Persiapan untuk acara rapat umum para komisaris dan pemegang saham Media Group akan segera dilaksanakan. Selama beberapa hari ini Dania tampak sibuk untuk mempersiapkan acara yang sangat penting ini.Dia tidak ingin membuat Haris kecewa karena sudah mempercayakan acara ulang tahun Media Group kepada dirinya. Dania banyak berkonsultasi dengan Bima dan juga Alex agar dia bisa mendapat petunjuk bagaimana menyusun acara seperti tahun sebelumnya.Dania bahkan tempat lupa tentang kehadiran Restu di perusahaannya. Restu tidak muncul lagi di hadapannya dengan berbagai ancaman yang memuakkan, meskipun sesekali mereka masih bertemu di kantor.“Bu Dania, hari ini Pak Alex ingin bertemu, Bu,” ucap Maya menyampaikan pesan dari Ivan.“Alex mau ketemu aku? Mau ngapain? Emangnya masih ada urusan kita yang belum selesai sama Media Group?” tanya Dania yang rasa sedikit aneh dengan undangan Alex kepadanya.“Saya juga kurang tahu, Bu. Tadi Pak Ivan cuma mengatakan hal itu saja.”“Ya udahlah, emang kap
“Lex, kamu mau ngapain sih? Buruan bilang, mau kamu apa nyuruh aku ke sini?” tanya Dania yang sudah bersiap pergi dari kamar itu. Alex mengangkat pandangannya, “Menurut kamu ngapain?” tanya Alex balik. Mata Dania membulat lebar mendengar ucapan Alex. Dia sangat tidak mengira kalau pria itu akan nekat melanggar perjanjian yang sudah dia susun sendiri. Perlahan namun pasti, Dania melangkah mundur secara perlahan. Alex masih duduk di tempatnya sambil melihat ke arah Dania. Tiba-tiba pintu terbuka kembali. Dania segera melihat ke arah pintu untuk melihat siapa yang masuk ke kamar itu saat ini. Dania makin heran saat dia melihat ada seorang wanita masuk bersama dengan Ivan dan Maya. Para asisten pribadi itu masuk sambil mendorong sebuah gantungan baju, untuk di bawa masuk ke dalam kamar. “Apa ini? Baju siapa ini?” ucap Dania yang masih kebingungan. “Opa nyuruh aku buat nyariin kamu baju. Baju buat acara puncak ulang tahun perusahaan ntar,” jawab Alex sambil menyandarkan punggungnya.
“Lex, bagus gak? Malah bengong aja!” bentak Dania sambil menautkan kedua alisnya.“Hah, kenapa?”“Ini loh, bagus gak?” tanya Dania lagi sambil sedikit bersungut-sungut.“Oh itu ... B aja,” jawab Alex yang kemudian lebih memilih melihat ke arah lain.“B aja? Jelek banget nilainya. Trus gimana ini, jadi ambil gak?”“Ambil aja. Kalo menurut kamu itu bagus ya ambil aja. Gitu aja kok repot.”“Dasar nyebelin!” umpat Dania yang kemudian segera masuk kembali ke dalam kamar mandi.“Bu Dania cantik sekali pakai baju itu. Sangat cocok,” puji Ivan yang sebenarnya ingin mewakili atasannya.Mendengar apa yang dikatakan oleh Ivan, Alex menoleh ke arah asisten pribadinya yang sejak tadi duduk di sofa single, tidak jauh dari tempat dia duduk. Alex menatap tajam ke arah Ivan yang baru saja memuji calon istrinya.Ivan kaget melihat reaksi dari atasannya itu. Pria yang selama ini dia layani itu sejak tadi tampak cuek pada Dania, tapi tiba-tiba saja menunjukkan protes lewat sorot mata tajam yang ki
