"Nasi uduk! Nasi uduk! Sarapannya Bu, Pak!" teriak Naura sambil mendorong sepedanya.
.
.Bu Lisa terbangun saat jam sudah menunjukkan setengah delapan pagi, dia melihat ke arah meja makan di mana sudah tersedia teh di dalam termos jadi tidak dingin.
Wanita itu membuka tudung saji dan melihat dua bungkus nasi uduk, kemudian dia memutar bola matanya dengan malas."Wanita sialan itu, kenapa setiap hari memberiku nasi uduk? Lama-lama aku jadi gatal-gatal makan nasi uduk terus menerus. Apakah tidak ada makanan yang lebih mewah? Rugi sekali Andre menikahinya!" rutuk Bu Lisa sambil menggebrak meja dengan kesal.Tapi perutnya sudah keroncongan, jadi mau tidak mau dia pun menyantap nasi uduk itu, walaupun memang Bu lisa akui jika nasi uduk buatan Aisyah sangatlah enak, apalagi sambal kacangnya.Akan tetapi tetap saja, dia tidak suka kepada Aisyah. Apalagi saat wanita itu sudah dicoret dari hak waris milik keluarganya.
Andre baru saja pulang saat bu Lisa sudah selesai menyantap sarapannya, kemudian dia langsung duduk di meja makan."Kamu dari mana saja sihx Ndre? Kenapa jam segini baru pulang? Semalam kamu ngapain sama Aisyah bertengkar?" tanya Bu Lisa sambil menatap ke arah putranya."Semalam aku ngambil uang dia Bu. Lagian dia punya simpanan banyak nggak mau bagi-bagi sama suami sendiri. Iya ditambah, Putri juga minta aku buat beliin baju, jadi aku nggak punya uang. Ya sudah aku ambil aja tabungan dia," jawab Andre sambil meminum kopi yang sudah tersedia di atas meja."Tunggu dulu! Putri? Putri siapa yang kamu maksud?" Bu Lisa menatap dengan bingung ke arah putranya."Ya ampun! Masa Ibu lupa sih? Putri anaknya Pak Darsono, juragan cabe di sini. Ibu kan tahu dulu aku sama dia pacaran, tapi Ibu tidak merestui dan lebih memilih Aisyah. Karena dia lebih kaya, tapi sekarang apa? Dia sudah dicoret kan dari keluarganya, jadi ya sudah untuk apa aku mempertahankan dia? Lebih baik aku mengejar Putri," jelas Andre dengan enteng.
"Jadi selama ini kamu dan Putri ada hubungan?" Bu Lisa sangat kaget saat mendengar penuturan dari putranya.
Andre langsung menganggukkan kepalanya, "Iya, karena kami masih saling mencintai. Dan rencananya kami akan menikah," jawab Andre.Bu Lisa manggut-manggut, kemudian dia pun berkata, "Ya kalau ibu sih setuju aja, tapi bagaimana dengan istrimu? Apa dia setuju?"
Mendengar itu Andre terkekeh kecil, "Aku tidak peduli. Mau dia setuju atau tidak, aku akan tetap menikahi Putri."Bu Lisa pun menyetujui usul Andre, karena Putri adalah anak juragan di desa itu, dan sudah pasti kehidupan mereka akan terjamin dibandingkan hidup dengan Aisyah yang hanya penjual nasi uduk keliling.
.
.
