"Nasi uduk! Nasi uduk!" teriak seorang wanita berjilbab, menjajakan jualannya sambil mendorong sepeda butut miliknya.
"Mbak! Nasi uduknya masih ada?" teriak seorang ibu-ibu sambil melambaikan tangannya."Masih Bu," jawab penjual itu yang bernama Aisyah."Saya mau 5 ya!"Aisyah menganggukkan kepalanya, kemudian dia membungkus 5 nasi uduk. Setelah selesai ibu-ibu tersebut pun membayarnya."Alhamdulillah, akhirnya daganganku habis juga. Sebaiknya aku pulang sekarang, nanti siang kan mas Andre pulang, kasihan dia kalau belum ada makanan," gumam Aisyah.
Wanita itu pun pulang dengan hati yang senang, karena jualannya laris manis setiap hari. Dia bernama Aisyah Zuhaira, berusia 25 tahun. Dia memiliki paras yang cantik, hidung mancung, mata bulat, bibir mungil dengan kulit yang putih.Setiap hari Aisyah selalu menjajakan dagangannya, berkeliling menggunakan sepeda, karena suaminya hanya seorang tukang ojek pangkalan. Dan dia terpaksa membantu perekonomian suaminya untuk membiayai kehidupan mereka sehari-hari."Assalamualaikum," ucap Aisyah sambil memarkirkan sepedanya.Namun, saat wanita itu masuk ke dalam rumah, tiba-tiba saja dia disambut oleh sebuah tamparan yang cukup keras mendarat di pipinya, sehingga meninggalkan bekas kemerahan.PLAK!"Bagus ya, jam segini baru pulang. Kamu nggak lihat ini jam berapa, hah!" bentak seorang wanita, yang tak lain adalah mertuanya, sambil menunjuk jam yang berada di dinding."Maaf Bu, tadi jualannya agak sepi, jadi Aisyah berkeliling ke satu Desa lagi," jawab wanita berjilbab tersebut."Halah! Nggak usah banyak omong deh. Sekarang lebih baik kamu masuk ke dalam, dan buat makan siang! Kamu 'kan tahu, sebentar lagi Andre mau pulang. Istri macam apa kamu, pulang siang-siang, belum ada makanan, cucian juga numpuk. Seharusnya sebelum jualan itu, kamu cuci piring dulu! Masak dulu buat mertua dan suamimu, paham!" bentak wanita tersebut yang bernama Ibu Lisa, mertuanya Aisyah.
Dia mendorong tubuh Aisyah, hingga membuat wanita itu tersungkur ke lantai."Iya Bu, Aisyah masak sekarang." Aisyah bangkit dari duduknya, kemudian dia berjalan melenggang masuk ke dalam dapur.Bulir bening tanpa bisa dicegah jatuh membasahi pipi mulus wanita tersebut. Kulit putihnya yang tadinya bersih cerah bagaikan rembulan, kini sudah terlihat sedikit kusam.'Ya Allah, sampai kapan ibu akan selalu memperlakukanku seperti ini? Dulu sebelum aku menikah dengan mas Andre, ibu sangat menyayangiku. Tapi kenapa berubah setelah kami menikah? Kenapa ya Allah?' batin Aisyah bertanya-tanya tentang perubahan sikap ibu mertuanya.
Dahulu saat dia menjalin hubungan bersama dengan Andre sebelum menikah, Ibu Lisa begitu sangat menyayanginya, bahkan sikapnya begitu lembut seperti ibu kandung. Namun, ternyata setelah menikah sikapnya 180 derajat berbeda.Setiap hari, Aisyah selalu dimarahi, dibentak, bahkan tak jarang dirinya dipukul jika tidak menuruti ucapannya. Entah Aisyah pun tidak tahu, kenapa ibu mertuanya begitu jahat kepada dirinya? Karena dia sama sekali tidak mengerti, kesalahan apa yang telah diperbuatnya, sehingga membuat Ibu Lisa begitu membenci dirinya."Aisyah! Buatkan saya teh!" teriak Ibu Lisa dari ruang tv.Aisyah yang mendengar itu pun seketika langsung menghapus air matanya, kemudian dia membuatkan teh pesanan Ibu mertuanya dengan cepat, karena takut jika nanti dimarahi lagi.
