Home / Romansa / Istri Yang Tersakiti / Rencana Malam Pertama

Share

Rencana Malam Pertama

Author: Nona Kirei
last update Last Updated: 2021-04-26 11:18:35
Siang itu Bram pulang membawa serta sang istri. Dalam rumah yang besar itu, ia hanya tinggal bersama satu pembantu, security dan sopir pribadi. Nuansa putih terasa ketika memasuki rumah megah nan mewah yang berdiri kokoh di antara bangunan sederhana. Rumah Bram merupakan rumah yang paling mewah di sana. 

Tangan Naila ditarik menuju kamar, Naila yang tampak cantik membuat Bram begitu tergoda. Sungguh, ia tergila-gila pada kemolekan tubuh wanita cantik yang masih tertutup oleh kebaya, gadis cantik itu kini telah menjadi istrinya. 

Bruk! 
Naila didorong ke tempat tidur yang berukuran king size. Tubuh molek itu ambruk di ranjang yang dibalut oleh sprei berwarna putih. Bram pun membuka jas serta melonggarkan dasi yang ia kenakan. 

"Om, Om mau apa?" tanya Naila dengan bibir bergetar dan mata yang mulai berkaca

Bram tidak menjawab, ia mendekati tubuh istrinya yang masih memakai kebaya putih serta bawahan seperti kain jarik berwarna coklat. Naila terus mundur hingga ia terpentok ke dipan ranjang yang terbuat dari besi. 

Bram mulai mengusap pipi Naila dengan lembut, bibir yang selalu terukir dengan senyuman, membuat Naila malah semakin takut. 

"Jangan apa-apakan Naila, Om," pintanya memohon. 

Lagi, Bram hanya tersenyum dengan wajah bringas seperti hendak menerkam mangsanya. Tangan lelaki itu mulai mencabut bunga melati yang ada pada rambut hitam Naila, hingga seluruh melati sudah berserakan di atas tempat tidur. Bram mulai membuka dasi serta kemeja yang melekat di tubuhnya. Harum maskulin dari tubuh lelaki yang sudah berusi matang itu menyeruak di hidung Naila. Bram memang sudah berusia matang, tetapi badannya masih tegap bahkan terkesan sixpack. 

"Please, Om. Naila belum siap," pintanya lirih dengan bulir yang jatuh dari pelupuk mata. 

Bram seperti mati rasa dengan kata kasihan, yang ada dalan benaknya hanya ingin bermain-main dengan wanita cantik yang kini telah resmi ia persunting. Bram mulai membuka kancing kebaya Naila. 

"Jangan, Om. Naila mohon ...." suara lirih itu tetap Baram abaikan. 

Tuhan, tolong Naila. Nai tidak mau melayani Om Bram, batinnya menjerit pilu. 

Ponsel berdering. 

Naila sedikit terperanjat, tetapi hatinya senang. Paling tidak, Bram akan berfokus pada ponselnya. Tetapi Naila salah, Bram masih terus membuka satu persatu kancing kebaya yang ia kenakan hingga akhirnya bunyi ponsel itu mati, bahkan kembali terulang. Ponsel itu mengganggu konsentrasi Bram saat hendak mencumbunya.

"Sialan!!!" pekiknya lalu menjauh dari Naila untuk meraih ponsel. 

Sedangkan Naila yang ada di pojok sana mengeluarkan napas lega karena Bram tidak menyentuh dirinya.

"Halo?" Bram mengangkat telepon. 

Entah apa yang mereka bicarakan dalam telepon, Naila hanya bisa melihat dari ekspresi suaminya yang sepertinya marah-marah. 

Kenapa dia? Batin Naila yang masih menyimak percakapan itu walau dalam hatinya begitu ketakutan. Apalagi tadi Bram hampir saja membuka kebaya yang melekat di tubuhnya. Dengan segera, Naila membenahi kancing kebaya itu. 

Bram bangkit dari ranjang itu, ia membuka lemari kemudian meraih kemeja berwarna biru muda, ia juga memakai dasi dan jas, kini ia terlihat rapi. 

"Siang ini kita tunda dulu, bersiap-siaplah untuk nanti malam. Layani aku dengan baik!" pintanya kemudian berlalu pergi.