Setelah mengerjakan semua pekerjaannya, Aisyah pun keluar dari rumah, namun tiba-tiba langkahnya terhenti saat Bu Lisa memanggil dirinya."Mau ke mana kamu?""Aku mau bayar listrik sama cicilan AC Bu," jawab Aisyah."Bukannya uang kamu sudah diambil ya sama Andre?" Wanita itu melipat kedua tangannya di depan dada sambil menyandarkan tubuhnya di ambang pintu kamar.Aisyah mengangguk, "Benar Bu, dan mau tidak mau Aisyah memakai modal dagangan dulu. Kalau begitu Aisyah pamit dulu ya Bu, assalamualaikum." Wanita itu pun pergi setelah pengucapan salam.Akan tetapi Bu Lisa tidak perduli, dia tidak menjawab salam dari Aisyah.Sepanjang perjalanan Aisyah menyeka keringatnya, karena matahari juga sudah lumayan terik. Dia mengendarai sepeda untuk menuju loket pembayaran listrik, di mana setengah jam dari rumahnya.Setelah urusannya selesai, Aisyah mampir ke warung untuk membeli bahan-bahan dagangannya, karena dia berinisiatif besok untuk menambah jualannya membuat dadar gulung."Lihat deh jeng, Aisyah pakaian jelek, wajah kusam, tidak menarik sama sekali. Kasihan sekalian Andre, dulu hidupnya sangat enak. Dia kerja di pabrik dan mempunyai jabatan yang tinggi, tapi setelah menikah dengan Aisyah hidupnya sengsara. Sepertinya wanita itu pembawa sial deh," ucap salah satu ibu-ibu menyindir Aisyah saat dia berbelanja di warung.Akan tetapi Aisyah tidak mau menanggapi, kemudian dia mengeluarkan uang dari dompetnya lalu membayar belanjaannya."Lihat gayanya, sombong sekali kan? Penjual nasi uduk keliling aja sombongnya selangit, pantes aja Andre lebih memilih si Putri. Sampeyan lihat kan, beberapa hari ini Andre sering jalan sama Putri. Aku rasa sih mereka balikan lagi, lihat saja istrinya seperti itu, Andre mana betah di rumah?"Aisyah yang mendengar penuturan dari ibu tersebut pun akhirnya membalikkan badannya, "Maksud Ibu, Putri siapa ya? Mas Andri jalan sama siapa, Bu?" tanya Aisyah dengan penasaran.Namun bukannya menjawab, Ibu tersebut malah tersenyum sinis. "Sudahlah, kita pergi aja yuk dari sini! Nggak guna juga ngeladenin orang kaya dia," ajak Ibu tersebut pada temannya."Iya, yuk pergi. Biarkan saja, lagi pula sudah pasti Andre lebih betah lah sama Putri ketimbang sama wanita yang jelek kayak dia. Suami mana betah kalau istrinya kampungan begitu," timpal teman ibu itu.
Aisyah memejamkan matanya, di dalam hati dia terus aja beristighfar karena mendapatkan cacian dan makian dari warga sekitar.Jangankan untuk berpakaian mewah, Andre bahkan tak pernah membelikannya baju. Jangankan untuk danda, beli lipstik aja tak mampu. Uang Aisyah habis buat kebutuhan mereka sehari-hari, ditambah bu Lisa yang suka belanja.Awal mula dia menikah dengan Andre warga di sana sangat baikx ramah dan tamah kepada dirinya, tapi seiring berjalannya waktu mereka berubah karena hasutan dan juga fitnah dari ibu mertuanya.Aisyah pun melangkah pergi menuju rumah, dan di sana dia melihat Andre yang sudah siap dengan kemejanya, bahkan pria itu terlihat begitu rapi dan wangi."Mas, kamu mau ke mana sudah rapi saja?" tanya Aisyah dengan lembut sambil mencium tangan Andre."Aku mau ke mana, itu bukan urusan kamu!" jawab Andre dengan ketus.Dia melenggang meninggalkan kamar, namun tangannya ditahan oleh Aisyah. "Mas, aku mau bertanya sesuatu sama kamu?""Nanya apa? Cepetan aku nggak punya banyak waktu!""Aku dengar dari ibu-ibu kalau kamu dekat dengan seorang wanita. Apa itu benar, Mas?" tanya Aisyah memastikan.
Dia tidak mau berprasangka buruk kepada suaminya, dan Aisyah tidak mau percaya pada ucapan orang lain, karena dia percaya jika suaminya tidak mungkin menghianati dirinya."Lepas! Aku mau pergi. Lagi pula, kalau aku dekat dengan wanita lain memangnya kenapa!" jawab Andre dengan nada yang ketus."Mas, jika itu benar, kenapa kamu tega sama aku? Kita kan sudah menikah dan---""Cukup ya Aisyah! Hentikan omong kosongmu! Kita memang sudah menikah, tapi lihatlah hidupku sekarang! Menderita. Aku pikir setelah menikah denganmu, hidupku kan bahagia, tapi nyatanya apa? Kamu hanyalah wanita pembawa sial." Andre mendorong tubuh Aisyah hingga wanita itu terjerembab ke atas ranjang.