"Ini Bu, tehnya," ucap Aisyah sambil menaruh teh tersebut di atas meja."Lelet banget sih kerjanya. Kalau kerja itu yang cepat, jadi wanita kok lelet banget!" Bu Lisa berkata dengan nada yang ketus.Sedangkan Aisyah hanya diam saja, sebab nada bicara seperti itu sudah setiap hari menjadi makanan dirinya. Kemudian dia kembali ke dapur untuk melanjutkan masaknya.Setelah makanan jadi, Aisyah tersenyum karena di atas meja sudah terhidang sayur asem, tempe dan tahu goreng serta sambal terasi."Alhamdulillah, akhirnya kelar juga. Sekarang aku tinggal nyuci piring lalu nyuci baju," gumam Aisyah dengan lirih, sambil menyeka keringatnya yang membasahi jilbab.Ibu Lisa masuk ke dapur, dan dia melihat makanan di atas meja yang sudah matang. Bahkan asapnya masih sedikit mengepul dari sayur asem buatan Aisyah."Ini Bu, Aisyah sudah masak. Silakan dimakan," ucap Aisyah dengan nada yang lembut.BRAK!"Apa ini? Apa kau ingin meracuni ku, hah! Apa tidak ada makanan yang lebih enak? Setiap hari tempe dan tahu saja. Sesekali kau belikan aku ayam!" bentak bu Lisa sambil menggebrak meja.Aisyah terjingkat kaget, dia mengusap dadanya, "Maaf Bu, tapi hanya ini yang Aisyah bisa beli. Kita harus berhemat, karena Aisyah juga belum bayar listrik bulan ini, jadi---""Halah! Enggak usah banyak omong deh kamu! Cuma bayar listrik aja yang nggak seberapa, kamu hitung-hitungan. Pokoknya saya nggak mau tahu ya, kamu belikan saya ayam!" Bu Lisa memotong ucapan Aisyah."Baik Bu, nanti akan Aisyah---""Sekarang! Saya mau makan!" bentak bu Lisa sambil menghempaskan piring yang berisi tempe dan tahu yang baru saja digoreng oleh Aisyah, hingga berceceran di lantai.
Setelah itu dia pun pergi meninggalkan meja makan, sementara Aisyah memunguti makanan tersebut.Air mata kembali menetes. Sejujurnya dia sangat sakit hati karena bu Lisa tidak pernah menghargai setiap usahanya, padahal bayar listrik saja sebulan bisa sampai 300.000, belum lagi dengan cicilan AC milik ibu mertuanya.Bisa dibilang, semua kebutuhan di rumah itu 90% Aisyah yang menanggungnya. Sementara pendapatan Andre tidak seberapa dari ngojek, kadang pria itu tidak memberikan jatahnya, dan paling banyak hanya Rp20.000 saja. Itu kenapa, Aisyah sampai harus berjualan nasi uduk.
Setelah membereskan makanan tersebut, Aisyah pun keluar untuk membeli ayam goreng di warteg yang tak jauh dari rumahnya.Namun, baru saja ia keluar, tiba-tiba Andre sudah pulang. Wanita itu pun mencium tangan Andre, tapi seketika ditepis kasar oleh pria tersebut."Apa-apaan ini? Apakah kamu tidak bisa berdandan sedikit, hah! Setiap suami pulang, yang ada bau asam, pakaian kucel dan tidak enak dipandang. Sesekali sambutlah suamimu dengan dandanan yang cantik dan baju seksi. Mana masih bau bawang!" gerutu Andre sambil melenggang masuk ke dalam rumah.Aisyah mengikuti langkah suaminya, kemudian dia berjalan ke dapur dan membuatkan teh hangat. "Ini Mas, diminum dulu tehnya," ucap Aisyah dengan nada yang lembut."Aku lapar, mau makan." Andre berkata dengan nada yang sedikit ketus."Aku sudah masak Mas," jawab Aisyah.
