Share

Malam Pertama

Author: Nona Kirei
last update Last Updated: 2021-04-26 11:19:25
Naila bergegas mengambil tas kecil lalu menyampirkan di pundaknya. Ia tampak cantik dengan mini dress di bawah lutut dengan rambut yang diikat tinggi sehingga memperlihatkan leher jenjang nan putih. 

Ia berjalan cepat yang membuat asisten Rumahnya bertanya. "Non Naila mau ke mana?"

"Nai ada perlu sebentar, Bi. Tidak lama kok, hanya sebentar juga pulang lagi," terang gadis cantik pada asisten rumah Bram. 

"Baik, Non. Hati-hati!"

Dengan sepatu heels ia melangkah ke luar rumah. Bersegera pergi menggunakan taksi walau ada sopir pribadi yang siap mengantar kemana pun ia pergi. Gadis itu berpacu dengan waktu, ia terlalu takut kalau suaminya akan lebih dulu sampai di rumah. Walau bagaimanapun, Naila belum mengetahui jam pulang kerja suaminya. 

Ah, semoga saja Om Bram belum pulang, batinnya yang disertai degup kencang dalam dada. 

"Stop! Kiri, Pak!" pintanya pada sopir taksi, ia membayar dan segera turun dari taksi tersebut. 

"Kelebihan, Mbak!" teriak sopir taksi kala Naila berlalu pergi.

"Tak apa, ambil saja, Mas!"

Dengan terburu-buru, Naila masuk dalam apotek yang cukup besar. 

"Mbak, Saya pesan obat tidur."

"Baik, Mbak. Ditunggu sebentar, ya?" Karyawati itu berlalu pergi. 

Tidak menunggu lama, karyawan itu kembali dengan obat yang dipesan oleh Naila. 

"Ini, Mbak, pesanannya." Karyawati itu pun memberitahu aturan dan cara pakainya. Naila mengangguk ia mengerti dengan apa yang diberitahu olehnya. 

"Em--maaf," ujar Naila dengan ragu-ragu. 

"Iya, ada yang bisa saya bantu, Mbak?"

"Em--itu--anu. Aduh, bagaimana saya menjelaskan, ya?" Naila begitu bingung menjelaskan ucapannya, ia terlalu malu untuk mengutarakan maksudnya. "Anu, saya mau beli pil KB," ucapnya dengan pipi memerah. 

"Oh, kirain apa, Mbak. Santai saja kenapa harus grogi? Mbak sudah menikah, kan?" tanya karyawati itu sembari menelisik. 

"Su--sudah, tapi saya belum siap punya anak," jawabnya dengan terbata. 

Karyawati itu tersenyum kemudian berlalu untuk mengambil pil KB yang dipesan oleh Naila. "Ini, Mbak. Ada lagi yang bisa dibantu lagi?" 

"Cara pakeknya?" Naila tersenyum, sepertinya ia memutuskan urat malu untuk sementara waktu.

Karyawati itu kembali menjelaskan, setelah semuanya Naila pahami, ia pun memutuskan untuk pulang. Ia menyetop taksi kemudian melesat dengan hati yang berdebar. 

Apa Om Bram sudah pulang, ya? Ah, semoga saja dia belum sampai ke rumah, batinnya ketika ia dalam taksi. 

*

Taksi berhenti di depan pintu gerbang berwarna putih yang menjulang tinggi, Naila keluar dari dalam taksi dengan obat tidur dan pil KB yang ia simpan di tas kecilnya. 

Kaki jenjang itu melangkah ke rumah mewah. Betapa Terkejutnya Naila ketika melihat Bram sudah menunggunya di ruang tamu. Ia terlihat duduk dengan ponsel yang ada dalam genggamannya. 

"O--om Bram?" ucap Naila dengan bibir bergetar. 

Kepala Bram terangkat, wajahnya kini mendongak memandang gadis cantik yang berdiri di depannya. "Dari mana kamu?" tanya Bram kala melihat Naila. 

"Da--dari mini market, Om." Naila menjawab gelagapan. 

"Oh, bersiaplah. Nanti kita ke Mall," titah lelaki yang berkarisma tapi begitu menyeramkan di mata Naila. 