Kemudian dia mendekat ke arah wanita tersebut lalu mencengkram lehernya. "Kau dengar ya! Mau aku dekat dengan wanita lain atau tidak, itu bukan urusanmu. Kamu hanyalah seorang istri, dan tugasmu adalah memasak dan mengurus rumah ini, paham!" Andre menghempaskan leher Aisyah, membuat wanita itu terbatuk karena cengkramannya begitu kuat. Setelah itu Andre pun pergi dari kamar meninggalkan Aisyah yang kini sudah meneteskan air mata."Ya Allah, jika memang benar suamiku bermain api di belakang, berilah ia hidayah bahwa apa yang ia lakukan salah," gumam Aisyah dengan lirih.BERSAMBUNG....
Saat Aisyah baru saja selesai berjualan, dia hendak pulang ke rumah, namun saat melewati sebuah taman kecil dekat perkebunan, wanita itu menyipit saat melihat seseorang yang ia kenal."Loh, itu bukannya Mas Andre ya? Tapi Siapa wanita yang berada di sebelahnya? Kenapa Mas Andre merangkulnya?" gumam Aisyah dengan bingung.Kemudian dia berjalan mendekat setelah memarkirkan sepedanya. Saat langkahnya kian mendekat ke arah kursi yang diduduki oleh dua insan, benar saja jika orang itu adalah suaminya.Dadanya seketika sangat sakit saat melihat suaminya sedang merangkul seorang wanita dengan mesra."Mas Andre!" bentak Aisyah untuk pertama kalinya.Andre menatap ke arah belakang, dan ternyata itu adalah Aisyah. Pria tersebut sangat kaget, sedangkan wanita yang berada di sampingnya hanya tersenyum sinis sambil menyandarkan kepalanya di bahu kekar milik Andre dan tangannya bergelayut manja di lengan pria itu."Aisyah," ucap Andre dengan lirih."Siapa dia, Mas? Kenapa kamu malah merangkulnya? D
5 Aisyah menghapus air matanya, kemudian dia keluar dari kamar. Namun, wajahnya masih terlihat sangat sembab. Wanita itu melihat jika ibu mertua sedang duduk di lantai sambil memegangi kakinya.Seketika Aisyah menjadi panik saat kaki ibu mertuanya terluka dan mengeluarkan darah."Astagfirullah! Ibu ibu terluka," ucap Aisyah dengan panik.Dia berjongkok di hadapan Ibu mertuanya, kemudian dengan cepat Ibu Lisa langsung menampar wajahnya lalu menjambak jilbabnya, hingga membuat Aisyah sedikit meringis."Dasar menantu tidak tahu diri! Apa kau tidak bisa membersihkan rumah ini, hah! Kau lihat! Gara-gara kamu kakiku menjadi luka!" teriak Ibu Lisa sambil mendorong tubuh Aisyah hingga terpentok ke dinding."Aawwh!" ringis Aisyah saat merasakan bahunya yang terbentur dinding, dan terasa begitu sakit."Maaf Bu, tadi Aisyah belum sempat membereskannya," jawab Aisyah."Gak usah banyak bicara kamu! Bantu saya untuk duduk, dan cepat bereskan itu semua!" bentak Ibu Lisa.Kemudian Aisyah membantu ib
Seperti biasa, jam 02.00 pagi Aisyah terbangun untuk menyiapkan jualannya. Namun saat dia melewati kamarnya, wanita itu mendengar suara yang begitu menyakitkan di gendang telinganya.Di mana saat ini kedua Insan pengantin baru tersebut tengah meneguk manisnya madu di malam pertama, sampai suara mereka terdengar keluar kamar.Dada Aisyah terasa sakit. Bagaimana bisa dia menerima kenyataan di mana harus berbagi suami, namun lagi-lagi keadaan harus membuatnya menjadi wanita yang kuat.Wanita itu menghapus air matanya, kemudian dia berjalan ke dapur untuk menyiapkan segala sesuatu untuk jualan.'Kamu bisa Aisyah! Kamu pasti bisa melewati semuanya. Anggap mereka di sini hanya nyamuk, walaupun hati kamu sakit.' batin Aisyah menyemangati dirinya sendiri.Jam 05.00 dia sudah siap, kemudian wanita itu hendak keluar dari rumah untuk berjualan. Namun, tiba-tiba saja Andre keluar dari kamar menggunakan kolor."Kamu mau berjualan?" tanya Andre."Iya Mas, aku pamit dulu. Assalamualaikum," jawab Ais
