Selesai membelikan ayam goreng untuk suami dan juga mertuanya, Aisyah kembali ke rumah. Dan melihat wanita itu pulang, Andre langsung merampas plastik yang ada di tangannya, kemudian dia dan juga ibunya langsung memakan ayam goreng itu tanpa sisa.
''Mas, ayam gorengnya kok dihabisin?'' tanya Aisyah saat melihat tiga potong ayam goreng sudah habis.
''Memangnya kenapa? Kau 'kan ada tahu tempe, ada sayur asem juga, ya makan aja sama itu!'' gertak Andre.
Aisyah hanya diam saja, kemudian dia berjalan ke belakang rumah untuk mencuci pakaian. Wanita itu melihat dua bak besar pakaian yang kotor, dia pun menghela nafas dengan dalam.
'Bismillah, semoga ini menjadi ladang pahala untukku. Kamu harus ikhlas Aisyah,' batin Aisyah menyemangati dirinya.
Kemudian dia mulai berjongkok dan mengambil sabun cuci lalu mulai menyikat baju itu satu persatu, bahkan tangan yang tadinya mulus, sekarang sudah terasa kasar, bahkan tak jarang kapalan juga.
BRUK!
Sebuah jaket yang lumayan tebal mendarat di wajah Aisyah, dan itu kelakuannya Andre.
''Cuci jaketku! Besok mau dipakai buat ngojek lagi!'' titah Andre, kemudian dia pergi meninggalkan tempat cucian.
Aisyah hanya bisa menarik nafas dengan dalam, kemudian menghembuskannya secara perlahan. Sambil menyuci pikirannya melalang buana, memikirkan tentang sikap Andre yang berubah drastis.
Sekelebat rasa rindu seketika menyeruak di dalam hatinya akan kedua orang tuanya. Dia benar-benar sangat merindukan mama dan papanya, di mana Aisyah sudah meninggalkan mereka dan lebih memilih hidup bersama dengan Andre.
''Ya Allah, apakah ini karma untukku, karena sudah berani melawan orang tuaku yang tidak merestui pernikahan kami? Apakah ini balasan untuk anak durhaka seperti diriku?' batin Aisyah sambil menitikan air mata.
Masih teringat jelas di benak dan juga pikirannya Aisyah, waktu dia meminta restu untuk menikah bersama dengan Andre, tapi kedua orang tuanya tidak mengizinkan, dengan alasan bahwa Andre bukanlah pria yang baik.
Bahkan mereka sudah menjodohkan Aisyah dengan seorang pria yang tak pernah Aisyah temui, namun saat orang tuanya mengatakan jika ia dijodohkan, Aisyah dengan tegas menolaknya. Dan dia mengatakan akan menikah dengan Andre.
Saat itulah Aisyah dicoret dari nama keluarga oleh sang papah, dan dia lebih memilih untuk tinggal bersama dengan suaminya.
"Aisyah!'' teriak seseorang yang tak lain adalah ibu mertuanya.
Wanita itu langsung menghapus air matanya, kemudian mencuci wajahnya agar tidak terlihat sembab, lalu dia pun berjalan sedikit cepat sampai kepleset, karena gamisnya basah jadi membuat lantai sedikit licin karena terkena tetesan air.
''Aawwh!'' ringis Aisyah.
''Aisyah!'' Lagi-lagi terdengar teriakan dari ibu mertuanya.
''Iya Bu, sebentar!'' jawab Aisyah tak kalah teriak.
Saat sampai di sana dia pun mendapatkan jambakan pada jilbabnya. ''Lelet banget sih jadi perempuan, dipanggil dari tadi. Apa kamu tidak punya kuping? Kamu budeg!'' bentak Bu Lisa.
''Maaf Bu, tadi Aisyah lagi nyuci, dan---''
''Halah!Alasanmu banyak banget. Buatkan saya minuman! Ada teman saya juga yang akan datang, jadi buatkan 3, cepat nggak pakai lama!''
Aisyah mengangguk, kemudian dia berjalan ke arah dapur dan membuatkan minuman. Dan benar saja, saat dia membawanya ke ruang tengah ada dua ibu-ibu yang datang, kemudian wanita itu pun menaruhnya di atas meja.