“Maksud kamu apa ngomong kayak gitu?”“Mama mau tahu maksudnya apa? Maksudnya itu ....”“Ah gak usah lah, Ma. Ntar aja. Ntar aja Restu kasih tau apa rencana Restu.” Restu batal memberitahu ibunya tentang rencana yang sedang dia jalani saat ini.“Kamu ini gimana sih, Res! Mama udah nungguin ini loh.” Rina kesal dengan kelakuan putranya.“Udahlah, Ma. Pokoknya Mama tunggu aja gimana nanti. Doakan aja semuanya lancar ya, Ma. Restu masuk dulu, Ma. Makasih makanannya.” Restu meninggalkan meja makan begitu saja.“Heh, Restu! Kamu ini emang senengannya bikin Mama kesel aja!”Restu tidak memedulikan lagi apa yang dikatakan oleh mamanya. Dia memilih masuk ke dalam kamarnya agar bisa beristirahat lebih awal.Bekerja sebagai sopir perusahaan yang bertanggung jawab untuk mengantar jemput para karyawan, membuat Restu merasa sedikit lebih lelah setiap hari. Dia yang berharap bisa duduk di dalam ruangan dingin ber-AC, kini harus rela berangkat kerja lebih pagi dan berpanas-panasan untuk mengant
“Kenapa kamu masih suruh dia kerja di sini?”Dania dan Maya menoleh ke arah pintu masuk saat ada suara seorang pria terdengar di dalam ruangan itu. Mereka berdua melihat ada Alex berjalan masuk ke dalam ruangan itu dengan santainya, bahkan tanpa permisi dulu pada si pemilik ruangan.Alex langsung duduk di sofa single yang ada di ruang kerja Dania. Dia melipat kakinya dan menyandarkan punggungnya di sofa itu dan melihat ke arah Dania. Alex sedang menunggu penjelasan Dania yang masih memperkerjakan Restu di kantor ini.Maya yang tadinya sedang melaporkan sesuatu pada Dania, kini terpaksa undur diri. Dia sangat tahu, kalau orang nomor dua di Media Grup itu sudah datang, pasti ada sesuatu yang penting untuk dibicarakan dengan atasannya.Dania menatap ke arah Alex. Dia ikut menyandarkan punggungnya di kursi kerjanya, tanpa ada keinginan untuk mendekati Alex.“Maksud kamu apa bilang gitu?” tanya Dania.“Restu. Kenapa dia masih di sini?”“Emangnya kenapa? Kan aku udah cerita ke kamu sebelu
Dania sedikit terkejut saat langkah kakinya tiba-tiba dihentikan begitu saja oleh Nindi, sekretarisnya. Dia melihat Nindi tampak sedikit resah, seperti ada sesuatu yang ingin dia sampaikan pada dirinya.“Ada apa, Nin?” tanya Dania sambil melihat sekretarisnya.“Maaf, Bu. Sebaiknya Ibu baca ini dulu,” jawab Nindi pelan sambil mengulurkan ponsel miliknya.Dania segera mengambil ponsel milik sekretarisnya itu dan melihat apa yang ingin di tunjukkan oleh Nindi kepadanya. Kening Dania mendadak mengkerut melihat deretan tulisan yang berjajar menghiasi layar ponsel milik Nindi.“Apa ini? Kenapa ada gosip tentang saya? Emangnya kalian selama ini ngomongin apa?” tanya Dania dengan nada sedikit emosi.“Maaf Bu, saya juga tidak tahu kalau ternyata kabar yang selama ini beredar di grup pegawai itu adalah tentang Ibu,” jawab Nindi ingin menjelaskan.“Kabar apa maksudnya?” tanya Maya yang ingin mendapatkan penjelasan lebih jelas.“Gini Bu, sebenarnya sejak beberapa minggu yang lalu di grup ada
“Ya ampun sayang, aku seneng banget akhirnya aku bisa ketemu kamu lagi. Aku kangen sama kamu,” ucap Restu penuh rasa bahagia hingga tanpa sadar memegang lengan Dania dan ingin memeluknya.“Singkirkan tangan kotormu!” bentak Alex sambil menepis tangan Restu yang dengan lancangnya memegang lengan Dania.Alex langsung menarik tangan Dania agar wanita yang berdiri membeku itu bisa bersembunyi di belakangnya. Dia sangat tahu kalau saat ini pasti Dania sedang bingung bagaimana menghadapi keadaan yang tidak dia sangka. Alex yang kini sudah berdiri di depan Dania, menatap tajam ke arah Restu. Dia siap melindungi Dania yang saat ini sepertinya akan dipermalukan oleh Restu di depan semua orang. “Pak Alex, siapa ini?” tanya salah seorang peserta rapat.“Iya, Pak. Kenapa orang ini kayak kenal Bu Dania.” Pertanyaan lain datang untuk Alex.“Dia sopir perusahaan. Gak tau apa maksudnya sampe dia berani bertindak segila ini. Ivan, panggil penjaga. Usir dia sekarang juga!” perintah Alex pada asist