Wanita itu pun bangkit, "Maaf Bu! Aisyah lagi lelah, jadi Aisyah tidak ingin berdebat. Wajar jika Putri bisa membelikan Ibu brownies yang mahal dan enak, karena kami tentu saja sangat berbeda. Dia adalah anak orang kaya, sedangkan saya hanya penjual nasi uduk keliling," jawab Aisyah dengan telak."Berani kamu ya menjawab pertanyaan saya!" marah Bu LisaSementara Putri hanya bersandar di pintu melipat kedua tangannya di depan dada sambil tersenyum sinis, saat melihat Bu Lisa begitu sangat membenci Aisyah."Maaf Bu, saya tidak menjawab. Hanya saja, memang tadi ibu kan yang menginginkan saya menjawab pertanyaannya?""Kau!" Lagi-lagi Bu Lisa mengangkat tangannya hendak menampar wajah Aisyah, namun kali ini wanita itu menahannya."Jika Ibu membenci saya, usir saja saya dari rumah ini. Kenapa Ibu masih mempertahankan saya? Dan minta saja anak ibu Mas Andre, untuk menceraikan saya! Boleh Ibu mencaci maki saya, tapi ingat Bu! Kesabaran orang itu ada batasnya. Saya bukan Nabi yang mempunyai ke
Happy reading...Aisyah merasakan matanya seperti terbakar, apalagi wajahnya terasa begitu panas dan juga pedas. Dia mengompres wajahnya dengan es batu.Setelah dirasa mendingan, wanita itu pun melanjutkan untuk mencuci baju tanpa menghiraukan wajahnya yang memerah.Sejujurnya Aisyah sudah sangat lelah, tapi ada alasan tertentu kenapa dia bertahan. Itu karena Aisyah tahu jika surganya ada pada sang suami. Firaun saja yang jahat mempunyai istri yang begitu sholehah, jadi Aisyah mencoba untuk bertahan...Hari demi hari dilewati oleh Aisyah, hingga dia merasa hari ini sedang tidak enak badan, wanita itu pun tidur lebih awal.Namun, tepat jam 20.00 malam, saat bu Lisa, Andre dan juga Putri sudah makan malam, wanita itu menggedor pintu kamar Aisyah. Tetapi, tidak membuat Aisyah terjaga, sebab Ia benar-benar merasa badannya tidak enak.Karena merasa kesal, Bu Lisa pun masuk ke dalam dan membuka pintu itu dengan kasar, hingga membuat dentuman yang cukup nyaring dan dia melihat Aisyah tenga
Selama ini Ibu Lisa selalu saja meng-redit barang-barang elektronik, entah itu dari AC, kulkas atau yang lainnya. Sementara yang membayar cicilannya adalah Aisyah.Setelah semuanya siap dan setelah Aisyah menunaikan shalat subuh, dia pun mulai menjajakan dagangannya dengan berjalan sedikit pelan, karena Aisyah merasa kepalanya benar-benar pusing."Nasi uduk! Nasi uduknya Pak, Bu, buat sarapan pagi!" teriak Aisyah.Seperti biasa, pelanggan-pelanggannya yang ada di sana keluar saat mendengar teriakan Aisyah yang sedang menjajakan jualan sarapan paginya. Dan Aisyah sangat bersyukur karena Allah selalu mempermudah jalannya untuk mencari rezeki.Hingga saat jam 08.00 pagi, Aisyah melewati sebuah gang pedesaan. Namun saat dia akan menjajakan dagangannya, tiba-tiba dihadang oleh seseorang."Heh kamu! Oh ... jadi kamu yang sering berjualan di sini? Ingat ya! Sebaiknya sekarang kamu pergi dan jangan pernah jualan di sini lagi! Gara-gara kamu, tahu nggak sih, pelanggan pelanggan saya itu jadi p