''Silakan diminum Bu, tehnya,'' ucap Aisyah dengan.
''Aduh Bu Lisa. Ini masa hanya teh saja? Tidak ada cemilan lain kah? Terus menantu Ibu bau banget sih, belum mandi ya? Jorok banget jadi wanita. Mbak, Mbak. Kalau jadi wanita itu harusnya bersih, rapi, cantik, jangan jorok kayak gitu. Gimana suami mau betah?'' sindir temannya Bu Lisa yang bernama bu Aan.
''Iya Bu, saya belum mandi soalnya masih nyuci baju di belakang. Kalau gitu saya permisi dulu." Aisyah pun beranjak dari sana untuk melanjutkan cuciannya kembali.
Dia tidak mengambil hati ucapan dari wanita itu, karena mereka tidak tahu hidupnya Aisyah seperti apa dan bagaimana di rumah itu.
''Aduh Bu, jangankan untuk mandi, bersih-bersih dan juga dandan, mandi aja kadang sehari sekali Bu, jorok banget. Makanya si Andre itu nggak pernah betah di rumah ini. Suami pulang bukannya disambut dengan wajah cantik, tapi malah badannya bau bawang, ditambah ya Bu, dia tuh kadang males-malesan. Saya yang masak, saya yang nyuci, tapi ini pengen cari muka aja sama suaminya makanya dia nyuci baju,'' fitnah Bu Lisa.
Aisyah mengusap dadanya yang terasa sakit saat mendengar fitnahan dari ibu mertuanya. Walaupun sudah terbiasa dia mendengarnya, namun tetap saja hal itu membuat Aisyah merasa tak dihargai.
Dia selalu diam karena menghormati Ibu mertuanya. Walau begitu, Aisyah sedikit banyaknya paham tentang agama, hingga dia pun hanya bisa mengalah.
.
.Jam 20.00 malam Aisyah baru selesai mengaji. Dia melihat jam dinding dan merasa heran sebab Andre belum pulang dari ngojek.
''Mas Andre ke mana ya? Kenapa jam segini belum pulang juga,'' gumam Aisyah sambil melipat mukenanya.
Kemudian dia memakai jilbab syar'i nya lalu keluar dari kamar untuk menuju ruang tengah, namun saat dia akan membuka pintu depan, tiba-tiba terhenti oleh suara teriakan dari ibu mertuanya.
''Aisyah, sini kamu!'' Wanita itu pun segera mendekat ke arah Bu Lisa.
''Iya Bu, apa Ibu butuh sesuatu?''
''Tolong kamu buatkan saya nasi goreng, saya lapar. Oh iya, jangan lupa pakai telur ya! Nnggak pakai lama.''
Aisyah mengangguk, kemudian dia langsung berjalan ke arah dapur. Namun, dia melihat jika telur di kulkas sudah habis, kemudian dia pun Berjalan ke depan.
''Maaf Bu, telur di kulkas sudah habis,'' ucap Aisyah.
''Ya kamu beli lah, udah cepetan sana ke warung! Saya laper.''
Aisyah mengangguk, kemudian dia mengambil dompet dari kamar lalu keluar dari rumah untuk membeli telur.
Sepanjang perjalanan wanita itu menghitung uangnya, karena dia benar-benar harus menghemat untuk kebutuhan serta membayar ini dan itu, apalagi cicilan Ibu mertuanya banyak.
.
.
Tepat jam 22.00 malam Andre pun pulang, dia melemparkan jaket ke atas tempat tidur, membuat Aisyah seketika terjingkat kaget dan terjaga dari tidurnya.''Mas, kamu sudah pulang?'' tanya Aisyah sambil mengikat rambut panjangnya.
Pria itu tidak menjawab, kemudian dia membuka lemari dan mengobrak-abrik pakaian mereka, membuat Aisyah seketika merasa heran.
''Kamu mencari apa, Mas?'' tanya Aisyah.
''Mana uangmu? Sini aku minta!'' Andre menengadahkan tangannya sambil mengobrak-abrik isi lemari.
