Dania sedang menikmati kopi hangat di balkon apartemennya. Dia menghirup aroma kopi itu dalam-dalam agar dia bisa sedikit merelakskan pikirannya. Beberapa hari ini tugas pekerjaannya sangat banyak, sehingga tubuhnya terasa sangat lelah. Dania ingin liburan, tapi untuk seorang presdir seperti dia, hal itu pasti sangatlah mustahil. Apa lagi saat ini, perusahaan yang sedang dia pimpin itu baru saja menerima beberapa proyek baru yang sedang membutuhkan perhatian lebih. Sebagai pimpinan yang juga baru saja masuk ke dunia bisnis, tentu saja Dania merasa sangat antusias dengan pekerjaan ini.“Bu, pagi ini mau makan apa?” tanya pelayan yang setiap hari datang ke apartemen Dania.“Makan apa aja deh, Bi. Ada apa di kulkas, masak aja. Saya gak rewel kok,” jawab Dania sambil tersenyum.“Baik, Bu. Tapi siang ini saya mau belanja, Bu. Bahan makanan di rumah sudah habis.”“Oh gitu. Ya udah, kalo gitu kita belanja sekarang aja yuk. Lagi pengen belanja juga saya.”“Baik, Bu.”Dania meminum sediki
“Heeii ... santai aja dong, Tante. Gak usah marah-marah gitu pagi-pagi,” celetuk seseorang yang tiba-tiba memasang badan di dekat Dania.Otomatis saja pria muda itu menjadi perhatian Dania dan Rina yang sedang bersitegang. Mereka melihat ke pria muda itu, yang kini malah terlihat sedang tersenyum pada dua wanita beda usia di depannya itu.“Kamu siapa?” tanya Rina yang sedikit kaget dengan kedatangan pria yang belum pernah dia kenal.“Hai. Kamu gak papa kan?” tanya Bastian sambil melihat ke arah Dania.Rina melihat ke arah Dania dan pria itu. Tampak di depannya si pria sedang tersenyum pada Dania, tapi Dania justru hanya melihat saja tanpa ekspresi.“Oh, jadi kamu ya orangnya. Orang yang hancurin rumah tangga anakku?!” hardik Rina tiba-tiba.Bastian menoleh ke arah Rina dengan ekspresi kaget, “Hah! Rumah tangga? Maksudnya??” Bastian menoleh ke arah Dania berharap agar dia mendapat jawaban.“Tante, saya udah bilang berkali-kali. Saya gak pernah ada hubungan sama anak, Tante. Jadi tol
Dania datang ke sebuah restoran tempat dia akan bertemu dengan Haris. Dania datang bersama dengan Maya, karena setelah ini, mereka berdua harus menghadiri sebuah undangan dari salah satu relasi perusahaan.Sejak tadi Dania selalu penasaran dengan sosok klien yang dikatakan oleh Haris. Dia ingin tahu siapakah klien tersebut, hingga pimpinan tertinggi perusahaan ini harus menjamunya secara langsung.Tok tok tok.Maya membukakan pintu ruangan VIP di depannya untuk Dania. Dia pun mempersilakan atasannya itu untuk masuk dan bergabung dengan Haris dan tamunya.“Naah, akhirnya yang di tunggu dateng juga. Dania, sini Opa kenalkan ke klien yang tadi Opa ceritakan tadi. Ini Pak Bram Rahmadi. Beliau ini salah satu klien terpenting kita. Pendiri PT Gemilang Persada.” Haris memperkenalkan kliennya pada Dania.“Oh, ini pemilik PT Gemilang. Senang bisa berkenalan dengan Pak Bram. Saya Dania, Pak.” Dania tersenyum ramah pada klien yang namanya dia kenali itu.“Seneng akhirnya bisa ketemu sama cucun