Happy reading...Dua kelopak mata indah seorang wanita yang tengah terbaring lemas di ranjang Rumah Sakit pun terbukaPertama yang ia lihat adalah semua serba putih, wanita itu pikir dia sudah tiada. Namun, ternyata dia melihat selang infus yang ada di tangannya."Kenapa aku bisa berada di rumah sakit?" gumam Aisyah."Kau sudah bangun?" ucap seorang pria.Aisyah menoleh, dan dia kaget saat melihat seorang pria yang berada di sampingnya. "Maaf Tuan, Anda siapa?" tanya Aisyah dengan lirih."Aku menemukanmu pingsan tadi di jalan, jadi aku membawamu ke rumah sakit," jawab pria tersebut."Terima kasih. Tapi saya harus pulang," ujar Aisyah sambil bangkit dari tidurnya. Akan tetapi, badannya terasa sakit, kepalanya begitu pusing seperti diputar-putar."Jangan bangun dulu! Dokter mengatakan kalau kau harus banyak istirahat dan harus dirawat, keadaanmu cukup mengkhawatirkan," jelas pria tersebut.Aisyah hanya terdiam, dia benar-benar khawatir karena takut jika suaminya marah, sebab saat meliha
Aisyah baru saja menunaikan shalat dengan cara duduk di atas ranjang Rumah Sakit, sebab untuk berdiri dirinya masih belum kuat. Dia bahkan tidak sadar ada seseorang yang sedang menatapnya di ambang pintu.'Dia benar-benar taat dalam beribadah.' batin pria itu yang sudah menolong Aisyah.Kemudian dia pun berdehem kecil, membuat Aisyah seketika menoleh ke arahnya. "Ini aku bawa makanan. Makanlah biar kamu cepat sehat!" ujar pria itu sambil meletakkan satu box makanan."Terima kasih Tuan," jawab Aisyah sambil menundukkan kepalanya."Sama-sama."Kemudian Aisyah mengambil box tersebut lalu mulai menyantap makanan secara perlahan. Setelah makanan selesai, pria itu memberikan air putih kepada Aisyah, dan langsung ditegaknya, setelah itu Aisyah pun meminum obat."Oh iya! Namaku Oktavio. Kau bisa memanggilku dengan Okta. Namamu siapa?" ucap pria tersebut yang bernama Okta, sambil mengulurkan tangannya.Aisyah menangkupkan kedua tangan di depan dada, "Nama saya Aisyah." Membuat Okta seketika me
Acara ijab qobul pun di langsungkan dengan sangat khidmat, membuat semua yang ada di sana menitikan air mata karena haru, apalagi saat kedua pengantin sungkem pada kedua orang tuanya.Aisyah tak kalah bahagianya saat melihat pernikahan kedua sahabatnya. Dia benar- benar beruntung sebab Ara maupun Vita akhirnya bisa menemukan tambatan hati mereka."Sayang, kamu mau makan gak?" tanya Okta sambil duduk di sebelah sang istri."Nggak Bang, aku gak laper," jawab Aish.Tak terasa waktu cepat berlalu, Aisyah sudah pulabg kerumah dan nanti malam ia akan menghadiri pesta pernikahan kedua sahabatnya...."Sayang, kamu udah siap belum?" tanya Okta karena Jam sudah menunjukkan pukul 07.00 malam."Sudah Bang. Ayo kita berangkat sekarang nanti kemalaman," jawab Aisyah sambil menggandeng tangan Okta.Mereka berpapasan dengan Kanaya. Aisyah sebenarnya mengajak wanita itu tapi Kanaya menolak sebab dia merasa kurang enak badan.Sesampainya di tempat gedung acara, Aisyah melihat kedua sahabatnya sedang
Pagi ini sesuai dengan ucapan Okta, jika dia tidak akan masuk kerja dan akan menghabiskan waktu bersama dengan Aisyah. Pria itu sudah bersiap-siap dan membuat sang istri merasa heran."Memangnya kita mau ke mana, Bang?" Aisyah menatap lekat ke arah suaminya yang saat ini tengah duduk di sampingnya."Kamu nanya? Kamu bertanya-tanya?" kekeh Okta dengan nada meledek.Mendengar jawaban suaminya Aisyah langsung mencubit tangan Okta dengan gemas. Dia paling tidak menyukai kata-kata seperti itu, karena menurut Aisyah kata-kata itu bukan hal yang baik."Stop mengucapkan kata-kata seperti itu! Aku tidak suka." Aisyah menekuk wajahnya."Loh, memangnya kenapa sayang? Itu kan kata-kata yang lagi viral, seperti bercanda."Aisyah menatap dalam ke arah sang suami kemudian dia pun berkata, "sesuatu yang viral jika hal positif dan untuk kebaikan itu tidak masalah, tapi kata-kata itu un-faedah. Kamu tahu! Banyak di luaran sana anak kecil ditanya orang tuanya, dan jawabannya apa? Kamu nanya? Kamu bertan
