasnya. Sedangkan di depan Rajendra Livia sengaja bersikap pura-pura membenci Randu.Saat ini Livia dan Randu sedang berada di tempat tidur. Randu telungkup sedang Livia berbaring miring menghadap anak itu. Randu menggenggam telunjuk Livia sambil memain-mainkannya."Ini namanya jari, Nak," ujar Livia pelan. Ada kehangatan mengaliri hatinya saat bersentuhan dengan anak itu.Di umurnya yang sekarang Randu sudah bisa menggenggam, menggerakkan tangan untuk meraih sesuatu dan menggoyangkan benda di dekatnya."Sekarang kita main bola aja yuk." Livia meletakkan bola mainan di dekat Randu. Sedangkan anak itu begitu antusias untuk mendapatkannya. Begitu berhasil, ia menggoyang-goyangkannya, anak itu tertawa dan asyik bermain bersama bolanya.Hari itu Livia total mengurus Randu. Mulai dari mengganti diaper, membuat

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-12
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Panggilan Sidang Cerai

    Livia mencari Asih lalu mengajak untuk pulang bersamanya. Wanita itu terheran-heran lantaran sikap Livia yang mendadak ingin meninggalkan rumah sakit."Kalau kita pulang, Randu bagaimana, Bu?" tanyanya bingung."Papa Randu sudah datang. Dia menyuruh kita agar istirahat di rumah."Asih tampak percaya pada semua perkataan Livia. Mereka menaiki taksi pulang ke rumah.Livia menyimpan emosinya akibat sikap Rajendra tadi. Giliran ada maunya laki-laki itu berbuat baik padanya. Tapi ketika merasa tidak membutuhkan Livia, dia bersikap seenaknya."Apa tidak apa-apa Bapak sendirian di rumah sakit, Bu?" Asih bertanya ketika mereka sudah di rumah."Nggak apa-apa. Bapak sudah biasa mengurus Randu. Bi Asih tidur aja ya. Dari semalam belum tidur. Saya juga mau tidur," pungkas Livia lalu melangkah ke kamarnya.Setiba di kamar Livia langsung naik ke sofanya. Ia benar-benar lelah dan ngantuk.Livia yang berada di sofa tidak langsung tertidur. Banyak pikiran berputar-putar di kepalanya. Perasaannya campu

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-12
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Sidang Cerai

    Rajendra memegang amplop tersebut dengan tangan gemetar. Surat panggilan sidang cerai yang ditujukan kepadanya bagaikan pukulan keras di dada.Rajendra membaca isi surat itu sekali lagi. Ia memastikan bahwa ini bukan kesalahpahaman atau salah lihat. Namun nama Livia tercetak dengan jelas di sana sebagai penggugat.Sulit untuk dipercaya bahwa Livia benar-benar berani melakukannya. Rajendra pikir Livia membawa pengacara waktu itu hanya untuk menggertaknya.Livia muncul di kamar dengan sorot dingin. Ia melihat amplop di tangan Rajendra. Livia melanjutkan langkahnya dan melintas di depan Rajendra."Livia ...," panggil Rajendra sembari menahan amarahnya dan mencoba untuk tetap tenang. "Kamu yakin akan melakukan ini?""Tentu saja." Livia menjawab tanpa ragu.Rajendra meremas amplop tersebut dengan geram. "Percayalah, usahamu akan sia-sia.""Oh ya? Kenapa?" Livia berujar sambil tersenyum sinis."Karena kamu akan kalah.""Kita lihat saja nanti," jawab Livia ringan lalu berlalu meninggalkan Ra

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-13
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Wanita Lain Di Hati Rajendra