Aisyah segera bangkit dari duduknya lalu mendekat ke arah Andre, ''Untuk apa, Mas? Besok aku mau bayar listrik sama cicilan ac-nya ibu.''
''Alah! Nggak usah banyak ngomong deh kamu. Mana sini aku minta uang!'' pinta Andre dengan sedikit membentak.
Dia melihat ada otak kaleng di pojokan lemarinya, dan pria itu pun langsung mengambilnya. Benar saja, ternyata isinya adalah uang simpanan Aisyah.
''Kamu selama ini pelit sekali sama suami ya mempunyai uang sebanyak ini tapi kamu tidak membaginya denganku. Keterlaluan!'' geram Andre sambil mengambil seluruh uang yang ada di kaleng tersebut, kemudian dia melempar kalengnya yang sudah kosong.
''Mas, jangan diambil itu buat bayar listrik sama cicilan AC!'' pinta Aisyah sambil mencoba untuk merebut uangnya kembali.
Namun, Andre segera mendorong tubuh wanita itu hingga tersungkur ke lantai. ''Aku butuh uang ini, dan jangan menunggu ku pulang!'' Kemudian Andre pun keluar dari kamar sambil membawa uang simpanan Aisyah.
Melihat itu tentu saja Aisyah tidak tinggal diam, dia mengejar Andre lalu memegang tangannya. ''Mas, aku mohon jangan ambil uang itu, Mas! Kita tidak punya simpanan lagi. Kalau sampai kamu memakainya lalu---"
PLAK!
Ucapan Aisyah terhenti saat sebuah tamparan mendarat keras di pipi mulusnya.
''Berisik!'' gertak Andre, ''Kamu tuh jadi istri jangan banyak bicara, nurut sama suami! Uang istri uang suami juga, paham!'' Setelah mengatakan itu Andre pun keluar dari rumah.
Sementara Aisyah memegangi pipinya yang terasa panas, dan tak lama Ibu Lisa keluar karena mendengar keributan antara anak dan juga menantunya..
''Ada apa sih malam-malam berisik sekali? !ggak tahu apa orang lagi tidur!'' Bu Lisa berkata dengan nada yang ketus sambil mengucek matanya.
''Itu Bu, tadi Mas Andre pulang lalu mengambil uang simpananku. Padahal uang itu buat bayar listrik sama cicilan AC Ibu besok,'' ucap Aisyah menjelaskan.
''Halah! Lagian kamu pelit banget jadi istri. Punya uang simpanan nggak dibagi-bagi. Biarin aja sih Andre mengambilnya, toh itu pasti uang Andre kan dari hasil ngojek? Lagi pula, dari hasil jualan kamu juga nggak seberapa?'' ledek Bu Lisa, kemudian dia masuk kembali ke dalam kamar.
Aisyah berjalan gontai masuk ke dalam kamarnya, tubuhnya luruh di samping tempat tidur. Dia menangis mengingat sikap dari mertua dan juga suaminya.
Tatapannya tertuju pada kaleng yang sudah kosong, padahal uang itu ia kumpulkan dari hasil jualan dan disisihkannya, sementara Andre sama sekali tidak memberikan uang dari ngojek. Sekalinya ngasih cuma Rp20.000 dan itu cukup untuk apa? Karena zaman sekarang semua sudah serba mahal.
''Ya Allah, aku harus mendapatkan uang dari mana lagi? Simpananku sudah diambil sama Mas Andre. Kuatkan aku ya Allah,'' gumam Aisyah sambil menangis tersedu-sedux hingga tanpa terasa dia pun tertidur dengan air mata yang mengering di kedua pipinya.
BERSAMBUNG....