Hufftt! 
Naila mengembuskan napasnya, ia merasa bahagia karena lelaki bringas itu tidak jadi mencumbunya. "thanks God!" Dengan seulas senyum ia berterima kasih pada Sang Pencipta yang telah menolongnya. 

Namun itu bukan akhir, hal ini baru saja akan dimulai nanti malam. "Apa yang harus aku lakukan?" Naila bergumam. 

Pintu kamar terketuk, Naila bangkit dari ranjang besar itu kemudian menghampiri pintu, ia menarik handle pintu berwarna gold dan terlihat sudah wanita paruh baya yang kini ada di depan matan. 

"Makan dulu, Non," ucap asisten rumah tangga Bram yang membawa nasi, sayur dan juga air dalam satu tempat. 

"Taruh aja di sana, Bi," pinta Naila sambil menunjuk ke nakas. 

"Baik, Non." Asisten rumah tangga itu kini berjalan kemudian meletakkan seluruh makanan yang ia baya di atas nakas kemudian kembali menghampiri Naila yang masih ada di depan pintu. "Ada lagi yang bisa Bibi bantu, Non?"

"Naila kira sudah cukup, Bi, terima kasih," ucapnya dengan seulas senyum. Naila masih bisa menyembunyikan kesedihannya dari orang lain. 

Asisten rumah tangga Bram masih berdiri di depan Naila dengan seulas senyuman yang terkembang membuat keriput di area mata sedikit terangkat. 

"Bibi kenapa? Kok ngeliatin Nai seperti itu?" tanya Naila dengan menyipitkan mata. 

"Tidak, Non. Tuan Bram sangat beruntung memiliki istri seperti Non Naila."

"Dari mana Bibi tau kalau Om Bram beruntung dapatin Naila? Bibi kan tidak mengenal Naila."

"Bibi memang tidak mengenal Non Naila sebelumnya, tetapi saat ini Bibi bisa menilai Non Naila dari sikap Non yang ramah pada Bibi, meskipun Bibi di sini hanya sekedar asisten rumah tangga, tetapi Non Naila begitu ramah terhadap Bibi."

Pipi Naila memerah, ia merasa tersanjung telah menemukan orang baik dalam rumah yang dihuni oleh Bram si duda yang cuek dan dingin. 

"Kalau tidak ada yang Bibi bantu lagi, Bibi pamit ke dapur, ya, Non?"

Naila mengangguk, "Iya, Bi. Terima kasih."

Tidak ada yang dapat dilakukan Naila, rumah itu memang besar, tetapi untuknya terasa sempit karena ia akan tinggal bersama seorang yang bersikap dingin. Naila kembali masuk ke kamar dan meraih ponsel yang terletak di laci nakas. Ia duduk di tepi ranjang dan ternyata banyak pesan yang masuk dari teman-teman kampusnya. Bagaimana tidak, baru saja beberapa hari ia masuk kelas, hari ini ia absen masuk tanpa adanya keterangan. 

"Nai, lo kemana? Dicariin Andri, noh!" Isi pesan dari Niken. 

Naila mang cukup dekat dengan Niken walau ia Kakak tingkatnya di kampus. Bagi banyak orang, Niken itu menyebalkan karena sikapnya seperti cowok alias cuek tidak bisa berbaur dengan perempuan, tetapi tidak bagi Naila. Di depan mata Naila, Niken wanita yang baik bahkan care ketika seseorang bercerita padanya. Tidak seperti kebanyakan wanita, Niken tidak mungkin bertanya lebih jauh seumpama Naila bercerita. Maka dari itu, Naila merasa nyaman mencurahkan perasaannya pada Niken, si gadis tomboy yang cuek.

Naila pun mengubungi Niken, ia mulai mengklik nama Niken dan tidak berselang lama, telpon itu pun diangkat. 

"Weeii! Kemane aje, sih? Gue telepon gak diangkat, pesan pun baru lu baca. Ya Tuhan, panik gue nyariin lo di kampus," ujar si tomboy dalam telepon. 

"Aku menikah, Kak--" Bersuara lirih.

"What? Nikah? Sama siapa?"

"Aku dinikahkan paksa dengan seseorang yang tidak kucinta. Bertemu saja baru kali ini," keluhnya yang memendam tangis. 