“Dania,” ucap Haris saat melihat Dania masuk ke dalam ruang rapat.“Opa, ada yang ingin Dania sampaikan ke Opa.” Dania melihat ke arah Haris dan Alex secara bergantian.“Apa?”Dania masih belum melanjutkan ucapannya. Dia melihat ke arah Alex yang masih duduk di dekat Haris sambil melihat ke arahnya.Tampak sekali di mata Dania kalau pria itu sedang marah kepadanya. Tapi kalau biasanya Dania akan membalas tatapan itu, kini Dania memilih untuk menghindar. Dania takut dengan tatapan penuh amarah Alex.“Opa, Dania minta maaf. Dania minta maaf karena kejadian di bawah tadi,” ucap Dania pelan sambil menundukkan kepalanya.“Cih!” Alex makin kesal mendengar ucapan Dania.“Dania, kenapa kamu gak perhitungkan lebih dulu waktu kamu ambil keputusan buat terima dia kerja di sini. Kamu ini orang baru di dunia bisnis, kamu masih baru belajar. Kamu kalo mau bales dendam kayak apa yang kamu bayangkan itu, kamu harus punya strategi dan bertahan. Bukannya malah kamu gak tau strategi dia.” Haris sedi
Jenuh, kesal, bosan, semua perasaan bercampur aduk menjadi satu di hati Dania. Dia yang tadinya bersemangat untuk datang ke pesta bersama dengan Alex, kini malah ingin segera pulang.Bagaimana tidak, dia malah ditinggal begitu saja oleh Alex yang malah sibuk menemani teman lamanya yang tidak Dania kenal. Sikap manis Alex yang sejak kemarin muncul berbalut menyebalkan itu seolah menjadi menyebalkan secara totalitas.Dania kini hanya duduk sendiri di temani oleh segelas wine. Suaminya yang duduk di sebelahnya justru lebih banyak menghabiskan waktu untuk membahas masa lalu tidak berguna dengan wanita yang tampaknya pernah sangat berarti di hidup Alex sebelumnya.Dania menoleh ke Alex dan menemukan punggung Alex. Ingin rasanya dia memukul keras punggung itu, agar pria yang kini sedang tertawa bersama dengan Sandra itu sadar kalau ada istrinya di balik punggung kokoh itu.“Lex,” bisik Dania di belakang punggung Alex.Alex berbalik dan melihat ke arah Dania, “Apa?” tanya Alex.“Ayo pulang
“Alex.”Terdengar suara sapaan seorang wanita yang membuat Dania dan Alex menoleh ke arah orang itu. Dua orang itu kemudian saling berpandangan saat sudah tahu siapa yang menyapa mereka.Tampak di hadapan mereka, ada seorang wanita muda yang sedang melempar senyum kepada mereka. Demi menjaga kesopanan, pasangan itu pun segera membalas senyum itu dengan ramah. Oh tidak, tentu saja yang senyum hanya Dania, karena Alex adalah orang yang pelit senyum.“Siapa?” tanya Dania sedikit berbisik.“Entah,” jawab Alex datar.Dania menoleh ke Alex, “Entah?” ucap Dania yang lebih kaget dengan jawaban suaminya.“Hai Lex, apa kabar? Waah ... kamu gak berubah ya. Tetep aja menarik perhatian,” sapa wanita itu saat wanita itu datang mendekat.“Siapa ya?” tanya Alex datar tanpa ekspresi.“Siapa? Lex, kamu lupa ama aku?”Alex menyipitkan matanya. Dia seolah sedang mencoba mengingat siapa wanita yang saat ini sedang berdiri di hadapannya dan sangat ingin dikenali oleh Alex. Namun sayangnya, Alex tidak