Seperti biasa, jam 02.00 pagi Aisyah terbangun untuk memasak dan menyiapkan jualannya. Setelah selesai dia pun membersihkan diri lalu menunaikan salat subuh, tak lupa wanita itu pun menaruh nasi uduk di atas meja untuk sarapan mertuanya.Terlihat hari masih sangat gelap, karena Jam menunjukkan pukul 05.00 lebih, tapi Aisyah sudah berangkat untuk mengais rezeki."Nasi uduk! Nasi uduk! Sarapannya Bu, Pak!" teriak Naura sambil mendorong sepedanya...Bu Lisa terbangun saat jam sudah menunjukkan setengah delapan pagi, dia melihat ke arah meja makan di mana sudah tersedia teh di dalam termos jadi tidak dingin.Wanita itu membuka tudung saji dan melihat dua bungkus nasi uduk, kemudian dia memutar bola matanya dengan malas."Wanita sialan itu, kenapa setiap hari memberiku nasi uduk? Lama-lama aku jadi gatal-gatal makan nasi uduk terus menerus. Apakah tidak ada makanan yang lebih mewah? Rugi sekali Andre menikahinya!" rutuk Bu Lisa sambil menggebrak meja dengan kesal.Tapi perutnya sudah ker
Saat Aisyah baru saja selesai berjualan, dia hendak pulang ke rumah, namun saat melewati sebuah taman kecil dekat perkebunan, wanita itu menyipit saat melihat seseorang yang ia kenal."Loh, itu bukannya Mas Andre ya? Tapi Siapa wanita yang berada di sebelahnya? Kenapa Mas Andre merangkulnya?" gumam Aisyah dengan bingung.Kemudian dia berjalan mendekat setelah memarkirkan sepedanya. Saat langkahnya kian mendekat ke arah kursi yang diduduki oleh dua insan, benar saja jika orang itu adalah suaminya.Dadanya seketika sangat sakit saat melihat suaminya sedang merangkul seorang wanita dengan mesra."Mas Andre!" bentak Aisyah untuk pertama kalinya.Andre menatap ke arah belakang, dan ternyata itu adalah Aisyah. Pria tersebut sangat kaget, sedangkan wanita yang berada di sampingnya hanya tersenyum sinis sambil menyandarkan kepalanya di bahu kekar milik Andre dan tangannya bergelayut manja di lengan pria itu."Aisyah," ucap Andre dengan lirih."Siapa dia, Mas? Kenapa kamu malah merangkulnya? D
5 Aisyah menghapus air matanya, kemudian dia keluar dari kamar. Namun, wajahnya masih terlihat sangat sembab. Wanita itu melihat jika ibu mertua sedang duduk di lantai sambil memegangi kakinya.Seketika Aisyah menjadi panik saat kaki ibu mertuanya terluka dan mengeluarkan darah."Astagfirullah! Ibu ibu terluka," ucap Aisyah dengan panik.Dia berjongkok di hadapan Ibu mertuanya, kemudian dengan cepat Ibu Lisa langsung menampar wajahnya lalu menjambak jilbabnya, hingga membuat Aisyah sedikit meringis."Dasar menantu tidak tahu diri! Apa kau tidak bisa membersihkan rumah ini, hah! Kau lihat! Gara-gara kamu kakiku menjadi luka!" teriak Ibu Lisa sambil mendorong tubuh Aisyah hingga terpentok ke dinding."Aawwh!" ringis Aisyah saat merasakan bahunya yang terbentur dinding, dan terasa begitu sakit."Maaf Bu, tadi Aisyah belum sempat membereskannya," jawab Aisyah."Gak usah banyak bicara kamu! Bantu saya untuk duduk, dan cepat bereskan itu semua!" bentak Ibu Lisa.Kemudian Aisyah membantu ib