    Suasana tegang di ruang sidang tadi berlangsung hingga ke rumah. Rajendra dan Livia tidak saling bicara. Rajendra yakin bahwa setelah ini Livia dan pengacaranya akan mengajukan bukti-bukti. Oleh sebab itu ia harus menyembunyikan Utary, menahan perempuan itu agar berlibur lebih lama di luar negeri. Rajendra keluar dari kamar menuju balkon. Ia menutup pintu rapat-rapat agar tidak ada yang tahu ia di sana.Rajendra benar-benar kesal karena selama ini Utary tidak bisa dihubungi. Rajendra mengeluarkan handphonenya dari saku celana kemudian mencoba menghubungi Utary.Thanks God, kali ini panggilan Rajendra masuk. Dalam tiga detik ia mendengar suara Utary."Ndraaaa, aku kangen kamu Sayang," ucap Utary di seberang telepon dengan nada manja seperti biasa."Gimana kabar kamu, Tar?" tanya Rajendra datar."Ndraaa, duit aku habis. Di sini semuanya mahal, Ndra. Aku juga kalap belanja banyak-banyak."Rajendra menghela napas sembari memijit pelipisnya. Utary memang selalu begini. Boros dan tidak bi

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-13

Bab terbaru

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Terkejut

    Setelah dua hari berada di Singapura, Rajendra pulang ke Indonesia dengan membawa berbagai perasaan.Pengkhianatan Utary serta fakta yang ditemuinya mengenai perempuan itu membuat penyesalannya pada Livia menjadi semakin dalamSetelah tiba di bandara Geri sudah menunggu. Rajendra menyuruh menjemputnya. Sedangkan Tasia pulang naik taksi."Ke rumah Papi," kata Rajendra setelah mereka meninggalkan area bandara."Baik, Pak," jawab Geri.Rajendra bukan ingin bertemu dengan Erwin ataupun Lola. Ia hanya rindu pada Randu. Setelah fakta mengejutkan yang membuatnya syok ia menjadi sangat kasihan pada anak itu. Ia tidak akan pernah mengizinkan Randu hidup dengan perempuan seperti Utary."Pak, selama Bapak pergi saya sudah coba mencari ibu Livia," lapor Geri dari balik kemudi."Nggak usah dicari dulu. Biarin aja."Jawaban Rajendra membuat Geri mengerutkan keningnya. Biasanya Rajendralah yang paling antusias tapi kali ini tampak tidak bersemangat."Kenapa begitu, Pak?" tanya Geri penasaran."Saya

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Main Bertiga

    Utary terduduk di lantai memegangi pergelangan kakinya yang terasa nyeri. Matanya mencari Indra, tetapi lelaki itu sudah menghilang di antara keramaian.Air mata yang sejak tadi ditahannya agar tidak tumpah akhirnya meleleh juga, bercampur dengan perasaan malu dan frustrasi.Rajendra masih berdiri di dekat Utary, menyaksikan pemandangan tersebut dengan ekspresi tanpa belas kasih. Tangannya bersedekap di dada, matanya menatap dingin ke arah wanita yang dulu pernah menjadi bagian hidupnya."Kenapa masih duduk di sana? Udah nggak sanggup berdiri?" ujar Rajendra mengejek.Utary mendongak dan menatap Rajendra dengan matanya yang basah. "Kamu nggak bakal ngerti perasaanku, Ndra."Rajendra tertawa mendengarnya. Sebuah kekehan yang lebih menyerupai cemoohan. "Gue nggak ngerti lo bilang? Ya emang gue nggak ngerti. Sekarang bilang ke gue siapa bapaknya Randu? Gue perlu tahu."Utary menggeleng pelan. Air matanya mengucur semakin kencang. "Aku nggak tahu, Ndra," lirihnya nyaris tak terdengar.Dah

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Mempermalukan Utary

    Di dalam butik tersebut Rajendra menemukan Utary sedang mencoba sebuah kalung berlian mahal. Di samping perempuan itu Indra berdiri memuji kecantikan Utary."Kalungnya cantik banget, Tar.""Jadi cuma kalungnya doang nih yang cantik?" Utary pura-pura merajuk sambil menatap Indra dengan manja.Indra tertawa. "Dua-duanya dong. Ya kalungnya, ya orangnya. Tapi kalungnya jauh lebih cantik kalau kamu yang pakai. Kalau orang lain yang pakai belum tentu akan secantik ini."Utary tersipu-sipu mendengar pujian yang dilayangkan Indra padanya. "Pasti harganya mahal," ucapnya sambil menyentuh kalung itu dengan jemarinya.Rajendra yang sudah tidak tahan lagi menahan emosi, menampakkan dirinya di depan kedua manusia itu."Kalung itu memang mahal, bahkan sangat mahal. Tapi harga diri lo ternyata jauh lebih murah dari yang gue pikir."Utary dan Indra sama terkejutnya. Wajah Utary memucat ketika melihat Rajendra berdiri di depan mereka dengan tatapan tajam."Ra ... jendra ..." Utary tergagap. "Eh, lo d