"Baik, tapi Om, Naila tidak ada baju ganti."

"Di lemari banyak baju perempuan, ambil saja yang kau mau."

What, kenapa bisa banyak baju perempuan dalam lemari itu? Batin Naila, ia tidak berani bertanya lebih jauh. Bram tidak mendesaknya saja, ia sudah amat bersyukur. 

Tanpa banyak bertanya, Naila langsung pergi ke kamar. Ia membuka lemari besar yang menempel di dinding kamar, tanpa disadari pintu kamar itu lupa ia kunci. 

Naila mulai membuka lemari, matanya mulai melihat satu persatu baju perempuan yang ada dalam lemari suaminya. Tangannya mulai lincah menyingkap satu persatu baju-baju itu. 

"Ya Tuhan, seksi sekali," gumamnya kala melihat beberapa potong pakaian. 

Ia masih mencari, berharap ada pakaian yang dapat menutup tubuhnya dengan sempurna. Hingga akhirnya Naila menemukan kemeja berlengan panjang dan celana jeans panjang. 

"Akhirnya, ada juga yang cukup tertutup."

Naila tidak ingin lekuk tubuhnya terlihat oleh Bram, ia terlalu takut Bram tergoda padanya, padahal dengan pakaian seperti apapun, Bram sudah tergoda olehnya. 

Naila pergi mandi untuk menyegarkan tubuh dengan terpaan air yang terpancar dari shower membuatnya relaks seketika. Naila melilitkan handuk berwarna putih di tubuhnya. Ia sedikit mengeringkan rambut panjangnya dengan handuk. Begitu terkejutnya ia ketika sosok lelaki yang kini menjadi suaminya sudah duduk di tepi ranjang mereka. 

"Om ngapain ada di sini?" ujar Naila yang kembali masuk ke kamar mandi. 

"Nunggu kamu lama, ya sudah, ganti baju cepat. Aku sudah lelah menunggu," titah lelaki itu dengan ujung bibir yang terangkat.

"Tapi--tapi aku minta Om keluar dulu."

"Untuk apa?" Lelaki itu malah menatap ke arah Naila yang membuat gadis itu semakin malu sekaligus takut. 

"Aku mau," ujar Naila bersuara kecil. 

"Aku suamimu kenapa aku tidak boleh menatapmu? Sudah sah ini."

"Tapi, Om, aku--"

"Sudahlah, terlalu banyak alasan!" Bram bangkit dari ranjang, ia menuju ke pintu kamar. "Nanti malam juga aku akan melihat tubuh polosmu," bergumam dengan senyum menyeringai.  

Setelah pintu tertutup rapat, Naila langsung berlari untuk mengunci pintu itu kemudian memakai baju yang telah ia siapkan. 

"Ini baju siapa, ya? Ah, bodo amat, yang penting aku memakai baju."

Hanya satu baju yang ia bawa dari rumah dan itu pun sudah bau keringat. Dalam lemari Bram memang terdapat banyak sekali baju wanita, tetapi hampir keseluruhan dengan model seksi yang membuat Naila risih.

Naila sedikit memoles pipi dan membubuhkan sedikit blush on supaya terlihat segar, tak lupa ia memoleskan lipstik warna nude pada bibir tipis itu. Setelah semuanya selesai, ia menyemprotkan parfum ke lehernya. Wangi cherry blossom yang lembut telah bersatu di leher putih itu. 

"Aku sudah siap, Om," ujar Naila ketika ia berdiri di depan Bram yang khusuk dengan ponselnya. 

Bram melihat penampilan Naila dari atas ke bawah, bahkan hingga naik lagi ke atas. Cantik, gumamnya dalam hati. 

Tanpa banyak kata, Bram berdiri dari sofa, ia berjalan kemudian masuk dalam mobil hitam yang mewah yang diikuti oleh Naila. 

Keduanya kini berada dalam mobil dengan kaca yang tertutup sempurna menjadikan mobil Bram beraroma cherry blossom, parfum yang dipakai Naila. 

Oh Tuhan, aku tidak kuat dengan aroma manis ini, aku semakin tidak sabar untuk mencumbunya malam nanti, batin Bram kala duduk di samping Naila. 