Seperti biasa, jam 02.00 pagi Aisyah terbangun untuk menyiapkan jualannya. Namun saat dia melewati kamarnya, wanita itu mendengar suara yang begitu menyakitkan di gendang telinganya.Di mana saat ini kedua Insan pengantin baru tersebut tengah meneguk manisnya madu di malam pertama, sampai suara mereka terdengar keluar kamar.Dada Aisyah terasa sakit. Bagaimana bisa dia menerima kenyataan di mana harus berbagi suami, namun lagi-lagi keadaan harus membuatnya menjadi wanita yang kuat.Wanita itu menghapus air matanya, kemudian dia berjalan ke dapur untuk menyiapkan segala sesuatu untuk jualan.'Kamu bisa Aisyah! Kamu pasti bisa melewati semuanya. Anggap mereka di sini hanya nyamuk, walaupun hati kamu sakit.' batin Aisyah menyemangati dirinya sendiri.Jam 05.00 dia sudah siap, kemudian wanita itu hendak keluar dari rumah untuk berjualan. Namun, tiba-tiba saja Andre keluar dari kamar menggunakan kolor."Kamu mau berjualan?" tanya Andre."Iya Mas, aku pamit dulu. Assalamualaikum," jawab Ais
Wanita itu pun bangkit, "Maaf Bu! Aisyah lagi lelah, jadi Aisyah tidak ingin berdebat. Wajar jika Putri bisa membelikan Ibu brownies yang mahal dan enak, karena kami tentu saja sangat berbeda. Dia adalah anak orang kaya, sedangkan saya hanya penjual nasi uduk keliling," jawab Aisyah dengan telak."Berani kamu ya menjawab pertanyaan saya!" marah Bu LisaSementara Putri hanya bersandar di pintu melipat kedua tangannya di depan dada sambil tersenyum sinis, saat melihat Bu Lisa begitu sangat membenci Aisyah."Maaf Bu, saya tidak menjawab. Hanya saja, memang tadi ibu kan yang menginginkan saya menjawab pertanyaannya?""Kau!" Lagi-lagi Bu Lisa mengangkat tangannya hendak menampar wajah Aisyah, namun kali ini wanita itu menahannya."Jika Ibu membenci saya, usir saja saya dari rumah ini. Kenapa Ibu masih mempertahankan saya? Dan minta saja anak ibu Mas Andre, untuk menceraikan saya! Boleh Ibu mencaci maki saya, tapi ingat Bu! Kesabaran orang itu ada batasnya. Saya bukan Nabi yang mempunyai ke
Happy reading...Aisyah merasakan matanya seperti terbakar, apalagi wajahnya terasa begitu panas dan juga pedas. Dia mengompres wajahnya dengan es batu.Setelah dirasa mendingan, wanita itu pun melanjutkan untuk mencuci baju tanpa menghiraukan wajahnya yang memerah.Sejujurnya Aisyah sudah sangat lelah, tapi ada alasan tertentu kenapa dia bertahan. Itu karena Aisyah tahu jika surganya ada pada sang suami. Firaun saja yang jahat mempunyai istri yang begitu sholehah, jadi Aisyah mencoba untuk bertahan...Hari demi hari dilewati oleh Aisyah, hingga dia merasa hari ini sedang tidak enak badan, wanita itu pun tidur lebih awal.Namun, tepat jam 20.00 malam, saat bu Lisa, Andre dan juga Putri sudah makan malam, wanita itu menggedor pintu kamar Aisyah. Tetapi, tidak membuat Aisyah terjaga, sebab Ia benar-benar merasa badannya tidak enak.Karena merasa kesal, Bu Lisa pun masuk ke dalam dan membuka pintu itu dengan kasar, hingga membuat dentuman yang cukup nyaring dan dia melihat Aisyah tenga
Selama ini Ibu Lisa selalu saja meng-redit barang-barang elektronik, entah itu dari AC, kulkas atau yang lainnya. Sementara yang membayar cicilannya adalah Aisyah.Setelah semuanya siap dan setelah Aisyah menunaikan shalat subuh, dia pun mulai menjajakan dagangannya dengan berjalan sedikit pelan, karena Aisyah merasa kepalanya benar-benar pusing."Nasi uduk! Nasi uduknya Pak, Bu, buat sarapan pagi!" teriak Aisyah.Seperti biasa, pelanggan-pelanggannya yang ada di sana keluar saat mendengar teriakan Aisyah yang sedang menjajakan jualan sarapan paginya. Dan Aisyah sangat bersyukur karena Allah selalu mempermudah jalannya untuk mencari rezeki.Hingga saat jam 08.00 pagi, Aisyah melewati sebuah gang pedesaan. Namun saat dia akan menjajakan dagangannya, tiba-tiba dihadang oleh seseorang."Heh kamu! Oh ... jadi kamu yang sering berjualan di sini? Ingat ya! Sebaiknya sekarang kamu pergi dan jangan pernah jualan di sini lagi! Gara-gara kamu, tahu nggak sih, pelanggan pelanggan saya itu jadi p