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Bertemu Utary

    Sepeninggal Livia Rajendra termenung. Walaupun belum bisa menaklukkan Livia tapi ia senang melihat perempuan itu melunak karena janji pengobatannya tadi. Rajendra tidak main-main dengan ucapannya. Kalau Livia setuju ia akan langsung membawa perempuan itu berobat.Selanjutnya pikiran Rajendra tertuju pada perdebatan dengan Livia di ruang tunggu poli anak, mengenai nafkah. Rajendra baru sadar ia tidak memberikan sepeser uang pun pada Livia untuk biaya hidupnya dan Gadis.'Wanita menyukai uang. Dia pasti takluk kalau aku kasih uang,' bisiknya di dalam hati. Tanpa berpikir panjang Rajendra membuka aplikasi M-banking di ponselnya. Ia mengetikkan sejumlah angka dengan nominal yang besar. Dalam sekejap mata uang sebesar seratus juta rupiah berpindah dari rekeningnya ke rekening Livia.Tanpa sadar bibir Rajendra menyimpul senyum. Setelah Livia kembali dari toilet nanti ia akan mengatakannya. Ia yakin Livia akan melunak dan jalannya untuk kembali pada perempuan itu akan terbuka lebar.Tapi n

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Rencana Untuk Mengobati Kaki Livia

    Livia susah payah menahan geram di saat melihat Rajendra masih berdiri di dekat pintu seperti seorang bodyguard.Livia sadar, semakin lama ia berada di sana semakin besar kemungkinan Rajendra mengejarnya.Menarik napas panjang, Livia memikirkan cara agar bisa pergi tanpa Rajendra yang terus membuntutinya.Sayangnya kondisi fisik Livia tidak mengizinkannya untuk berlari. Ia hanya bisa berjalan ke dalam lift. Dan seperti yang ia duga Rajendra mengikutinya."Tunggu aku, Livia!" panggil Rajendra. Tapi Livia tidak merespon. Ia terus berjalan dengan langkah tertatih.Livia menekan tombol lift dan menanti pintu terbuka. Ketika lift tiba ia masuk dengan cepat. Seperti yang bisa ditebak Rajendra juga ikut masuk. Livia menghentikannya."Jangan ikuti saya, Ndra. Saya ingin sendiri.""Aku hanya ingin memastikan kalian aman," balas Rajendra."Saya dan Gadis aman. Kamulah yang membuat kami jadi nggak nyaman. Jadi pergilah."Dengan perlahan pintu lift tertutup. Dan Rajendra tetap berada di dalam. Be

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Yang Terjadi Di Rumah Sakit

    Livia duduk di ruang tunggu poli anak Alva Hospital dengan Gadis di dalam dekapannya. Wajah Livia terlihat tegang, pikirannya juga terusik. Sejak tadi beberapa kali ia merasa seperti sedang diawasi, namun tidak menemukan siapa pun yang mencurigakan. Diusapnya kepala Gadis yang tertidur pulas. Anak itu tampak begitu damai. Ia tidak tahu pada kekacauan yang terjadi di sekitarnya. "Livia!" Dengan refleks Livia menoleh. Di detik itu jantungnya seperti hampir terlepas dari rongganya ketika menyaksikan Rajendra berdiri di ambang ruang tunggu. Kedua mata lelaki itu menatapnya dengan lekat. Lalu dengan mantap langkahnya mendekat. "Rajendra ...," suara Livia begitu lirih dan hampir tidak terdengar. "Gimana kamu bisa--" "Ya aku tahu kamu ada di sini," sela Rajendra memutus perkataan Livia lalu duduk di sebelahnya. "Aku cuma mau kita bicara baik-baik. Aku nggak akan macam-macam," ucapnya dengan wajah terpaku di wajah Livia. Livia mendekap Gadis dengan lebih erat. Tubuhnya terasa kak