Bram melesatkan mobil kesalahsatu mall di kota itu. Kini mobil mereka terparkir di loby. Naila turun dari dalam mobil yang diikuti oleh Bram. 

"Naila!" panggilnya.

Naila menoleh, "iya?" Ia melirik pada lelaki yang usianya jauh di atasnya. 

"Gak jadi, cepatlah masuk!" ucapnya kembali dingin. 

Kenapa dia? Batin Naila.

Mereka berjalan berdampingan, hanya saja tidak bergandengan tangan selayaknya pasangan baru. Entahlah, mungkin karena mereka sama-sama belum mempunyai rasa sayang. Pernikahan mereka seolah hanya status saja. 

Naila begitu kaget ketika Bram mengajaknya ke toko khusus pakaian dalam perempuan. Ngapain ajak aku ke sini? Batin Naila yang merasa heran. 

"Selamat sore, Pak. Ada yang bisa dibantu?" sapa seorang gadis cantik yang menunggu toko itu. 

"Sore, Mbak. Saya ingin mencari baju malam untuk dia. Kasih yang paling seksi, ya?" pinta Bram dengan wajah genit. 

"Siap, Pak! Saya mulai mengerti dengan selera anda," jawabnya dengan seulas senyum. "Mari, ikut saya, Mbak," ajaknya pada Naila. Sedangkan Bram duduk santai menunggunya di sofa cream yang ada dalam toko itu. 

Pelayan toko itu mulai mengambil beberapa koleksi terbaru dengan berbagai motif dan warna yang berbeda. 

"Ini koleksi terbarunya, Mbak. Silahkan dipilih."

"Astaga! Ini apa?" Mata Naila membulat kala melihat baju yang menurutnya seperti baju renang. 

"Lingerie."

"Ya Tuhan, untuk apa Om Bram membelikan ini untukku?" bergumam. 

"Yaelah, Mbak. Biasa aja kalik, Pak Bram memang suka wanitanya memakai pakaian seperti ini."

"Dari mana Mbak tau?"

"Dia sering ke sini dengan berganti-ganti pasangan, bahkan sepertinya tiap bulan ia ganti terus," ujar si pelayan toko yang membuat Naila kesal. "Jadi, Mbak mau pilih yang mana?" 

"Terserah Mbak, pilihkan yang paling tertutup!" ketus Naila. 

"What? Mana ada lingerie tertutup, Mbak?" ujar sang pelayan toko dengan mata yang membulat. 

Bram mendengar perdebatan yang terjadi antara istrinya dengan pelayan toko, lelaki itu menghampiri mereka berdua. 

"Ada apa ini?" tanya Bram yang membuat keduanya kaget. 

"Ini loh, Pak. Mbaknya minta lingerie yang tertutup mana ada model seperti itu?" ujar pelayan toko yang sedikit kesal. 

Bram membuang wajahnya, ia tersenyum mendengar keluhan sang penjaga toko karena kelakuan sang istri yang baru saja ia nikahi beberapa jam yang lalu. 

"Pilihkan saja sesuai dengan pilihanmu, Mbak. Saya percaya dengan pilihanmu. Ambil tiga saja dengan model dan warna yang berbeda," pinta Bram. 

"Baik, Pak. Permisi."

**

Malam pun tiba.

Bram masuk ke kamar, di sana ada Naila yang ada di ranjang dengan hati yang berdebar. Terlebih, ketika Bram menyuruhnya berganti pakaian dengan pakaian tidur yang tadi ia belikan. 

Naila meraihnya ia sedikit bingung jika memakai pakaian tidur yang transparan dibeberapa bagian tubuh. Naila bangkit dari ranjang. 

"Mau ke mana?" tanya Bram dengan wajah yang seolah siap menerkam. 

"Ke kamar mandi Om, kan Naila suruh berganti baju," ujar Naila yang kini duduk di tepi ranjang. 

Bram duduk di sampingnya. Lelaki itu malah menyibak rambut panjang nan hitam milik Naila. Ia mencium wangi dari setiap helai rambut istrinya. Napas Bram kini terasa hangat di leher Naila. 

Tuhan, tolong Naila. Batin Naila ketika Bram hendak mencumbunya. 