Happy reading...Dua kelopak mata indah seorang wanita yang tengah terbaring lemas di ranjang Rumah Sakit pun terbukaPertama yang ia lihat adalah semua serba putih, wanita itu pikir dia sudah tiada. Namun, ternyata dia melihat selang infus yang ada di tangannya."Kenapa aku bisa berada di rumah sakit?" gumam Aisyah."Kau sudah bangun?" ucap seorang pria.Aisyah menoleh, dan dia kaget saat melihat seorang pria yang berada di sampingnya. "Maaf Tuan, Anda siapa?" tanya Aisyah dengan lirih."Aku menemukanmu pingsan tadi di jalan, jadi aku membawamu ke rumah sakit," jawab pria tersebut."Terima kasih. Tapi saya harus pulang," ujar Aisyah sambil bangkit dari tidurnya. Akan tetapi, badannya terasa sakit, kepalanya begitu pusing seperti diputar-putar."Jangan bangun dulu! Dokter mengatakan kalau kau harus banyak istirahat dan harus dirawat, keadaanmu cukup mengkhawatirkan," jelas pria tersebut.Aisyah hanya terdiam, dia benar-benar khawatir karena takut jika suaminya marah, sebab saat meliha
Acara ijab qobul pun di langsungkan dengan sangat khidmat, membuat semua yang ada di sana menitikan air mata karena haru, apalagi saat kedua pengantin sungkem pada kedua orang tuanya.Aisyah tak kalah bahagianya saat melihat pernikahan kedua sahabatnya. Dia benar- benar beruntung sebab Ara maupun Vita akhirnya bisa menemukan tambatan hati mereka."Sayang, kamu mau makan gak?" tanya Okta sambil duduk di sebelah sang istri."Nggak Bang, aku gak laper," jawab Aish.Tak terasa waktu cepat berlalu, Aisyah sudah pulabg kerumah dan nanti malam ia akan menghadiri pesta pernikahan kedua sahabatnya...."Sayang, kamu udah siap belum?" tanya Okta karena Jam sudah menunjukkan pukul 07.00 malam."Sudah Bang. Ayo kita berangkat sekarang nanti kemalaman," jawab Aisyah sambil menggandeng tangan Okta.Mereka berpapasan dengan Kanaya. Aisyah sebenarnya mengajak wanita itu tapi Kanaya menolak sebab dia merasa kurang enak badan.Sesampainya di tempat gedung acara, Aisyah melihat kedua sahabatnya sedang
Pagi ini sesuai dengan ucapan Okta, jika dia tidak akan masuk kerja dan akan menghabiskan waktu bersama dengan Aisyah. Pria itu sudah bersiap-siap dan membuat sang istri merasa heran."Memangnya kita mau ke mana, Bang?" Aisyah menatap lekat ke arah suaminya yang saat ini tengah duduk di sampingnya."Kamu nanya? Kamu bertanya-tanya?" kekeh Okta dengan nada meledek.Mendengar jawaban suaminya Aisyah langsung mencubit tangan Okta dengan gemas. Dia paling tidak menyukai kata-kata seperti itu, karena menurut Aisyah kata-kata itu bukan hal yang baik."Stop mengucapkan kata-kata seperti itu! Aku tidak suka." Aisyah menekuk wajahnya."Loh, memangnya kenapa sayang? Itu kan kata-kata yang lagi viral, seperti bercanda."Aisyah menatap dalam ke arah sang suami kemudian dia pun berkata, "sesuatu yang viral jika hal positif dan untuk kebaikan itu tidak masalah, tapi kata-kata itu un-faedah. Kamu tahu! Banyak di luaran sana anak kecil ditanya orang tuanya, dan jawabannya apa? Kamu nanya? Kamu bertan