Kanaya cukup terkejut saat melihat siapa orang itu, dan dia mendekat ke arah Kanaya. "Kamu sedang apa di sini?" tanyanya."Ini, aku baru saja membeli ketoprak untuk Aisyah." Kanaya menunjukkan 2 bungkus ketoprak yang ada di tangannya.Wanita yang berada di hadapan Kanaya mengangkat satu alisnya. "Kau tidak sedang meracuni Aisyah kan?" Kemudian dia mencengkeram lengan Kanaya, "jika kau berani mengusik Aisyah dan menghancurkan keluarganya, aku tidak akan segan-segan untuk menghancurkan hidupmu, paham!" gertak wanita itu yang tak lain adalah Vita.Dia baru saja pulang dari kantor, akan tetapi tidak sengaja melihat Kanaya yang sedang membeli sesuatu di pinggir jalan. Wanita itu pun berinisiatif untuk menghampirinya.Mendengar ancaman dari Vita membuat Kanaya hanya bisa tersenyum. "Kau sedang mengancamku?" tanyanya dengan nada mengejek."Jika kau menganggap Itu adalah sebuah ancaman." Vita mengangkat kedua bahunya dengan acuh.Sayangnya Kanaya tidak takut, karena memang dia tidak ada niata
Pagi ini Aisyah tidak ingin sarapan, dia masih menginginkan makanan yang semalam. Akan tetapi Okta harus pergi ke kantor pagi-pagi karena ada meeting penting yang harus ia hadiri."Tapi Bang, aku pengen empek-empek. Apa kamu tidak bisa membelikannya terlebih dahulu?" pinta Aisyah dengan tatapan memelas."Maafkan aku sayang, tapi vendor dari Amerika ini tidak bisa aku tunda." Okta mencoba untuk memberi pengertian kepada Aisyah, dia juga tidak bisa mewakilkan kepada asistennya.Mau tidak mau, akhirnya Aisyah pun mengangguk kemudian mereka berjalan menuruni tangga menuju lantai bawah."Kamu kenapa, kok mukanya ditekuk kayak gitu sih?" tanya Mama Rani saat melihat Aisyah sampai di meja makan."Ini Mah, semalam aku tuh pengen pempek tapi belum kesampaian juga," jawab Aisyah dengan cemberut.Mama Rani mengangguk, "ya sudah, kalau gitu biar nanti mama suruh pelayan buat membelikannya.""Nggak ah Mah, aku udah nggak berselera," ujar Aisyah.Okta yang mendengar itu pun merasa tak enak. Dia tau
"Ya iyalah ... emangnya Aldo nggak bilang sama lo kalau kita bakalan prewedding sama-sama?" jawab Vita sambil menatap ke arah Aldo yang saat ini tengah duduk santai di samping Ara.Seketika wanita itu pun menatap ke arah calon suaminya dan di sana Aldo langsung menganggukkan kepalanya. "Iya, maaf sayang aku lupa semalam tidak bilang sama kamu.""Jadi ini definisi dua sahabat prewedding bersama. Di pelaminan bersama juga. Jangan-jangan nanti malam pertamanya juga bersama," celetuk Ara.Akhirnya mereka pun melakukan foto prewedding di pantai tersebut, hingga setelah jam sudah menunjukkan pukul 11.00 siang mereka berinisiatif untuk menuju sebuah restoran yang ada di pinggir pantai."Sayang sekali ya Aisyah tidak bisa ikut?" tanya Vita."Wajar saja, dia kan lagi hamil. Memangnya kalau nanti terjadi apa-apa dengan kandungannya kamu mau tanggung jawab hah?" Ara menaik turunkan alisnya sambil mencebik kesal."Iya, kan kita ini 3 bestie. Rasanya kalau Aisyah tidak ikut ada yang kurang." Vita