“Restu, cepet sini,” panggil Rina lagi.Restu pun keluar dan berdiri di pagar pembatas lantai dua, “Ada apa sih, Ma?” tanya Restu sambil melihat ke bawah.Rina melihat ke atas dan melambaikan tangannya menyuruh Restu turun, “Cepet turun! Liat ini!”“Ada apa sih?”“Udah buruan ke sini! Cepetan!”Restu dan Lisa yang penasaran dengan Rina pun akhirnya segera memutuskan untuk turun dari lantai dua. Mereka ingin tahu apa yang ingin disampaikan oleh Rina karena tampaknya itu adalah sesuatu yang sangat pentingTampak saat ini Rina sedang duduk di depan televisi dan matanya seolah terus mengarah ke televisi tersebut. Restu dan Lisa yang baru saja turun dari lantai 2 segera ikut duduk di sofa yang ada di depan TV.“Lihat itu,” ucap Rina sambil menunjuk ke arah televisi.Tanpa bertanya lagi, Restu dan Lisa pun segera mengalihkan pandangan mereka ke arah televisi. Tampak di depan mereka siaran televisi itu sedang menyiarkan berita tentang Dania.“Dania mau nikah?!” ucap Lisa kaget.“Seriusa
“Itu siapa sih?” tanya Alex yang merasa tidak kenal dengan tamu Haris.Alex terus mengamati ruang meeting yang dihiasi oleh kaca buram itu. Dia hanya bisa mengenali sosok kakeknya dan juga Bima, tapi dia tidak mengenali sosok tamu yang sedang ditemui oleh kakeknya di dalam sana.Alex memilih untuk segera kembali ke ruangannya dari pada dia sibuk mencari tahu apa yang dilakukan oleh kakeknya. Itu bukanlah sikap Alex sama sekali.“Paling juga orang dari rencana konyol Opa itu. Ya udahlah, biarin aja,” gumam Alex yang tidak ingin terlalu kepo kemudian segera masuk ke dalam ruang kerjanya.Sementara itu di dalam ruang rapat, Haris sedang duduk berhadapan dengan seorang pria muda yang berani datang untuk menemuinya. Seorang tamu yang tidak pernah disangka oleh Haris untuk datang berurusan dengan dia.Tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari 3 orang yang ada di ruangan itu. Haris masih melihat lurus ke arah tamunya, berusaha untuk menebak apa maksud kedatangan Restu ke kantornya.“Mau ap
“Kamu?” ucap Dania memberikan respons.Dania kaget ketika dia melihat sosok tamu yang sedang dia tunggu sejak tadi kedatangannya. Dia tidak menyangka kalau pria yang datang menemuinya hari ini adalah seseorang yang pernah membantunya.Dania masih memandang dengan tatapan kaget pada sosok pria di depannya itu. Namun sikap berbeda justru ditunjukkan oleh Bastian yang tenang bisa bertemu dengan Dania kembali.“Hai Dania. Eh, harusnya aku panggil kamu Bu Dania ya. Kan kamu presdir Mediatama,” sapa Bastian sambil melemparkan senyum lebarnya.“Kamu orang yang pernah bantuin aku waktu itu kan? Kamu presdirnya PT Gemilang?” tanya Dania yang masih tidak percaya dengan kehadiran Bastian di depannya.“Ternyata kamu masih ingat aku, senang deh diingat sama perempuan cantik kayak kamu.”Dania menatap sedikit sinis ke arah Bastian ketika dia mendengarkan pujian receh pria yang belum dia kenal itu. Sejak dulu Dania paling tidak suka jika mendapat gombalan murahan dari pria yang tidak dia kenal, ka
Dania menghempaskan tubuhnya di atas kursi kerjanya. Dia tidak menyangka akan bertemu lagi dengan Bastian, pria yang hari ini baru secara resmi dia kenal.Sejak kejadian perseteruannya dengan Rina beberapa hari lalu, Dania memang tidak pernah bertemu lagi dengan Bastian, tapi tetap saja dia ingat dengan pria yang pernah menjadi pahlawan kesiangannya itu.“Dia anaknya Pak Bram? Kok beda banget ya ama papanya. Kayaknya Pak Bram gak setengil itu deh,” ucap Dania sedikit menggerutu.“Eh, tapi katanya dia temennya Alex. Alex cuek banget, tapiBastian tengil banget. Ih, kok bedanya jauh banget ya. Mereka beneran temenan? Kok kayaknya susah di percaya sih.”Dania membandingkan sifat dari dua orang pria yang baru saja dia kenal. Sifat mereka benar-benar bertolak belakang, sehingga agak sedikit diragukan kalau mereka berdua pernah saling kenal apa lagi sampai berteman baik.Tapi Dania yang tidak tahu kehidupan Alex dan Bastian sebelumnya selama mereka di Amerika, maka hal itu lah yang membuat