"Ya Tuhan, kasihan sekali nasib lu. Si Andri patah hati deh, kalau tau lu udah nikah saat ini."

"Loh, apa hubungannya dengan Kak Andri? Kan kami hanya berteman."

"Itulah, yang lo nggak tau, Andri itu dari awal melihat lo, dia sudah jatuh hati sama lo, Nai," terang Niken yang membuat Naila mematung dan mulut seakan terkunci. "Nai? Naila? Woy! Malah ngrlamun, lu, yaa?" sambungnya. 

Naila terperanjat, ia kaget dengan panggilan yang cukup keras di telinganya dari Niken, "Eh, iya. Maaf, aku gak konsen mikirin buat nanti malam," ujar Naila dengan polosnya. 

"Uhuk! Yang mau honeymoon," goda Niken dengan tawa yang menyertainya.

"Yang ada Nai ingin menghindar, Kak. Nai takut. Naila masih ingin kuliah dan tidak ingin hamil dulu. Terlebih--" Naila bersuara lirih ia tidak sanggup meneruskan kata yang menyakiti hatinya sendiri apabila diucapkan. 

"Terlebih apa?"

"Dalam pernikahan ini, Naila merasa dijual karena orang tua Naila menukar dengan sejumlah uang dengan lelaki yang kini menjadi suami Nai."

"Astaga! Sabar, ya, Nai." Hanya kata itu yang mampu Niken katakan. 

Hening.. 

"Kak bisa minta saran enggak?"

"Saran apa? Gue belum berpengalaman soal malam pertama, Nai."

"Ish! Bukan itu."

"Lalu?"

Naila menceritakan tentang Bram yang tadi siang menyuruhnya untuk bersiap-siap melayaninya nanti malam padahal Naila sama sekali tidak menginginkan hal itu karena pernikahan mereka bukan terlintas dari dasar sayang dan rasa ingin memiliki, bisa saja untuk Bram hanya karena nafsu sesaat pada gadis cantik yang menjadi istrinya.

"Nai sadar kalau itu merupakan kewajiban sebagai seorang istri tapi Nai gak mau, Kak. Nai belum bisa menerima dia," lirihnya. 

"Gimana, ya? Beri sedikit gue waktu untuk berpikir, lima menit!"

Hening. 

Waktu terasa lama, padahal Niken hanya meminta lima menit saja. Hingga akhirnya mereka kembali mengobrol dan Niken menyampaikan ide gilanya. 

"Menurut gue sih, itu dulu untuk sekarang. Yaa, paling tidak, lo bisa selamat dari malam pertama yang tidak lo inginkan," ujar Niken melalui telepon. 


Related chapters

  • Istri Yang Tersakiti   Malam Pertama

    Naila bergegas mengambil tas kecil lalu menyampirkan di pundaknya. Ia tampak cantik dengan mini dress di bawah lutut dengan rambut yang diikat tinggi sehingga memperlihatkan leher jenjang nan putih.Ia berjalan cepat yang membuat asisten Rumahnya bertanya. "Non Naila mau ke mana?""Nai ada perlu sebentar, Bi. Tidak lama kok, hanya sebentar juga pulang lagi," terang gadis cantik pada asisten rumah Bram."Baik, Non. Hati-hati!"Dengan sepatu heels ia melangkah ke luar rumah. Bersegera pergi menggunakan taksi walau ada sopir pribadi yang siap mengantar kemana pun ia pergi. Gadis itu berpacu dengan waktu, ia terlalu takut kalau suaminya akan lebih dulu sampai di rumah. Walau bagaimanapun, Naila belum mengetahui jam pulang kerja suaminya.Ah, semoga saja Om Bram belum pulang,batinnya yang disertai degup kencang dalam dada.