Kemudian Andre membuka tudung saji yang ada di atas meja makan, dan seketika matanya membulat dengan tajam, lalu dia mencengkram lengan Aisyah dengan kuat sampai membuat wanita itu meringis kesakitan."Apa ini, hah! Apa kau sengaja Ingin membuatku makan makanan seperti ini setiap hari? Tidakkah kau bisa sesekali memberikanku ikan atau ayam? Kau ini bisa becus gak sih jadi istri!" bentak Andre sambil mendorong tubuh Aisyah hingga menabrak tembok.
"Aawh!" ringis wanita itu sambil memegangi lengannya
Ibu Lisa yang mendengar suara anaknya, kemudian dia keluar dari kamar, dan melihat Aisyah masih ada di sana, itu membuatnya sangat kesal."Hei wanita tak tahu diri! Kenapa kau masih ada di sini? Aku kan memintamu untuk membeli ayam? Apa kau Ingin membuatku kelaparan, hah! Cepat pergi sekarang!" bentak Ibu Lisa sambil mendorong tubuh Aisyah."Belikan aku juga!" teriak Andre sambil duduk di kursi, lalu meminum teh buatan dari Aisyah.Wanita itu keluar dari rumah sambil menangis dalam diam. Rasa sakit di dalam hatinya begitu dalam, luka semakin hari semakin melebar dari perlakuan ibu mertua dan juga suaminya.Setiap hari Aisyah selalu saja disiksa, dicaci dan dimaki. Semua yang ia kerjakan selalu salah di mata kedua orang itu, entah sampai kapan penderitaan Aisyah akan berlanjut.'Sampai kapan kamu akan terus menyiksa dan menyakitiku, mas? Ke mana mas Andre ku yang dulu? Yang mempunyai hati lembut dan juga sikap yang penuh kasih sayang,' batin Aisyah sambil berjalan dengan sedikit gontai.BERSAMBUNG....Selesai membelikan ayam goreng untuk suami dan juga mertuanya, Aisyah kembali ke rumah. Dan melihat wanita itu pulang, Andre langsung merampas plastik yang ada di tangannya, kemudian dia dan juga ibunya langsung memakan ayam goreng itu tanpa sisa.''Mas, ayam gorengnya kok dihabisin?'' tanya Aisyah saat melihat tiga potong ayam goreng sudah habis.''Memangnya kenapa? Kau 'kan ada tahu tempe, ada sayur asem juga, ya makan aja sama itu!'' gertak Andre.Aisyah hanya diam saja, kemudian dia berjalan ke belakang rumah untuk mencuci pakaian. Wanita itu melihat dua bak besar pakaian yang kotor, dia pun menghela nafas dengan dalam.'Bismillah, semoga ini menjadi ladang pahala untukku. Kamu harus ikhlas Aisyah,' batin Aisyah menyemangati dirinya.Kemudian dia mulai berjongkok dan mengambil sabun cuci lalu mulai menyikat baju itu satu persatu, bahkan tangan yang tadinya mulus, sekarang sudah terasa kasar, bahkan tak jarang kapalan juga.BRUK!Sebuah jaket yang lumayan tebal mendarat di wajah Ai
Seperti biasa, jam 02.00 pagi Aisyah terbangun untuk memasak dan menyiapkan jualannya. Setelah selesai dia pun membersihkan diri lalu menunaikan salat subuh, tak lupa wanita itu pun menaruh nasi uduk di atas meja untuk sarapan mertuanya.Terlihat hari masih sangat gelap, karena Jam menunjukkan pukul 05.00 lebih, tapi Aisyah sudah berangkat untuk mengais rezeki."Nasi uduk! Nasi uduk! Sarapannya Bu, Pak!" teriak Naura sambil mendorong sepedanya...Bu Lisa terbangun saat jam sudah menunjukkan setengah delapan pagi, dia melihat ke arah meja makan di mana sudah tersedia teh di dalam termos jadi tidak dingin.Wanita itu membuka tudung saji dan melihat dua bungkus nasi uduk, kemudian dia memutar bola matanya dengan malas."Wanita sialan itu, kenapa setiap hari memberiku nasi uduk? Lama-lama aku jadi gatal-gatal makan nasi uduk terus menerus. Apakah tidak ada makanan yang lebih mewah? Rugi sekali Andre menikahinya!" rutuk Bu Lisa sambil menggebrak meja dengan kesal.Tapi perutnya sudah ker