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Sebentar Lagi

    Sepuluh menit setelah Rajendra pergi, Langit langsung menelepon Livia. Ia ingin memastikan keadaannya saat ini. "Halo, Lang." Suara lembut Livia menyambut panggilan Langit. "Halo, Liv," balas Langit. Suaranya lebih serius dari biasa. "Rajendra baru aja ke sini. Dia nyari kamu kayak orang gila." "Maafin saya, Lang. Tapi Rajendra nggak apa-apain kamu kan? Dia nggak mukul dan segala macam kan?" suara Livia terdengar khawatir lantaran ia tahu betapa bencinya Rajendra pada Langit. Dan itu adalah karena dirinya. "Kamu tenang aja, Liv. Dia cuma ngomel-ngomel nggak jelas. Nggak ada kekerasan fisik." Langit sedikit berbohong agar Livia tidak khawatir. "Syukurlah." Livia terdengar lega. "Gadis mana?" "Dia sudah tidur." "Aman kan di sana?" "Sejauh ini aman. Makasih ya udah bantuin saya pindahan." "Kamu makasih melulu, Liv. Kalau dihitung-hitung makasih kamu tuh udah nggak terhitung." Livia tertawa. Tadi siang ketika Langit sudah di kantornya ia menelepon lelaki itu, meng

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Mencari Livia

    Rajendra menyetir mobilnya dengan kencang. Emosinya meluap-luap. Tujuannya adalah apartemen Langit. Ia tidak yakin Livia ada di sana karena Langit pasti menyembunyikannya. Tapi ia akan memaksa Langit untuk bicara. Malam ini juga ia harus tahu keberadaan Livia dan putrinya.Sesampainya di area apartemen Langit, Rajendra memarkir mobilnya dengan kasar. Dengan langkah lebar ia menuju lift. Tangannya Terkepal erat, siap melampiaskan emosinya.Setelah pintu lift terbuka, Rajendra keluar dengan napas berat. Tepat ketika kakinya berhenti di depan unit Langit, ia langsung mengetuk pintu dengan keras. "Buka pintunya, Lang!" suruhnya dengan nada menggelegar.Tidak adanya jawaban dari dalam sana membuat Rajendra terus mengetuk bahkan menggedor, hingga para tetangga sekitar mulai mengintip.Lama kelamaan pintu pun terbuka. Memunculkan Langit yang menghadapinya dengan wajah tenang. Sesuai dengan penampilannya yang santai. Lelaki itu mengenakan kaus oblong dan celana pendek."Oh, lo, Ndra. Ngapa

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Frustrasi

    Livia terbangun lebih cepat dari biasanya. Bisa dibilang ia hampir tidak bisa tidur semalaman. Ancaman dari Rajendra membuatnya tidak tenang walau ia sudah mencoba berbagai cara menenangkan diri.Sambil mendorong stroller Gadis yang masih mengantuk, ia melangkah ke dapur untuk menyiapkan sarapan.Langit sudah lebih dulu ada di sana. Ia sedang menyeduh kopi."Pagi, Liv. Tidur kamu nyenyak?"Livia menjawab dengan gelengan kepala. "Saya hampir nggak bisa tidur. Saya nggak bisa berhenti memikirkan ancaman Rajendra."Langit berhenti menyeduh kopinya. Ditatapnya Livia dengan serius. "Aku akan pergi dari sini untuk sementara. Jadi kamu aman. Nggak apa-apa kan kalau kamu cuma berdua dengan Gadis?""Nggak apa-apa, Lang. Gadis masih bayi. Saya masih bisa mengatasinya. Kecuali kalau dia sudah pandai merangkak mungkin saya agak kesulitan," jawab Livia. Livia juga tidak ingin menahan Langit agar bersamanya. Meski sejujurnya langit memberi banyak bantuan dan membuatnya merasa aman dari orang-orang

DMCA.com Protection Status