    Last Updated : 2021-04-26
  • Istri Yang Tersakiti   Gagal

    Bram mulai membuka handuk kimono yang dipakai oleh Naila, kini ia terlihat mengenakan gaun malam pendek warna merah menyala dan transparan membuat hasrat Bram semakin liar.Bram mulai mencumbu tiap inci bagian tubuh Naila yang molek, tidak perlu ia singkap karena tubuh molek itu telah terlihat karena baju malam transparan yang ia kenakan. Tangan Bram mulai menarik tali yang yang melilit sebagai kancing penutup, terlihat sudah kini punggung putih Naila yang membuat Bram semakin tidak karuan."Ah, sial! Panas lagi!" keluhnya karena pada saat itu listrik mati sehingga AC pun tidak dapat berfungsi.Bram meninggalkan tubuh Naila, ia membuka jendela kamar. Terasa semilir angin malam yang menerpa tubuhnya yang memang terasa panas. Bagaimana tidak, dengan degup yang semakin tidak karuan ia harusnya mulai menikmati indahnya malam pertama malah terjadi tragedi mati lampu yang membuatnya kepana

    Last Updated : 2021-04-26
  • Istri Yang Tersakiti   Terbalas (21+)

    Bram semakin penasaran untuk mencumbu tubuh Naila. Setelah dua Minggu mereka menikah, ia menunggu dengan berbagai alasan. Bram sudah tidak sabar, terlebih lelaki itu mempunyai gairah bercumbu yang besar."Kali ini aku harus mendapatkan tubuh Naila, masa sudah satu Minggu aku tidak mendapatkan apa-apa? Sia-sia uangku dulu membeli dirinya!"Tidak kalah licik, Bram membeli obat perangsang untuk Naila. Ia membayangkan akan tubuh seksi yang siap memuaskan hawa nafsunya yang membara."Tunggu kau Gadis, nanti kamu akan merasakan hal itu sama sepertiku, bahkan bisa saja melebihi hasrat yang ada dalam diri ini." Bram menyeringai kala membayangkan tubuh istrinya yang belum pernah ia miliki seutuhnya.Ia bergegas pulang setelah urusan di kantornya selesai.**"Siang, Tuan," sapa asisten rumah tangganya.

    Last Updated : 2021-04-26
  • Istri Yang Tersakiti   Sial

    "Selamat pagi, Om?" sapa Naila pagi itu.Bram melirik, dia terlihat sedang mengancingkan lengan kemejanya kemudian hendak memakai dasi."Sini aku bantu," ujar Naila yang kini mengambil alih dasi yang telah melingkar di leher, dengan lembut Naila membenahinya. "Sudah, Om," ujar Naila dengan seulas senyum di bibir merah mudanya.Bram melangkah meraih tas yang ada di meja kerja kemudian keluar kamar begitu saja tanpa ada kata terima kasih dari bibirnya.Om Bram kenapa? Batin Naila yang melihat suaminya kembali berubah dingin.Tiba-tiba saja ponsel Naila berdering, ia meraihnya di nakas kemudian menggeser layar ponsel miliknya."Halo?""Nai, tolong Ayah," lirih suara lelaki dari dalam ponsel."Ayah kenapa?""Ayah dikejar d

    Last Updated : 2021-04-26
  • Istri Yang Tersakiti   Tak Terpuaskan

    "Bagaimana kabar suamimu, Man?" Bram bertanya dengan binar mata bahagia, setelah lima belas tahun terpisah tanpa kabar akhirnya mereka kembali dipertemukan.Amanda tertunduk. "Aku telah bercerai tiga bulan lalu," jawab Amanda lirih."Kenapa?""Dia menyalahkanku karena sampai usia pernikahan kami belasan tahun belum juga dikaruniai anak, padahal--" ucap perempuan itu terhenti, dia terlalu bersedih ketika harus kembali terkenang pada sosok mantan suami yang dulu meninggalkannya."Padahal?" Dahi Bram mengernyit dengan sorot mata penuh tanya."Padahal dia sendiri yang sibuk, bahkan kami melakukan hal itu sangatlah jarang dan yang paling menyakitkan. Aku melihat dia bersama orang lain. Lebih parahnya, di ternyata penyuka sesama jenis." Air mata Amanda menetes, wajahnya memerah menahan semua pilu yang dia rasa saat terkenang masa pahi