Dania berdiri di depan sebuah cermin besar yang ada di kamar hotelnya. Dia sedang melihat tubuhnya sendiri yang saat ini sedang dibalut sebuah gaun berwarna hitam.Gaun yang memamerkan pundaknya secara total dan juga memiliki belahan kaki yang cukup tinggi, membuat dia sedikit tidak nyaman. Entah apa yang dipikirkan oleh Alex, sampai menyuruh Dania memakai gaun yang membentuk dan mengekspose tubuhnya itu malam ini.Memang mereka akan pergi ke pesta salah satu relasi mereka, tapi sepertinya tidak perlu juga memakai gaun yang seterbuka itu. Dania semakin tidak percaya diri melihat dirinya sendiri dengan gaun berharga mahal itu.“Udah siap belum?” tanya Alex saat dia masuk ke dalam kamar.“Alex, kamu yakin aku harus pake baju ini?” tanya Dania sambil melihat Alex dari pantulan cermin di depannya.Alex berdiri di belakang Dania dan melihat penampilan wanita itu dari pantulan cermin. Ada sedikit senyum tipis mengembang di bibir Alex, saat dia melihat Dania tampak sangat sempurna saat meng
Agenda siang hari ini yang akan di lakukan oleh pasangan yang sedang berbulan madu itu adalah pergi berjalan-jalan sebelum mereka akan pergi ke undangan salah satu klien Haris.Dania memilih mengajak Alex untuk berjalan-jalan sambil makan siang. Dia berharap akan bertemu barang-barang lucu yang bisa dia beli nanti untuk dia bawa ke Jakarta.Sebenarnya Alex malas mengikuti keinginan Dania, tapi karena dia merasa sedikit bersalah karena sudah menikmati tubuh Dania tanpa sepengetahuan si pemilik tubuh, akhirnya Alex pun dengan sangat terpaksa mengikuti keinginan dari istrinya itu. Hitung-hitung sebagai permintaan maaf meskipun hal itu dilakukan oleh Alex tanpa disadari oleh Dania.Dania pun senang karena sang suami seharian ini bersikap baik kepadanya pria yang biasanya lebih sering memarahi dia itu tampak lebih diam dan mengikuti saja keinginannya.“Kamu beneran nggak papa ikut aku jalan-jalan?” tanya Dania sekedar ingin memastikan.“Hem.” Alex hanya menjawab lewat deheman saja.“Seri
Ada bekas darah di seprei itu. Sepertinya Bu Dania masih perawan,” jawab pelayan itu sambil sedikit tersenyum dan menyenggol lengan temannya.Ivan tersenyum dan mengangguk, “Bagus! Tapi selama kalian di sana tadi, Pak Alex gak curiga kan?”“Gak Pak, aman semuanya. Tapi kenapa kayak ada yang aneh ya, Pak.” Pelayan itu sedikit mengadu tentang kejanggalan yang mereka rasakan.“Aneh? Apanya yang aneh?” Ivan penasaran.“Itu loh Pak, tadi di kamar itu kan ada Pak Alex sama Bu Dania. Tapi yang keliatan beda itu Pak Alex, Pak.“Beda gimana maksudnya?”“Pak Alex keliatan agak gelisah dan cenderung menyuruh kami cepet pergi. Padahal Bu Dania biasa aja. Bu Dania kayak gak paham dengan apa yang terjadi, Pak. Tapi sepertinya Pak Alex tahu apa yang terjadi,” jelas pelayan itu.“Maksud kamu Pak Alex sadar dengan kejadian semalam?”“Sepertinya begitu, Pak. Apa mungkin semalam Pak Alex gak ikut makan ya, Pak? Soalnya semalam yang keliatan mau makan cuma Bu Dania pas saya masih di sana.”“Oh g
“Lex, kamu ngapain?” tanya Dania yang tiba-tiba sangat mengagetkan Alex.“Eh ... emm aku ....”“Aku mau cari pulpen aku,” jawab Alex asal.“Pulpen? Emang ada pulpen di kasur?” tanya Dania penuh dengan rasa curiga.“Ada. Tapi sekarang gak tau ke mana.”Dania mendekati Alex. Dia melihat ke arah Alex dengan tatapan cukup serius.“Kamu gak lagi boong kan, Lex? Kamu keliatan gugup,” tanya Dania yang melihat mata Sean terus bergerak, sangat berbeda dari biasanya.“Boong apaan sih! Gak ada aku boong. Lagian pulpennya juga gak ada.”“Ya jelas aja kamu gak akan nemuin pulpennya. Orang kamu salah tempat nyarinya kok.”Alex menoleh ke arah Dania, “Maksud kamu apa?” tanya Alex sedikit waspada, takut kalau Dania menyadari kebohongannya.“Kamu semalam tidurnya di sebelah sana. Ngapain juga kamu cari di sebelah sini, ya gak akan ketemu lah. Kecuali ....” Dania menggantung ucapannya.“Kecuali apa?”“Kecuali semalam kamu tidur mepet ke aku.” Tatapan Dania makin menelisik kejujuran di mata Al