"Om, Naila ganti baju dulu, ya? Oh iya, Om minum saja dulu. Nai sudah mempersiapkan minuman spesial untuk Om Bram. Naila mandi dulu, ya, Om? Biar wangi." Naila buru-buru pergi dan masuk ke dalam kamar mandi. "Untung saja aku telah menyiapkan minuman itu sedari tadi," gumam Naila yang kini masuk dalam bathup.

Ia sengaja berendam agak lama, ia berharap semoga Bram sudah meminum sirup biru yang telah ia bubuhkan dengan obat tidur. Setelah cukup lama, tubuhnya pun mulai merasa dingin, ia bangkit dari bathup kemudian meraih handuk yang kemudian memakai pakaian malam seksi itu. Naila merasa ragu, ia menutup lagi tubuhnya dengan handuk kimono. 

Ya Tuhan, kenapa Om Bram belum minum juga? Batin Naila ketika melihat gelas masih terisi penuh. Sedangkan di sana, Bram sudah menunggunya sejak tadi. Dengan langkah kaki ragu, Naila mendekati Bram saat itu. 

"Sial! Mati lampu lagi!" ketus Bram kesal. 

Ia meraih ponsel dan meminta security untuk menyalakan genset, tetapi sia-sia, genset tiba-riba saja rusak. 

Naila merasa bahagia dengan keadaan ini karena melihat Bram sepertinya sudah badmood dari awal. Tetapi keceriaannya sirna dalam sekejap. Bram malah menarik Naila ke tempat tidur. Tangan lelaki itu mulai menelusup pada handuk kimono yang ia kenakan. 

"Jangan Om," lirih Naila. 

Bram menutup bibir tipis itu dengan telunjuknya, "Ssttt!" 

Bram hanya menyalakan lilin kecil karena genset yang tiba-tiba rusak. Dalam keadaan gelap, Bram malah terlihat sudah tidak sabar akan mencumbu sang istri. Naila hanya bisa pasrah karena hal itu telah menjadi kewajibannya. 

Tangan besar itu kini menelusup dalam setiap helai rambut Naila, degup jantung Bram mulai tak seirama karena didera dengan nafsu yang membara. Sementara Naila hanya bisa menitikkan air mata kala Bram hendak mencumbunya lebih jauh. 

Related chapters

  • Istri Yang Tersakiti   Gagal

    Bram mulai membuka handuk kimono yang dipakai oleh Naila, kini ia terlihat mengenakan gaun malam pendek warna merah menyala dan transparan membuat hasrat Bram semakin liar.Bram mulai mencumbu tiap inci bagian tubuh Naila yang molek, tidak perlu ia singkap karena tubuh molek itu telah terlihat karena baju malam transparan yang ia kenakan. Tangan Bram mulai menarik tali yang yang melilit sebagai kancing penutup, terlihat sudah kini punggung putih Naila yang membuat Bram semakin tidak karuan."Ah, sial! Panas lagi!" keluhnya karena pada saat itu listrik mati sehingga AC pun tidak dapat berfungsi.Bram meninggalkan tubuh Naila, ia membuka jendela kamar. Terasa semilir angin malam yang menerpa tubuhnya yang memang terasa panas. Bagaimana tidak, dengan degup yang semakin tidak karuan ia harusnya mulai menikmati indahnya malam pertama malah terjadi tragedi mati lampu yang membuatnya kepana

    Last Updated : 2021-04-26
  • Istri Yang Tersakiti   Terbalas (21+)

    Bram semakin penasaran untuk mencumbu tubuh Naila. Setelah dua Minggu mereka menikah, ia menunggu dengan berbagai alasan. Bram sudah tidak sabar, terlebih lelaki itu mempunyai gairah bercumbu yang besar."Kali ini aku harus mendapatkan tubuh Naila, masa sudah satu Minggu aku tidak mendapatkan apa-apa? Sia-sia uangku dulu membeli dirinya!"Tidak kalah licik, Bram membeli obat perangsang untuk Naila. Ia membayangkan akan tubuh seksi yang siap memuaskan hawa nafsunya yang membara."Tunggu kau Gadis, nanti kamu akan merasakan hal itu sama sepertiku, bahkan bisa saja melebihi hasrat yang ada dalam diri ini." Bram menyeringai kala membayangkan tubuh istrinya yang belum pernah ia miliki seutuhnya.Ia bergegas pulang setelah urusan di kantornya selesai.**"Siang, Tuan," sapa asisten rumah tangganya.