    Last Updated : 2021-04-26
  • Istri Yang Tersakiti   Pulang

    Bram memacu mobil dengan kecepatan tinggi, dia melesat menuju rumah yang menjadi istananya. Dalam hatinya, Bram merindu sosok cantik yang kini menjadi istrinya, apakah dia benar-benar telah jatuh cinta pada Naila?Laki-laki berusia matang itu langsung menuju kamar. "Naila?" ucapnya yang kemudian menyalakan lampu kamar. Sayangnya Naila tidak ada dalam kamar.Bram menuju ke tempat tidur, lelaki itu memastikan kalau Naila memang tidak ada di sana ataukah matanya yang salah?"Kemana dia?" Bram duduk di tepi ranjang. "NAILAAA!!!" teriak Bram yang membangunkan asisten rumah tangganya."Kenapa, Tuan? Ada apa?" tanya asisten rumah tangganya ketika ada di depan pintu kamar Bram.Lelaki itu memandang tajam yang membuat asisten rumah tangganya bergidik takut, nyalinya ciut untuk menghampiri lelaki dengan wajah yang merah bagaikan terbakar.

    Last Updated : 2021-04-26
  • Istri Yang Tersakiti   Sepeninggal Ayah

    Jasad telah dikebumikan, para pengantar jenazah telah membubarkan diri. Tinggallah Naila, Riyanti dan Bram yang ada di pusara itu."Naila, maafin Tante. Tante harus pulang ke Semarang, ayah Tante sakit," ujar Riyanti ketika masih di depan kuburan suaminya yang masih basah."Iya, Tante. Hati-hati," jawab Naila tanpa menoleh, gadis cantik ini masih menatap pusara ayahnya."Maaf, Nai. Rumah Papamu sudah diambil alih oleh pihak bank karena perusahaannya mengalami kebangkrutan.""Apa?"Naila membulatkan mata, dia tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Riyanti. Namun, dia tidak bisa berbuat apa-apa. Hanya berusaha mengikhlaskan, itu saja yang mampu dia lakukan."Iya, Nai. Papamu pun masih punya utang sama Bram. Tanpa sepengetahuanmu, Rudi telah meminjam uang yang cukup besar pada Bram dan maaf, hal itu T

    Last Updated : 2021-04-26
  • Istri Yang Tersakiti   Surat Perjanjian

    Bram menoleh dan dia terkejut ketika seorang wanita yang memanggil namanya ternyata Naila, gadis yang resmi menjadi istrinya."Kamu lagi apa di sini?" tanya Bram pada Naila."Loh, yang ada Om Bram kenapa ada di apartemen janda?" tanya Naila yang terlampau emosi.Niken cukup tercengang, ternyata dalam beberapa hari lalu yang bermain gila dengan janda ini merupakan suami dari sahabat yang sudah dia anggap adiknya sendiri.Kasihan sekali Naila, batin Niken yang melihat kejadian ini."Heh, jaga mulutmu, ya?!" tukas Amanda tidak terima, walau sebenarnya apa yang dikatakan Naila itu benar. Dia memang seorang janda."Loh, emang benar, kan? Tante itu janda? Aku tau, tidak semua janda seperti Tante. Tetapi kenapa aku dipertemukan dengan janda seperti Tante?" jawab Naila."Bram, aku tidak terima deng

    Last Updated : 2021-04-27

Latest chapter

  • Istri Yang Tersakiti   Ranjang Membara

    "Halo Pak, saya ingin membuat laporan. Tolong tangkap orang ini yang sudah melakukan penganiayaan dan percobaan pemerkosaan terhadap istri saya. Posisi kami ada di Jalan Kenanga nomor 30," ujar Bram dalam sambungan ponselnya. Ponsel itu kemudian ditutup dan Bram meletakkan ponselnya di meja, tepatnya ada di samping Naila. Bram mengusap lembut pucuk kepala sang istri, yang ada dalam pikirannya saat ini adalah menyesal. Menyesal karena dia tidak mempercayai ucapan dari istrinya, dia terlalu percaya dengan apa yang dilihat oleh matanya. Naila masih terdiam, Bram menggendong tubuh gadis itu kemudian memasukannya dalam mobil. Cukup lama Bram menunggu pihak polisi datang. Hingga akhirnya satu mobil bersirine lengkap dengan beberapa lelaki berpakaian gagah keluar dari mobil. "Siang, Pak. Apa Bapak yang tadi mengisi laporan dalam sambungan telepon?" ujar salah seorang dari mobil bers