Kanaya cukup terkejut saat melihat siapa orang itu, dan dia mendekat ke arah Kanaya. "Kamu sedang apa di sini?" tanyanya."Ini, aku baru saja membeli ketoprak untuk Aisyah." Kanaya menunjukkan 2 bungkus ketoprak yang ada di tangannya.Wanita yang berada di hadapan Kanaya mengangkat satu alisnya. "Kau tidak sedang meracuni Aisyah kan?" Kemudian dia mencengkeram lengan Kanaya, "jika kau berani mengusik Aisyah dan menghancurkan keluarganya, aku tidak akan segan-segan untuk menghancurkan hidupmu, paham!" gertak wanita itu yang tak lain adalah Vita.Dia baru saja pulang dari kantor, akan tetapi tidak sengaja melihat Kanaya yang sedang membeli sesuatu di pinggir jalan. Wanita itu pun berinisiatif untuk menghampirinya.Mendengar ancaman dari Vita membuat Kanaya hanya bisa tersenyum. "Kau sedang mengancamku?" tanyanya dengan nada mengejek."Jika kau menganggap Itu adalah sebuah ancaman." Vita mengangkat kedua bahunya dengan acuh.Sayangnya Kanaya tidak takut, karena memang dia tidak ada niata
Pagi ini Aisyah tidak ingin sarapan, dia masih menginginkan makanan yang semalam. Akan tetapi Okta harus pergi ke kantor pagi-pagi karena ada meeting penting yang harus ia hadiri."Tapi Bang, aku pengen empek-empek. Apa kamu tidak bisa membelikannya terlebih dahulu?" pinta Aisyah dengan tatapan memelas."Maafkan aku sayang, tapi vendor dari Amerika ini tidak bisa aku tunda." Okta mencoba untuk memberi pengertian kepada Aisyah, dia juga tidak bisa mewakilkan kepada asistennya.Mau tidak mau, akhirnya Aisyah pun mengangguk kemudian mereka berjalan menuruni tangga menuju lantai bawah."Kamu kenapa, kok mukanya ditekuk kayak gitu sih?" tanya Mama Rani saat melihat Aisyah sampai di meja makan."Ini Mah, semalam aku tuh pengen pempek tapi belum kesampaian juga," jawab Aisyah dengan cemberut.Mama Rani mengangguk, "ya sudah, kalau gitu biar nanti mama suruh pelayan buat membelikannya.""Nggak ah Mah, aku udah nggak berselera," ujar Aisyah.Okta yang mendengar itu pun merasa tak enak. Dia tau
"Ya iyalah ... emangnya Aldo nggak bilang sama lo kalau kita bakalan prewedding sama-sama?" jawab Vita sambil menatap ke arah Aldo yang saat ini tengah duduk santai di samping Ara.Seketika wanita itu pun menatap ke arah calon suaminya dan di sana Aldo langsung menganggukkan kepalanya. "Iya, maaf sayang aku lupa semalam tidak bilang sama kamu.""Jadi ini definisi dua sahabat prewedding bersama. Di pelaminan bersama juga. Jangan-jangan nanti malam pertamanya juga bersama," celetuk Ara.Akhirnya mereka pun melakukan foto prewedding di pantai tersebut, hingga setelah jam sudah menunjukkan pukul 11.00 siang mereka berinisiatif untuk menuju sebuah restoran yang ada di pinggir pantai."Sayang sekali ya Aisyah tidak bisa ikut?" tanya Vita."Wajar saja, dia kan lagi hamil. Memangnya kalau nanti terjadi apa-apa dengan kandungannya kamu mau tanggung jawab hah?" Ara menaik turunkan alisnya sambil mencebik kesal."Iya, kan kita ini 3 bestie. Rasanya kalau Aisyah tidak ikut ada yang kurang." Vita
Pagi ini Aisyah sudah bersiap-siap dan dia akan ke rumah sakit untuk USG. Kebetulan Okta juga sudah membuat janji dengan salah satu dokter kandungan di sana."Kalian hati-hati di jalan ya," ujar Mama Rani sambil mengusap kepala Aisyah yang terbaru dengan hijab."Iya Mah," jawab Aisyah kemudian dia mencium tangan mamanya. "Kalau begitu kami pamit dulu ya, assalamualaikum.""Waalaikumsalam."Selama dalam perjalanan bahkan Okta tidak henti-hentinya mengusap perut Aisyah yang masih rata. Dia benar-benar sangat bahagia karena sebentar lagi mereka akan segera menimang seorang bayi yang sangat lucu."Oh ya sayang, kamu mau anak perempuan atau laki-laki?" tanya Okta kepada Aisyah."Kalau aku sih terserah ya Bang ... sedikasihnya saja sama Allah. Lagi pula, anak itu kan rezeki dan titipan, jadi aku tidak ingin memilih. Apapun yang diberikan oleh Tuhan maka aku akan menerimanya dengan sangat bahagia," tutur Aisyah sambil mengusap perutnya.Okta yang mendengar itu pun langsung mengusap kepala Ai