Saat Aisyah baru saja selesai berjualan, dia hendak pulang ke rumah, namun saat melewati sebuah taman kecil dekat perkebunan, wanita itu menyipit saat melihat seseorang yang ia kenal."Loh, itu bukannya Mas Andre ya? Tapi Siapa wanita yang berada di sebelahnya? Kenapa Mas Andre merangkulnya?" gumam Aisyah dengan bingung.Kemudian dia berjalan mendekat setelah memarkirkan sepedanya. Saat langkahnya kian mendekat ke arah kursi yang diduduki oleh dua insan, benar saja jika orang itu adalah suaminya.Dadanya seketika sangat sakit saat melihat suaminya sedang merangkul seorang wanita dengan mesra."Mas Andre!" bentak Aisyah untuk pertama kalinya.Andre menatap ke arah belakang, dan ternyata itu adalah Aisyah. Pria tersebut sangat kaget, sedangkan wanita yang berada di sampingnya hanya tersenyum sinis sambil menyandarkan kepalanya di bahu kekar milik Andre dan tangannya bergelayut manja di lengan pria itu."Aisyah," ucap Andre dengan lirih."Siapa dia, Mas? Kenapa kamu malah merangkulnya? D
5 Aisyah menghapus air matanya, kemudian dia keluar dari kamar. Namun, wajahnya masih terlihat sangat sembab. Wanita itu melihat jika ibu mertua sedang duduk di lantai sambil memegangi kakinya.Seketika Aisyah menjadi panik saat kaki ibu mertuanya terluka dan mengeluarkan darah."Astagfirullah! Ibu ibu terluka," ucap Aisyah dengan panik.Dia berjongkok di hadapan Ibu mertuanya, kemudian dengan cepat Ibu Lisa langsung menampar wajahnya lalu menjambak jilbabnya, hingga membuat Aisyah sedikit meringis."Dasar menantu tidak tahu diri! Apa kau tidak bisa membersihkan rumah ini, hah! Kau lihat! Gara-gara kamu kakiku menjadi luka!" teriak Ibu Lisa sambil mendorong tubuh Aisyah hingga terpentok ke dinding."Aawwh!" ringis Aisyah saat merasakan bahunya yang terbentur dinding, dan terasa begitu sakit."Maaf Bu, tadi Aisyah belum sempat membereskannya," jawab Aisyah."Gak usah banyak bicara kamu! Bantu saya untuk duduk, dan cepat bereskan itu semua!" bentak Ibu Lisa.Kemudian Aisyah membantu ib
Seperti biasa, jam 02.00 pagi Aisyah terbangun untuk menyiapkan jualannya. Namun saat dia melewati kamarnya, wanita itu mendengar suara yang begitu menyakitkan di gendang telinganya.Di mana saat ini kedua Insan pengantin baru tersebut tengah meneguk manisnya madu di malam pertama, sampai suara mereka terdengar keluar kamar.Dada Aisyah terasa sakit. Bagaimana bisa dia menerima kenyataan di mana harus berbagi suami, namun lagi-lagi keadaan harus membuatnya menjadi wanita yang kuat.Wanita itu menghapus air matanya, kemudian dia berjalan ke dapur untuk menyiapkan segala sesuatu untuk jualan.'Kamu bisa Aisyah! Kamu pasti bisa melewati semuanya. Anggap mereka di sini hanya nyamuk, walaupun hati kamu sakit.' batin Aisyah menyemangati dirinya sendiri.Jam 05.00 dia sudah siap, kemudian wanita itu hendak keluar dari rumah untuk berjualan. Namun, tiba-tiba saja Andre keluar dari kamar menggunakan kolor."Kamu mau berjualan?" tanya Andre."Iya Mas, aku pamit dulu. Assalamualaikum," jawab Ais