  • Istri Yang Tersakiti   Trauma

    Bel rumah berbunyi.Asisten rumah tangganya pun segera berlari ke pintu depan. Di rumah sepi, hanya ada asisten rumah tangga Bram. Sedangkan Naila dan sopir pribadinya sudah berangkat setengah jam yang lalu untuk menemui Bram.Pintu terbuka.Mata asisten rumah tangga itu membulat, seperti terhipnotis dirinya hanya mematung dan untuk mengucap satu kata pun bibirnya terasa kelu."Bibi kenapa?" ujar Bram sambil melambaikan tangan tepat di depan wajah asisten rumah tangganya."Tu-tuan Bram?" katanya dengan nada terbata."Iya, ini saya, Bram. Bibi kenapa, sih? Seperti melihat setan saja," ujar Bram yang merasa heran ketika melihat asistennya."Bu-bukannya Tu-Tuan Bram Kecela-kaan?" kata yang semakin terbata terucap dari bibir pembantunya."Wh

  • Istri Yang Tersakiti   Kecelakaan

    Timbul kecemasan pada Naila karena hingga jam sebelas siang, suaminya belum juga pulang. Dia mulai menghubungi Bram tapi sayang ponselnya tidak aktif. Gadis itu mulai membuka lemari untuk mengambil baju ganti. Tiba-tiba saja Naila mendengar deru mesin mobil yang memasuki halaman rumah yang luas dengan rumput yang hijau. Wanita itu berlari ke arah jendela, dia melihat kalau suaminya sudah sampai di rumah. Dengan perasaan senang, gadis itu meraih cincin yang ada dalam sebuah kotak merah, kemudian berlari untuk menemui Bram. "Om Bram?" sapa Naila dengan senyum manis dan binar mata bahagia. "Kenapa kamu?" tanya Bram ketus. "Mari, kita makan, Om. Pasti Om Bram belum sarapan, kan?" Naila masih bersikap manis walau Bram masih ketus dan sombong. Lelaki itu pun berjalan berdampingan denga

  • Istri Yang Tersakiti   Club Malam

    Bram menghabiskan malam di club, kerlap-kerlip lampu dalam ruangan gelap memberikan kesan ceria walau tidak dengan hatinya. Dentum musik yang kuat mengalihkan perasaan Bram yang kini telah kalut. Dia masih mengira kalau Naila berselingkuh, sama seperti mantan kekasihnya.Satu gelas minuman beralkohol larut membasahi kerongkongannya yang haus karena luapan emosi yang mendalam. Gelas demi gelas alkohol kini telah menguasai tubuh dan pikirannya. Bram kini sudah tidak sadarkan diri, bahkan ketika club hendak tutup, Bram masih sulit untuk meninggalkan tempat itu, walaupun beberapa kali pelayan di sana telah menyuruhnya pulang."Rese banget sih, ni orang!" keluh salah satu pelayan club."Sabar, dia memang sering seperti ini. Kita coba tunggu saja dulu sambil menunggu waktu tutup club," ujar pelayan yang sudah mengetahui kebiasaan Bram.Mereka tidak berani kasar terhadap Bram, karena lelaki in

  • Istri Yang Tersakiti   Masa Lalu

    "Kenapa aku di sini?"Naila yang heran ketika dia terbangun sudah ada di tempat tidur. Matahari pun telah bersinar cerah, tetapi tidak dengan Naila. Gadis itu belum menjelaskan inti permasalahan itu pada suaminya.Tiba-tiba saja pintu kamar terbuka dan terlihat sesosok pria bermata elang. Sorot mata tajam yang terkadang membuat Naila merasa takut. "Om Bram?" gumamnya kala lelaki itu mendekatinya."Apa yang kamu mau katakan padaku? Hingga kamu rela tidur terduduk di sofa seperti itu, hah?" tanya Bram yang kini duduk di tepi ranjang."Em, itu--masalah kemarin, Om salah paham," ujar Naila."Salah paham gimana?""Sebenarnya aku--" Kata itu terputus saat dering ponsel Bram berbunyi."Sebentar," ujar lelaki itu kemudian meraih ponsel yang ada di nakas.