Aisyah dibaringkan di kasur dan Mama Rani langsung menelpon dokter dari keluarganya. Tak lama dokter pun datang dan langsung memeriksa keadaan Aisyahm"Bagaimana Dok keadaan anak saya? Dia baik-baik aja kan?" tanya papa Agam dengan khawatir."Nona muda baik-baik saja, dan perkiraan saya dia sedang hamil," jawab dokter tersebut."Apa! Hamil?" jawab semua orang yang serempak yang ada di sana dan langsung dibalas anggukan oleh dokter tersebut."Alhamdulillah ya Allah ... akhirnya kita punya cucu lagi Pah!" seru mama Rani dengan bahagia sambil memeluk tubuh suaminya.Okta pun menatap istrinya yang saat ini sudah membuka mata, dia langsung mengecup seluruh wajah Aisyah di hadapan semua orang bahkan tanpa canggung sedikitpun."Terima kasih ya sayang, akhirnya yang kita nantikan akan segera menjadi kenyataan," ujar Okta."Iya Bang," jawab Aisyah tak kalah terharu.Kemudian dokter pun pulang dari sana setelah memberikan vitamin, dan dia menyarankan agar Aisyah besok menuju rumah sakit untuk m
"Bagaimana? Apa kau setuju dengan syarat yang ku ajukan?" Vita menatap miring ke arah Boy.Setelah pria itu membaca dengan seksama tanpa menjawab ucapan Vita, dia langsung menandatangani di atas materai, membuat Vita seketika melongo karena tak menyangka jika Boy akan setuju dengan syarat yang diajukan."Apa! Jadi lo setuju dengan syarat yang gue ajuin? Lo nggak merasa keberatan gitu?" Heran Vita dengan wajah yang masih terkejut.Boy menggelengkan kepalanya dengan tegas, kemudian dia menggenggam kedua tangan Vita dan menatapnya dengan dalam."Aku sudah bilang, aku ini serius. Aku tidak main-main. Dan stop memanggil lo dan gue! Di sini hanya ada kita, jadi cukup aku dan kamu saja. Aku tidak peduli mau kamu meminta mahar berupa perusahaanku juga tidak masalah. Jangankan hanya satu buah rumah yang harganya 1 miliar dengan satu mobil Alphard serta satu set berlian, bahkan semua akan ku berikan padamu sebagai tanda keseriusanku.""Tapi ..." Vita seakan ragu karena menurut dia mahar yang di
Kemudian Aisyah pun membisikkan sesuatu di telinga Vita, sehingga membuat wanita itu akhirnya manggut-manggut."Kalian ini bicara apa sih? Gue nggak dikasih tahu nih?" Ara menekuk wajahnya membuat Aisyah dan Vita seketika terkekeh."Lo nggak usah tahu!" Timpal Vita sambil mengaduk jus yang berada di hadapannya."Pelit banget sih lo. Udah cepetan gue penasaran nih!" desak Ara, kemudian Aisyah pun membisikan apa yang tadi dia katakan kepada Vita."Nah ... kalau itu gue setuju! Lo harus kasih syarat itu pada si playboy cap kakap kelas teri!" seru Ara dengan semangat.Vita tidak menanggapi, kemudian dia pun menegak minuman namun seketika wanita itu menyemburkannya tepat di wajah Ara, membuat wanita tersebut seketika menatapnya dengan tajam."Vita!" tekan Ara dengan mata melotot hampir keluar, seakan dia sedang menatap mangsa yang siap disantapnya. "Lo itu punya mata nggak sih? Ini wajah, bukannya meja. Lo kalau mau nyembur itu bilang dulu. Gue gak butuh Mbah dukun!" gerutu Ara, "gue ini u