Wanita itu pun bangkit, "Maaf Bu! Aisyah lagi lelah, jadi Aisyah tidak ingin berdebat. Wajar jika Putri bisa membelikan Ibu brownies yang mahal dan enak, karena kami tentu saja sangat berbeda. Dia adalah anak orang kaya, sedangkan saya hanya penjual nasi uduk keliling," jawab Aisyah dengan telak."Berani kamu ya menjawab pertanyaan saya!" marah Bu LisaSementara Putri hanya bersandar di pintu melipat kedua tangannya di depan dada sambil tersenyum sinis, saat melihat Bu Lisa begitu sangat membenci Aisyah."Maaf Bu, saya tidak menjawab. Hanya saja, memang tadi ibu kan yang menginginkan saya menjawab pertanyaannya?""Kau!" Lagi-lagi Bu Lisa mengangkat tangannya hendak menampar wajah Aisyah, namun kali ini wanita itu menahannya."Jika Ibu membenci saya, usir saja saya dari rumah ini. Kenapa Ibu masih mempertahankan saya? Dan minta saja anak ibu Mas Andre, untuk menceraikan saya! Boleh Ibu mencaci maki saya, tapi ingat Bu! Kesabaran orang itu ada batasnya. Saya bukan Nabi yang mempunyai ke
Happy reading...Aisyah merasakan matanya seperti terbakar, apalagi wajahnya terasa begitu panas dan juga pedas. Dia mengompres wajahnya dengan es batu.Setelah dirasa mendingan, wanita itu pun melanjutkan untuk mencuci baju tanpa menghiraukan wajahnya yang memerah.Sejujurnya Aisyah sudah sangat lelah, tapi ada alasan tertentu kenapa dia bertahan. Itu karena Aisyah tahu jika surganya ada pada sang suami. Firaun saja yang jahat mempunyai istri yang begitu sholehah, jadi Aisyah mencoba untuk bertahan...Hari demi hari dilewati oleh Aisyah, hingga dia merasa hari ini sedang tidak enak badan, wanita itu pun tidur lebih awal.Namun, tepat jam 20.00 malam, saat bu Lisa, Andre dan juga Putri sudah makan malam, wanita itu menggedor pintu kamar Aisyah. Tetapi, tidak membuat Aisyah terjaga, sebab Ia benar-benar merasa badannya tidak enak.Karena merasa kesal, Bu Lisa pun masuk ke dalam dan membuka pintu itu dengan kasar, hingga membuat dentuman yang cukup nyaring dan dia melihat Aisyah tenga
Selama ini Ibu Lisa selalu saja meng-redit barang-barang elektronik, entah itu dari AC, kulkas atau yang lainnya. Sementara yang membayar cicilannya adalah Aisyah.Setelah semuanya siap dan setelah Aisyah menunaikan shalat subuh, dia pun mulai menjajakan dagangannya dengan berjalan sedikit pelan, karena Aisyah merasa kepalanya benar-benar pusing."Nasi uduk! Nasi uduknya Pak, Bu, buat sarapan pagi!" teriak Aisyah.Seperti biasa, pelanggan-pelanggannya yang ada di sana keluar saat mendengar teriakan Aisyah yang sedang menjajakan jualan sarapan paginya. Dan Aisyah sangat bersyukur karena Allah selalu mempermudah jalannya untuk mencari rezeki.Hingga saat jam 08.00 pagi, Aisyah melewati sebuah gang pedesaan. Namun saat dia akan menjajakan dagangannya, tiba-tiba dihadang oleh seseorang."Heh kamu! Oh ... jadi kamu yang sering berjualan di sini? Ingat ya! Sebaiknya sekarang kamu pergi dan jangan pernah jualan di sini lagi! Gara-gara kamu, tahu nggak sih, pelanggan pelanggan saya itu jadi p