“Aakh.”Dania menggeliat, sedikit mengendurkan tubuhnya dari tidur malamnya yang panjang. Dia menarik tubuhnya ke atas dan ke bawah, agar dia bisa meluruskan semua tulangnya yang terasa bengkok setelah tidur.Dania mengerjapkan matanya beberapa kali untuk mengembalikan kesadarannya. Dia menarik selimut tebal yang menutup tubuhnya, agar bisa semakin melindungi tubuhnya dari dinginnya pendingin ruangan.“Capek banget ya badanku. Mana laper lagi. Mau pesen makan ah,” gumam Dania yang merasa tubuhnya sangat lelah di tambah lapar.Dania bangun dari tidurnya. Dia terlonjak kaget, saat dia melihat ada Alex duduk sambil melipat kakinya di sofa yang ada di depannya. Tangan pria tampan itu memegang iPad, yang menjadi sasaran tatapan tajamnya.“Alex, kok kamu ....” Dania batal melanjutkan ucapannya.“Oh iya ya. Kita di Bandung.”“Eh bentar dulu. Lex, tadi malam kamu tidur di mana?” tanya Dania sambil sedikit memiringkan wajahnya.“Di kasur lah,” jawab Alex tanpa memindahkan arah pandangannya.
“Cuma apa, hah?!” ucap Alex penuh penekanan sambil berdiri sambil menatap tajam ke arah Dania.Brak!Tiba-tiba Alex menggebrak dinding di belakang tempat Dania berdiri. Tentu saja suara itu membuat Dania berjingkat. Alex mengunci pergerakan Dania seolah dia ingin membalas dendam atas apa yang tadi di lakukan oleh istrinya itu. Alex tidak terima atas tindakan kekerasan Dania yang tanpa aba-aba itu.Dania yang kaget dengan serangan tiba-tiba Alex pun kini kembali panik. Dia tidak tahu apa lagi yang akan dia lakukan untuk menghindari Alex kali ini.Tatapan dua orang itu bertemu. Tatapan Alex yang tajam dan mendominasi, membuat Dania sedikit gemetaran. Dia seperti kambing yang kini sedang menghadapi singa lapar yang siap memangsanya.Ting tong ting tong.“Eh, ada tamu,” ucap Dania mengambil kesempatan untuk kabur lewat bawah lengan Alex yang menempel di dinding.“Dania! Dania!” panggil Alex geram.“Ada tamu,” ucap Dania tanpa menoleh dan berjalan cepat ke arah pintu kamar.“Brengsek!
Ceklek.Suara pintu kamar mandi di buka. Mata Alex langsung bergerak ke arah sumber suara secara otomatis.“Mana dia?” gumam Alex pelan.Entah mengapa kondisi jantung Alex saat ini tidak dalam keadaan baik-baik saja. Jantungnya berdegup sangat kencang, sampai dadanya terasa sedikit nyeri.Padahal selama ini dia hampir tidak pernah mengalami keadaan seperti ini. Bahkan saat dia harus menghadapi klien sangat penting dan berharga mahal pun, Alex tidak pernah segugup ini.Perlahan namun pasti, kaki yang tidak terlalu jenjang itu mulai tertangkap di lensa mata Alex. Warna putih yang bagaikan hamparan pasir putih pantai yang terhampar luas diterpa sinar matahari, membuat kulit sehat itu tampak semakin bersinar di mata Alex.Dengan bodohnya pria tampan yang selalu garang itu malah mengukir senyum tipis di bibirnya. Kebodohannya malah di tambah lagi dengan bergeraknya kepalanya, karena ingin melihat Dania secara keseluruhan dengan senyum bodoh yang masih mengembang itu.“Apa liat-liat!” benta