Aula media grup saat ini tengah dipenuhi oleh beberapa juru warta yang diizinkan oleh Media Group meliput konferensi pers yang diadakan oleh Media Group pagi ini. Mereka sedang menunggu kehadiran calon pengantin yang juga merupakan pasangan penerus kekuasaan Media Group.Mereka sudah duduk berhadapan dengan laptop ataupun kamera yang merupakan senjata kerja mereka sambil menunggu pemilik acara datang bergabung dengan mereka. Beberapa pertanyaan juga sudah mereka siapkan untuk mereka layangkan pada pasangan pengantin yang tiba-tiba diumumkan itu.“Eh, bener nggak sih kalau Bu Dania itu Hamil duluan?”“Heh, jangan ngawur. Bisa-bisa diusir kamu di ruangan ini kalau nyebarin berita nggak bener.”“Iya nih, ada aja pertanyaan kamu. Kita tuh udah beruntung bisa diizinkan masuk ke sini dan meliput secara langsung. Emangnya kamu mau dilempar keluar dan ngeliput cuma dari layar televisi doang.”“Ya nggak gitu juga, soalnya aku dengar kayak gitu. Lagian kayaknya Bu Dania baru aja muncul dan t
Jenuh, kesal, bosan, semua perasaan bercampur aduk menjadi satu di hati Dania. Dia yang tadinya bersemangat untuk datang ke pesta bersama dengan Alex, kini malah ingin segera pulang.Bagaimana tidak, dia malah ditinggal begitu saja oleh Alex yang malah sibuk menemani teman lamanya yang tidak Dania kenal. Sikap manis Alex yang sejak kemarin muncul berbalut menyebalkan itu seolah menjadi menyebalkan secara totalitas.Dania kini hanya duduk sendiri di temani oleh segelas wine. Suaminya yang duduk di sebelahnya justru lebih banyak menghabiskan waktu untuk membahas masa lalu tidak berguna dengan wanita yang tampaknya pernah sangat berarti di hidup Alex sebelumnya.Dania menoleh ke Alex dan menemukan punggung Alex. Ingin rasanya dia memukul keras punggung itu, agar pria yang kini sedang tertawa bersama dengan Sandra itu sadar kalau ada istrinya di balik punggung kokoh itu.“Lex,” bisik Dania di belakang punggung Alex.Alex berbalik dan melihat ke arah Dania, “Apa?” tanya Alex.“Ayo pulang
“Alex.”Terdengar suara sapaan seorang wanita yang membuat Dania dan Alex menoleh ke arah orang itu. Dua orang itu kemudian saling berpandangan saat sudah tahu siapa yang menyapa mereka.Tampak di hadapan mereka, ada seorang wanita muda yang sedang melempar senyum kepada mereka. Demi menjaga kesopanan, pasangan itu pun segera membalas senyum itu dengan ramah. Oh tidak, tentu saja yang senyum hanya Dania, karena Alex adalah orang yang pelit senyum.“Siapa?” tanya Dania sedikit berbisik.“Entah,” jawab Alex datar.Dania menoleh ke Alex, “Entah?” ucap Dania yang lebih kaget dengan jawaban suaminya.“Hai Lex, apa kabar? Waah ... kamu gak berubah ya. Tetep aja menarik perhatian,” sapa wanita itu saat wanita itu datang mendekat.“Siapa ya?” tanya Alex datar tanpa ekspresi.“Siapa? Lex, kamu lupa ama aku?”Alex menyipitkan matanya. Dia seolah sedang mencoba mengingat siapa wanita yang saat ini sedang berdiri di hadapannya dan sangat ingin dikenali oleh Alex. Namun sayangnya, Alex tidak