Acara ijab qobul pun di langsungkan dengan sangat khidmat, membuat semua yang ada di sana menitikan air mata karena haru, apalagi saat kedua pengantin sungkem pada kedua orang tuanya.Aisyah tak kalah bahagianya saat melihat pernikahan kedua sahabatnya. Dia benar- benar beruntung sebab Ara maupun Vita akhirnya bisa menemukan tambatan hati mereka."Sayang, kamu mau makan gak?" tanya Okta sambil duduk di sebelah sang istri."Nggak Bang, aku gak laper," jawab Aish.Tak terasa waktu cepat berlalu, Aisyah sudah pulabg kerumah dan nanti malam ia akan menghadiri pesta pernikahan kedua sahabatnya...."Sayang, kamu udah siap belum?" tanya Okta karena Jam sudah menunjukkan pukul 07.00 malam."Sudah Bang. Ayo kita berangkat sekarang nanti kemalaman," jawab Aisyah sambil menggandeng tangan Okta.Mereka berpapasan dengan Kanaya. Aisyah sebenarnya mengajak wanita itu tapi Kanaya menolak sebab dia merasa kurang enak badan.Sesampainya di tempat gedung acara, Aisyah melihat kedua sahabatnya sedang
Pagi ini sesuai dengan ucapan Okta, jika dia tidak akan masuk kerja dan akan menghabiskan waktu bersama dengan Aisyah. Pria itu sudah bersiap-siap dan membuat sang istri merasa heran."Memangnya kita mau ke mana, Bang?" Aisyah menatap lekat ke arah suaminya yang saat ini tengah duduk di sampingnya."Kamu nanya? Kamu bertanya-tanya?" kekeh Okta dengan nada meledek.Mendengar jawaban suaminya Aisyah langsung mencubit tangan Okta dengan gemas. Dia paling tidak menyukai kata-kata seperti itu, karena menurut Aisyah kata-kata itu bukan hal yang baik."Stop mengucapkan kata-kata seperti itu! Aku tidak suka." Aisyah menekuk wajahnya."Loh, memangnya kenapa sayang? Itu kan kata-kata yang lagi viral, seperti bercanda."Aisyah menatap dalam ke arah sang suami kemudian dia pun berkata, "sesuatu yang viral jika hal positif dan untuk kebaikan itu tidak masalah, tapi kata-kata itu un-faedah. Kamu tahu! Banyak di luaran sana anak kecil ditanya orang tuanya, dan jawabannya apa? Kamu nanya? Kamu bertan
Kanaya cukup terkejut saat melihat siapa orang itu, dan dia mendekat ke arah Kanaya. "Kamu sedang apa di sini?" tanyanya."Ini, aku baru saja membeli ketoprak untuk Aisyah." Kanaya menunjukkan 2 bungkus ketoprak yang ada di tangannya.Wanita yang berada di hadapan Kanaya mengangkat satu alisnya. "Kau tidak sedang meracuni Aisyah kan?" Kemudian dia mencengkeram lengan Kanaya, "jika kau berani mengusik Aisyah dan menghancurkan keluarganya, aku tidak akan segan-segan untuk menghancurkan hidupmu, paham!" gertak wanita itu yang tak lain adalah Vita.Dia baru saja pulang dari kantor, akan tetapi tidak sengaja melihat Kanaya yang sedang membeli sesuatu di pinggir jalan. Wanita itu pun berinisiatif untuk menghampirinya.Mendengar ancaman dari Vita membuat Kanaya hanya bisa tersenyum. "Kau sedang mengancamku?" tanyanya dengan nada mengejek."Jika kau menganggap Itu adalah sebuah ancaman." Vita mengangkat kedua bahunya dengan acuh.Sayangnya Kanaya tidak takut, karena memang dia tidak ada niata