  • Istri Yang Tersakiti   Salah Paham

    Baru juga beberapa detik Bram menyaksikan tangan Naila digenggam laki-laki lain, dia sudah terbakar cemburu. Dia langsung tancap gas, melesat meninggalkan Naila."Aargghh! Sialan! Ternyata kelakuan dia seperti itu di belakangku!" umpatnya sambil memukul stir mobil, "sial, sial, siaaall!!!"Dengan kecepatan tinggi, Bram melesatkan mobilnya menuju rumah. Hatinya sungguh geram ketika melihat Naila. Baru digenggam saja, Bram sudah marah seperti itu. Bagaimana kalau dirinya menjadi Naila? Bram tidak berpikir kalau dirinya pun bersikap seperti itu, bahkan sangat jauh dari itu. Bram sudah tidur dengan perempuan lain dan bukan hanya satu. Apa dia tidak bisa memposisikan dirinya sebagai Naila?Sesampainya di apartemen, Bram langsung masuk ke kamar lalu membanting pintu dengan kasar. Tubuh jangkungnya kini sudah terhempas di ranjang. "Aarrgghhhh!"Bram berusaha memejamkan mata, tetapi lelaki itu tidak dapat tidur. Bagaimana bisa, yang ada dalam pikira

  • Istri Yang Tersakiti   Surat Perjanjian

    Bram menoleh dan dia terkejut ketika seorang wanita yang memanggil namanya ternyata Naila, gadis yang resmi menjadi istrinya."Kamu lagi apa di sini?" tanya Bram pada Naila."Loh, yang ada Om Bram kenapa ada di apartemen janda?" tanya Naila yang terlampau emosi.Niken cukup tercengang, ternyata dalam beberapa hari lalu yang bermain gila dengan janda ini merupakan suami dari sahabat yang sudah dia anggap adiknya sendiri.Kasihan sekali Naila, batin Niken yang melihat kejadian ini."Heh, jaga mulutmu, ya?!" tukas Amanda tidak terima, walau sebenarnya apa yang dikatakan Naila itu benar. Dia memang seorang janda."Loh, emang benar, kan? Tante itu janda? Aku tau, tidak semua janda seperti Tante. Tetapi kenapa aku dipertemukan dengan janda seperti Tante?" jawab Naila."Bram, aku tidak terima deng

  • Istri Yang Tersakiti   Sepeninggal Ayah

    Jasad telah dikebumikan, para pengantar jenazah telah membubarkan diri. Tinggallah Naila, Riyanti dan Bram yang ada di pusara itu."Naila, maafin Tante. Tante harus pulang ke Semarang, ayah Tante sakit," ujar Riyanti ketika masih di depan kuburan suaminya yang masih basah."Iya, Tante. Hati-hati," jawab Naila tanpa menoleh, gadis cantik ini masih menatap pusara ayahnya."Maaf, Nai. Rumah Papamu sudah diambil alih oleh pihak bank karena perusahaannya mengalami kebangkrutan.""Apa?"Naila membulatkan mata, dia tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Riyanti. Namun, dia tidak bisa berbuat apa-apa. Hanya berusaha mengikhlaskan, itu saja yang mampu dia lakukan."Iya, Nai. Papamu pun masih punya utang sama Bram. Tanpa sepengetahuanmu, Rudi telah meminjam uang yang cukup besar pada Bram dan maaf, hal itu T

  • Istri Yang Tersakiti   Pulang

    Bram memacu mobil dengan kecepatan tinggi, dia melesat menuju rumah yang menjadi istananya. Dalam hatinya, Bram merindu sosok cantik yang kini menjadi istrinya, apakah dia benar-benar telah jatuh cinta pada Naila?Laki-laki berusia matang itu langsung menuju kamar. "Naila?" ucapnya yang kemudian menyalakan lampu kamar. Sayangnya Naila tidak ada dalam kamar.Bram menuju ke tempat tidur, lelaki itu memastikan kalau Naila memang tidak ada di sana ataukah matanya yang salah?"Kemana dia?" Bram duduk di tepi ranjang. "NAILAAA!!!" teriak Bram yang membangunkan asisten rumah tangganya."Kenapa, Tuan? Ada apa?" tanya asisten rumah tangganya ketika ada di depan pintu kamar Bram.Lelaki itu memandang tajam yang membuat asisten rumah tangganya bergidik takut, nyalinya ciut untuk menghampiri lelaki dengan wajah yang merah bagaikan terbakar.

DMCA.com Protection Status