    Last Updated : 2021-04-26
  • Istri Yang Tersakiti   Sial

    "Selamat pagi, Om?" sapa Naila pagi itu.Bram melirik, dia terlihat sedang mengancingkan lengan kemejanya kemudian hendak memakai dasi."Sini aku bantu," ujar Naila yang kini mengambil alih dasi yang telah melingkar di leher, dengan lembut Naila membenahinya. "Sudah, Om," ujar Naila dengan seulas senyum di bibir merah mudanya.Bram melangkah meraih tas yang ada di meja kerja kemudian keluar kamar begitu saja tanpa ada kata terima kasih dari bibirnya.Om Bram kenapa? Batin Naila yang melihat suaminya kembali berubah dingin.Tiba-tiba saja ponsel Naila berdering, ia meraihnya di nakas kemudian menggeser layar ponsel miliknya."Halo?""Nai, tolong Ayah," lirih suara lelaki dari dalam ponsel."Ayah kenapa?""Ayah dikejar d

    Last Updated : 2021-04-26
  • Istri Yang Tersakiti   Tak Terpuaskan

    "Bagaimana kabar suamimu, Man?" Bram bertanya dengan binar mata bahagia, setelah lima belas tahun terpisah tanpa kabar akhirnya mereka kembali dipertemukan.Amanda tertunduk. "Aku telah bercerai tiga bulan lalu," jawab Amanda lirih."Kenapa?""Dia menyalahkanku karena sampai usia pernikahan kami belasan tahun belum juga dikaruniai anak, padahal--" ucap perempuan itu terhenti, dia terlalu bersedih ketika harus kembali terkenang pada sosok mantan suami yang dulu meninggalkannya."Padahal?" Dahi Bram mengernyit dengan sorot mata penuh tanya."Padahal dia sendiri yang sibuk, bahkan kami melakukan hal itu sangatlah jarang dan yang paling menyakitkan. Aku melihat dia bersama orang lain. Lebih parahnya, di ternyata penyuka sesama jenis." Air mata Amanda menetes, wajahnya memerah menahan semua pilu yang dia rasa saat terkenang masa pahi

    Last Updated : 2021-04-26
  • Istri Yang Tersakiti   Pulang

    Bram memacu mobil dengan kecepatan tinggi, dia melesat menuju rumah yang menjadi istananya. Dalam hatinya, Bram merindu sosok cantik yang kini menjadi istrinya, apakah dia benar-benar telah jatuh cinta pada Naila?Laki-laki berusia matang itu langsung menuju kamar. "Naila?" ucapnya yang kemudian menyalakan lampu kamar. Sayangnya Naila tidak ada dalam kamar.Bram menuju ke tempat tidur, lelaki itu memastikan kalau Naila memang tidak ada di sana ataukah matanya yang salah?"Kemana dia?" Bram duduk di tepi ranjang. "NAILAAA!!!" teriak Bram yang membangunkan asisten rumah tangganya."Kenapa, Tuan? Ada apa?" tanya asisten rumah tangganya ketika ada di depan pintu kamar Bram.Lelaki itu memandang tajam yang membuat asisten rumah tangganya bergidik takut, nyalinya ciut untuk menghampiri lelaki dengan wajah yang merah bagaikan terbakar.

    Last Updated : 2021-04-26
  • Istri Yang Tersakiti   Sepeninggal Ayah

    Jasad telah dikebumikan, para pengantar jenazah telah membubarkan diri. Tinggallah Naila, Riyanti dan Bram yang ada di pusara itu."Naila, maafin Tante. Tante harus pulang ke Semarang, ayah Tante sakit," ujar Riyanti ketika masih di depan kuburan suaminya yang masih basah."Iya, Tante. Hati-hati," jawab Naila tanpa menoleh, gadis cantik ini masih menatap pusara ayahnya."Maaf, Nai. Rumah Papamu sudah diambil alih oleh pihak bank karena perusahaannya mengalami kebangkrutan.""Apa?"Naila membulatkan mata, dia tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Riyanti. Namun, dia tidak bisa berbuat apa-apa. Hanya berusaha mengikhlaskan, itu saja yang mampu dia lakukan."Iya, Nai. Papamu pun masih punya utang sama Bram. Tanpa sepengetahuanmu, Rudi telah meminjam uang yang cukup besar pada Bram dan maaf, hal itu T