Pagi ini Aisyah sudah bersiap-siap dan dia akan ke rumah sakit untuk USG. Kebetulan Okta juga sudah membuat janji dengan salah satu dokter kandungan di sana."Kalian hati-hati di jalan ya," ujar Mama Rani sambil mengusap kepala Aisyah yang terbaru dengan hijab."Iya Mah," jawab Aisyah kemudian dia mencium tangan mamanya. "Kalau begitu kami pamit dulu ya, assalamualaikum.""Waalaikumsalam."Selama dalam perjalanan bahkan Okta tidak henti-hentinya mengusap perut Aisyah yang masih rata. Dia benar-benar sangat bahagia karena sebentar lagi mereka akan segera menimang seorang bayi yang sangat lucu."Oh ya sayang, kamu mau anak perempuan atau laki-laki?" tanya Okta kepada Aisyah."Kalau aku sih terserah ya Bang ... sedikasihnya saja sama Allah. Lagi pula, anak itu kan rezeki dan titipan, jadi aku tidak ingin memilih. Apapun yang diberikan oleh Tuhan maka aku akan menerimanya dengan sangat bahagia," tutur Aisyah sambil mengusap perutnya.Okta yang mendengar itu pun langsung mengusap kepala Ai
Aisyah dibaringkan di kasur dan Mama Rani langsung menelpon dokter dari keluarganya. Tak lama dokter pun datang dan langsung memeriksa keadaan Aisyahm"Bagaimana Dok keadaan anak saya? Dia baik-baik aja kan?" tanya papa Agam dengan khawatir."Nona muda baik-baik saja, dan perkiraan saya dia sedang hamil," jawab dokter tersebut."Apa! Hamil?" jawab semua orang yang serempak yang ada di sana dan langsung dibalas anggukan oleh dokter tersebut."Alhamdulillah ya Allah ... akhirnya kita punya cucu lagi Pah!" seru mama Rani dengan bahagia sambil memeluk tubuh suaminya.Okta pun menatap istrinya yang saat ini sudah membuka mata, dia langsung mengecup seluruh wajah Aisyah di hadapan semua orang bahkan tanpa canggung sedikitpun."Terima kasih ya sayang, akhirnya yang kita nantikan akan segera menjadi kenyataan," ujar Okta."Iya Bang," jawab Aisyah tak kalah terharu.Kemudian dokter pun pulang dari sana setelah memberikan vitamin, dan dia menyarankan agar Aisyah besok menuju rumah sakit untuk m
"Bagaimana? Apa kau setuju dengan syarat yang ku ajukan?" Vita menatap miring ke arah Boy.Setelah pria itu membaca dengan seksama tanpa menjawab ucapan Vita, dia langsung menandatangani di atas materai, membuat Vita seketika melongo karena tak menyangka jika Boy akan setuju dengan syarat yang diajukan."Apa! Jadi lo setuju dengan syarat yang gue ajuin? Lo nggak merasa keberatan gitu?" Heran Vita dengan wajah yang masih terkejut.Boy menggelengkan kepalanya dengan tegas, kemudian dia menggenggam kedua tangan Vita dan menatapnya dengan dalam."Aku sudah bilang, aku ini serius. Aku tidak main-main. Dan stop memanggil lo dan gue! Di sini hanya ada kita, jadi cukup aku dan kamu saja. Aku tidak peduli mau kamu meminta mahar berupa perusahaanku juga tidak masalah. Jangankan hanya satu buah rumah yang harganya 1 miliar dengan satu mobil Alphard serta satu set berlian, bahkan semua akan ku berikan padamu sebagai tanda keseriusanku.""Tapi ..." Vita seakan ragu karena menurut dia mahar yang di
Kemudian Aisyah pun membisikkan sesuatu di telinga Vita, sehingga membuat wanita itu akhirnya manggut-manggut."Kalian ini bicara apa sih? Gue nggak dikasih tahu nih?" Ara menekuk wajahnya membuat Aisyah dan Vita seketika terkekeh."Lo nggak usah tahu!" Timpal Vita sambil mengaduk jus yang berada di hadapannya."Pelit banget sih lo. Udah cepetan gue penasaran nih!" desak Ara, kemudian Aisyah pun membisikan apa yang tadi dia katakan kepada Vita."Nah ... kalau itu gue setuju! Lo harus kasih syarat itu pada si playboy cap kakap kelas teri!" seru Ara dengan semangat.Vita tidak menanggapi, kemudian dia pun menegak minuman namun seketika wanita itu menyemburkannya tepat di wajah Ara, membuat wanita tersebut seketika menatapnya dengan tajam."Vita!" tekan Ara dengan mata melotot hampir keluar, seakan dia sedang menatap mangsa yang siap disantapnya. "Lo itu punya mata nggak sih? Ini wajah, bukannya meja. Lo kalau mau nyembur itu bilang dulu. Gue gak butuh Mbah dukun!" gerutu Ara, "gue ini u