Dania berdiri di depan sebuah cermin besar yang ada di kamar hotelnya. Dia sedang melihat tubuhnya sendiri yang saat ini sedang dibalut sebuah gaun berwarna hitam.Gaun yang memamerkan pundaknya secara total dan juga memiliki belahan kaki yang cukup tinggi, membuat dia sedikit tidak nyaman. Entah apa yang dipikirkan oleh Alex, sampai menyuruh Dania memakai gaun yang membentuk dan mengekspose tubuhnya itu malam ini.Memang mereka akan pergi ke pesta salah satu relasi mereka, tapi sepertinya tidak perlu juga memakai gaun yang seterbuka itu. Dania semakin tidak percaya diri melihat dirinya sendiri dengan gaun berharga mahal itu.“Udah siap belum?” tanya Alex saat dia masuk ke dalam kamar.“Alex, kamu yakin aku harus pake baju ini?” tanya Dania sambil melihat Alex dari pantulan cermin di depannya.Alex berdiri di belakang Dania dan melihat penampilan wanita itu dari pantulan cermin. Ada sedikit senyum tipis mengembang di bibir Alex, saat dia melihat Dania tampak sangat sempurna saat meng
Agenda siang hari ini yang akan di lakukan oleh pasangan yang sedang berbulan madu itu adalah pergi berjalan-jalan sebelum mereka akan pergi ke undangan salah satu klien Haris.Dania memilih mengajak Alex untuk berjalan-jalan sambil makan siang. Dia berharap akan bertemu barang-barang lucu yang bisa dia beli nanti untuk dia bawa ke Jakarta.Sebenarnya Alex malas mengikuti keinginan Dania, tapi karena dia merasa sedikit bersalah karena sudah menikmati tubuh Dania tanpa sepengetahuan si pemilik tubuh, akhirnya Alex pun dengan sangat terpaksa mengikuti keinginan dari istrinya itu. Hitung-hitung sebagai permintaan maaf meskipun hal itu dilakukan oleh Alex tanpa disadari oleh Dania.Dania pun senang karena sang suami seharian ini bersikap baik kepadanya pria yang biasanya lebih sering memarahi dia itu tampak lebih diam dan mengikuti saja keinginannya.“Kamu beneran nggak papa ikut aku jalan-jalan?” tanya Dania sekedar ingin memastikan.“Hem.” Alex hanya menjawab lewat deheman saja.“Seri
Ada bekas darah di seprei itu. Sepertinya Bu Dania masih perawan,” jawab pelayan itu sambil sedikit tersenyum dan menyenggol lengan temannya.Ivan tersenyum dan mengangguk, “Bagus! Tapi selama kalian di sana tadi, Pak Alex gak curiga kan?”“Gak Pak, aman semuanya. Tapi kenapa kayak ada yang aneh ya, Pak.” Pelayan itu sedikit mengadu tentang kejanggalan yang mereka rasakan.“Aneh? Apanya yang aneh?” Ivan penasaran.“Itu loh Pak, tadi di kamar itu kan ada Pak Alex sama Bu Dania. Tapi yang keliatan beda itu Pak Alex, Pak.“Beda gimana maksudnya?”“Pak Alex keliatan agak gelisah dan cenderung menyuruh kami cepet pergi. Padahal Bu Dania biasa aja. Bu Dania kayak gak paham dengan apa yang terjadi, Pak. Tapi sepertinya Pak Alex tahu apa yang terjadi,” jelas pelayan itu.“Maksud kamu Pak Alex sadar dengan kejadian semalam?”“Sepertinya begitu, Pak. Apa mungkin semalam Pak Alex gak ikut makan ya, Pak? Soalnya semalam yang keliatan mau makan cuma Bu Dania pas saya masih di sana.”“Oh g
“Lex, kamu ngapain?” tanya Dania yang tiba-tiba sangat mengagetkan Alex.“Eh ... emm aku ....”“Aku mau cari pulpen aku,” jawab Alex asal.“Pulpen? Emang ada pulpen di kasur?” tanya Dania penuh dengan rasa curiga.“Ada. Tapi sekarang gak tau ke mana.”Dania mendekati Alex. Dia melihat ke arah Alex dengan tatapan cukup serius.“Kamu gak lagi boong kan, Lex? Kamu keliatan gugup,” tanya Dania yang melihat mata Sean terus bergerak, sangat berbeda dari biasanya.“Boong apaan sih! Gak ada aku boong. Lagian pulpennya juga gak ada.”“Ya jelas aja kamu gak akan nemuin pulpennya. Orang kamu salah tempat nyarinya kok.”Alex menoleh ke arah Dania, “Maksud kamu apa?” tanya Alex sedikit waspada, takut kalau Dania menyadari kebohongannya.“Kamu semalam tidurnya di sebelah sana. Ngapain juga kamu cari di sebelah sini, ya gak akan ketemu lah. Kecuali ....” Dania menggantung ucapannya.“Kecuali apa?”“Kecuali semalam kamu tidur mepet ke aku.” Tatapan Dania makin menelisik kejujuran di mata Al