    Last Updated : 2021-04-26
  • Istri Yang Tersakiti   Surat Perjanjian

    Bram menoleh dan dia terkejut ketika seorang wanita yang memanggil namanya ternyata Naila, gadis yang resmi menjadi istrinya."Kamu lagi apa di sini?" tanya Bram pada Naila."Loh, yang ada Om Bram kenapa ada di apartemen janda?" tanya Naila yang terlampau emosi.Niken cukup tercengang, ternyata dalam beberapa hari lalu yang bermain gila dengan janda ini merupakan suami dari sahabat yang sudah dia anggap adiknya sendiri.Kasihan sekali Naila, batin Niken yang melihat kejadian ini."Heh, jaga mulutmu, ya?!" tukas Amanda tidak terima, walau sebenarnya apa yang dikatakan Naila itu benar. Dia memang seorang janda."Loh, emang benar, kan? Tante itu janda? Aku tau, tidak semua janda seperti Tante. Tetapi kenapa aku dipertemukan dengan janda seperti Tante?" jawab Naila."Bram, aku tidak terima deng

    Last Updated : 2021-04-27
  • Istri Yang Tersakiti   Salah Paham

    Baru juga beberapa detik Bram menyaksikan tangan Naila digenggam laki-laki lain, dia sudah terbakar cemburu. Dia langsung tancap gas, melesat meninggalkan Naila."Aargghh! Sialan! Ternyata kelakuan dia seperti itu di belakangku!" umpatnya sambil memukul stir mobil, "sial, sial, siaaall!!!"Dengan kecepatan tinggi, Bram melesatkan mobilnya menuju rumah. Hatinya sungguh geram ketika melihat Naila. Baru digenggam saja, Bram sudah marah seperti itu. Bagaimana kalau dirinya menjadi Naila? Bram tidak berpikir kalau dirinya pun bersikap seperti itu, bahkan sangat jauh dari itu. Bram sudah tidur dengan perempuan lain dan bukan hanya satu. Apa dia tidak bisa memposisikan dirinya sebagai Naila?Sesampainya di apartemen, Bram langsung masuk ke kamar lalu membanting pintu dengan kasar. Tubuh jangkungnya kini sudah terhempas di ranjang. "Aarrgghhhh!"Bram berusaha memejamkan mata, tetapi lelaki itu tidak dapat tidur. Bagaimana bisa, yang ada dalam pikira

    Last Updated : 2021-04-29

Latest chapter

  • Istri Yang Tersakiti   Ranjang Membara

    "Halo Pak, saya ingin membuat laporan. Tolong tangkap orang ini yang sudah melakukan penganiayaan dan percobaan pemerkosaan terhadap istri saya. Posisi kami ada di Jalan Kenanga nomor 30," ujar Bram dalam sambungan ponselnya. Ponsel itu kemudian ditutup dan Bram meletakkan ponselnya di meja, tepatnya ada di samping Naila. Bram mengusap lembut pucuk kepala sang istri, yang ada dalam pikirannya saat ini adalah menyesal. Menyesal karena dia tidak mempercayai ucapan dari istrinya, dia terlalu percaya dengan apa yang dilihat oleh matanya. Naila masih terdiam, Bram menggendong tubuh gadis itu kemudian memasukannya dalam mobil. Cukup lama Bram menunggu pihak polisi datang. Hingga akhirnya satu mobil bersirine lengkap dengan beberapa lelaki berpakaian gagah keluar dari mobil. "Siang, Pak. Apa Bapak yang tadi mengisi laporan dalam sambungan telepon?" ujar salah seorang dari mobil bers