Pagi ini Aisyah tidak ingin sarapan, dia masih menginginkan makanan yang semalam. Akan tetapi Okta harus pergi ke kantor pagi-pagi karena ada meeting penting yang harus ia hadiri."Tapi Bang, aku pengen empek-empek. Apa kamu tidak bisa membelikannya terlebih dahulu?" pinta Aisyah dengan tatapan memelas."Maafkan aku sayang, tapi vendor dari Amerika ini tidak bisa aku tunda." Okta mencoba untuk memberi pengertian kepada Aisyah, dia juga tidak bisa mewakilkan kepada asistennya.Mau tidak mau, akhirnya Aisyah pun mengangguk kemudian mereka berjalan menuruni tangga menuju lantai bawah."Kamu kenapa, kok mukanya ditekuk kayak gitu sih?" tanya Mama Rani saat melihat Aisyah sampai di meja makan."Ini Mah, semalam aku tuh pengen pempek tapi belum kesampaian juga," jawab Aisyah dengan cemberut.Mama Rani mengangguk, "ya sudah, kalau gitu biar nanti mama suruh pelayan buat membelikannya.""Nggak ah Mah, aku udah nggak berselera," ujar Aisyah.Okta yang mendengar itu pun merasa tak enak. Dia tau
"Ya iyalah ... emangnya Aldo nggak bilang sama lo kalau kita bakalan prewedding sama-sama?" jawab Vita sambil menatap ke arah Aldo yang saat ini tengah duduk santai di samping Ara.Seketika wanita itu pun menatap ke arah calon suaminya dan di sana Aldo langsung menganggukkan kepalanya. "Iya, maaf sayang aku lupa semalam tidak bilang sama kamu.""Jadi ini definisi dua sahabat prewedding bersama. Di pelaminan bersama juga. Jangan-jangan nanti malam pertamanya juga bersama," celetuk Ara.Akhirnya mereka pun melakukan foto prewedding di pantai tersebut, hingga setelah jam sudah menunjukkan pukul 11.00 siang mereka berinisiatif untuk menuju sebuah restoran yang ada di pinggir pantai."Sayang sekali ya Aisyah tidak bisa ikut?" tanya Vita."Wajar saja, dia kan lagi hamil. Memangnya kalau nanti terjadi apa-apa dengan kandungannya kamu mau tanggung jawab hah?" Ara menaik turunkan alisnya sambil mencebik kesal."Iya, kan kita ini 3 bestie. Rasanya kalau Aisyah tidak ikut ada yang kurang." Vita
Pagi ini Aisyah sudah bersiap-siap dan dia akan ke rumah sakit untuk USG. Kebetulan Okta juga sudah membuat janji dengan salah satu dokter kandungan di sana."Kalian hati-hati di jalan ya," ujar Mama Rani sambil mengusap kepala Aisyah yang terbaru dengan hijab."Iya Mah," jawab Aisyah kemudian dia mencium tangan mamanya. "Kalau begitu kami pamit dulu ya, assalamualaikum.""Waalaikumsalam."Selama dalam perjalanan bahkan Okta tidak henti-hentinya mengusap perut Aisyah yang masih rata. Dia benar-benar sangat bahagia karena sebentar lagi mereka akan segera menimang seorang bayi yang sangat lucu."Oh ya sayang, kamu mau anak perempuan atau laki-laki?" tanya Okta kepada Aisyah."Kalau aku sih terserah ya Bang ... sedikasihnya saja sama Allah. Lagi pula, anak itu kan rezeki dan titipan, jadi aku tidak ingin memilih. Apapun yang diberikan oleh Tuhan maka aku akan menerimanya dengan sangat bahagia," tutur Aisyah sambil mengusap perutnya.Okta yang mendengar itu pun langsung mengusap kepala Ai