“Aakh.”Dania menggeliat, sedikit mengendurkan tubuhnya dari tidur malamnya yang panjang. Dia menarik tubuhnya ke atas dan ke bawah, agar dia bisa meluruskan semua tulangnya yang terasa bengkok setelah tidur.Dania mengerjapkan matanya beberapa kali untuk mengembalikan kesadarannya. Dia menarik selimut tebal yang menutup tubuhnya, agar bisa semakin melindungi tubuhnya dari dinginnya pendingin ruangan.“Capek banget ya badanku. Mana laper lagi. Mau pesen makan ah,” gumam Dania yang merasa tubuhnya sangat lelah di tambah lapar.Dania bangun dari tidurnya. Dia terlonjak kaget, saat dia melihat ada Alex duduk sambil melipat kakinya di sofa yang ada di depannya. Tangan pria tampan itu memegang iPad, yang menjadi sasaran tatapan tajamnya.“Alex, kok kamu ....” Dania batal melanjutkan ucapannya.“Oh iya ya. Kita di Bandung.”“Eh bentar dulu. Lex, tadi malam kamu tidur di mana?” tanya Dania sambil sedikit memiringkan wajahnya.“Di kasur lah,” jawab Alex tanpa memindahkan arah pandangannya.
“Cuma apa, hah?!” ucap Alex penuh penekanan sambil berdiri sambil menatap tajam ke arah Dania.Brak!Tiba-tiba Alex menggebrak dinding di belakang tempat Dania berdiri. Tentu saja suara itu membuat Dania berjingkat. Alex mengunci pergerakan Dania seolah dia ingin membalas dendam atas apa yang tadi di lakukan oleh istrinya itu. Alex tidak terima atas tindakan kekerasan Dania yang tanpa aba-aba itu.Dania yang kaget dengan serangan tiba-tiba Alex pun kini kembali panik. Dia tidak tahu apa lagi yang akan dia lakukan untuk menghindari Alex kali ini.Tatapan dua orang itu bertemu. Tatapan Alex yang tajam dan mendominasi, membuat Dania sedikit gemetaran. Dia seperti kambing yang kini sedang menghadapi singa lapar yang siap memangsanya.Ting tong ting tong.“Eh, ada tamu,” ucap Dania mengambil kesempatan untuk kabur lewat bawah lengan Alex yang menempel di dinding.“Dania! Dania!” panggil Alex geram.“Ada tamu,” ucap Dania tanpa menoleh dan berjalan cepat ke arah pintu kamar.“Brengsek!
Ceklek.Suara pintu kamar mandi di buka. Mata Alex langsung bergerak ke arah sumber suara secara otomatis.“Mana dia?” gumam Alex pelan.Entah mengapa kondisi jantung Alex saat ini tidak dalam keadaan baik-baik saja. Jantungnya berdegup sangat kencang, sampai dadanya terasa sedikit nyeri.Padahal selama ini dia hampir tidak pernah mengalami keadaan seperti ini. Bahkan saat dia harus menghadapi klien sangat penting dan berharga mahal pun, Alex tidak pernah segugup ini.Perlahan namun pasti, kaki yang tidak terlalu jenjang itu mulai tertangkap di lensa mata Alex. Warna putih yang bagaikan hamparan pasir putih pantai yang terhampar luas diterpa sinar matahari, membuat kulit sehat itu tampak semakin bersinar di mata Alex.Dengan bodohnya pria tampan yang selalu garang itu malah mengukir senyum tipis di bibirnya. Kebodohannya malah di tambah lagi dengan bergeraknya kepalanya, karena ingin melihat Dania secara keseluruhan dengan senyum bodoh yang masih mengembang itu.“Apa liat-liat!” benta