  • Istri Yang Tersakiti   Trauma

    Bel rumah berbunyi.Asisten rumah tangganya pun segera berlari ke pintu depan. Di rumah sepi, hanya ada asisten rumah tangga Bram. Sedangkan Naila dan sopir pribadinya sudah berangkat setengah jam yang lalu untuk menemui Bram.Pintu terbuka.Mata asisten rumah tangga itu membulat, seperti terhipnotis dirinya hanya mematung dan untuk mengucap satu kata pun bibirnya terasa kelu."Bibi kenapa?" ujar Bram sambil melambaikan tangan tepat di depan wajah asisten rumah tangganya."Tu-tuan Bram?" katanya dengan nada terbata."Iya, ini saya, Bram. Bibi kenapa, sih? Seperti melihat setan saja," ujar Bram yang merasa heran ketika melihat asistennya."Bu-bukannya Tu-Tuan Bram Kecela-kaan?" kata yang semakin terbata terucap dari bibir pembantunya."Wh

  • Istri Yang Tersakiti   Kecelakaan

    Timbul kecemasan pada Naila karena hingga jam sebelas siang, suaminya belum juga pulang. Dia mulai menghubungi Bram tapi sayang ponselnya tidak aktif. Gadis itu mulai membuka lemari untuk mengambil baju ganti. Tiba-tiba saja Naila mendengar deru mesin mobil yang memasuki halaman rumah yang luas dengan rumput yang hijau. Wanita itu berlari ke arah jendela, dia melihat kalau suaminya sudah sampai di rumah. Dengan perasaan senang, gadis itu meraih cincin yang ada dalam sebuah kotak merah, kemudian berlari untuk menemui Bram. "Om Bram?" sapa Naila dengan senyum manis dan binar mata bahagia. "Kenapa kamu?" tanya Bram ketus. "Mari, kita makan, Om. Pasti Om Bram belum sarapan, kan?" Naila masih bersikap manis walau Bram masih ketus dan sombong. Lelaki itu pun berjalan berdampingan denga

  • Istri Yang Tersakiti   Club Malam

    Bram menghabiskan malam di club, kerlap-kerlip lampu dalam ruangan gelap memberikan kesan ceria walau tidak dengan hatinya. Dentum musik yang kuat mengalihkan perasaan Bram yang kini telah kalut. Dia masih mengira kalau Naila berselingkuh, sama seperti mantan kekasihnya.Satu gelas minuman beralkohol larut membasahi kerongkongannya yang haus karena luapan emosi yang mendalam. Gelas demi gelas alkohol kini telah menguasai tubuh dan pikirannya. Bram kini sudah tidak sadarkan diri, bahkan ketika club hendak tutup, Bram masih sulit untuk meninggalkan tempat itu, walaupun beberapa kali pelayan di sana telah menyuruhnya pulang."Rese banget sih, ni orang!" keluh salah satu pelayan club."Sabar, dia memang sering seperti ini. Kita coba tunggu saja dulu sambil menunggu waktu tutup club," ujar pelayan yang sudah mengetahui kebiasaan Bram.Mereka tidak berani kasar terhadap Bram, karena lelaki in

  • Istri Yang Tersakiti   Masa Lalu

    "Kenapa aku di sini?"Naila yang heran ketika dia terbangun sudah ada di tempat tidur. Matahari pun telah bersinar cerah, tetapi tidak dengan Naila. Gadis itu belum menjelaskan inti permasalahan itu pada suaminya.Tiba-tiba saja pintu kamar terbuka dan terlihat sesosok pria bermata elang. Sorot mata tajam yang terkadang membuat Naila merasa takut. "Om Bram?" gumamnya kala lelaki itu mendekatinya."Apa yang kamu mau katakan padaku? Hingga kamu rela tidur terduduk di sofa seperti itu, hah?" tanya Bram yang kini duduk di tepi ranjang."Em, itu--masalah kemarin, Om salah paham," ujar Naila."Salah paham gimana?""Sebenarnya aku--" Kata itu terputus saat dering ponsel Bram berbunyi."Sebentar," ujar lelaki itu kemudian meraih ponsel yang ada di nakas.