Aisyah dibaringkan di kasur dan Mama Rani langsung menelpon dokter dari keluarganya. Tak lama dokter pun datang dan langsung memeriksa keadaan Aisyahm"Bagaimana Dok keadaan anak saya? Dia baik-baik aja kan?" tanya papa Agam dengan khawatir."Nona muda baik-baik saja, dan perkiraan saya dia sedang hamil," jawab dokter tersebut."Apa! Hamil?" jawab semua orang yang serempak yang ada di sana dan langsung dibalas anggukan oleh dokter tersebut."Alhamdulillah ya Allah ... akhirnya kita punya cucu lagi Pah!" seru mama Rani dengan bahagia sambil memeluk tubuh suaminya.Okta pun menatap istrinya yang saat ini sudah membuka mata, dia langsung mengecup seluruh wajah Aisyah di hadapan semua orang bahkan tanpa canggung sedikitpun."Terima kasih ya sayang, akhirnya yang kita nantikan akan segera menjadi kenyataan," ujar Okta."Iya Bang," jawab Aisyah tak kalah terharu.Kemudian dokter pun pulang dari sana setelah memberikan vitamin, dan dia menyarankan agar Aisyah besok menuju rumah sakit untuk m
"Bagaimana? Apa kau setuju dengan syarat yang ku ajukan?" Vita menatap miring ke arah Boy.Setelah pria itu membaca dengan seksama tanpa menjawab ucapan Vita, dia langsung menandatangani di atas materai, membuat Vita seketika melongo karena tak menyangka jika Boy akan setuju dengan syarat yang diajukan."Apa! Jadi lo setuju dengan syarat yang gue ajuin? Lo nggak merasa keberatan gitu?" Heran Vita dengan wajah yang masih terkejut.Boy menggelengkan kepalanya dengan tegas, kemudian dia menggenggam kedua tangan Vita dan menatapnya dengan dalam."Aku sudah bilang, aku ini serius. Aku tidak main-main. Dan stop memanggil lo dan gue! Di sini hanya ada kita, jadi cukup aku dan kamu saja. Aku tidak peduli mau kamu meminta mahar berupa perusahaanku juga tidak masalah. Jangankan hanya satu buah rumah yang harganya 1 miliar dengan satu mobil Alphard serta satu set berlian, bahkan semua akan ku berikan padamu sebagai tanda keseriusanku.""Tapi ..." Vita seakan ragu karena menurut dia mahar yang di
Kemudian Aisyah pun membisikkan sesuatu di telinga Vita, sehingga membuat wanita itu akhirnya manggut-manggut."Kalian ini bicara apa sih? Gue nggak dikasih tahu nih?" Ara menekuk wajahnya membuat Aisyah dan Vita seketika terkekeh."Lo nggak usah tahu!" Timpal Vita sambil mengaduk jus yang berada di hadapannya."Pelit banget sih lo. Udah cepetan gue penasaran nih!" desak Ara, kemudian Aisyah pun membisikan apa yang tadi dia katakan kepada Vita."Nah ... kalau itu gue setuju! Lo harus kasih syarat itu pada si playboy cap kakap kelas teri!" seru Ara dengan semangat.Vita tidak menanggapi, kemudian dia pun menegak minuman namun seketika wanita itu menyemburkannya tepat di wajah Ara, membuat wanita tersebut seketika menatapnya dengan tajam."Vita!" tekan Ara dengan mata melotot hampir keluar, seakan dia sedang menatap mangsa yang siap disantapnya. "Lo itu punya mata nggak sih? Ini wajah, bukannya meja. Lo kalau mau nyembur itu bilang dulu. Gue gak butuh Mbah dukun!" gerutu Ara, "gue ini u