  • Istri Yang Tersakiti   Salah Paham

    Baru juga beberapa detik Bram menyaksikan tangan Naila digenggam laki-laki lain, dia sudah terbakar cemburu. Dia langsung tancap gas, melesat meninggalkan Naila."Aargghh! Sialan! Ternyata kelakuan dia seperti itu di belakangku!" umpatnya sambil memukul stir mobil, "sial, sial, siaaall!!!"Dengan kecepatan tinggi, Bram melesatkan mobilnya menuju rumah. Hatinya sungguh geram ketika melihat Naila. Baru digenggam saja, Bram sudah marah seperti itu. Bagaimana kalau dirinya menjadi Naila? Bram tidak berpikir kalau dirinya pun bersikap seperti itu, bahkan sangat jauh dari itu. Bram sudah tidur dengan perempuan lain dan bukan hanya satu. Apa dia tidak bisa memposisikan dirinya sebagai Naila?Sesampainya di apartemen, Bram langsung masuk ke kamar lalu membanting pintu dengan kasar. Tubuh jangkungnya kini sudah terhempas di ranjang. "Aarrgghhhh!"Bram berusaha memejamkan mata, tetapi lelaki itu tidak dapat tidur. Bagaimana bisa, yang ada dalam pikira

  • Istri Yang Tersakiti   Surat Perjanjian

    Bram menoleh dan dia terkejut ketika seorang wanita yang memanggil namanya ternyata Naila, gadis yang resmi menjadi istrinya."Kamu lagi apa di sini?" tanya Bram pada Naila."Loh, yang ada Om Bram kenapa ada di apartemen janda?" tanya Naila yang terlampau emosi.Niken cukup tercengang, ternyata dalam beberapa hari lalu yang bermain gila dengan janda ini merupakan suami dari sahabat yang sudah dia anggap adiknya sendiri.Kasihan sekali Naila, batin Niken yang melihat kejadian ini."Heh, jaga mulutmu, ya?!" tukas Amanda tidak terima, walau sebenarnya apa yang dikatakan Naila itu benar. Dia memang seorang janda."Loh, emang benar, kan? Tante itu janda? Aku tau, tidak semua janda seperti Tante. Tetapi kenapa aku dipertemukan dengan janda seperti Tante?" jawab Naila."Bram, aku tidak terima deng

  • Istri Yang Tersakiti   Sepeninggal Ayah

    Jasad telah dikebumikan, para pengantar jenazah telah membubarkan diri. Tinggallah Naila, Riyanti dan Bram yang ada di pusara itu."Naila, maafin Tante. Tante harus pulang ke Semarang, ayah Tante sakit," ujar Riyanti ketika masih di depan kuburan suaminya yang masih basah."Iya, Tante. Hati-hati," jawab Naila tanpa menoleh, gadis cantik ini masih menatap pusara ayahnya."Maaf, Nai. Rumah Papamu sudah diambil alih oleh pihak bank karena perusahaannya mengalami kebangkrutan.""Apa?"Naila membulatkan mata, dia tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Riyanti. Namun, dia tidak bisa berbuat apa-apa. Hanya berusaha mengikhlaskan, itu saja yang mampu dia lakukan."Iya, Nai. Papamu pun masih punya utang sama Bram. Tanpa sepengetahuanmu, Rudi telah meminjam uang yang cukup besar pada Bram dan maaf, hal itu T

  • Istri Yang Tersakiti   Pulang

    Bram memacu mobil dengan kecepatan tinggi, dia melesat menuju rumah yang menjadi istananya. Dalam hatinya, Bram merindu sosok cantik yang kini menjadi istrinya, apakah dia benar-benar telah jatuh cinta pada Naila?Laki-laki berusia matang itu langsung menuju kamar. "Naila?" ucapnya yang kemudian menyalakan lampu kamar. Sayangnya Naila tidak ada dalam kamar.Bram menuju ke tempat tidur, lelaki itu memastikan kalau Naila memang tidak ada di sana ataukah matanya yang salah?"Kemana dia?" Bram duduk di tepi ranjang. "NAILAAA!!!" teriak Bram yang membangunkan asisten rumah tangganya."Kenapa, Tuan? Ada apa?" tanya asisten rumah tangganya ketika ada di depan pintu kamar Bram.Lelaki itu memandang tajam yang membuat asisten rumah tangganya bergidik takut, nyalinya ciut untuk menghampiri lelaki dengan wajah yang merah bagaikan terbakar.

DMCA.com Protection Status